ba mesin listrik i-bab ii
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
1/31
BAB II
Transformator Satu Fasa
Tujuan Pembelajaran Umum :
1. Memahami tentang Konstruksi dan Prinsip Kerja transformator satu fasa
2. Memahami tentang cara penggambaran dan perhitungan parameter transformator
berdasarkan rangkaian ekuivalen .
3. Memahami tentang cara menentukan rangkaian ekuivalen transformator berdasar-
kan hasil pengujian hubung singkat dan beban nol
4. Memahami tentang metode regulasi tegangan dan paralel transformator satu fasa
5. Memahami tentang prinsip kerja, diagram rangkaian, dan efisiensi autotransfor-
mator.
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemanfaatan dan prinsip kerja transfor-
mator, khususnya transformator satu fasa di industri dengan benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konstruksi dari sebuah transformator satu
fasa dengan benar .
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengambarkan bagian-bagian utama dari
sebuah transformator fasa dengan benar.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menggambarkan rangkaian ekuivalen
transformator satu fasa dengan benar .
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung resistansi, reaktansi, danimpedansi transformator dengan benar .
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan dan cara melakukan test beban nol
dan hubung singkat pada sebuah transformator satu fasa dengan benar.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menentukan parameter transformator
satu fasa berdasarkan test tanpa beban dengan benar.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menentukan parameter transformator
satu fasa berdasarkan test hubung singkat dengan benar.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung efisiensi transformator
satu fasa dengan benar.
10. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang metode regulasi tegangan transformator
satu fasa dengan benar.11. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung regulasi tegangan trans-
formator satu fasa dengan benar.
12. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara memparalelkan transformator satu
fasa dengan benar.
13. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip kerja dari autotransformator
dengan benar.
14. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang diagram rangkaian dari autotransformator
dengan benar.
15. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian penggunaan
autotransformator dibandingkan transformator biasa dengan benar.
Lembar Informasi :
Mesin Listrik I 2 - 1
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
2/31
2.1 Konstruksi dan Prinsip Kerja
Dalam suatu eksperimennyaMichael Faraday dengan menggunakan bahan-bahan be-
rupa sebuah coil, magnet batang dan galvanometer (Gambar 2.1) dapat membuktikanbahwa bila kita mendorong medan magnet batang ke dalam coil tersebut, dengan kutub
utaranya menghadap coil tersebut, ketika batang magnet sedang begerak, jarum galva-
nometer memperlihatkan penyimpangan yang menunjukkan bahwa sebuah arus telah
dihasilkan di dalam coil tersebut. Bila batang magnet tersebut digerakkan dengan arah
sebaliknya maka arah penunjukkan pada galvanometer arahnyapun berlawanan yang
menunjukkan bahwa arah arus yang terjadi berlawanan juga.
Jadi yang terjadi dalam percobaan itu adalah apa yang disebut arus imbas yang dihasilkan
oleh tegangan gerak listrik imbas.
Gambar 2.1 Percobaan Arus Induksi
Dalam percobaan lainnya Michael Faraday mencobakan sebuah cincin yang terbuat
dari besi lunak, kemudian cincin besi lunak tersebut dililit dengan kawat tembaga
berisolasi (Gambar 2.2 ).
Gambar 2.2 Percobaan Induksi
Bila saklar (S) ditutup, maka akan terjadi rangkaian tertutup pada sisi primer, demikian
arus 1I akan mengalir pada rangkaian sisi primer tersebut, sedangkan pada lilitan
sekunder tidak ada arus yang mengalir. Tetapi bila saklar (S) ditutup dan dibuka secara
bergantian maka jarum galvanometer akan memperlihatkan adanya penyimpangan yang
arahnya berubah-ubah kekiri dan kekanan. Perubahan arah penunjukkan jarum galva-
nometer ini disebabkan adanya tegangan induksi pada lilitan sekunder, sehingga 2I
me-ngalir melalui galvanometer.
Mesin Listrik I 2 - 2
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
3/31
Dari percobaan seperti telah dijelaskan diatas Michael Faraday dapat menyimpulkan
bahwa tegangangerak listrik imbas e didalam sebuah rangkaian listrikadalah sama
dengan perubahan fluks yang melalui rangkaian-rangkaian tersebut.
Jika kecepatan perubahan fluks dinyatakan didalam weber/detik, maka tegangan geraklistrik e dinyatakan dalam Volt, yang dalam bentuk persamaannya adalah :
dt
de
= . (2- 1)
pers (2 - 1) ini dikenal dengan hukum Induksi Faraday, tanda negatif menunjukkan
bahwa arus induksi akan selalu mengadakan perlawanan terhadap yang meng-
hasilkan arus induksi tersebut. Bila coil terdiri dariN Lilitan, maka tegangan gerak
listrik imbas yang dihasilkan merupakan jumlah dari tiap lilitan, dalam bentuk persa-
maan :
dt
dNe = (2
2)
dan Nd dinamakan tautan fluksi(Flux Linkages) didalam alat tersebut.
Definisi Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi
Listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain dengan fre-
kuensi yang sama, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnet.
Secara konstruksinya transformator terdiri atas dua kumparan yaitu primer dan sekun-
der. Bila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, maka
fluks bolak-balik akan terjadi pada kumparan sisi primer, kemudian fluks tersebut akan
mengalir pada inti transformator, dan selanjutnya fluks ini akan mengimbas pada kum-
paran yang ada pada sisi sekunder yang mengakibatkan timbulnya fluks magnet di sisi
sekunder, sehingga pada sisi sekunder akan timbul tegangan (Gambar 2.3 ).
Gambar 2.3 Fluks Magnet Transformator
Mesin Listrik I 2 - 3
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
4/31
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua jenis transformator, yaitu
tipe inti (core type) dan tipe cangkang (shell type).
Pada transformator tipe inti (Gambar 2.4), kumparan mengelilingi inti, dan pada
umumnya inti transformator L atau U. Peletakkan kumparan pada inti diatur secaraberhimpitan antara kumparan primer dengan sekunder. Dengan pertimbangan komplek-
sitas cara isolasi tegangan pada kumparan, biasanya sisi kumparan tinggi diletakkan di
sebelah luar.
Gambar 2.4
Transformator Tipe Inti Gambar 2.5 Tranformator Tipe Cangkang
Sedangkan pada transformator tipe cangkang (Gambar 2.5) kumparan dikelilingi oleh
inti, dan pada umumnya intinya berbentuk huruf E dan huruf I, atau huruf F.
Untuk membentuk sebuah transformator tipe Inti maupun Cangkang, inti dari
transformator yang berbentuk huruf tersebut disusun secara berlapis-lapis (laminasi),
jadi bukan berupa besi pejal.
Tujuan utama penyusunan inti secara berlapis
(Gambar 2.6) ini adalah unuk mengurangi ke-
rugian energi akibat Eddy Current (arus
pusar), dengan cara laminasi seperti ini maka
ukuran jerat induksi yang berakibat terjadinya
rugi energi di dalam inti bisa dikurangi.
Proses penyusunan inti Transformator
biasanya dilakukan setelah proses pembuatanlilitan kumparan transformator pada rangka
(koker) selesai dilakukan.
Gambar 2.6 Laminasi Inti Transformator
2.2 Transformator Ideal
Mesin Listrik I 2 - 4
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
5/31
Sebuah transformator dikatakan ideal, apabila dalam perhitungan dianggap tidak ada
kerugian-kerugian yang terjadi pada transformator tersebut, seperti rugi akibat resis-
tansi, induktansi, arus magnetisasi, maupun akibat fluks bocor. Jika sebuah trans-
formator tanpa beban (Gambar 2.7 ), kumparan primernya dihubungkan dengan dengansumber tegangan arus bolak-balik (abb) sinusoid 1V , maka akan mengalir arus primer
0I yang juga mempunyai bentuk gelombang sinusoidal, bila diasumsikan kumparan
1N merupakan reaktif murni, maka 0I akan tertinggal 900
dari 1V . Arus primer ini
akan menimbulkan fluks sinusoidal yang sefasa,
tsinmaks = ...(2 3)
Gambar 2.7 Transformator Tanpa Beban Gambar 2.8 Arus Tanpa Beban
Fluks yang sinusoidal akan mengkibatkan terbangkitnya tegangan induksi 1E
dt
dNe 11= Volt
tcosNdt
)tsin(dNe maks1
maks11 =
= Volt
maks1maks1
1 fN44,42
f2NE =
= Volt .(2 4)
maka pada sisi sekunder, fluks tersebut akan mengakibatkan timbulnya tegangan 2E .
Mesin Listrik I 2 - 5
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
6/31
dt
dNe 22
= Volt
tcosNe maks22 = Volt
maks22 fN44,4E = Volt ....(2
5)
Arus primer yang mengalir pada transformator saat sekunder tanpa beban, bukan
merupakan arus induktif murni, tetapi terdiri dari dua komponen arus yaitu arus mag-
netisasi ( mI ) dan arus rugi tembaga ( CI ). Arus magnetisasi ini menghasilkan fluks ().
Bentuk gelombang arus magnetisasi (Gambar 2.8) yang berbentuk sinusoidal akan ber-
ubah bentuk akibat pengaruh sifat besi (inti) yang tidak linear, sehingga bentuk gelom-
bang berubah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.9.
Sebuah Transformator Ideal dalam keadaan berbeban, seperti diperlihatkan pada gambar2.10. Bila tsin.V.2 22 = , dimana 2V nilai tegangan efektif dari terminal
sekunder kemudian )tsin()Z
V(.2i 22 = , adalah sudut impedansi dari beban.
2in K
ZZ = ......................................................................................(2 6)
Gambar 2.9 Kurva B H
Gambar 2.10 Transformator Ideal
Dalam bentuk phasor :
== 22
2 IZ
VI
dimana2
22
Z
VI = dan =ZZ
tsin
K
V.2 21 = , efektifnya
K
VV 21 =
Mesin Listrik I 2 - 6
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
7/31
sedangkan untuk arus :
)tsin(K.I.2i 21 =
= )tsin(.I2 1
dalam bentuk phasor : K.II 21 =
Impedansi dilihat dari sisi sekunder :
22
2
2
2
1
1in
KI
V
KI
K/V
I
VZ ===
2.3 Transformator Berbeban
Pada sub bab terdahulu telah dijelaskan bagaimana keadaan transformator secara ideal
baik saat tanpa beban maupun berbeban. Dalam prakteknya apabila sisi kumparansekunder transformator diberi beban (Gambar 2.11) maka besar tegangan yang di induk-
sikan (E2) tidak akan sama dengan tegangan pada terminal (V2), hal ini terjadi karena
adanya kerugian pada kumparan transformator.
Gambar 2.11 Transformator Berbeban
Apabila transformator diberi beban LZ maka arus 2I akan mengalir pada beban terse-
but, arus yang mengalir ini akan mengakibatkan timbulnya gaya gerak magnet (ggm)
2N 2I yang mana arahnya cenderung melawan arah fluks bersama yang telah ada dise-
babkan arus magnetisasi mI .Untuk menjaga agar fluks bersama yang telah ada bisa dijaga dipertahankan nilainya,
maka pada sisi kumparan primer arus mengalir arus '2I yang menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban '2I , sehingga arus yang mengalir pada sisi kumparan pri-
mer menjadi :
201 III += dimana mIII C0 += , apabila CI (rugi besi) diabaikan, maka nilai 0I =
mI , sehingga 2m1 III += . Untuk menjaga agar fluks bersama yang ada pada inti
transformator tetap nilainya, maka :
2211m1 INININ =
Mesin Listrik I 2 - 7
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
8/31
222m1m1 IN)II(NIN +=
2221m1m1 ININININ += , maka
2221 ININ = , nilai'2I = 1I bila mI dianggap kecil, sehingga
1
2
2
1
N
N
I
I= .(2 -
7)
2.3.1 Rangkaian Ekuivalen
Untuk memudahkan dalam menganalisa sebuah transformator maka kita perlu me-
ngetahui bagaimana rangkaian ekuivalen (model rangkaian) dari transformator tersebut .
Model rangkaian transformator dikembangkan oleh Steintmetz , dengan model ini me-
mungkinkan kita untuk menganalisa sebuah rangkaian dari peralatan yang sangat non-
linear dapat dianalisa dengan teori rangkaian linear .
Gambar2.12 Rangkaian Ekuivalen Transformator
2.3.1.1 Resistansi Kumparan
Kedua kumparan bisa dianggap sumber tegangan yang mempunyai tegangan didalam-
nya, masing-masing '1e dan'
2e dan mempunyai resistansi 1r dan 2r , lihat gambar
2.13.
Gambar2.13 Resistansi Kumparan dari Transformator
2.3.1.2 Reaktansi Bocor
Selanjutnya efek reaktansi bocor bisa ditunjukkan secara terpisah dari fluks bersama
dan tegangan yang melalui kedua koil menunjukkan akibat bocor pada sisi primer dan
sekunder .
Mesin Listrik I 2 - 8
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
9/31
Gambar 2.14 Induktansi atau Reaktansi Bocor Transformator
td
idlLle
1
11= dan
td
id
Lle2
2l2= (2 8)
kemudian : tsin2I22i =
dimana 2I arus efektif dari sekunder , maka tegangan jatuh akibat reaktansi bocor
adalah :
td
idlLle
2
22=
tsin2I2(dt
dlL 2
=
tcos2I2(lL 2 =
sehingga 2IlL2maxlE 22 = dan nilai efektif dan 2IlLlE 22
= .
Perlu diperhatikan arus adalah fungsi sinus , lagging tegangan cosinus sebesar 090 .
Dalam phasor efektif
2I)lL(jlE 22=
untuk primer
1I)lL(jlE 11=
maka resistansi bocor dari primer dan sekunder adalah :
11 l
21NlL1x = ..(2 9)
22 l
22NlL2x = ....(2-10)
2.3.1.3 Penguatan Inti ( Arus Penguatan )
Besarnya fluks yang terjadi pada inti sebuah transformator bisa kita peroleh ber-
dasarkan hukum Faraday :
dt
d1N1e
=
= dt1e1N
1
)tsin(1E21e += ..(2 11)
Mesin Listrik I 2 - 9
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
10/31
maka )tcos(1N
1E2 +
=
dan 1N1V
f2
1
1N
1E2
== .(2 12)
persamaan diatas juga menyatakan jika tegangan sinusoidal (juga fluks) , tetapi lagging
dari tegangan sebesar 90 .
Inti transformator merupakan elemen yang bersifat nonlinear. Seperti yang dijelaskan
pada sub bab sebelumnya bahwa pada inti akan timbul rugi histerisis, ditambah ber-
ubah-ubahnya fluks inti oleh tegangan induksi didalam inti itu sendiri .
Tegangan ini menyebabkan eddy like currents bersirkulasi didalam inti. Eddy
Currents menyebabkan rugi-rugi R2I didalam inti .
2i2
N1i1
N2F
1F +=+= A.t
kemudian bagi kedua sisi persamaan dengan 1N
exiK2i1i1N
=
exi1N=
)ehii(1N ++=
dimana i1N magnetisasi inti dan ehi1N + untuk mengetahui histerisis dan menyeim-
bangkan ggm yang diakibatkan oleh Eddy Currents .
ehiiexi ++=
=I1EmX dan
ehI1EcR
+
= .(2 13)
Rugi inti dalam watt
cR
21E
cR2ehIehI.1EcP =+=+= Watt ..(2 -14)
2.3.1.4 Rangkaian Ekuivalen Secara Lengkap
Berdasarkan pembahasan sebelumnya kita telah membahas rugi-rugi yang terjadi dida-
lam sebuah transformator, maka untuk memudahkan menganalisis kerja transformatortersebut dapat dibuat rangkaian ekuivalen dan vektor diagramnya. Rangkaian ekuivalen
ini dapat dibuat dengan acuan sisi primer atau acuan sisi sekunder .
Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer
Mesin Listrik I 2 - 10
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
11/31
Gambar 2.15 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer
Gambar 2.16 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer disederhanakan
Yang dimaksud dengan acuan sisi primer adalah apabila parameter rangkaian sekunder
dinyatakan dalam harga rangkaian primer dan harganya perlu dikalikan dengan faktor
2K
1
(Gambar 2.15). Untuk memudahkan dalam menganalisis, rangkaian ekuivalen pa-
da gambar 2.15 dapat disederhanakan lagi, seperti diperlihatkan pada gambar 2.16.
Berdasarkan rangkaian diatas kita dapat menentukan nilai parameter yang ada pada
transformator tersebut berdasarkan persamaan-persamaan berikut ini.
Impedansi ekuivalen transformator adalah :
)K
XX(j)
K
RR(Z
2
212
211eq +++=
1eq1eq jXR += .............................................................(2 15)
dimana
2
211eq
K
RRR += ..(2 16)
2
211eq
K
XXX += ..(2 17)
111111 X.IR.IEV ++= .......(2 18)
222222 X.IR.IEV ++= ....(2 19)
KN
N
E
E
1
2
1
2 == atauK
EE 21 = ....(2 -20)
maka :
Mesin Listrik I 2 - 11
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
12/31
)X.IR.IZ.I(K
1E 2222L21 ++=
sedangkan KN
N
I
I
1
2
2
'2 == atau
K
II
'2
2 =
sehingga
)XK
IR
K
IZ
K
I(
K
1E 2
'2
2
'2
L
'2
1 ++= ..(2 21)
dan )jXR(IK
VV 1eq1eq1
21 ++= .(2 22)
Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Sekunder
Gambar 2.17 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Sekunder
Gambar 2.18 Rangkaian Ekuivalen Transformator dengan Acuan Sisi Sekunder
yang disederhanakan
Rangkaian ekuivalen transformator bisa dibuat dengan acuan sisi sekunder
(Gambar 2.17), untuk itu parameter rangkaian primer harus dinyatakan dalam harga
rangkaian sekunder dan harganya perlu dikalikan dengan 2K .
Mesin Listrik I 2 - 12
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
13/31
Gambar 2.19 Diagram Vektor Sisi Sekunder
)2X2
K1X(j)2R2
K1R(2eqZ +++=
)2eqjX2eqR += ...(2-23)
dimana )2R2
K1R2eqR += ...(2-24)
2X2K1X2eqX += .(2-25)
)1X.1I1R.1I(1V1E += .(2-
26)
)2X.2I2R.2I(2E2V += (2-27)
}{ )1X.K.2I1R.K.2I(1VK2E +=
})1X.2K.2I1R.
2K.2I(1V.K += ...(2-
28)
dan )2X.2I2R.2I(2E2V +=
} )2X.2I2R.2I()1X.2K.2I1R.
2K.2I(1KV ++=
)2eqjX2eqR(2I1V.K += (2-29)
2.3.2 Perkiraan Tegangan Jatuh pada Transformator
Saat sebuah transformator dalam keadaan tanpa beban 1V kira-kira sama nilainya de-
ngan 1E , sehingga KEE 12 = ( dimana K = 1/a ). Juga 22 oVE = , dimana 2oV
adalah terminal tegangan sekunder pada keadaan tanpa beban atau 12 V.KoV = .
Perbedaan keduanya adalah sebesar 2eq2 Z.I , sedangkan perkiraan tegangan jatuh pada
sebuah transformator dengan acuan tegangan sekunder.
Tegangan jatuh pada sebuah transformator dipengaruhi oleh nilai beban dan faktor daya
yang terhubung pada transformator tersebut.
Faktor Daya Lagging
Tegangan jatuh total AFACZI eq ==22. dan diasumsikan sama dengan AG. Perkiraan
tegangan jatuh :
Mesin Listrik I 2 - 13
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
14/31
AG = AD + DG
+= Sin.X.ICos.R.I 2eq22eq2 (2
-30)
dengan asumsi == 21
Gambar 2.20 Transformator dengan Faktor Daya Lagging
Faktor Daya Leading
Perkiraan tegangan jatuh untuk faktor daya Leading
= Sin.X.ICosR.I 2eq22eq2 .........................................................................(2
31)
Gambar 2.21 Transformator dengan Faktor Daya Leading
Faktor Daya Unity
Gambar 2.22 Transformator dengan Faktor Daya Unity
Secara umum, perkiraan tegangan jatuh pada transformator adalah :
Mesin Listrik I 2 - 14
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
15/31
= SinX.ICos.R.I 2eq22eq2 (2
32)
Perkiraan tegangan jatuh dilihat dari sisi primer adalah :
= Sin.X.ICos.R.I 1eq11eq1 .........................................................................(2
33)Prosentase tegangan jatuh dilihat dari sisi sekunder :
%100....
2
2222x
V
SinXICosRI eqeq =
SinV
XxICos
V
RxI eqeq
2
22
2
22 .%100.%100=
= SinVCosV xr ..(2 - 34)
2.3.3 Efisisensi Transformator
Efisiensi = =Masuk
Keluar
Daya
Daya
2RugiDayaKeluar
DayaKeluar
+=
dimana Rugi = icu PP +
DayaMasuk
Rugi=1 ..........................................................................(2 35)
2.3.4 Perubahan Efisiensi Terhadap Beban
Rugi Cu ( Pcu ) = 1eqR.21I atau Wc2eqR
22I =
Rugi Inti ( Pi ) = Rugi Histeris + Rugi Arus Pusar ( Eddy Current)
= Ph + Pe
Daya Masuk Primer = 1Cos.1I.1V
1Cos.1I.1V
Rugi1Cos.1I.1V
=
.1Cos.1I.1V
iP1eqR.21I1Cos.1I.1V
=
1Cos.1I.1V
iP
1Cos.1V
1eqR.1I1
= ......................................(2
36)
Diferensialkan kedua sisi dengan 1I , maka
Mesin Listrik I 2 - 15
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
16/31
1Cos.
21I.1V
iP
1Cos.1V
1eqR0
1dI
d
+
=
untuk mendapatkan maksimum , 1dI
d
= 0 , sehingga persamaan menjadi :
1Cos.
21I.1V
iP
1Cos.1V
1eqR
=
atau
1eqR.21IiP = .(2 -37)
dari persamaan diatas dapat ditarik kesimpulan , untuk beban tertentu , efisiensi mak-
simum terjadi ketika rugi tembaga = rugi inti .
2.3.5 Pengaturan Tegangan
Pengaturan Tegangan (Regulation Voltage) suatu transformator adalah perubahan te-
gangan sekunder antara beban nol dan beban penuh pada suatu faktor daya tertentu,
dengan tegangan primer konstan.
Ada dua macam pengaturan tegangan yaitu, Regulation Down (Reg Down) dan
Regulation Up (Reg Up) :
% Reg Down %100x
oV
VoV
2
22 = ..(2 38)
% Reg Up %100xV
VoV
2
22 = ..(2 39)
Tegangan sisi sekunder tanpa beban sebagai referensi (acuan) adalah :
112'
2 VEK
EE ===
dan jika tegangan terminal sekunder beban penuh sebagai referensi primer
K
VV 2'2 =
% Pengaturan (Regulation) %100xV
VV
1
'
21
=
%100....
1
1111x
V
SinXICosRI eqeq +=
SinVCosV xr .+= .(2 40)
Mesin Listrik I 2 - 16
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
17/31
2.4 Pengaruh Perubahan Faktor Daya Beban terhadap Efisiensi
Gambar 2.23 Pengaruh Perubahan Faktor Daya
RugiCos.2I.2V
Rugi1
+
=
2I.2V/RugiCos
2I.2V/Rugi1+
= (2
-41)
bila tanKonsx2I.2V/Rugi == ,
makaxCos
x1
+=
+
=
Cos/x1
Cos/x1 ..(2-42)
2.5 Pengujian Transformator
Untuk menganalisis transformator berdasarkan rangkaian ekuivalen, maka perlu dike-
tahui parameter-parameter yang ada pada transformator tersebut. Parameter transforma-
tor bisa diketahui dari data sheet yang diberikan oleh pabrik pembuat atau bila tidak ada
bisa diketahui berdasarkan hasil percobaan.
Mesin Listrik I 2 - 17
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
18/31
Dua macam percobaan yang terpenting adalah percobaan beban nol (tanpa beban) dan
percobaan hubung singkat. Percobaan tanpa beban dilakukan untuk mengetahui rugi inti
dari transformator, sedangkan percobaan hubung singkat dilakukan untuk mengetahui
rugi tembaganya.
2.5.1 Percobaan Beban Nol
Pada saat sisi sekuder dari transformator tidak diberi beban (Gambar 2.24) , tegangan si-
si primer hanya akan mengalirkan arus pada rangkaian primer yang terdiri dari impe-
dansi bocor primer 111 jXRZ += dan impedansi penguat-an : mcm jXRZ += .Karena
umumnya 1Z jauh lebih kecil dari mZ , maka 1Z biasa diabaikan tanpa menimbulkan
suatu kesalahan yang berarti, rangkaian ekuivalennya (Gambar 2.25).
Gambar 2.24 Rangkaian Percobaan Beban Nol
Gambar 2.25 Rangkaian Ekuivalen hasil Percobaan Beban Nol
Pada umumnya percobaan beban nol dilakukan dengan alat ukur diletakkan di sisi tega-
ngan rendah dengan besarnya tegangan yang diberikan sama dengan tegangan nominal-
nya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
a) Bekerja pada sisi tegangan tinggi lebih berbahaya ;
b) Alat-lat ukur tegangan rendah lebih mudah didapat.
Dari hasil penunjukkan alat alat ukur didapat nilai sebagai berikut :
2m2c0 III += ...(2 43)
0010 Cos.I.VP = ..................................................................(2 44)
00c Cos.II = dan 00 Sin.IIm =
Mesin Listrik I 2 - 18
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
19/31
0
20
c
0c
P
V
I
VR == (2 45)
m
0m
I
VX = ..............................................................................(2 46)
2.5.2 Percobaan Hubung Singkat
Pada saat melakukan percobaan hubung singkat, sisi tegangan rendah transformator di
hubung singkat (Gambar 2.26), alat ukur diletakkan di sisi tegangan tinggi dengan nilai
arus dan tegangan yang telah direduksi (dikurangi), tegangan yang diberikan 5%-
10% dari harga nominalnya.
Nilai arus yang melalui kumparan yang dihubung singkat sama dengan arus nomi-
nalnya, oleh karena besarnya 2V sama dengan nol, maka besarnya 2E adalah sama
dengan rugi tegangan pada belitan sekundernya.
Gambar 2.26 Rangkaian Percobaan Hubung Singkat
Gambar 2.27 Rangkaian Ekuivalen hasil Percobaan Hubung Singkat
22HS2 Z.IE =
sedangkan dalam keadaan normal 2222 Z.IVE += , karena itu didalam percobaan hu-
bung singkat ini HS2E hanya 5 % - 10% dari 2E . Daya yang diserap pada saat per-
cobaan hubung singkat ini dapat dianggap sama dengan besarnya kerugian tembaga
pada kedua sisi kumparan tersebut.
22
2121HS R.IR.IP +=
'2
2'21
21 R.)I(R.I +=
1eq21
'21
21 R.I)RR.(I =+=
Mesin Listrik I 2 - 19
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
20/31
21
HS1eq
I
PR = ..(2 47)
jika resistansi ekuivalen diperoleh dari percobaan hubung singkat tersebut akan diguna-kan untuk memperhitungkan efisiensi , maka resistasni ini harus dikoreksi pada tempe-
ratur kerja yaitu 75C , sehingga :
t5,234
755,234.R75R
+
+= ..(2 -48)
1I
HSV1eqZ = .................................................................................(2 -49)
2)1eqR(2)1eqZ(1eqX = (2 -50)
1I.HSV
HSPHSCos = ...(2 -51)
2.5.3 Penentuan Polaritas Transformator Satu Fasa
Cara melilit kumparan transformator sangat menentukan tegangan induksi yang dibang-
kitkan dan polaritas dari transformator tersebut (Gambar 2.28). Bila sisi primer diberi
tegangan, akan menghasilkan arah tegangan induksi seperti ditunjukkan arah panah.
Terminal H1 mempunyai polaritas yang sama dengan L1 yaitu positif (+), sedangkan
H2 polaritasnya sama dengan L2 (-).
Gambar 2.28 Penentuan Polaritas Transformator
Posisi polaritas seperti tersebut diatas disebut dengan polaritas pengurangan, sebalik-
nya jika polaritas H1 (+) = L2 (+) dan H2 (-) = L1 (-), akibat cara melilit kumparan
sekunder sebaliknya dari kondisi pertama, maka disebutpolaritas penjumlahan.
Penentuan polaritas seperti tersebut dijelaskan diatas bisa diketahui dengan cara
melakukan pengukuran tegangan sebagai berikut, bila :
VaVH disebut polaritas penjumlahan. ( Aditive Trafo)
Mesin Listrik I 2 - 20
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
21/31
2.6 Paralel Transformator
Penambahan beban pada suatu saat menghendaki adanya kerja paralel diantara trans-
formator. Tujuan utama kerja paralel ialah supaya beban yang dipikul sebanding dengan
kemampuan KVA masing-masing transformator, sehingga tidak terjadi pembebanan
yang berlebihan.
Untuk kerja paralel transformator ini diperlukan beberapa syarat :
1. Kumparan primer dari transformator harus sesuai dengan tegangan dan frekuensi
sistem suplai (jala jala) ;
2. Polaritas transformator harus sama ;
3. Perbandingan tegangan harus sama ;
4. Impedansi berbanding terbalik dengan daya Trafo;5. Perbandingan reaktansi terhadap resistansi sebaiknya sama.
Gambar 2.29 Rangkaian Paralel Transformator Satu Fasa
2.6.1 Paralel Dua Transformator dalam Keadaan Ideal
Keadaan ideal dari dua transformator mempunyai perbandingan tegangan sama dan
mempunyai segitiga tegangan impedansi yang sama dalam ukuran dan bentuk. Segitiga
ABC menunjukkan segitiga tegangan impedansi yang sama dari kedua transformator.
Arus AI dan BI dari masing-masing transformator sefasa dengan arus beban I dan
berbanding terbalik terhadap masing-masing impedansinya,
Mesin Listrik I 2 - 21
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
22/31
a. Rangkaian Paralel dua buah Transformator
b. Diagram Vektor Paralel dua Transformator
Gambar 2.30 Paralel dua buah Transformator dalam Keadaan Ideal
BA III +=
ABBBAA2 Z.IEZ.IEZ.IEV ===
BBAA Z.IZ.I = atauA
B
B
A
Z
I
Z
I=
)ZZ(
Z.II
BA
BA
+= .........................................................................(2 52)
dan)ZZ(
Z.II
BA
AB
+= .........................................................................(2 53)
BA Z,Z = Impedansi dari masing-masing transformator
BA I,I = Arus masing-masing transformator
2.6.2 Paralel Transformator Perbandingan Tegangan Sama
Diasumsikan tegangan tanpa beban dari kedua transformator dari kedua sekunder sama
EEE BA == , tidak ada perbedaan fasa antara AE dan BE , hal ini dapat dilakukan ji-
ka arus magnetisasi dari kedua transformator tidak terlampau jauh berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Dibawah kondisi ini, kedua sisi primer dan sekunder dari ke-
dua transformator dapat dihubungkan secara paralel dan tidak ada arus sirkulasi antara
keduanya saat tanpa beban. Bila admitansi magnetisasi diabaikan, kedua transformator
Mesin Listrik I 2 - 22
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
23/31
dapat dihubungkan dengan rangkaian ekuivalen seperti diperlihatkan pada Gambar 2.31,
dan vektor diagramnya seperti diperlihatkan pada Gambar 2.32
Gambar 2.31 Rangkaian Ekuivalen Paralel Transformator Tegangan Sama
BAZ,Z = Impedansi dari masing-masing transformator.
BA I,I = Arus masing-masing transfor-mator
2V = Tegangan terminal
I = Arus total
ABZ.IBZ.BIAZ.AI ==
BA
B2A2
ZZ
ZI.VI.V
+= dan
BA
A2B2
ZZ
ZI.VI.V
+=
sedangkan S10x.I.V 32 = kombinasi daya beban dalam KVA dan daya dalam KVA
untuk masing-masing transformator adalah :
BA
B
A ZZ
ZSS
+
=
dan BA
A
B ZZ
ZSS
+=
...................(2 54)
Gambar 2.32 Vektor Diagram Paralel Transformator Tegangan Sama
2.7 Autotransformator
Mesin Listrik I 2 - 23
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
24/31
Autotransformator adalah transformator yang hanya terdiri dari satu kumparan yang ha-
nya berfungsi sebagai sisi primer dan sekunder (Gambar 2.39).
Gambar 2.33 Rangkaian Autotransformator
Bila tegangan pada sisi primer V1 dan arus I1, tegangan pada sisi sekunder V2 dan
arus I2. Daya semu bisa mencermikan banyaknya bahan yang digunakan untuk pem-
buatan transformator tersebut. Besaran tegangan merupakan ukuran mengenai banyak-
nya inti yang dipakai, sedangkan arus berbanding lurus dengan banyaknya kawat tem-
baga yang dipakai dalam pembuatan transformator tersebut.
Pada transformator biasa yang terdiri dari dua kumparan yang terpisah secara listrik,
banyaknya bahan yang digunakan untuk primer dan sekunder bisa diperkirakan dengan
persamaan :
2211tb I.VI.VS += ........................................................................(2
55)
Bila kerugian-kerugian didalam transformator dapat diabaikan, maka untuk pendekatan,
persamaan untuk transformator biasa adalah :
2211tb I.V.2I.V.2S = ...(2
56)
untuk autotransformator pendekatannya adalah : 231tA I.VI.VS += (2 57)
sedangkan :
2121 IIImaka,III =+= ..
(2 58)
maka :
212211
21222111
212211tA
I.V.2I.VI.V
I.VI.VI.VI.V
I)VV()II(VS
+=
+=
+=
Mesin Listrik I 2 - 24
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
25/31
bila rugi-rugi dibaikan maka dapat ditulis :
21222111tA I.V.2I.V.2I.V2I.V.2S
Perbandingan antara daya Autotransformator tAS dengan daya tipe sebagai transfor-mator biasa tbS , adalah :
2
1
2
12
22
2122
tb
tA
V
V1
V
VV
I.V.2
I.V.2I.V.2
S
S=
=
=
dari persamaan diatas dapat dilihat untuk nilai V1 dab V2 yang tidak jauh berbeda,
misalnya V1:V2 = 0,9, maka perbandingan 1,09,01S
S
tb
tA == ini menunjukkan
dengan menggunakan autotransformator diperlukan bahan 10% lebih hemat daripada
transformator biasa.
Autotransformator banyak digunakan di:
Industri untuk alat pengasut (start) motor induksi tiga fasa rotor sangkar.
Instalasi Pemenpaat untuk menaikkan tegangan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
peralatan listrik rumah tangga.
2.8 Transformator Pengukuran
Untuk melakukan pengukuran tegangan atau arus yang berada di gardu-gardu listrik
atau pusat pembangkit tenaga listrik biasanya tidak dilakukan secara langsung karenakarena nilai arus/tegangan yang harus diukur pada umumnya tinggi. Apabila pe-
ngukuran besaran-besaran listrik ini dilakukan secara langsung, maka alat-alat ukur
yang harus disediakan akan menjadi sangat mahal karena baik dari ukuran fisik maupun
ratingnya memerlukan perancangan secara khusus.
Untuk mengatasi hal tersebut maka yang dibuat secara khusus bukan alat ukurnya,
melainkan transformatornya, dengan cara ini harganyapun relatif lebih murah bila
dibandingkan dengan pembuatan alat ukur khusus.
Transformator khusus ini disebut transformator pengukuran (instrumen). Ada dua jenis
transformator pengukuran, yaitu :
1. Transformator Arus yang menurunkan arus menurut perbandingan tertentu.
2. Transformator tegangan yang menurunkan tegangan menurut perbandingan tertentu.
2.8.1 Transformator Arus
Transformator arus (Gambar 2.40) digunakan untuk mengukur arus beban pada sebuah
rangkaian. Dengan penggunaan transformator arus, maka arus beban yang besar dapat
diukur hanya dengan menggunakan Ampermeter yang rangenya tidak terlalu besar.
Mesin Listrik I 2 - 25
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
26/31
Gambar 2.34 Transformator Arus
2.8.2 Transformator Tegangan
Prinsip kerja transformator tegangan sebenarnya sama dengan sebuah transformator
biasa, yang membedakannya adalah dalam perbandingan transformasinya, dimana
transformator tegangan memiliki ketelitian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
transformator biasa. Transformator tegangan biasanya mengubah tegangan tinggi
menjadi tegangan rendah.
Misalnya pada sebuah Gardu distribusi yang mempunyai tegangan 20 KV dengan trans-
formator tegangan diturunkan menjadi 200 Volt yang digunakan untuk pengukuran.
Untuk mencegah terjadinya perbedaan tegangan yang besar antara kumparan primerdengan sekunder, karena adanya kerusakan isolasi pada kumparan primer, maka pada
sisi sekunder perlu dipasang pembumian.
Gambar 2.35 Transformator Tegangan
Mesin Listrik I 2 - 26
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
27/31
Rangkuman
1. Michael Faraday menyimpulkan bahwa tegangan gerak listrik imbas e didalam se-
buah rangkaian listrik adalah sama dengan perubahan fluks yang melalui rangkaian-
rangkaian tersebut.2. Hukum Induksi Faraday, tanda negatif menunjukkan bahwa arus induksi akan sela-
lu mengadakan perlawanan terhadap yang menghasilkan arus induksi tersebut.
3. Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah
energi Listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain
dengan frekuensi yang sama, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan
prinsip induksi elektromagnet.
4. Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua jenis transformator,
yaitu tipe inti (core type) dan tipe cangkang (shell type).
5. Tujuan utama penyusunan inti secara berlapis adalah unuk mengurangi kerugian
energi akibat Eddy Current (arus pusar).
6. Sebuah transformator dikatakan ideal, apabila dalam perhitungan dianggap tidakada kerugian-kerugian yang terjadi pada transformator tersebut, seperti rugi akibat
resistansi, induktansi, arus magnetisasi, maupun akibat fluks bocor.
7. Apabila sisi kumparan sekunder transformator diberi beban maka besar tegangan
yang diinduksikan tidak akan sama dengan tegangan pada terminal, hal ini terjadi
karena adanya kerugian pada kumparan transformator.
8. Model rangkaian transformator dikembangkan oleh Steintmetz , dengan model ini
memungkinkan kita untuk menganalisa sebuah rangkaian dari peralatan yang
sangat nonlinear dapat dianalisa dengan teori rangkaian linear .
9. Impedansi ekuivalen transformator adalah
)
K
XX(j)
K
RR(Z
2
212
211eq +++=
10. Tegangan jatuh pada sebuah transformator dipengaruhi oleh nilai beban dan faktor
daya yang terhubung pada transformator tersebut.
11. Efisiensi transformator = = Masuk
Keluar
Daya
Daya2
RugiKeluar_Daya
Keluar_Daya
+
=
12. Prosentase tegangan jatuh transformator dilihat dari sisi sekunder :
%100x2oV
Sin.2eqX.2ICos.2eqR.2I =
13. Efisiensi maksimum transformator terjadi ketika rugi tembaga = rugi inti
14. Parameter transformator bisa diketahui dari datasheet atau berdasarkan hasil per-cobaan beban nol (tanpa beban) dan percobaan hubung singkat.
15. Percobaan beban dilakukan untuk mengetahui rugi inti dari transformator, sedang-
kan percobaan hubung singkat dilakukan untuk mengetahui rugi tembaganya.
16. Tujuan utama kerja paralel ialah supaya beban yang dipikul sebanding dengan ke-
mampuan KVA masing-masing transformator, sehingga tidak terjadi pembebanan
yang berlebihan.
17. Untuk kerja paralel transformator ini diperlukan beberapa syarat :
a) Kumparan primer dari transformator harus sesuai dengan tegangan dan frekuensi
sistem suplai (jala jala) ;
b) Polaritas transformator harus sama ;
c) Perbandingan tegangan harus sama ;
Mesin Listrik I 2 - 27
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
28/31
d) Impedansi berbanding terbalik dengan daya Trafo;
e) Perbandingan reaktansi terhadap resistansi sebaiknya sama.
18. Autotransformator adalah transformator yang hanya terdiri dari satu kumparan yang
hanya berfungsi sebagai sisi primer dan sekunder
19. Transformator arus digunakan untuk mengukur arus beban pada sebuah rangkaian.20. Transformator tegangan digunakan untuk mengubah tegangan tinggi menjadi te-
gangan rendah.
Soal Latihan
1. Sebuah transformator satu fasa menyerap arus 0,75 Ampere saat sisi primer dihu-
bungkan dengan tegangan suplai 220 volt, 50 Hz, sisi sekunder dalam keadaan
terbuka. Daya yang diserap 64 Watt . Hitung besarnya arus inti ( cI ) dan arus
magnetisasi ( mI ) .
2. Sebuah transformator satu fasa ideal mempunyai lilitan primer 525 dan sekunder 70
lilit. Sisi primer dihubungkan dengan tegangan suplai 3.300 Volt, bila rugi-rugi dia-
baikan, hitung besarnya tegangan sekunder dan berapa arus primer jika arus
sekunder 250 Ampere .
3. Sebuah transformator satu fasa 50 Hz mempunyai lilitan primer 20 dan sekunder 273
lilit. Luas penampang inti transformator 400 2Cm . Bila kumparan primer dihu-
bungkan dengan tegangan 220 Volt . Hitung nilai kerapatan flux dalam inti dan
besarnya tegangan yang diinduksikan pada sisi sekunder .
4. Sebuah transformator satu fasa 30 KVA , 2400/120 Volt, resistansi sisi tegangan
tinggi 0,1 Ohm dan reaktansinya 0,22 Ohm. Sisi tegangan rendah mempunyairesistansi 0,035 Ohm dan reaktansi 0,012 Ohm . Hitung :
a. Resistansi , reaktansi , dan impedansi dengan refrensi ( acuan) sisi primer
b. Resistansi , reaktansi , dan impedansi dengan refrensi (acuan) sisi sekunder
5. Sebuah transformator satu fasa mempunyai data sebagai-berikut :
Perbandingan lilitan 19 : 5 ; 25R1 = Ohm , 100X1 = Ohm , 06,0R2 = Ohm , dan
25,0X2 = Ohm . Arus beban nol 1,25 Ampere danLeading dari Flux 30 .
Sisi sekunder menyalurkan arus sebesar 200 Ampere pada tegangan terminal 500
Volt dan faktor daya 0,8 Lagging. Tentukan dengan bantuan Vektor diagram, tega-
ngan sisi primer dan faktor daya pada sisi primer.
Catt : 0j5000500Volt5002V +===
)6,0j8,0(2002I =
)25,0j06,0(2Z +=
6. Sebuah transformator satu fasa 50 KVA , 4400/220 Volt , mempunyai 45,3R1 =
Ohm , 2,5X1 = Ohm , 009,0R2 = Ohm , dan 015,0X2 = Ohm . Hitung besarnya
tegangan terminal sisi sekunder saat transformator menyalurkan arus beban penuh
dengan faktor daya 0,866 lagging .
7. Parameter Transformator satu fasa 2300/230 Volt, 50 Hz adalah sebagai berikut :
Mesin Listrik I 2 - 28
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
29/31
286,0R1 = Ohm 319,0R'2 = Ohm 250RC = Ohm
73,0X1 = Ohm 73,0X'
2 = Ohm 1250Xm = Ohm
Impedansi beban pada sisi sekunder 29,0j387,0ZL += Ohm
Hitung besarnya Daya input di sisi primer dan daya ouput di sisi sekunder,penyelesaian dengan menggunakan rangkaian ekuivalen .
8. Saat Transformator satu fasa dihubungkan dengan tegangan 1.000 Volt, 50 Hz, rugi
intinya adalah 1.000 Watt, yang terbagi atas 650 Watt akibat rugi Histeris dan 350
Watt akibat rugi arus pusar (Eddy Current losss) . Apabila tegangan yang diberikan
pada transformator dinaikkan menjadi 2.000 Volt dan frekuensinya 100 Hz , hitung
rugi inti yang terjadi pada tegangan 2.000 Volt dan frekuensi 100 Hz tersebut .
9. Untuk memperoleh rangkaian ekuivalen dari sebuah transformator satu fasa 200/400
Volt, 50 Hz dilakukan tes tanpa beban dan hubung singkat . Dari hasil tes tersebut
diperoleh data sbb :
Tabel Hasil Pengujian (Tes) Transformator
Tes Tegangan
(Volt)
Arus (A) Daya
(Watt)
Keterangan
Beban Nol 200 0,7 70 Alat Ukur di Teg Rendah
Hub Singkat 15 10 85 Alat Ukur di Teg Tinggi
Hitung besarnya tegangan terminal sekunder saat menyalurkan daya 5 Kw dengan
faktor daya 0,8 lagging , tegangan yang diberikan pada sisi primer 200 Volt .
Pre Test
1. Tiga buah impedansi (2 + j4), (3 - j5), dan (1 - j3) Ohm dihubungkan secara paralel,
kemudian dihubungkan secara seri dengan kumparan yang mempunyai resistansi 3
Ohm dan induktansi 0,02 Henry pada suplai tegangan 230 Volt, frekuensi 50 Hz.
Tentukan :
a. Impedansi total rangkaian c. Faktor daya
b. Arus total yg diserap dari suplai d. Arus masing-masing cabang paralel
2. Suatu beban tidak seimbang dihubungkan Segitiga dengan urutan fasa RST ,tega-ngan Volt0240100TRV,
0120100STV,
00100RSV === . Beban
masing-masing fasa Zrs = 6 + j8 Ohm , Zst = 8 + j6 Ohm , dan Ztr = 4 - j3 Ohm
Tentukan : Arus fasa, arus jala-jala dan daya yang diserap oleh masing-masing be-
ban bila : a. Urutan fasa RST b. Urutan Fasa RTS
3.
Mesin Listrik I 2 - 29
V= 220 30 Volt , 50 Hz
R= 3,5 Ohm L = 0,1 H
Z
I
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
30/31
Tentukan Nilai :
a. Reaktansi XL
b. Impedansi Z dalam bentuk polar
c. Arus I dalam bentuk polard. Nilai faktor daya
e. Daya yang diserap rangkaian P ( Watt)
Post Test
1. Sebuah transformator satu fasa mempunyai lilitan primer 400 . Luas penampang
inti 60 2Cm dan panjang jalur magnetik 0,8 m . Tegangan sisi primer 500 Volt, 50
Hz. Hitung besarnya kerapatan flux di dalam inti dan arus magnetisasi, biladiasumsikan permeabilitas relatif bahan inti 2000 .
2. Sebuah transformator satu fasa 50 KVA , 4400/220 Volt , mempunyai 45,3R1 =
Ohm , 2,5X1 = Ohm , 009,0R2 = Ohm , dan 015,0X2 = Ohm
a. Resistansi , reaktansi, dan impedansi dengan refrensi ( acuan) sisi primer
b. Resistansi , reaktansi, dan impedansi dengan refrensi (acuan) sisi
sekunder
c. Total rugi tembaga (Pcu primer dan sekunder) .
3. Untuk memperoleh nilai 1eqR , 1eqX , cR , mX seperti diperlihatkan pada gambar
rangkaian ekuivalen sebuah transformator satu fasa 4 KVA, 200/400 Volt , 50 Hzdilakukan tes tanpa beban dan hubung singkat . Dari hasil tes tersebut diperoleh
data sbb :Tabel Hasil Pengujian (Tes) Transformator
Tes Tegangan (Volt) Arus (A) Daya (Watt) Keterangan
Beban Nol 200 0,7 70 Alat Ukur di Teg Rendah
Hub Singkat 15 10 80 Alat Ukur di Teg Tinggi
Selain menentukan nilai parameter rangkaian, tentukan juga prosentase regulasi
tegangan saat beban penuh dengan faktor daya a.) 0,8 Lagging dan b ) 0,8
Leading.
Mesin Listrik I 2 - 30
-
7/30/2019 BA Mesin Listrik I-Bab II
31/31
4. Dua buah transformator satu fasa mempunyai impedansi masing-masing (0,5 +j3)
Ohm dan (0,6 + j 10) Ohm . Transformator dioperasikan secara paralel , hitung
daya yang ditanggung oleh masing-masing transformator , bila total beban yg harus
di supplai 100 KW pada 0,8 lagging .