b. hak dan kewajiban pns - web viewpertahanan, agama, hukum, keuangan, pendidikan, kebudayaan,...
TRANSCRIPT
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA LANJUTAN
S enin, 1 Juni 2015
DISKUSI MATA KULIAH PERKUMPULAN GEMAR BELAJAR (GEMBEL)
“HUKUM ADMINISTRASI NEGARA LANJUTAN”
Pembicara: 1.Betric Yolanda (2012)
2.Samuel Marpaung (2012)
Pemateri: 1.Minar FN Sitinjak (2013)
2.Hendra Siahaan (2013)
Moderator: Defin C.Sirait (2013)
1. ORGANISASI PEMERINTAHAN
A. Pengertian
Organisasi Pemerintahan adalah Suatu perkumpulan dimana cara pemerintah
itu dalam memegang wewenang ekonomi,politik,administrasi guna mengelola
urusan-urusan negara untuk kesejahteraan masyarakat
.
B. Lembaga-lembaga Negara dan Pemerintahan
Negara sebagai Suatu Organisasi terdiri dari Kekuasaan yang dipegang oleh
masing-masing Lembaga Negara. Kekuasaan Negara yang ada di Indonesia menurut
Prajudi Atmosudirdjo didistribusikan kepada lembaga-lembaga negara yang ada
yaitu:
1. Kekuasaan Konstitutif merupakan Penyelenggaraan Negara di bidang
Pembuatan Perubahan dan Penetapan UUD 1945. Bahwa Kekuasaan ini
dipegang oleh MPR.
2. Kekuasaan Legislatif merupakan Penyelenggaraan Negara dibidang
Pembentukan UU dimana Kekuasaan ini dipegang oleh DPR & Presiden.
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
3. Kekuasaan Eksekutif merupakan Penyelenggaraan Negara dibidang
Pelaksanaan UU dimana Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden dengan
dibantu oleh Para Menteri/Kabinet.
4. Kekuasaan Yudikatif merupakan Penyelenggaraan Negara dibidang
Penegakan UU dimana Kekuasaan ini dipegang oleh Lembaga Negara
(Mahkamah Agung).
5. Kekuasan Ekspentif merupakan Penyelenggaraan Kekuasaan dibidang
Pengawasan terhadap Keuangan Negara. Dimana Kekuasaan ini dipegang
oleh BPK.
C. Struktur Organisasi Pemerintah Indonesia
Menurut Prajudi Atmosudirdjo, organisasi merupakan Bentuk kerjasama
antara sekelompok orang berdasarkan perjanjian untuk bekerjasama guna mencapai
suatu tujuan bersama yang tertentu. Dengan demikian, pejabat atau alat
perlengkapan Negara tersusun bertingkat-tingkat/hierarkis. Dimana Atasan bertugas
memimpin dan mengawasi Bawahan. Struktur organisasi bagaimana dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.
Struktur organisasi pemerintah Indonesia ditingkat Pusat terdiri dari:
1. Pimpinan Pemerintahan (Presiden dan Wakil Presiden)
2. Kementerian Negara
3. Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK)
4. Lembaga Non Struktural (LNS)
Ad 1: Pimpinan Pemerintahan (Presiden dan Wakil Presiden)
Secara teoritis, Presiden memiliki 2 kedudukan yaitu sebagai Kepala Negara dan
Kepala Pemerintahan. Kekuasaan Presiden setelah Perubahan UUD 1945:
Ad 2: Kementerian Negara: Pasal 17 UUD 1945 dan UU No.39 tahun 2008 tentang
Kementerian Negara. Presiden dibantu oleh Para Menteri. Menteri membidangi
urusan tertentu dalam pemerintahan seperti urusan luar negeri, dalam negeri,
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
pertahanan, agama, hukum, keuangan, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, sosial,
ketenagakerjaan, industri, perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum,
transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, kelautan, dan perikanan dan lain sebagainya.
Unsur-Unsur Kementerian Negara:
a. pemimpin, yaitu Menteri;
b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat jenderal;
c. pelaksana tugas pokok, yaitu direktorat jenderal;
d. pengawas, yaitu inspektorat jenderal;
e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat; dan
f. pelaksana tugas pokok di daerah dan/atau perwakilan luar negeri sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Ad 3. Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) : Lembaga Negara yang
dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden. Kepala
LPNK berada dibawah dan bertanggung-jawab langsung kepada Presiden dengan
kedudukan yang lebih rendah dari Kementerian. Dasar dan wewenang pembentukan
LPNK melekat (inherent) dalam kekuasaan Presiden sebagai pemegang dan
penyelenggaraan pemerintahan (pasal 4 ayat 1 UUD 1945).
Ad 4. Lembaga Non Struktural (LNS): Lembaga yang dibentuk melalui perundang-
undangan tertentu guna menunjang pelaksanaan fungsi Negara dan pemerintahan
yang dapat melibatkan unsur-unsur pemerintah, swasta dan masyarakat sipil serta
dibiayai oleh anggaran Negara.
D. Perangkat daerah Provinsi dan Kabupaten/kota terdiri dari:
1. Sekretariat daerah;
2. Sekretariat DPRD;
3. Dinas Daerah;
4. Lembaga Teknis daerah.
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
5. Kecamatan (hanya ada di Kabupaten/Kota)
Ad 1: Sekretaris daerah: Sekretaris daerah dipimpin oleh sekertaris daerah.
Sekretaris daerah provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul
Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sekda Kab / Kota diangkat
dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati / Walikota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sekda diangkat dari PNS yang memnuhi persyaratan dank
arena kedudukannya sekretaris daerah sebagai Pembina PNS di daerahnya. Sekda
mempunyai tugas dan kewajiban membantu Kepala daerah dalam menyusun
kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya, Sekda bertanggung jawab kepada kepala
daerah.
Ad 2: Sekretariat DPRD: Sekretariat DPRD dipimpin oleh sekretaris DPRD.
Sekretaris DPRD diangkat dan diberhentikan oleh gubernur / bupati / walikota
dengan persetujuan DPRD. Dalam melaksanakan tugasnya, sekretariat DPRD secara
teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD
dan secara adm bertanggung jawab kepada Kepala daerah melalui Sekda.
Tugas sekretaris DPRD adalah:
1. Menyelenggarkaan adm kesekretariatan DPRD;
2. Menyelenggarakan adm keuangan DPRD;
3. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD;
4. Menyediakan dan mengkoordinasi tenagaahli yang diperlukan oleh DPRD
dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
Ad 3: Dinas: Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang
dipimpin oleh kepala dinas Kepala dinas diangakt dan diberhentikan oleh Kepala
daerah dari PNS yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris daerah.
Ad 4: Lembaga Teknis Daerah: Lembaga Teknis Daerah, merupakan unsure
pendukung tugas kepala Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
yang bersifat spesifik. Lembaga teknis daerah berbentuk badan, kantor, atau rumah
sakit umum daerah. Badan, kantor atau rumah sakit umum daerah masing-masing
dipimpin oleh kepala yang siangkat oleh Kepala Daerah dari PNS dan memenuhi
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
syarat atas usul sekretaris daerah. Kapala badan, kepala kantor atau kepala rumah
sakit umum daerah bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris
daerah.
Ad 5: Kecamatan: Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan perda
yang berpedoman pada peraturan pemerintah. Kecamatan dipimpin oleh camat yang
dalam pelakasanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati
atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Disamping itu
camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi:
1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentuan dan ketertiban umum;
3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan;
4. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan pelayanan umum;
5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat
kelurahan;
6. Membina penyelenggaraan pemerintahan dasar / kelurahan;
7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya
dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan daerah atau kelurahan.
Camat diangkat oleh bupati / walikota atas usul sekda kab/kota dari PNS yang
menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memiliki persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, camat dibantu
oleh prangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui
sekda kab/kota. Perangkat keamatan bertanggung jawab kepada amat.
E. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah
Pada umumnya hubungan kekuasaan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah berdasarkan 3 asas yaitu:
1. Asas Desentralisasi: Mengandung makna wewenang untuk mengatur dan
mengurus pemerintahan tidak semata-mata dilakukan oleh pemerintah pusat.
Melainkan dilakukan juga oleh Satuan Pemerintahan yang lebih rendah. Jadi,
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
Desentralisasi adalah “Penyerahan” sebagian urusan pemerintahan oleh
pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat atasnya kepada pemerintah
yang lebih rendah.
2. Asas Dekonsentrasi: Pelimpahan wewenang dari pemerintah atau Kepala wilayah
atau instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabatnya didaerah.
Penugasan ini disertai tugas untuk mengatur dan membuat keputusan untuk
masalah-masalah tertentu dan menegsakan bahwa pertanggung-jawaban terakhir
ada pada Badan Administrasi yang bersangkutan. Pada asas ini terjadi
pelimpahan wewenang kepada Kepala Wilayah dan instansi vertikal yang
merupakan Aparat pemerintah pusat didaerah untuk melaksanakan urusan
pemerintahan pusat. Dalam arti bahwa kebijakan perencanaan dan biaya menjadi
tanggung-jawab pemerintah pusat. Sedangkan Aparat pemerinth pusat di daerah
bertugas melaksanakan.
3. Asas Tugas Pembantuan: Berarti penugasan kepada pemerintahan daerah untuk
melaksanakan pemerintah pusat atau pemerintah yang lebih tinggi. Pemerintah
pusat berwenang memberikan perencanaan umum petunjuk serta pembiayaan.
Sedangkan perncanaan terperinci dan pelaksanaannya ditugaskan kepada
pemerintah daerah yang diawasi oleh pejabat pemerintah pusat yang ada di
daerah.
2. Hukum Kepegawaian
A.Hukum Pejabat Publik
Istilah “Pejabat Publik” terdiri dari dua suku kata, yaitu “Pejabat” dan
“Publik”. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberi pengertian “Pejabat”
dengan: pegawai pemerintah yang memegang jabatan penting (unsur pimpinan) .
Sementara, istilah ‘Publik: diartikan dengan: orang banyak (umum) . Dari pengertian
ini, dapat dipahami bahwa “Pejabat Publik” adalah pegawai pemerintah yang
memegang jabatan penting sebagai pimpinan yang mengurusi kepentingan orang
banyak. Dengan defenisi yang demikian, seseorang dapat dikatakan sebagai “Pejabat
Publik” apabila memenuhi 3 (tiga) syarat, yaitu:
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
1. bahwa dia adalah pegawai pemerintah;
2. menjabat sebagai pimpinan; dan
3. bahwa tugasnya adalah mengurusi kepentingan orang banyak.
Jadi,”Pejabat Publik” adalah orang yang menduduki jabatan pada organ
pemerintahan atau nonpemerintahan, yang tugas dan fungsi pokoknya berkaitan
dengan penyelenggaraan negara, dimana untuk menjalankan tugas dan fungsi tersebut
digunakan dana yang bersumber dari keuangan negara (APBN dan/atau APBD),
apakah sebagian atau seluruhnya. Dalam kaitannya dengan hukum tata negara dan
hukum administrasi negara, istilah ”Pejabat Publik” memiliki makna yang similar
(sama) dengan istilah ”Pejabat Tata Usaha Negara”..
UU No. 5/1986 jo UU No. 9/2004, pada Pasal 1 angka 2 menyatakan : Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan
urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Badan yang dimaksudkan disini adalah institusi atau organ, sementara pejabat adalah
orang perorangan yang menduduki jabatan tertentu. Jika dicermati bunyi ketentuan
tersebut, bahwa Pejabat Tata usaha Negara itu bukan hanya pegawai pemerintah
saja, akan tetapi siapapun, institusi atau orang perorang, yang menjalankan tugas-
tugas pemerintahan atas amanat dari peraturan perundang-undangan, dapat disebut
sebagai Pejabat Tata Usaha Negara.
B. Hak dan Kewajiban PNS
Hak dan kewajiban PNS sendiri sudah diatur dalam Undang-undang nomor
8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Undang-udang nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Kewajiban dalam undang-undang nomor 8
tahun 1974, kemudian diperjelas lagi pada Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun
2010 tentang Disiplin PNS. PP ini masih berlaku sampai sekarang mengingat belum
ada PP baru pelaksanaan UU ASN. Berikut Hak dan Kewajiban PNS menurut
Undang-Undang.
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
Menurut UU nomor 8 tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU 43
tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian:
Hak PNS
1. Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan
pekerjaan dan tanggungjawabnya. (pasal 7)
2. Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti. (pasal 8)
3. Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan dalam dan karena
menjalankan tugas kewajibannya, berhak memperoleh perawatan. (pasal 9 angka
1)
4. Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan
karena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkannya tidak dapat
bekerja lagi dalam jabatan apapun juga, berhak memperoleh tunjangan. (pasal 9
angka 2)
5. Setiap Pegawai Negeri yang tewas, keluarganya berhak memperoleh uang duka.
(pasal 9 angka 3)
6. Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan,
berhak atas pensiun. (pasal 10)
Kewajiban PNS
1. Setiap Pegawai Negeri wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila
Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah. (pasal 4)
2. Setiap Pegawai Negeri wajib mentaati segala peraturan perundangundangan yang
berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan
penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggungjawab. (pasal 5)
3. Setiap Pegawai Negeri wajib menyimpan rahasia jabatan. (pasal 6 huruf a)
4. Pegawai Negeri hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada dan atas
perintah pajabat yang berwajib atas kuasa Undang-undang.(pasal 6 huruf b).
C. Hukuman Disiplin
Dengan diundangkannya Pasal 7 Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, ada Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
yaitu:
(1)Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
a. hukuman disiplin ringan
b. hukuman disiplin sedang; dan
c. hukuman disiplin berat
(2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
dari:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan
c. pernyataan tidak puas secara tertulis.
(3)Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
dari:
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun
(4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
dari:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
c. pembebasan dari jabatan;
d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan
e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
3. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA
A. Pengertian Keuangan Negara
Menurut Geodhart, keuangan negara merupakan keseluruhan undang-undang
yang ditetapkan secara periodik yang memberikan kekuasaan pemerintahan untuk
melaksanakan pengeluaran mengenai periode tertentu dan menunjukkan alat
pembiayaan yang diperlukan untuk menutup pengeluaran tersebut.
Unsur-unsur keuangan Negara menurut Geodhart meliputi:
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
a. periodik
b. pemerintah sebagai pelaksana anggaran,
c. pelaksanaan anggaran mencakup dua wewenang, yaitu wewenang
penegeluaran dan wewenang untuk menggali sumber-sumber pembiayaan
untuk menutup pengeluaran-pengeluaran yang bersangkutan, dan
d. bentuk anggaran Negara adalah berupa suatu undang-undang.
Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan
Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan.
Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan,
serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh
subjek yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu:
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang
ada kaitannya dengan keuangan negara.
Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggung
jawaban.
Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek
sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
Berdasarkan pengertian keuangan negara dengan pendekatan objek, terlihat
bahwa hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang diperluas
cakupannya, yaitu termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Bidang pengelolaan keuangan negara dapat dikelompokkan dalam:
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
a. subbidang pengelolaan fiskal,
b. subbidang pengelolaan moneter, dan
c. subbidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan fiskal meliputi kebijakan
dan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) mulai dari penetapan Arah dan Kebijakan Umum (AKU), penetapan
strategi dan prioritas pengelolaan APBN, penyusunan anggaran oleh pemerintah,
pengesahan anggaran oleh DPR, pelaksanaan anggaran, pengawasan anggaran,
penyusunan perhitungan anggaran negara (PAN) sampai dengan pengesahan PAN
menjadi undang-undang.
Pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan moneter berkaitan dengan
kebijakan dan pelaksanaan kegiatan sektor perbankan dan lalu lintas moneter baik
dalam maupun luar negeri.
Pengelolaan keuangan negara sub bidang kekayaan Negara yang dipisahkan
berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan di sektor Badan Usaha Milik
Negara/Daerah (BUMN/BUMD) yang orientasinya mencari keuntungan (profit
motive).
Berdasarkan uraian di atas, pengertian keuangan negara dapat dibedakan
antara: pengertian keuangan negara dalam arti luas, dan pengertian keuangan negara
dalam arti sempit. Pengertian keuangan negara dalam arti luas pendekatannya adalah
dari sisi objek yang cakupannya sangat luas, dimana keuangan negara mencakup
kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan
negara yang dipisahkan. Sedangkan pengertian keuangan negara dalam arti sempit
hanya mencakup pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan fiskal saja.
B. Ruang Lingkup Keuangan Negara
Menurut pasal 2 UU Keuangan Negara, ruang lingkup keuangan negara
meliputi:
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan negara;
d. pengeluaran negara;
e. penerimaan daerah;
f. pengeluaran daerah;
g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah;
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah; dan
j. kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud meliputi kekayaan yang dikelola
oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan
di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.
4. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah menurut
Ketentuan Umum UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat
dan Pemerintah Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil,
proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi,
kondisi, dan kebutuhan daerah.
Dana perimbangan ini terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan
dana alokasi khusus. Jumlah dana perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran
dalam APBN (UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Pemerintah Daerah Pasal 10 tentang Dana Perimbangan).
a. Dana Bagi Hasil.
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka presentase tertentu. Dana Bagi hasil
bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil dari pajak meliputi
pajak bumi dan bangunan, penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan,
dan pajak penghasilan. Dan dana bagi hasil dari sumber daya alam berasal dari
kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi,
pertambangan gas bumi dan pertambangan panas bumi (UU No. 33 Th. 53 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah Pasal 11
tentang Dana Bagi Hasil).
b. Dana Alokasi Umum (DAU).
DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang
dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan antar daerah melalui
penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. DAU
suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal suatu daerah, yang
merupakan selisih dari kebutuhan daerah dan potensi daerah. Alokasi DAU bagi
daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil akan
memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya
kecil, namun kebutuhan fiskalnya besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar.
Secara implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai faktor pemerataan
kapasitas fiskal (Penjelasan UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Pemerintah Daerah).
DAU untuk daerah propinsi dan daerah kabupaten ditetapkan masing-masing 10%
dan 90% dari DAU. DAU bagi masing-masing propinsi dan kabupaten dihitung
berdasarkan perkalian dari jumlah DAU bagi seluruh daerah, dengan bobot daerah
yang bersangkutan dibagi dengan jumlah masing-masing bobot seluruh daerah di
seluruh Indonesia (Bratakusumah dan Solihin, 2001: 183).
c. Dana Alokasi Khusus (DAK).
DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah
tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional,
khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan
pembangunan daerah (Penjelasan UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah).
Sektor atau kegiatan yang tidak dapat dibiayai dari DAK adalah dana administrasi,
biaya penyiapan proyek fisik, biaya penelitian, biaya pelatihan, biaya perjalanan
pegawai daerah dan lain-lain biaya umum sejenis.
5. Penegakan Hukum Administrasi Negara
Di dalam penegakan Hukum Aministrasi Negara, ada 2 sarana sebagai
Intrumen Penegakan HAN, yaitu:
1. Penegakan Hukum dengan sarana Pengawasan atau Kontrol
2. Penegakan Hukum dengan Sarana Penerapan sanksi
Ad 1: sarana pengawasan merupakan sarana preventif, sarana pengawasan dapat
ditinjau dari beberapa sudut pandang melihatnya anatara lain:
a. Berdasarkan Badan/organ yang melakukan pengawasan
1. Pengawasan internal: pengawasan yang dilakukan badan atau organ secara
struktural, badan/organ tersebut termasuk kedalam struktur organisisasi
pemerintahan tersebut contoh: Pengawasan langsung oleh atasan terhadap
bawahannya secara hierarkis.
2. Pengawasan Eksternal; pengawasan dari luar yang dilaksanakan oleh
badan/organ di luar struktur organisasi tersebut.contoh: BPK, KPK.
PPATK
b. Berdasarkan saat atau waktu pelaksanaannya.
1. Pengawasan Preventif/apriori yaitu pengawasan yang dikeluarkan sebelum
dikeluarkannya suatu keputusan/ketetapan Pemerintah
2. Pengawasan Represif/apostesriori yaitu pengawasan yang dikeluarkan
sesudah dikeluarkannya suatu keputusan/ketetapan Pemerintah
c. Berdasarkan Objek yang diawasi
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
1. Rechtmatigheid yaitu pengawasan dari segi Hukum yang merupakan sah
tidaknya perbuatan pemerintah yang menimbulkan akibat hukum. Diuji
dengan peraturan perundang-undangan
2. Doelmatigheid yaitu pengawasan kebijaksanaan pemerintah dari setiap
tindakan pemerintah diuji dengan peraturan tidak tertulis.
Ad 2: Sarana Penerapan sanksi merupakan inti dari penegakan HAN kemudian di
kaitkan dengan reaksi terhadap ketidak patuhan terhadap kewajiban dan larangan di
dalam suatu norma atau kaidah hukum. jenis sanksi dalam HAN dari segi sasaran
terbagi atas dua jenis yaitu :
1. sanksi reparatoir yaitu jenis penerapan sanksi yang yang tujuannya adalah
mengakhiri dan mengembalikan kepada keadaan semula sebelum terjadi
pelanggaram
2. sanksi punitif yaitu penerapan sanksi yang tujuannya adalah mengakhiri setiap
perbuatan yang dilarang dan memberikan hukuman kepada perbuatan yang
dilanggar.
Macam-Macam Sanksi dalam HAN
1. bestuur Dwang (Paksaan Pemerintah) tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
untuk memindahkan, mengosongkan, menghalang-halangi, memperbaiki kepada
keadaan semula atau sedang dilakukan suatu perbuatan yang dilakukan
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan contoh : pembongkaran
2. Pencabutan/penarikan Keputusan/ketetapan yang menguntungkan yaitu
dilakukan dengan mengeluarkan keputusan atau kaidah baru terhadap keputusan
sebelumnya dengan tujuan untuk mengakhiri keputusan sehingga hak dan
kewajiban dari ketetapan tersebut di hapus atau dicabut. Contoh: penarikan Ijin
3. Dwangsom yaitu hukuman denda yang sesuai dengan syarat yang telah
ditentukan harus dibayarkan karena tidak melaksanakan dengan tidak sempurna,
tidak menunaiakan dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Administrative Boethe yaitu dengan administrative
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)
Daftar pustaka:
W.Riawan Tjandra, Hukum Keuangan Negara, Jakarta:PT Gramedia Widiasarana
Indonesia,2006
Prof. Drs. Haw. Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Jakarta:Rajawali
Pers,2014
Philippus M. Hadjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, cetakan ke 10,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2008
UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah
Daerah
UU No 39 tahun 2008 Tentang Kementerian Negara
UU No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
UU No 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
PP No 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS
Soal:
Jelaskan Prinsip Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah!
Equum Et Bonum Est Lex Legum (apa yang baik dan adil adalah hukumnya hukum)