bab 1 , 2 , 3 , 4 end !!

41
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembelajaran masyarakat Indonesia seutuhnya. Sebagaimana dicantumkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan teknologi yang semakin berkembangan dibidang kelistrikan sekarang ini sangat pesat. Maka berpengaruh pada dunia pendidikikan terutama di sekolah menengah kejuruan (SMK) di bidang teknologi dan industri. Upaya untuk mengatisipasi permasalahan akan kemajuan teknologi dalam kehidupan dan untuk mencerdaskan anak bangsa yaitu melalui pendidikan, karena tanpa pendidikan tidak akan terlaksana pembelajaran yang dapat mengikuti kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan untuk kelangsungan kehidupan bangsa. Pemerintah telah banyak melakukan 1

Upload: imam

Post on 18-Nov-2015

230 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Penerapan Metode Pembelajaran model pengajaran langsung

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembelajaran masyarakat Indonesia seutuhnya. Sebagaimana dicantumkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan teknologi yang semakin berkembangan dibidang kelistrikan sekarang ini sangat pesat. Maka berpengaruh pada dunia pendidikikan terutama di sekolah menengah kejuruan (SMK) di bidang teknologi dan industri.

Upaya untuk mengatisipasi permasalahan akan kemajuan teknologi dalam kehidupan dan untuk mencerdaskan anak bangsa yaitu melalui pendidikan, karena tanpa pendidikan tidak akan terlaksana pembelajaran yang dapat mengikuti kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan untuk kelangsungan kehidupan bangsa. Pemerintah telah banyak melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yaitu diantaranya penyempurnaan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, pengembangan metode pembelajaran dan peningkatan guru di sekolah. Saat sekarang ini yang sedang diprogram pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah mengembangkan sekolah bertaraf internasional.Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah sekolah yang telah memenuhi Standar Nasional Pelayanan (SNP) pada tiap aspeknya, meliputi kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, penilaian serta diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang lebih baik. Salah satu dari beberapa sekolah di Jawa Timur yang akan merintis program RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah SMK PGRI 1 Lamongan . Kurikulum yang digunakan oleh SMK PGRI 1 Lamongan adalah kurikulum KTSP.Menerapkan Ilmu Memasang Instalasi Tenaga Bangunan Bertingkat adalah salah satu mata pelajaran dasar dalam ilmu Instalasi Tenaga Listrik, Memasang Instalasi Tenaga Bangunan Bertingkat mempelajari tentang teknik perhitungan, perencanaan, pemasangan Instalasi Tenaga Bangunan Bertingkat, baik bangunan gedung bertingkat maupun gedung pertemuan. Memasang Instalasi Tenaga Bangunan Bertingkat merupakan pelajaran yang sangat penting dalam ilmu Instalasi Tenaga Listrik, karena suatu pemasangan Instalasi Tenaga Bangunan Bertingkat tidak akan dapat sesuai tanpa diadakan perhitungan, perencanaan dalam pemasangan Instalasi Tenaga Bangunan Bertingkat terlebih dahulu.

Walaupun pelajaran Memasang Instalasi Tenaga Bangunan Bertingkat itu sangat penting dalam ilmu Instalasi Tenaga Listrik tetapi kebanyakan peserta didik sangat kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran tersebut, karena banyak sekali perhitungan dan perencanaan untuk pemasangan instalasi tenaga bangunan bertingkat. Untuk itu perlu diterapkan sebuah metode yang dapat mempermudah siswa dalam memahami mata pelajaran Memasang Instalasi Tenaga Bangunan Bertingkat sehingga tingkat ketuntasan belajar dapat ditingkatkan. Untuk menghindari kebosanan dan meningkatkan minat, aktivitas serta hasil belajar siswa (ketuntasan belajar siswa) diperlukan suatu model pendekatan optimalisasi pembelajaran yang inovatif dan menjadikan siswa sebagai peran utama dalam pembelajaran. Jadi, kegiatan belajar mengajar lebih mengutamakan aktifitas siswa mencari informasi sendiri daripada memperoleh ceramah dari guru.

Salah satu alternatif penerapan model pembelajaran yang digunakan pada materi Memahami pemasangan instalasi tenaga 3 phase adalah model pembelajaran Langsung. Model ini merupakan model pembelajaran yang menekankan belajar dalam kelas besar yang bersumber atau terpusat pada guru, siswa sebagai pendengan dan materi terpusat terhadap apa yang di sampaikan oleh guru, dimana guru mengklarifikasi tujuan dan memotivasi siswa, mempresentasikan pengetahuan atau mendemokan keterampilan, memberi latihan terbimbing, mengecek pemahaman dan memberi umpan balik serta memberi latihan lanjutan dan transfer.Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran model pengajaran langsung terhadap ketuntasan belajar pada pokok bahasan Memahami pemasangan instalasi tenaga 3 phase di kelas XI-3 ITL SMK PGRI 1 LamonganB. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu bagaimana ketuntasan belajar siswa kelas XI-3 melalui penerapan Metode Pembelajaran model pengajaran langsung terhadap ketuntasan belajar pada pokok bahasan Memahami pemasangan instalasi tenaga 3 phase di kelas XI-3 ITL SMK PGRI 1 Lamongan?C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI-3 melalui Metode Pembelajaran model pengajaran langsung terhadap ketuntasan belajar pada pokok bahasan Memahami pemasangan instalasi tenaga 3 phase di kelas XI-3 ITL SMK PGRI 1 Lamongan.D. MANFAAT PENELITIAN

1. Membantu para guru dalam meningkatkan aktifitas belajar dan hasil belajar siswa.2. Membantu para guru Instalasi tenaga listrik dalam penerapan strategi pengajaran khususnya dalam menerapkan model pembelajaran langsung.3. Memberikan pengalaman dan masukan kepada penulis dalam memilih model pembelajaran yang tepat dan dalam mengolah pembelajaran di kelas.E. BATASAN MASALAH DAN ASUMSI

1. BATASAN MASALAH

Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Memahami pemasangan instalasi tenaga 3 phase b. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI-3 ITL di SMK PGRI 1 Lamongan.c. Perlakuan yang diberikan kepada siswa adalah penerapan model pembelajaran langsung.2. ASUMSI

Untuk mendukung penelitian ini, diperlukan suatu asumsi antara lain siswa mengerjakan tes yang diberikan dengan jujur sesuai dengan kemampuan masing-masing tanpa dipengaruhi siswa lain.F. DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak menimbulkan salah penafsiran, peneliti memberikan definisi operasional dari istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian yaitu:

1. Model Pembelajaran Langsung yang pelaksanaannya siswa dalam 1 kelas besar dan materi pembelajaran terpusat pada guru. 2. Ketuntasan belajar siswa berdasarkan kebijakan SMK PGRI 1 Lamongan, seorang siswa dikatakan tuntas belajar bila telah memperoleh nilai 75. Dan dalam suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal bila di kelas tersebut terdapat 75% siswa yang telah mencapai nilai 75.G. METODE PENELITIAN

1. Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-3 ITL SMK PGRI 1 Lamongan sebanyak siswa.2. Populasi dan Sampel

Populasi : Seluruh siswa kelas XI-3 ITL SMK PGRI 1 Lamongantahun ajaran 2012/2013.Populasi : siswa kelas XI-3 ITL SMK PGRI 1 Lamongan.3. Jenis dan Rancangan PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Rancangan atau desain dari penelitian ini adalah one shot case study seperti pada diagram berikut:

Keterangan:

X = treatment atau perlakuan yaitu pelaksanaan model pembelajaran langsungO = Hasil penelitian observasi yaitu tes prestasi hasil belajar.4. Variabel-Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran langsungb. Variabel kontrol:

Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu :

1) Guru yang mengajar sama yaitu peneliti sendiri.

2) Pokok bahasan yang disampaikanc. Variabel responVariabel respon dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar siswa kelas XI-3 ITL5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Silabus

Merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang berisi tentang rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang dibuat setiap kali pertemuan yang berisi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, metode yang digunakan dan kegiatan pembelajaran.c. Lembar Kerja Siswa (LKS)LKS ini mencakup semua indikator hasil belajar yang akan dicapai dan berisi soal-soal pada pokok bahasan Memahami pemasangan instalasi tenaga 3 phase d. Lembar Soal tes hasil belajarDalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan pada akhir penelitian. Hasil tes ini digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa setelah melalui proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Lembar soal tes hasil belajar yang digunakan terdiri dari satu macam yaitu soal ulangan harian. 6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes tertulis. Bentuk tes adalah uraian. Dalam penelitian ini data yang akan digunakan adalah data hasil ulangan harian siswa pada materi pokok keseimbangan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar gambar bangunan XI-3 ITL SMK PGRI 1 Lamongan. 7. Teknik Analisis Data

Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan di akhir penelitian setelah semua kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan kebijakan sekolah, seorang siswa secara individu dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai 75. Dihitung melalui rumus :

Skor siswa =

Sedangkan secara klasikal, siswa dikatakan tuntas apabila di kelas tersebut terdapat 75% siswa yang telah mencapai nilai 75. Dihitung melalui rumus :

BAB II

KAJIAN PUSTAKAA. Pembelajaran

1. BelajarBelajar merupakan suatu tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2006). Belajar dapat juga diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan jiwaraga, psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. (Sardiman, 2001). Pada hakekatnya belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan-perubahan tersebut meliputi perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain pada individu yang belajar (Sudjana, 1989)Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi tiga, yaitu faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar (Syah, 2006). Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal sendiri dikelompokkan menjadi dua aspek. Pertama adalah aspek fisiologis (jasmaniah) yang meliputi faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Kedua adalah aspek psikologis (rohaniah), meliputi intelegensia, minat, bakat, dan motivasi siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar dari individu. Faktor eksternal sendiri dikelompokkan menjadi dua aspek. Pertama yaitu aspek lingkungan sosial yang meliputi lingkungan sosial siswa seperti orang tua, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, serta keadaan ekonomi keluarga dan lingkungan sosial sekolah yang meliputi guru dan teman-teman sekolah. Kedua yaitu aspek lingkungan non sosial, meliputi gedung sekolah, alat-alat belajar, waktu belajar, suasana belajar, dan rumah siswa.2. MengajarMengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan belajar sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. (Sardiman, 2001). Sudjana (2000) mendefinisikan mengajar sebagai suatu alat yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin. Sedangkan Pasaribu (1983) mengartikan mengajar adalah sebagai suatu kegiatan mengorganisir (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.3. Proses Belajar MengajarBelajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh individu (siswa), sedangkan mengajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung (Usman, 1995).Pembelajaran terjadi apabila siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga informasi itu bermakna bagi mereka dalam kerangka acuan mereka sendiri (Nur, 2001).

Kegiatan belajar mengajar yang tidak dirancang secara baik akan menyebabkan hambatan untuk mencapai hasil hasil belajar yang diharapkan karena itu kegiatan belajar mengajar harus dirancang sedemikian rupa agar proses belajar mengajar berhasil secara optimal. Itu sebabnya, antara tujuan instruksional, materi pelajaran dan kegiatan belajar mengajar harus memiliki derajat koherensi yang tinggi (Haryanto, 1997).

Adapun yang dijadikan dasar untuk merancang kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut: (Haryanto, 1997)

a. Berdasarkan pada tujuan instruksional yang hendak dicapai

Di dalam tujuan instruksional telah tersirat tingkah laku yang ingin dikembangkan, seperti pengetahuan dan ketrampilan, sikap dan nilai. Tujuan akan dapat tercapai jika siswa dan guru melakukan kegiatan belajar mengajar secara tepat, terarah dan terencana.b. Berdasarkan konsep cara belajar secara aktif

Belajar akan berhasil jika siswa diberikan kesempatan untuk belajar secara aktif. Keterlibatan ini menyebabkan bekerjanya proses mental dan fisik lebih banyak. Siswa pada gilirannya akan menyadari, merumuskan sendiri masalahnya, berusaha menemukan sendiri data dan usaha menjawab masalah dan dengan macam-macam kegiatan belajar yang bervariasi dan menantang akan memberikan banyak pengalaman belajar kepada mereka. Konsep belajar yang melibatkan keaktifan siswa akan membantu siswa menuju pembentukan pribadi, kegiatan mandiri, percaya diri dan ketergantungan pada diri sendiri.

c. Berdasarkan kesiapan belajar siswa

Kesiapan belajar adalah kondisi dimana siswa berada dalam keadaan siap mental dan fisik untuk melakukan kegiatan belajar. Faktor ini erat hubungannya dengan kematangan intelektual, mental, sosial, emosional siswa. Dengan kondisi siap tersebut siswa akan lebih terangsang untuk melakukan kegiatan belajar dan lebih mudah menerima pengalaman baru. Serta termotivasi untuk mencari dan menemukan sendiri pengalaman baru serta lebih termotivasi untuk mencari dan menemukan sendiri pengalaman-pengalaman yang bermakna baginya.

d. Mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia

Sumber-sumber tersebut meliputi ketersediaan waktu, biaya, fasilitas, yang digolongkan sebagai unsur penunjang untuk keberhasilan kegiatan belajar. Faktor ini tidak dapat diabaikan peranannya data pelaksanaan kegiatan belajar megajar dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah kerja sebagai berikut: (Haryanto, 1997)

1) Mengidentifikasi aspek-aspek kemampuan yang terkandung di dalam tujuan sebagai indikator hasil belajar yang diharapkan. Aspek-aspek kemampuan meliputi pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), sikap dan nilai (afektif), dari segi kondisi siswa, kemampuan guru, faktor-faktor luar yang mungkin berpengaruh.

2) Mengidentifikasi perilaku yang tersirat dalam tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, yang meliputi perilaku-perilaku yang spesifik dapat diamati dan terukur. Umumnya tercakup dalam indikator.

3) Mengidentifikasi materi pelajaran dengan pedoman pada pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Di dalam materi terkandung aspek-aspek pengetahuan yang terdiridari konsep, prinsip, faktadan prosedur serta keterampilan produktif.

4) Mengidentifikasi kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan belajar mengajar yang telah dipilih.

5) Melakukan penilaian untuk mengukur hasil belajar siswa.B. RESULTAN PADA DUA BUAH GAYA1. Teori ResultanC. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran di mana siswa berkerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam kelompok belajar. Pembelajaran kooperatif memiliki jangkauan membantu siswa dalam belajar akademik dan keterampilan sekaligus melatih siswa dalam hubungan sosial. Model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu penghargaan bersama.

Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah

3) Bila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, budaya dan jenis kelamin yang berbeda-beda

4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu

(Ibrahim, 2005:7)

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

FaseTingkah Laku Guru

Fase I

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan InformasiGuru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajarGuru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar atau materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6

Memberikan penghargaanGuru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan kelompoknya. Satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa di samping pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, pembelajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka (Ibrahim, 2000:16)Menurut hasil penilitian Linda Lundgren pada tahun 1994 (Ibrahim, 2000: 18) pembelajaran kooperatif mempunyai keuntungan atau manfaat bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah antara lain:

1. Meningkatkan pencurahan waktu dan tugas

2. Rasa harga diri menjadi tinggi

3. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah

4. Memperbaiki kehadiran

5. Angka putus sekolah menjadi rendah

6. Penerimaan terhadap individu

7. Perilaku menggangu menjadi lebih kecil

8. Konflik antar pribadi bekurang

9. Sikap apatis berkurang

10. Pemahaman lebih mendalam

11. Motivasi lebih besar

12. Hasil belajar lebih tinggi

13. Retensi atau daya ingat lebih lama

14. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Dari beberapa keuntungan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial dan juga dapat meningkatkan hasil akademik siswa itu sendiri.

D. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER

Keterampilan-keterampilan kooperatif dalam pembelajaran learning together. Pembelajaran kooperatif akan terlaksana dengan baik jika siswa memiliki keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif yang perlu dimiliki siswa seperti diungkapkan Nor(1996: 25) adalah keterampilan kooperatif tingkat awal, keterampilan tingkat menengah dan tingkat mahir.

1. Keterampilan kooperatif tingkat awal.

Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Mengunakan kesempatan.

Mengunakan kesempatan artinya setiap anggota kelompok memiliki kesempatan berpendapat. Menggunakan kesempatan bertujuan untuk mengetahui siapa yang memiliki pendapat yang sama.

b. Menghargai kontribusi.

Maksud menghargai kontribusi yaitu memperhatikan atau mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan oleh anggota kelompoak yang dibuat lain. Tidak selalu harus menyetujui, dapat saja tidak menyetujui yang berupa kritik tetapi kritik yang diberiakn harus terdapat ide dan tidak terhadap pelaku.

c. Mengunakan suara pelan.

Tujuan menggunakan suara pelan dalam bekerja kelompok adalah agar anggota kelompok dapat mendengar percakapan dengan jelas dan tidak frustasi oleh suara keras dalam ruangan.

d. Mengambil giliran dan berbagi tugas.

Setiap anggota kelompok harus dapat menggantikan seseorang yang mengemban tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok.

e. Berada dalam kelompok.

Untuk menciptakan pekerjaan yang efisien setiap anggota kelompok harus tetap duduk atau berada dalam tempat kerja kelompok.

f. Berada dalam tugas.

Setiap anggota kelompok harus meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya agar kegiatan selesai tepat waktunya.

g. Mendorong partisipasi.

Anggota kelompok selalu mendorong setiap anggota kelompoknya untuk memberikan sumbangan terhadap penyelesaian tugas kelompok. Karana jika satu atau dua orang anggota kelompok tidak berpartisipasi atau hanya memberikan sedikit timbangan maka hasil kelompok tersebut tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasil kurang orisinil atau kurang imajinatif.

h. Mengundang orang lain untuk berbicara.

Maksud dari mengudang orang lain untuk berbicara yaitu untuk meminta orang lain untuk berbicara agar hasil kelompoknya bisa maksimal.

i. Menyelesaikan tugas tepat waktunya.

Tugas yang diberikan harus diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan agar memperoleh nilai yang tinggi.

j. Menyebutkan nama dan memandang bicara.

Memanggil satu sama lian memnggunakan nama dan menggunakan kontak mata akan memberikan rasa bahwa mereka telah memberikan kontribusi penting dalam kelompok.

k. Mengatasi gangguan.

Mengatasi gangguan berarti mengidari masalah yang diakibatkan karena tidak atau kurangnya perhatian terhadap tugas yang diberikan. Gangguan dapat membuat suatu kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberiakan.

l. Menolong tanpa memberi jawaban.

Agar siswa tidak merasa telah memahami atau menemukan konsep, dalam memberikan bantuan tidak menunjukan cara pemecahannya.

m. Menghormati perbedaan individu.

Bersikap menghormati perbedaan terhadap budaya unik, pengalaman hidup serta suku bangsa/ras dari semua siswa dapat menghindari permusuan dalam kelompok. Ketegangan dapat dikurangi, rasa memililiki dan persahabatan dapat dikembangkan serta masing-masing individu anggota kelompok dapat meningkatkan rasa kebaikan, sensitivitas dan toleransi.

2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah.

Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi:

a. Menunjukan penghargaan dan simpati.

Menunjukan rasa hormat, penmgertian dan rasa sensitifitas terhadap usulan-usulan yang berbeda dari usulan orang lain.

b. Mengunakan pesan saya.

Dalam berbicara perlu mengunakan kata saya agar orang lain tidak merasa terancam atau merasa bersalah sehingga permusuan dapat dihindari.

c. Mengunakan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima.

Menyatakan pendapat yang berbeda atau menjawab pernyatan harus dengan cara yang sopan dan sikap yang baik karena jika mengkritik seseorang dan memadamkan ide seseorang dapat menimbulkan atmosfir yang negatif dalam kelompok.

d. Mendengarkan dengan aktif.

Mendengarkan dengan aktif maksudnya menggunakan pesan fisik dan lisan dalam memperhatikan pembicara. Pembicara akan mengetahui bahwa pendengar secara giat sedang menyerap informasi. Pengertian-pengertian terhadap konsep akan meningkat dan hasil kelompok akan menunjukan tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi.

e. Bertanya.

Bertanya artinya meminta atua menanyakan suatu informasi atau penjelasan lebih jauh. Dengan bertanya dapat menjelaskan konsep, seseorang yang sedang tidak aktif dapat didorong untuk ikut serta dan anggota kelompok yang malu dapat dimotovasi untuk ikut berperan serta.

f. Membuat ringkasan.

Membuat ringkasan maksudnya mengulang kembali informasi ini dapat digunakan untuk membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan dan apa yang perlu dikerjakan.g. Menafsirkan.

Menafsirkan artinya menyatakan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda. Informasi dapat dijelaskan dan hal-hal yang penting dapat diberi penekanan.

h. Mengatur dan mengorganisir.

Merencanakan dan menyunsun pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. Dengan mengatur dan mengorganisir, tugas-tugas yang diberikan akan dapat diselesaikan dengan efisien dan efektif.

i. Memeriksa ketepatan.

Membandingkan jawaban dan memastikan jawaban itu benar. Manfaatnya yaitu pekerjaan akan bebas dari kesalahan dan kekurang ketepatan. Pemahaman terhadap bidang studi juga akan berkembang.

j. Menerima tanggung jawab.

Menerima tanggung jawab bersedia dan mampu memikul tanggung jawab dari tugas-tugas dan kewajiban untuk diri sendiri dan kelompok, untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

k. Mengunakan kesabaran.

Bersikap toleran terhadap teman tetap pada pekerjaan dan bukan pada kesulitan-kesulitan, serta tidak membuat keputusan yang tergesa-gesa.

l. Tetap tenang atau mengurangi ketegangan.

Maksud dari tetap tenang atau mengurangi ketegangan adalah menimbulkan atmosfir yanmg damai dalam kelompok. Suasana yang hening dalam kelompok dapat menimbulkan tingkat pembelajaran yang lebih tinggi.

3. Kemampuan kooperatif tingkat mahir.

Keterampilan tingkat mahir meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Mengolaborasi.

Berarti memperluas konsep kesimpulan pendapat pendapat berhubungan dengan topik tertentu. Mengolaborasi bisa menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan prestasi yang lebih tinggi.

b. Memeriksa secara cermat.

Bertanya dengan pokok pembicaraan yang lebih mendalam untuk mendapatkan jawaban yang benar. Memeriksa secara cermat dapat menjamin bahwa jawaban benar.

c. Menenyakan kebenaran.

Menanyakan kebenaran maksudnya membuktikan bahwa jawaban yang dikemukakan adalah benar atau memberikan alasan untuk jawaban tersebut. Menanyakan kebenaran akan membantu siswa untuk berpikir tentang jawaban yang diberikan dan untuk lebih menyakinkan terhadap ketepatan jawaban tersebut.

d. Menganjurkan suatu posisi.

Menganjurkan suatu posisi maksudnya menunjukan suatu kelompok terhadap masalah tertuntu.

e. Menetapkan tujuan.

Menetapkan tujuan maksudnya menentukan prioritas-prioritas pekerjaan diselesaikan lebih efisien jika tujuan jelas.

f. Berkompromi.

Berkompromi adalah menentukan pokok-pokok permasalahan dengan tujuan bersama. Kompromi dapat membangun rasa hormat pada orang lain dan mengurangi komflik antar pribadi.

g. Menghadapi masalah kusus.

Mengadapi masalah kusus maksudnya menunjukan masalah dengan memakai pesan saya, tidak menuduh, tidak menggunakan sindiran atau memanggil nama. Hal tersebut menunjukan bahwa hanya sikap yang dapat berubah bukan ciri atau ketidak kemampuan seseorang semuanya itu bertujuan untuk memecahkan masalah dan bukan untuk memenangkan masalah. Dengan hal ini komflik pribadi akan berkurang. Tingkat kebaikan, senantiasa dan toleransi akan meningkat.E. HASIL BELAJAR SISWA

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang datang dari diri siswa itu sendiri dan faktor dari luar yang berasal dari lingkungan (Sudjana, 2005 : 39). Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai, walaupun demikian hasil yang diraih masih juga tergantung dari lingkungan artinya ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu faktor dari luar yang mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pengajaran dipengaruhi oleh kemampuan dasar yang dimiliki guru dalam bidang kognitif (intelektual), salah satunya penguasaan meteri pelajaran (Sudjana, 2005 : 40).

Kedua faktor tersebut di atas (kemampuan siswa dan kualitas pengejaran) mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar siswa, artinya makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran), maka makin tinggi pula hasil belajar siswa (Sudjana, 2005 : 40).F. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh karena itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada didaerah.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidkan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

BAB IIIMETODE PENELITIANA. Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-3 SMK PGRI 1 Lamongan sebanyak 11 siswa.

B. Populasi dan Sampel

Populasi : Seluruh siswa kelas XI-3 SMK PGRI 1 Lamongantahun ajaran 2012/2013.Populasi : 11 siswa kelas XI-3 SMK PGRI 1 Lamongan.

C. Jenis dan Rancangan PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Rancangan atau desain dari penelitian ini adalah one shot case study seperti pada diagram berikut:

Keterangan:

X = treatment atau perlakuan yaitu pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Learning TogetherO = Hasil penelitian observasi yaitu tes prestasi hasil belajar.D. Variabel-Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas :Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Togetherb. Variabel kontrol :

Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu : Guru yang mengajar sama yaitu peneliti sendiri. Pokok bahasan yang disampaikanc. Variabel respon

Variabel respon dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar siswa kelas XI-3 GB SMK PGRI 1 Lamongan.E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Silabus

Merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang berisi tentang rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang dibuat setiap kali pertemuan yang berisi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, metode yang digunakan dan kegiatan pembelajaran.c. Lembar Kerja Siswa (LKS)LKS ini mencakup semua indikator hasil belajar yang akan dicapai dan berisi soal-soal pada pokok bahasan Resultan Pada Dua Buah Gaya.b. Lembar Soal tes hasil belajarDalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan pada akhir penelitian. Hasil tes ini digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa setelah melalui proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together. Lembar soal tes hasil belajar yang digunakan terdiri dari dua macam yaitu soal ulangan harian dan soal remidial. yang digunakan meliputi dua macam, yaitu soal ulangan harian dan soal remidialF. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes tertulis. Bentuk tes adalah pilihan ganda dan uraian. Dalam penelitian ini data yang akan digunakan adalah data hasil ulangan harian siswa pada materi pokok keseimbangan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar gambar bangunan XI-3 SMK PGRI Lamongan. G. Teknik Analisis Data

Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan di akhir penelitian setelah semua kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan kebijakan sekolah, seorang siswa secara individu dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai 75. Dihitung melalui rumus :

Skor siswa =

Sedangkan secara klasikal, siswa dikatakan tuntas apabila di kelas tersebut terdapat 75% siswa yang telah mencapai nilai 75. Dihitung melalui rumus :

BAB IVPENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Penyajian Data Berikut ini adalah hasil ulangan harian mata pelajaran DKK Ilmu Statika dan Tegangan siswa SMK PGRI 1 Lamongan kelas XI-3 setelah dilakukan pengajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together pada pokok bahasan Resultan Pada Dua Buah Gaya.

Tabel 2Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas XI-3No.Nama SiswaNilaiKetuntasan Belajar

YaTidak

1FATQHUR ROCHMAN0

2ACHMAD IJMUDDIN67,5

3ALDY SAPUTRA80

4DODIK SAPUTRO80

5EDI SAPUTRO90

6KHOIRUDDIN WAHID80

7M.MUKHLIS EKO W.75

8M.NURUL HUDA90

9MUTTAQIN FAUZIN I.75

10PUTRA PAMUNGKAS 75

11RISAL RIFAI95

Berdasarkan tabel di atas: seluruh siswa

= 11 siswa yang tuntas

= 9 siswa yang tidak tuntas= 2

B. Analisis Data

1. Hasil ketuntasan belajar siswa

Berdasarkan standar ketuntasan minimum yang ditetapkan di SMK PGRI 1 Lamongan, siswa dikatakan mencapai ketuntasan hasil belajar secara individu bila mendapat nilai test minimum 75, dan ketuntasan secara klasikan sebesar 75%. Dari data di atas jumlah siswa yang tidak tuntas (mendapatkan nilai < 75) sebanyak 2 siswa, sedangkan siswa yang tuntas (mendapatkan nilai 75) sebanyak 9 siswaData ketuntasan belajar siswa, diperoleh dengan menganalisis hasil tes belajar siswa menggunakan rumus :

Sehingga ketuntasan klasikalnya adalah 81,82%. Hal ini menunjukka bahwa secara keseluruhan kelas XI-3 telah tuntas pada materi pokok Resultan Pada Dua Buah Gaya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa pada pokok bahasan Resultan Pada Dua Buah Gaya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dinyatakan tuntas dalam belajar karena ketuntasan mencapai 81,82 %.

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis pada saat penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together pada pokok bahasan Resultan Pada Dua Buah Gaya di kelas XI-3 SMK PGRI 1 Lamongan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :1. Ketuntasan belajar siswa pada pokok bahasan Resultan Pada Dua Buah Gaya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dinyatakan tuntas dalam belajar karena ketuntasan mencapai 81,82%.B. SARAN

Agar dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe tipe Learning Together diperoleh hasil yang baik, maka peneliti menyarankan :

1. Guru harus bisa memilih materi yang sesuai untuk diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe tipe Learning Together. 2. Sebelum menerapkan model pembelajaran baru bagi siswa, guru hendaknya memberitahukan terlebih dahulu kepada siswa tentang model pembelajaran yang akan digunakan.DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka CiptaIbrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESAJohari, Rahmawati. 2007. Kimia 1. Jakarta : Esis ErlanggaJustiana, Sandri. 2004. Chemistry for Senior High School. Jakarta: YudistiraMulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nur, Muhammad. 2000. Strategi-strategi Belajar. Surabaya : Pusat Studi Matematika dan IPA sekolah UNESA.Rachmawati, Johari. 2010. Chemistry IA for Senior High School Grade X Semester 1. Jakarta: ErlanggaRiduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta Bandung

Sudjana, Nana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru AlgansindoX O

X O

EMBED Equation.3

PAGE 11

_1407411050.unknown

_1408858813.unknown

_1407411049.unknown