b. kajian pustaka 1. belajareprints.umm.ac.id/57364/38/bab ii.pdf · kesimpulan diatas prinsip...
TRANSCRIPT
Berdasarkan informasi yang didapatkan ketika observasi di sekolahan
serta didukung dari penelitian terdahulu, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian karena terdapat permasalahan yang dialami oleh siswa
SMP As-Salam Batu yaitu bagaimana motivasi belajar matematika siswa
kelas VIII SMP As-Salam Batu. Sementara itu untuk memberikan arah yang
jelas dalam penelitian ini perlu adanya solusi dari permasalahan tersebut.
Peneliti membuat tujuan sesuai dengan rumusan masalah di atas yaitu
mendeskripsikan motivasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP As-
Salam Batu berdasarkan pendapat siswa melalui angket dan wawancara.
B. Kajian Pustaka
1. Belajar
Para ahli mengungkapkan beberapa pengertian belajar, terdiri
beberapa macam definisi mengenai belajar. Setiap orang memiliki
beberapa pendapat dalam definisi belajar. Berikut ini beberapa pengertin
belajar menurut para ahli. Belajar dengan kamus umum bahasa indonesia
merupakan usaha mendapatkan pengetahuan atau memperoleh ilmu.
Perwujudan suatu usaha seperti berupa kegiatan, sehingga belajar juga
termasuk kegiatan usaha memperoleh ilmu (Prawira, 2012). Belajar adalah
salah satu perubahan dalam suatu tingkah laku, sebagaimana perubahan
bisa mengarahkan pada suatu perilaku yang baik, akan tetapi ada beberapa
kemungkinan yang mengarah pada perilaku yang lebih buruk (purwanto,
2013).
Menurut Makmun (2012) Belajar adalah suatu dimana proses
mendapat suatu pengetahuan di dalam pengalaman bentuk beberapa pola
menyambut perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Hudojo (2000) belajar merupakan suatu kegiatan
untuk setiap orang. Pengalaman, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan
perilaku sikap seseorang bisa terbentuk, termodifikasi dan mulai
berkembang yang dipengaruhi oleh belajar karena itu merupakan seorang
yang disebut belajar apabila dianggap di dalam diri seseorang itu akan
menjadi suatu proses kegiatan yang menyebabkan dalam suatu perubahan
4
perilaku. Suatu kegiatan dan usaha untuk mendapatkan suatu perubahan
perilaku itu termasuk proses belajar, dan suatu perubahan perilaku itu
merupakan suatu hasil dari belajar.
Selain itu menurut Sardiman (2007) mengajukan bahwa belajar
adalah suatu perubahan prilaku ataupun penampilan, dengan beberapa
sekumpulan kegiatan contoh dengan membaca, mengamati, mendengar,
mempraktekan dan lain sebagainya. Dari beberapa kesimpulan diatas, bisa
mengambil arti bahwa belajar merupakan suatu cara untuk menerapkan
perubahan tingkah laku berdasarkan pengetahuan dengan beberapa
kegiatan seperti membaca, mengamati, meniru, dan lain sebagainya.
a. Prinsip Belajar
Menurut Slameto (2013) adapun beberapa prinsip belajar
menurut teori Gestalt yaitu: 1) belajar dengan menyeluruh yaitu
seorang berusaha memperbanyak dalam memahami suatu pelajaran; 2)
belajar merupakan sebuah proses kemampuan dalam menerima dan
merancang beberapa pelajaran. Manusia merupakan sekumpulan
organisme yang berkembang karena suatu lingkungan dan
pengalaman; 3) sebagai siswa organisme keseluruhan yakni Selain
menggunakan inteleknya, siswa juga menggunakan emosional dan
jamaniahnya karena guru juga mengajar kepribadian seorang siswa; 4)
terjadinya transfer yaitu pokok pembelajaran yang terpenting dalam
penyesuaian utama adalah menerima sebuah respon yang tepat. Sulit
tidaknya suatu masalah dalam mengamati, dan jika dalam suatu
kemampuan siswa dapat menguasai dengan benar maka bisa untuk
dipindahkan untuk memperoleh kemampuan lainnya; 5) belajar
merupakan organisasi pengalaman, yang dikatakan pengalaman
merupakan interaksi antar seorang dalam lingkunganya. Seorang anak
jatuh dari sepeda, kejadian merupakan suatu pengalaman bagi anak
tersebut. Karena belajar merupakan suatu masalah atau situasi baru
yang timbul. Maka dari itu dia akan menggunakan berbagai macam
upaya yang telah ia miliki dan juga menerapkan analisais reorganisasi
pengalamannya; 6) belajar dengan menggunakan metode insight,
5
metode ini merupakan suatu proses pembelajaran sebagaimana seorang
telah medalami tentang pengertian seluk beluk yang mempengaruhi
hubungan dalam suatu unsur yang mengandung suatu masalah; 7)
belajar akan berhasil jika disertai dengan keinginan dari siswa maka
dengan hal itu siswa dapat mampu memahami apa ia pelajari, agar ia
mengetahui beberapa tujuan yang harus ia capai serta yakin akan
manfaatnya, dan 8) belajar terus menerus (konsisten) hal ini
dimaksudkan yaitu selain di sekolah, siswa juga memperoleh
pengetahuan alam lingkungan pergaulan, alangkah baiknya jika pihak
sekolah bekerja sama dengan orang tua serta masyarakat agar mampu
membantu proses perkembangan siswa dengan baik. Menurut
kesimpulan diatas prinsip belajar adalah berbuat dan bertindak dan
juga harus disertai dengan tujuan agar memperoleh hasil yang lebih
baik. Pada proses belajar, aksi dan keterlibatan langsung peserta didik
itu sangat penting karena untuk memperoleh pengalaman dan
tantangan.
b. Teori-teori Belajar
Memperjelas definisi belajar sebelumnya berikut jabaran
tentang teori-teori belajar: 1) Teori Study Conditioning, menurut Paflof
dan Watson, suatu kejadian perubahan dikarenakan terdapat syarat-
syarat (condition) yang akhirnya timbul suatu reaksi (respone) dalam
teori kondisioning ini bahwa diutamakan adanya latihan yang
berkelanjutan dan dilakukan secara otomatis (Purwanto, 2013); 2)
Teori Thorndike (1874-1949), Uno (2013) teori Thorndike
menjelaskan jika belajar terjadi dari proses suatu interaksi yang terjadi
secara stimulus (kemungkingn berupa pikiran, gerakan, atau perasaan)
dan respon (sama halnya berupa pikiran, gerakan, atau perasaan)
intinya teori Thorndike merupakan suatu perubahan tingkah laku yang
berwujud secara kongkrit (bisa diamati) atau non kongkrit (tidak bisa
diamati); 3) Teori belajar Gestalt (1880-1967), penggagas teori belajar
Gestalt Max Wetheirmer (1880-1967) dan Wolfgang Kohler (1887-
1967) dan Kort Kofkah (1886-1941). Slameto (2013) teori Gestalt ini
6
dikemukakan oleh Wolfgang Kohler (1887-1967) dan Kort Kofkah
(1886-1941) dari Jerman dalam pengamatannya adalah belajar yaitu
(1) Gestalt memiliki kelebihan jumlah unsur-unsurnya, dan (2) Gestalt
pada bagian-bagiannya timbul terlebih dahulu.
Slameto (2013) belajar adalah berawal terjadinya suatu
penyesuaian yang memperoleh suatu respon yang tepat dalam
memecahkan masalah. Belajar merupakan proses mengulang apa yang
harus dipelajari dan dimengerti dengan memperoleh suatu insight
(pemahaan) adapun sifat-sifat belajar insight adalah: 1) insight yang
timbul dari kemampuan dasar seorang; 2) insight yang timbul dari
pengalaman masa lalu yang relefan; 3) insight yang timbul dari situasi
yang perlu diamati; 4) insight yang timbul dari hal yang perlu dicari; 5)
insight harus dipelajari secara berulang, dan 6) insight bisa digunakan
untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang timbul suatu perubahan
atau pembaruan dalam tingkah laku dan percakapan. Berhasil atau
tidaknya tersebut tergantung beberapa faktor, yaitu: 1) faktor
kecemasan, Arif (2013) menjelaskan bahwa kecemasan siswa
merupakan bagian yang selalu ada pada pendidikan. Setiap siswa akan
merasakan suatu kecemasan pada saat disekolah, dan pada waktu
tertentu pencemasan tersebut akan penghambat belajar dan kinerja
siswa secara serius pada saat ujian belajar. Kecemasan tersebut
ditandai seperti adanya kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut
yang biasanya dialami dengan tingkatan yang berbeda beda. Atkinson
dkk (2013), dan 2) self efficacy dalam pembelajaran matematika, pada
dasarnya matematika bersifat abstrak. Siswa merasakan kesulitan
untuk membangkitkan minat dan rasa senang terhadap mata pelajaran
matematika diperlukan adanya rasa percaya diri yang kuat dalam
mempelajari dan mengerjakan soal matematika. Self efficacy
matematika merupakan suatu kemampuan siswa dalam menumbuhkan
rasa percaya diri untuk mempresentasikan dan menyelesaikan masalah
7
matematika, cara belajar dalam memahami suatu konsep dan
menyesuaikan beberapa tugas, dan mampu mengkomunikasikan
matematika tersebut dengan teman sebaya serta pengajar selama proses
pembelajaran
Purwanto (2013) menjelaskan beberapa beberapa faktor yang
dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1) Faktor Individual
Faktor individual meliputi hal hal berikut, a) kematangan atau
pertumbuhan, dalam menerapkan proses belajar, kita tidak bisa melatih
anak yang baru usia 6 bulan karena dalam proses belajar ini butuh
kematangan dalam individu masing-masing. Semua itu dikarenakan
pertumbuhan pada mentalnya belum matang (belum siap) dalam
menerima pelajaran. Maka jika mengajarkan dengan sesuai dengan
pertumbuhan atau kematangan kemungkinan akan berhasil, seperti
potensi jasmani dan rohani yang cukup matang; b) kecerdasan atau
intelegensi, selain faktor diatas, mampu atau tidaknya seorang anak
mempelajari sesuatu dengan baik itu juga berpengaruh dalam kategori
kecerdasan. Dengan begitu seorang siswa akan lebih mudah dalam
menangkap dan memahami dalam-dalam dengan apa yang ia pelajari
dan mampu untuk mengingatnya; c) latihan dan ulangan, dengan
berlatih, kemungkinan ia mampu menguasai lebih dalam apa yang
telah ia pelajari, namun jika sebaliknya tanpa latihan kemungkinan apa
yang telah ia pelajari akan berkurang ataupun bisa jadi menghilang
(lupa). Oleh karena itu alangkah baiknya jika seorang siswa harus
memperbanyak latihan agar apa yang ia peroleh tidak menghilang
(lupa); d) motivasi, motivasi adalah suatu dorongan bagi suatu
organisme maupun individu untuk melakukan sesuatu. Seseorang tidak
akan bisa untuk mempelajari sesuatu jika ia tidak mengetahui hal-hal
penting atau faedah dari hasil yang ia peroleh dari belajar; dan e) sifat-
sifat pribadi seseorang, sifat pribadi tentunya setiap orang pasti
mempunyai kepribadian masing-masing dan tentunya berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Ada berbagai macam sifat kepribadian
8
seseorang seperti tekun dalam berusaha, keras hati, lembut
perasaannya, berkemauan keras, dan lain sebagainya. Hal tersebut
berpengaruh dalam hasil belajar yang ia peroleh.
2) Faktor luar individu
Faktor luar individu atau yang disebut juga dengan faktor sosial
antara lain sebagai berikut: a) keadaan keluarga, beberapa macam
keadaan dan suasana keluarga juga menentukan bagaimana belajar
yang dialami oleh seorang siswa. Ada berbagai macam keadaan
keluarga seperti keaadan keluarga yang damai dan tentram, ada juga
yang sebaliknya. Faktor yang mempengaruhi yaitu mampu tidaknya
atau ketersediaan beberapa fasilitas yang dibutuhkan dalam belajar; b)
guru dan cara mengajar, disaat mengajar di sekolah, faktor guru dan
cara mengajar juga faktor yang sangat penting. Bagaimana
kepribadiannya sebagai guru, sedikit banyaknya pengetahuan yang
dimilliki oleh guru, dan juga bagaimana tutorial guru itu mengajarkan
kepada siswa-siswanya, hal tersebut menentukan seberapa banyak
hasil yang telah diperoleh oleh siswa tersebut; c) alat-alat pelajaran,
faktor ini bekaitan dengan faktor guru dan cara mengajar. Fasilitas
sekolah yang cukup memenuhi alat-alat dan beberapa perlengkapan
yang diperlukan dalam belajar dan cara yang baik guru mengajarkan
kepada siswa-siswanya, dengan menggunakan alat-alat tersebut akan
mempermudah anak-anak untuk belajar, dan d) lingkungan dan
kesempatan, seorang siswa yang berintelegensi baik, dari keluarga
yang baik, berfasilitas baik, dan bersekolah di sekolah yang cukup elit
belum tentu seorang siswa dapat belajar dengan baik. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi hasil belajarnya, seperti pengaruh
lingkungan buruk disekitar, jarak rumah dengan sekolahan yang cukup
jauh dan lain sebagainya. Berdasarkan beberapa faktor diatas,
sangatlah berpengaruh dalam proses belajar individu maupun diluar
individu dalam sekolah dan harapan motivasi dengan beberapa faktor
tersebut tidak lagi berpengaruh dalam proses belajar.
9
2. Matematika
Munculnya matematika dikarenakan munculnya sebuah pemikiran
dengan ide, proses dan penalaran. Matematika dibedakan menjadi 4 bagian
yaitu aritmetika, aljabar, geometri, dan analisa. Menurut Soedjadi (2000)
bagian ini tidak dimaksudkan untuk mengajukan berbagai definisi atau
ungkapan pengertian matematika hanya diajukan terutama fokus kepada
tinjauan pembuat definisi. Dengan begitu banyak timbul definisi yang
bermacam-macam oleh semua tokoh atau pakar matematika sepakat
bahwa pengertian matematika antara lain: 1) matematika merupakan
sebuah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik;
2) matematika merupakan suatu pengetahuan tentang penalaran logika dan
berhubungan dengan suatu bilangan; 3) matematika merupakan suatu
pengetahuan yang menerangkan tentang pengetahuan dan kalkulasi; 4)
matematika merupakan suatu pengetahuan tentang struktur-struktur yang
amat logis; 5) matematika merupakan suatu pengetahuan tentang masalah
kuatitatif dan masalah geometri, dan 6) matematika merupakan suatu
pengetahuan tentang aturan-aturan yang amat ketat. Merujuk pada
pengertian matematika diatas dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan suatu ilmu pengetahun eksakta yang terorganisir secara logika
yang berhubungan dengan suatu bilangan dan kalkulasi secara logis dan
berkaitan dengan masalah kualitatif dan geomeri dengan aturan-aturan
yang ketat.
3. Belajar Matematika
Pendidikan merupakan upaya untuk memiliki kesadaran yang
dilakukan para peserta didik atau siswa agar mencapai suatu tujuan.
Tujuan pendidikan yang telah ditentukan bisa tercapai diperlukan fasilitas
yang memadai. Demikian juga dengan pembelajaran matematika adalah
suatu kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika sebagai fasilitas
untuk mencapainya suatu tujuan. (Soedjadi, 2000). Menurut Ahsanul
in’am dalam jurnalya tentang pemikiran pendidikan matematika N0.2 Vol:
VIII (2000) pelajaran matematika dapat disampaikan didalam pendidikan
dasar yang terdiri dari bagian-bagian matematika yang telah ditentukan
10
guna untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan untuk
membentuk pribadi siswa dengan bertumpu pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Menurut Hudojo (2000) belajar matematika yang terputus-putus
dapat mengakibatkan terganggunya proses belajar, hal ini dapat diartikan
bahwa proses belajar matematika dapat terjadi secara lancar bila belajar
tersebut dilakukan secara berkelanjutan (continue). Belajar matematika
merupakan suatu proses berfikir, sebab seseorang akan dikatakan berfikir
bila orang tersebut menyusun suatu hubungan-hubungan antara bagian-
bagian informasi yang telah direkam didalam pikiran orang tersebut
sebagai pengertian dan terbentuklah suatu pendapat yang akhirnya menjadi
sebuah kesimpulan. Tentunya kemampuan berfikir seseorang bisa
dipengaruhi oleh intelegensi yang akan berkaitan dengan proses belajar
matematika. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika merupakan serangkaian kegiatan serta proses
belajar yang melibatkan pendidik dan peserta didik secara aktif untuk
mendapatkan suatu pengalaman dan pengetahuan matematika.
Tercapainya tujuan dalam pembelajaran matematika juga menuntut siswa
untuk aktif, bertanggung jawab, dan memiliki pendirian selama mengikuti
pelaksanaan pembelajaran.
4. Motivasi
a. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Ruseffendi (1990) motivasi merupakan suatu kodrat
manusia yang memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu karena
alasan tertentu. Kekuatan pendorong didalam diri seseorang untuk
melakukan suatu aktifitas yang dapat mencapai suatu tujuan disebut
motif maka segala sesuatu yang timbul berkaitan dengan
berlangsungnya suatu motif disebut motivasi. Sependapat dengan
Ruseffendi, menurut Sardiman (2007) kata motif diartikan sebagai
upaya seseorang untuk mendorong melakukan suatu hal. Motif juga
bisa dikatakan sebagai daya pengerak untuk melakukan aktivitas
11
tertentu demi mencapai suatu tujuan yang timbul dari dalam dan
didalam jiwa seseorang tersebut.
Suryabrata (2011) menjelaskan motif merupakan suatu keadaan
yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu agar tercapainya suatu tujuan. Motif tidak dapat diamati secara
langsung, tetapi dapat disampaikan dalam tingkah lakunya berupa
rangsangan dan dorongan untuk memunculkan tingkah aku tertentu.
Berdasarkan pengertian diatas motivasi belajar dapat diartikan sebagai
suatu rangsangan yang ada didalam diri setiap siswa untuk mendorong
sebuah perubahan dalam berperilaku. Artinya siswa akan menganggap
suatu belajar merupakan kebutuhan yang perlu dicapai didalam
kegiatan belajar dengan tujuan tertentu.
b. Macam-macam Motivasi Belajar
Hamalik (2015) menyatakan bahwa motivasi dibagi menjadi 2
jenis yaitu: 1) motivasi intrinsic, motivasi ini merupakan motivasi yang
tercakup didalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan serta tujuan-
tujuan siswa. Motivasi ini sering disebut juga motivasi murni. Motivasi
intrinsik adalah motivasi ini dapat timbul dari diri seseorang tanpa
mendapatkan pengaruh dari luar, dan 2) motivasi ekstrinsik, motivasi
ini merupakan motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar
situasi belajar, seperti angka kredit ijazah, tingkat hadiah, dan
persaingan. Motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, dikarenakan adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang
lain sehingga dengan adanya keadaan tersebut siswa dapat melakukan
sesuatu atau melakukan kegiatan belajar.
Menurut Syah (2013) motivasi dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu: 1) motivasi intrinsic, motivasi ini bisa dikatakan suatu
dorongan yang timbul dari diri siswa dalam memahami materi untuk
melakukan kegiatan belajar, dan 2) motivasi ekstrinsik, motivasi ini
juga dikatakan sebuah dorongan yang timbul dari luar diri siswa untuk
melakukan kegiatan belajar seperti mendapatkan penghargaan dan
situasi yang kondusif. Hal ini sebanding dengan pendapat yang
12
dijelaskan Sardiman (2007) yang menyatakan bahwa motivasi dibagi
menjadi empat bagian yaitu:
1) Motivasi dilihat dari dasar pembentuknya
Motivasi dilihat dari dasar pembentuknya meliputi: a)
motif-motif bawaan, yang dimaksud dengan motif bawaan adalah
motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa
dipelajari. Misalnya: dorongan untuk belajar dan untuk bekerja,
untuk beristirahat, dorongan untuk makan, dorongan untuk minum;
dan b) motif-motif yang dipelajari, yang dimaksud motif yang
dipelajari adalah motif yang timbul karena perlu adanya
pembelajaran. Sebagai contoh dorongan untuk mempelajari hal
baru yang kiranya dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Jenis motivasi yang diungkapkan Wodworth dan Marquis
Jenis motivasi yang diungkapkan Wodworth dan Marquis,
meliputi: a) motif kebutuan organisme yaitu dorongan yang
dibutuhkan oleh tubuh misalnya: kebutuhan untuk minum, makan,
bernapas, seksual, dan beristirahat; b) motif-motif darurat yaitu
dorongan yang timbul karena rangsangan dari luar misalnya
dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas,
untuk berusaha, untuk memburu, dan c) motif-motif objektif yaitu
dorongan untuk menghadapi tantangan dalam menghadapi tuntutan
dunia luar misalnya kebutuhan untuk melakukan eksplorasi,
melakukan manipulasi, minat terhadapa sesuatu yang baru.
3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Adapun yang termasuk motivasi jasmaniah misalnya:
reflex, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi
rohaniah adalah kemauan. Kemauan itu sendiri terbentuk menjadi
empat komponen yaitu: a) momen timbulnya alasan; b) momen
pilih; c) momen putusan, dan d) momen terbentunya kemauan.
4) Motivasi intrinsik,
Motivasi ini yaitu motif-motif yang yang timbul dari dalam
diri secara aktif untuk melakukan suatu dorongan. Seperti contoh
13
seseorang yang suka membaca tanpa disuruh akan melakukan
dengan sendirinya. Kemudian dilihat dari tujuan dilakukannya
adalah dorongan agar bisa melakukan hal yang menjadi kewajiban
yang perlu dilakukan tanpa adanya paksaan atau dorongan dari
luar. Seperti contoh siswa berusaha mempelajari materi dengan
baik dikelas dan memahaminya tanpa adanya paksaan untuk
belajar. Hal in bisa dikatakan bahwa dorongan siswa dalam
melakukan hal yang diinginkan tanpa danya paksaan dari luar demi
tercapainya suatu tujuan.
5) Motivasi ekstrinsik,
Motivasi ini yaitu motif-motif yang timbul dari luar diri
seseoang secara aktif untuk melakukan suatu dorongan. Dorongan
ini timbul karena adanya rangsangan yang bisa mempengaruhi
terhadap keinginan seseorang. Seperti contoh siswa berusaha
mengerjakan tugas dengan baik agar mendapatkan nilai yang
diharapkan serta bisa mendapatkan pengakuan dari luar ataupun
penghargaan. Dapat disimpulkan bahwa hakikat motivasi belajar
merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa, sehingga
tidak semua siswa mempunyai dorongan motivasi yang sama.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Ditinjau dari
Indikator Motivasi yang Digunakan
Menurut Uno (2013) motivasi belajar dapat timbul karena
adanya faktor intrinsik dan ekstrinsik diantaranya faktor intrinsik
berupa adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan
kebutuhan belajar, dan adanya harapan akan cita-cita. Dan faktor
ekstrinsik berupa adanya penghargaan, adanya kegiatan belajar yang
menarik, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif. Kedua faktor
tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang
berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan
semangat. Peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik di dalam
kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan. Adanya motivasi ini
siswa dapat mengembangkan inovasi dan inisiatif dalam melakukan
14
kegaiatan belajar. Sebagai acuan dasar yang akan digunakan dalam
penelitian meliputi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut
Uno (2013) indikator atau unsur dalam motivasi belajar menjadi dua
bagian yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1) Motivasi instrinsik
Motivasi Instrinsik meliputi: a) adanya hasrat dan keinginan
berhasil; b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, dan c)
adanya harapan dan cita-cita masa depan.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik yaitu: a) adanya penghargaan dalam
belajar; b) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan c)
adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Indikator inilah yang akan menjadi acuan dalam penelitian motivasi
belajar matematika siswa kelas VIII.
d. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Ciri-ciri motivasi belajar dapat kita lihat dari setiap perilaku
siswa dalam kegiatan belajar. Salah satunya perilaku siswa yang
termotivasi belajar dengan menunjukkan perilaku bersemangat,
antusias serta aktif. Perilaku siswa yang termotivasi ini perlu juga guru
ketahui. Sardiman (2012) menyatakan motivasi yang ada pada setiap
orang itu memiliki ciri-ciri diantaranya tekun menghadapi tugas yang
dilakukan terus menerus hingga selesai. Ulet menghadapi kesulitan dan
tidak mudah putus asa. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk
mendapatkan prestasi yang telah dicapainya. Menunjukkan minat
terhadap berbagai macam-macam masalah. Lebih senang bekerja
secara mandiri tanpa membutuhkan bantuan dari orang lain. Mudah
bosan pada tugas-tugas yang sudah rutin dilakukan. Tidak mudah
melepaskan hal yang sudah diyakini seta senang mencari dan
memecahkan masalah soal-soal.
e. Peran Motivasi dalam Pembelajaran
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan
menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang
15
sedang belajar. Uno (2013) menyebutkan beberapa peranan dalam
motivasi pembelajaran dengan menentukan penguatan belajar,
memperjelas tujuan belajar, dan menentukan ketekunan belajar.
Sesuatu dapat dikatakan penguat dalam belajar apabila dia memiliki
motivasi untuk mempelajari sesuatu dengan kata lain motivasi dapat
menentukan hal-hal apa di lingkungan siswa yang dapat memperkuat
proses belajar. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat
kaitannya dengan makna belajar, siswa akan tertarik belajar sesuatu
jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah diketahui atau dinikmati
manfaatnya. Seorang siswa yang telah termotivasi untuk belajar
sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik.
f. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar
Kegiatan belajar mengajar baik motivasi intrinsik dan
ekstrinsik diperlukan siswa agar terjadi aktifitas belajar. Sardiman
(2012) menyatakan bahwa ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkann motivasi dalam kegiatan belajar mengajar disekolah,
antara lain: 1) memberikan nilai bisa dikatakan dorongan untuk siswa
mendapatkan nilai yang leih baik serta dapat meningkatkan
kemampuan prestasi yang dimlikinya; 2) hadiah, dapat juga dikatakan
sebagai motivasi, karna dengan hadiah siswa akan termotivasi. Contoh
apabila siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam ulangan harian
diberi hadiah; 3) saingan atau kompetisi, dapat digunakan sebagai alat
motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan
individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa; 4) ego-involvement, menumbuhkan kesadaran kepada
siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimaannya sebagai
tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan haarga diri.
Seseorang akan berusaaha dengan segenap tenaga untuk mencapai
prestasi yang baik denga menjaga harga dirinya. penyelesaian tugas
dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri; 5) memberikan
tes juga dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Karena siswa biasanya
mempersiapkan diri untuk belajar ketika menghadapi ujian. Ujian
16
merupakan strategi untuk meningkatkan motivasi siswa supaya lebih
rajin dalam mengetahui hasil serta dapat dijadikan sebagai alat
motivasi bagi siswa. Siswa akan terdorong untuk lebih rajin belajar
dengan mengetahui hasil belajar; 6) pujian dapat dijadikan sebagai alat
motivasi karena merupakan bentuk penguatan yang positif yang
diberikan oleh seseorang dari hasil yang sudah dikerjakan dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik. 7) hukuman sebagai
penguatan yang negatif tetapi kalau diberikan secara maka akan
menjadi alat motivasi. Hukuman akan menjadi alat motivasi jika
dilakukan dengan tujuan memperbaiki sikap dan perbuatan siswa yang
dianggap salah; 8) hasrat untuk belajar, merupakan sesuatu yang
muncul dalam diri anak didik, yang mengakibatkan anak didik mau
belajar lebih giat lagi; 9) minat, motivasi muncul karena adanya minat
sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok,
dan 10) tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, merupakan
alat motivasi yang snagat penting. Sebab dengan memahami tujuan
yang harus dicapai, maka akantimbul gairah untuk terus belajar dengan
giat dan sungguh-sungguh.
g. Cara Mengukur Motivasi Belajar
Menurut Sugihartono dkk. (2007) pengukuran dapat diartikan
sebagai suatu tindakan untuk mengidentifikasi besar-kecilnya gejala.
Hasil pengukuran dapat berupa angka atau uraian tntang kenyataan
yang menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan eksistensi
keadaan yang diukur. Motivasi tidak dapat diobservasi seara langsung
namun harus diukur. Pada umumnya, yang banyak diukur adalah
motivasi sosisal dan motivasi biologis. Notoadmojo (2010)
menyebutkan kuisioner merupakan cara untuk mengukur motivasi
belajar melalui kuisioner adalah dengan meminta siswa untuk mengisi
kuisioner yang berisi pertanyaan dan pernyataan yang dapat
memancing motivasi siswa. Sebagai contoh adalah Edward’s Personal
Preference Schedule. Kuisioner tersebut terdiri dari 210 nomer dimana
pada masing-masing nomer terdiri dari dua pertanyaan. Siswa diminta
17
memliki salah satu dari dua pertanyaan tersebut yang lebih
mencerminkan dirinya. Berdasarkan pengisian kuisioner tersebut kita
dapat melihat ke-15 jenis kebutuhan dalam tes tersebut yang paling
dominan dari dalam diri kita. Seperti kebutuhan untuk berafiliasi
dengan orang lain, kebutuhan untuk membina hubungan dengan lawan
jeins, bahkan kebutuhan untuk bertindak agresif.
Sedangkan menurut Sugiyono (2013) skala pengukuran
merupakan sebuah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan dalam
menentukan panjang pendeknya interval pada alat ukur, sehingga alat
ukur jika digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
kuantitatif. Melalui skala pengukuran ini, maka nilai variable yang
diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk
angka yang lebih akurat, efesien dan komunikatif. Skala yang
diberikan adalah skala motivasi belajar dengan model Likert
berdasarkan teori Sardiman. Skala motivasi belajar diberikan sebelum
dan setelah perlakuan sebagai upaya mengetahui perubahan sikap
subjek penelitian baik sebelum maupun setelah diberikan. Peneliti
dalam penelitian ini, menggunakan 5 alternatif jawaban yaitu Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat
Tidak Setuju (STS). Kemudian jawaban tersebut dijadikan sebagai titik
tolak ukur menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan meliputi:
1) Pernyataan positif (favorable)
Berikut item-item instrumen yang meliputi: a) sangat setuju
(SS) jika responden memilih untuk sangat setuju pada kuisioner dan
diberikan skor 5; b) setuju (S) jika responden memilih setuju dengan
pernyataan kuisioner melalui jawaban kuisioner dan diberikan skor 4;
c) ragu-ragu (R) jika responden tidak menjawab setuju maupun tidak
setuju pada pernyataan kuisioner melalui jawaban kuisioner dan di
skor 3, d) tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan
pernyataan kuisioner melalui jawaban kuisioner di skor 2, dan e)
18
sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan
pernyataan kuisioner melalui jawaban kuisioner di skor 1.
2) Pernyataan negatif (unfavorable)
Berikut item-item instrumen yang meliputi: a) sangat setuju
(SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuisioner yang
diberikan melalui jawaban kuisioner di skor 1; b) setuju (S) jika
responden setuju dengan pernyataan kuisioner melalui jawaban
kuisioner di skor 2; c) ragu-ragu (R) jika responden tidak menjawab
setuju maupun tidak setuju pernyataan kuisioner melalui jawaban
kuisioner di skor 3; d) tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju
dengan pernyataan kuisioner melalui jawaban kuisioner diskor 4, dan
e) sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan
pernyataan kuisioner melalui jawaban kuisioner diskor 5.
19