b a b iv tipe pemaknaan subjek penelitian terhadap

33
B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP RESISTENSI HEGEMONI MASKULIN DALAM VIDEO WANNA ONE GO IN JEJU Bab ini akan memaparkan pemaknaan khalayak setelah menonton tayangan Wanna One Go in Jeju. Setelah melakukan wawancara terhadap enam subjek penelitian, bagian inilah kita dapat mengetahui pemaknaan yang mereka dapatkan setelah menonton Wanna One Go in Jeju. Pemaknaan ini akan dibagai menjadi tiga tipe sebagaimana yang dijelaskan oleh Stuart Hall, yakni dominant reading, negotiated reading, dan oppositional reading. Informan yang masuk dalam tipe dominant reading adalah mereka yang menerima pesan yang disampaikan oleh media. Subjek penelitian menerima begitu saja pesan yang tersirat dalam video Wanna One Go in Jeju dan menghasilkan pesan yang sama seperti pesan pada video tersebut. Tipe negotiated reading adalah ketika khalayak menerima informasi dan kemudian memiliki pengetahuan lainnya mengenai hal tersebut. Di sini khalayak tidak menerima secara utuh pesan yang disampaikan oleh media. Sedangkan tipe oppositional reading adalah khalayak yang menolak pesan yang disampaikan oleh media. Media yang dimaksud di sini adalah tayangan Wanna One Go in Jeju.

Upload: others

Post on 03-May-2022

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

B A B IV

TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

RESISTENSI HEGEMONI MASKULIN

DALAM VIDEO WANNA ONE GO IN JEJU

Bab ini akan memaparkan pemaknaan khalayak setelah menonton tayangan

Wanna One Go in Jeju. Setelah melakukan wawancara terhadap enam subjek

penelitian, bagian inilah kita dapat mengetahui pemaknaan yang mereka dapatkan

setelah menonton Wanna One Go in Jeju. Pemaknaan ini akan dibagai menjadi

tiga tipe sebagaimana yang dijelaskan oleh Stuart Hall, yakni dominant reading,

negotiated reading, dan oppositional reading.

Informan yang masuk dalam tipe dominant reading adalah mereka yang

menerima pesan yang disampaikan oleh media. Subjek penelitian menerima

begitu saja pesan yang tersirat dalam video Wanna One Go in Jeju dan

menghasilkan pesan yang sama seperti pesan pada video tersebut. Tipe negotiated

reading adalah ketika khalayak menerima informasi dan kemudian memiliki

pengetahuan lainnya mengenai hal tersebut. Di sini khalayak tidak menerima

secara utuh pesan yang disampaikan oleh media. Sedangkan tipe oppositional

reading adalah khalayak yang menolak pesan yang disampaikan oleh media.

Media yang dimaksud di sini adalah tayangan Wanna One Go in Jeju.

Page 2: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

Sebelumnya, peneliti telah melakukan analisis semiotika untuk

mendapatkan preferred reading dalam teks video. Hal tersebut dilakukan agar

peneliti dapat membandingkan pemaknaan yang dilakukan oleh keenam informan

sehingga dapat diketahui diposisi mana pemaknaan informan tersebut. Preferred

reading yang peneliti temukan dalam teks video Wanna One Go in Jeju adalah

resistensi terhadap hegemoni maskulinitas. Unsur-unsur seperti pemaknaan

terhadap kkonminam, aegyo, skinship, dan juga skincare routine dilihat dari sudut

pandangan informan.

Setelah melakukan wawancara terhadap keenam informan, kemudian

didapatkanlah pemaknaan-pemaknaan yang masuk ke dalam posisi dominan,

posisi negosiasi, atau posisi oposisi. Berikut ini merupakan tabel hasil rangkuman

pemaknaan khalayak terhadap resistensi hegemoni maskulin.

Page 3: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

Tabel 4.1 Posisi Pemaknaan Resistensi terhadap Hegemoni Maskulin

Informan Kkonminam Aegyo Skinship Skincare

Routine

1 Posisi negosiasi Posisi

dominan

Posisi

negosiasi

Posisi

oposisi

2 Posisi negosiasi Posisi

dominan

Posisi

negosiasi

Posisi

negosiasi

3 Posisi oposisi Posisi

negosiasi

Posisi

negosiasi

Posisi

oposisi

4 Posisi negosiasi Posisi

dominan

Posisi

dominan

Posisi

oposisi

5 Posisi negosiasi Posisi

negosiasi

Posisi

dominan

Posisi

oposisi

6 Posisi dominan Posisi

dominan

Posisi

dominan

Posisi

oposisi

Tabel 4.1 mengklasifikasi hasil pemaknaan yang dilakukan informan

terhadap resisitensi hegemoni maskulin. Terdapat empat kategori yang mendasari,

yakni kkonminam, aegyo, skinship, dan skincare routine.

Page 4: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

Hasil pemaknaan terhadap kkonminam menunjukkan posisi negosiasi

memiliki paling banyak informan, sedangkan untuk posisi dominan dan oposisi

hanya masing-masing satu. Kemudian pemaknaan terhadap aegyo, posisi dominan

masih banyak dimaknai oleh informan dan untuk posisi negosiasi terdapat dua

informan. Pada bagian skinship, posisi dominan masih banyak dimaknai oleh

informan. Posisi negosiasi juga hanya ditenpati oleh dua informan. artinya

informan memberikan pandangannya yang sedikit berbeda dari preferred reading,

namun tetap mengakui ideologi dominan. Terakhir, pemaknaan terhadap skincare

routine, lima informan menyatakan oposisi dan satu lainnya menyatakan

negosiasi. Mereka yang berada dalam posisi oposisi menyatakan bahwa laki-laki

juga butuh perawatan. Hal ini sejalan dengan survei yang membuktikan bahwa

sekitar 43% laki-laki di Indonesia saat ini menginginkan wajah yang putih

(sumber: https://tirto.id/ledakan-industri-kecantikan-pria-cuZc diakses pada 18

November 2018 pukul 15:33 WIB). Artinya, terdapat nilai-nilai hybrid

masculinity yang dibawa oleh Korea yang dinegosiasikan oleh masyarakat

Indonesia, khususnya laki-laki, sehingga mereka menggunakannya dan secara

tidak langsung menerima pesan dan makna dari iklan tersebut.

Kemunculan Wanna One dengan produk skincare yang mereka

promosikan menggunakan konsep cuteness bisa jadi dipahami oleh masyarakat

Indonesia sebagai bentuk resistensi terhadap ideologi dominan yang mengatakan

bahwa laki-laki hanya dianggap maskulin jika mereka melakukan hal-hal

maskulin. Laki-laki yang maskulin akan dianggap sebagai self, sedangkan laki-

laki yang maskulinitasnya sudah bercampur dengan unsur-unusr feminin akan

Page 5: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

dianggap other. Sedangkan satu informan yang berada dalam posisi negosiasi

mencoba menegosiasikan maskulin Korea dengan hegemoni maskulin.

Dari hasil seluruh pemaknaan, informan secara dominan berada pada

posisi dominan. Hal ini menunjukkan bahwa khalayak telah terhegemoni dengan

konsep maskulinitas, bahwa ketika terdapat bentuk maskulinitas lain yang berbeda

dengan hegemoninya, maka seseorang dianggap melawan maskulinitas

masyarakat. Meskipun keenam informan adalah Kpopers dan bahkan penggemar

Wanna One, mereka juga masih memaknai maskulinitas sama seperti maskulinitas

yang telah menghegemoni.

4.1 Pemaknaan terhadap Struktur Cerita

Peneliti telah melakukan wawancara kepada enam informan tentang pemaknaan

mereka terhadap video Wanna One Go in Jeju. Salah satu pemaknaan yang

peneliti teliti adalah pemaknaan terhadap struktur cerita. Struktur cerita berisi

tentang pembukaan, inti cerita, dan penutup. Di sini peneliti ingin melihat apa saja

pemaknaan khalayak terhadap struktur cerita, mulai dari alur dan bagaimana inti

cerita dapat ditangkap oleh informan. Keenam informan sepakat mengatakan

bahwa video tersebut menceritakan behind the scene Wanna One saat

membintangi iklan Innisfree.

4.1.1 Alur

4.1.1.1 Alur Campuran

Berdasarkan analisis peneliti, video Wanna One Go in Jeju memiliki alur

campuran, karena terdapat scene-scene yang memuat cuplikan-cuplikan scene

Page 6: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

untuk bagian ending cerita dan scene yang menampilkan scene dalam seri Wanna

One Go sebelumnya. Pemaknaan ini juga dilihat oleh semua informan, salah

satunya Informan 2, 3.

Ketika ditanya mengenai struktur cerita, Informan 2 mengatakan bahwa

Wanna One Go in Jeju memiliki alur campuran dan ia menambahkan bahwa

video ini sama halnya dengan iklan.

“Ngomongin tentang iklan Innisfree gitu kan, produk kecantikan kan, trus

mereka disuruh bikin iklannya gitu.Kalau dari segi alur cerita sih, ini

alurnya campuran ya soalnya di episode awa mereka nampilin cuplikan

tayangan yang bahkan di seri Wanna One sebelumnya” – Informan 2.

Informan 3 juga berpendapat bahwa reality show ini memiliki alur

campuran, di mana ada beberapa scene yang telah ditayangkan kemudian kembali

lagi ke scene sebelumnya.

“Alurnya campuran soalnya pas diawal-awal malah udah dikasi tahu

duluan cuplikan tayangan-tayangannya kayak gimana.” – Informan 3.

Menurut Informan 3, cuplikan-cuplikan mengenai beberapa scene yang

akan datang membuat Informan 3 berpendapat bahwa tayangan ini memiliki alur

campuran.

Ketika ditanya pendapat tentang boygroup yang membintangi iklan produk

kecantikan, dirinya memberikan negosiasi tentang pandangannya sebagai Kpopers

dan pandangannya sebagai masyarakat Indonesia pada umumnya.

“Kalau dari sudut pandang aku sebagai Kpopers ya, menurut aku itu

biasa aja, karena di korea tu udah biasa kalau cowok ngiklanin produk

kecantikan cewek. Trus juga pemilihan Waanna One sebagai bintang iklan

Page 7: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

kan mungkin karena Wanna One populer di kalangan cewek, makanya

mereka dipilih sama Innisfree. Tapi kalau dari segi orang Indonesia sih,

menurut aku agak sedikit ganggu. Soalnya di Indonesia kan stereotype nya

cowok itu apa adanya aja kan. Jadi kalau di Indonesia ada poduk

kecantikan yang diiklannin ama cowok menurut aku bakal jadi aneh.” –

Informan 2.

Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa Informan 2 meskipun sebagai

Kpopers yang telah terbiasa dengan iklan-iklan kecantikan yang diperankan oleh

boygroup, namun dirinya tidak memungkiri bahwa padangan tentang maskulinitas

yang telah menghegemoni di masyarakat tetaplah penting, mengingat diirnya

tinggal di Indonesia yang masih memandang bahwa laki-laki yang menginklankan

produk kecantikan adalah sesuatu yang aneh.

4.1.1.2 Alur Maju

Pendapat lain dikemukakan oleh Informan 1, 5, dan 6 yang menyebut bahwa alur

cerita dalam reality show ini adalah alur maju.

“Mudah dipahami sih soalnya kan per episode nya cuma 7 menitan doang

ya trus juga alurnya maju sih menurut aku, jadi ga yang ribet-ribet gitu.

Yaa namanya juga behid the scene jadi ya cuma mau ngiklanin Innisfree

aja. “ – Informan 1.

“Menurut aku sih alurnya alur maju, tempatnya di Pulau Jeju, trus

waktunya pagi dan siang ya. Kalau suasana ceria sih sesuai dengan image

Wanna One.” – Informan 5.

“Alurnya alur maju ya menurutku ... “ – Informan 6.

Informan 1 menyebut reality show ini menggunakan alur maju dalam

struktur ceritanya karena Informan 1 menilai bahwa jalan cerita dari tayangan ini

Page 8: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

tidaklah rumit, dan cuplikan yang diberikan hanyalah sebagai gambaran saja.

Sehingga Informan 1 menilai bahwa tayangan ini memiliki alur maju.

4.1.2 Isi Cerita

Berdasarkan hasil wawancara, lima informan dari enam informan menyatakan

bahwa isi dari cerita ini merupakan behind the scene dari iklan Innisfree yang

dibintangi oleh Wanna One. Format acaranya berupa reality show yang

menceritakan bagaimana Wanna One dapat menerima tantangan dari YoonA Girls

Generation sebagai brand ambassador Innisfree pertama, untuk membuat suatu

iklan yang menarik ala member Wanna One.

Pendapat tersebut juga diungkapkan oleh Informan 2, 5 dan 6 yang

mengatakan bahwa Wanna One Go in Jeju merupakan reality show yang

menceritakan di balik layar iklan Innisfre.

“Ngomongin tentang iklan innisfree gitu kan, produk kecantikan kan, trus

mereka disuruh bikin iklannya gitu.” – Infomran 2.

“Member Wanna One tu disuruh bikin iklan sendiri dengan kreatifitasnya

masing-masing. Tiap member punya bagiannya sendiri-sendiri...” –

Informan 5.

“Pokoknya mereka kan dapet sponsor dari Innisfree trus mereka disuruh

bikin iklan. Udah gitu ajasih. Bikin iklan ala-ala gitu trus dibayarin ke

Jeju sama Innisfree. Garis besarnya itu sih” – Informan 6.

Informan 3 juga berpendapat bahwa isi cerita ini merupakan behind the

scene dari iklan Innisfree.

Page 9: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

“Lebih ke behind the scene iklan Innsifree sih, mereka kan dikasi misi buat

bikin iklan sendiri ... “ – Informan 3.

Berbeda dengan kelima informan lainnya, Informan 1 dan 4 melihat tayangan ini

sebagai sebuah iklan yang diceritakan.

“... membintangi iklan produk kecantikan, yaaa jadi menurutku wajar-

wajar aja kalaupun konsepnya girly-girly gitu karena brandnya dari

brand kecantikan Innisfree” – Informan 1.

“Kalau yang aku tangkep sih ini bisa aja dibilang iklan , bisa juga

dibilang reality show, walaupun pasti di sini juga ada scriptnya kan. Tapi

kalau dilihat format acara Wanna One Go sih ya reality show.” –

Informan 4.

Secara garis besar, keenam informan ini sepakat bahwa isi dari cerita ini

adalah ingin mengiklankan produk Innisfree dan kemudian di balik layar

pembuatan iklan Innisfree ini didokumentasikan dalam bentuk reality show.

Hanya saja yang membedakan adalah ada yang mengatakan bahwa reality show

ini sama halnya dengan iklan, ada yang mengatakan bahwa tayangan ini benar-

benar suatu reality show namun disponsori oleh Innisfree.

4.1.3 Penokohan

Wanna One Go in Jeju adalah tayangan yang diperankan oleh Wanna One selaku

brand ambassador Innisfree. Sebagai sebuah cerita, tentu tidak lepas dari

penokohan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan 1, 2, 3, 4, daan 5

sepakat mengatakan bahwa tokoh utama dari tayangan ini adalah semua member

Wanna One. Seperti yang diungkapkan oleh Informan 4, berikut ini

Page 10: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

“Tokoh utama nya kayaknya semua member jadi tokoh utama ya soalnya

mereka tampil terus.” – Informan 1.

“...Kalau dari tokoh sih yaa tokoh utama semua sih menurutku, walaupun

ada beberapa member yang menonjol banget kayak Kang Daniel, Lee

Daehwi, trus Yoon Jisung tu screentime nya banyak banget, tapi ada

member yang screen time nya kurang kayak Lai Guanlin. Tapi itu aku ga

tau sih masuknya di tokoh figuran apa enggak. Tapi menurut aku sih

mereka tokoh utama semua.” – Informan 2.

“Tokoh utamanya semua sih menurutku. Semuanya seimbang kok dan

punya peran masing-masing.” – Informan 3.

“Semua jadi peran utama sih, kan emang ini reality show nya mereka” –

Informan 4.

“Tokoh utama sih soalnya tiap member punya bagiannya sendiri-sendiri.”

– Informan 5.

Keempat informan di atas berpendapat bahwa setiap member memiliki

peran masing-masing yang seimbang. Kemudian, jumlah screentime yang

diperoleh masing-masing member juga dikatakan memiliki porsi yang sama.

Hanya Informan 6 yang mengatakan bahwa tayangan ini juga memiliki

tokoh utama dan tokoh figuran. Informan 6 berpendapat, pembagian tokoh utama

dan tokoh figuran didasarkan pada jumlah screen time yang dimiliki oleh para

member.

“Untuk tokoh utama, aku sih liatnya di situ Kang Daniel, Lee Daehwi,

Yoon Jisung punya screen time lebih banyak sih dibanding yang lain.

Untuk tokoh fgurannya ya selain mereka bertiga” – Informan 6.

Page 11: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

Tokoh utama disebut pula memiliki peran sentral dalam suatu cerita,

sehingga waktu tayang menjadi salah satu indikator apakah tokoh menjadi peran

utama atau peran pembantu.

4.1.4 Latar/Setting

Latar dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Untuk

latar tempat dan latar suasana, keenam informan memiliki pendapat yang sama

bahwa tayangan Wanna One Go in Jeju memiliki latar tempat di Pulau Jeju dan

suasananya ceria.

“Latar tempatnya sih di Pulau Jeju di kebun teh. Kalau suananya ceria-

ceria gitu sih” – Informan 1.

Sedangkan latar waktu, Informan 1 mengatakan bahwa latar waktu di

tayangan ini adalah pagi hari. Informan 2, 3, 4, 5, dan 6 mengatakan wkatu

berkisar pada pagi hingga siang hari.

“Waktunya sih mungkin pagi sampek siang kali ya” – Informan 2.

“Tempatnya di Pulau Jeju itu di pantai sama perkebnunan teh hijau.

Waktunya pagi sampai siang sih kalau dilihat-lihat. Trus suasannanya

ceria sih konsepnya kan emang buat cute-cute gitu jadi musti ceria” –

Informan 3.

“Untuk tempatnya sih di Pulau Jejy, tepatnya di Pantai Jeju sama

perkebunannya Innisfree. Waktunya pasi dan siang, dengan suasana

bahagia, ceria, menyenangkan, makanya mereka bisa leluasa buat aegyo-

aegyo gitu.” – Informan 4.

“ ... tempatnya di Pulau Jeju, trus waktunya pagi dan siang ya. Kalau

suasana ceria sih sesuai dengan image Wanna One.” – Informan 5.

Page 12: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

“Kalau dari segi latar tu mereka syuting di Jeju Islan tepatnya di pantai

sama di perkebunan teh hijau. Waktunya pagi hari hingga siang hari dan

suasananya ceria.” – Informan 6.

Kelima informan di atas mampu menyebutkan latar tempat, waktu, dan

suasana sesuai dengan apa yang mereka tangkap dalam video “Wanna One Go in

Jeju”.

4.2 Pemaknaan terhadap Maskulinitas Ideal

Subjek penelitian ini adalah laki-laki yag menyukai Kpop dan mengikuti segala

perkembangan musik serta grup-grup Kpop. Pemilihan subjek penelitian laki-laki

karena peneliti ingin melihat bagaimana laki-laki memaknai maskulinitas yang

sering disematkan pada diri laki-laki. Para subjek penelitian akan memaknai

maskulinitas seperti apa yang ideal menurut mereka dalam sudut pandang laki-

laki. Hal ini bertujuan agar peneliti mengetahui apakah laki-laki juga mengikuti

tuntutan maskulin di masyarakat.

4.2.1 Appearance (Penampilan)

Penampilan fisik yang menarik menjadi bagian dari maskulinitas laki-laki. Hal

tersebut disebabkan karena metroseksual didefnisikan sebagai laki-laki yang

memperhatikan penampilannya. Karakteristik maskulinitas yang muncul dari laki-

laki metroseksual adalah hal-hal seperti memiliki bentuk tubuh yang bagus,

stylish, dan terawat (Tuncay. 2016:318).

Informan 3 memberikan pandangan maskulinitas ideal berdasarkan fisik.

Menurutnya maskulinitas yang idel adalah laki-laki yang memiliki badan berotot

Page 13: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

dan besar. Kemudian laki-laki juga harus memiliki sifat cool, berwibawa, dan

tidak banyak melakukan hal-hal cute.

“... kalau buat aku ya sosok yang maskulin tu kayak Kang Dongho gitu

yang tinggi, berotot, wajahnya gahar gitu. Kalau dibandingin sama

mereka di wanna one go in jeju ini kok menurut aku ga keliatan

maskulinnya ya.” – Informan 3.

Kemudian, Informan 3 mengungkapkan alasannya memilih Kang Dongho

sebagai ikon maskulin menurut dirinya.

“Pertama dari segi fisik ya yang badannya gedhe berotot, trus yang kedua

dia tu cool ga keseringan aegyo kan dari bawaannya pas pertama kali dia

masuk produce kan udah ditakutin gitu bahkan dia dapet julukan “sexy

bandit” ya gitulah pokoknya.” – Informan 3.

Menurut Tuncay (2016:318) pentingnya memiliki penampilan yang

meanrik digunakan sebagian laki-laki untuk menarik lawan jenis dan membantu

pencapaian dalam pekerjaan mereka. Hal tersbeut seperti yang dikatakan oleh

Informan 4. Informan 4 memaknai maskulinitas ideal dari penampilan fisik dan

bagaimana laki-laki tersebut mampu menarik hati perempuan.

“Yaa swag gitu, yang laki banget yang bikin cewek-cewek tu “woooww”.

Jadi lebih ke gesture sama cara ngomong sih. Pokoknya lebih ke yang

maskulin secara umum lah. Jadi mungkin lebih ke kayak Reza Rahardian

karena dari cara ngomongnya dia ajasih yang berwibawa, ya gimana sih

yang laki banget gitu yang tegas, dan lain-lain. Trus secara fisik juga

menurut aku juga maskulin karena keliatan garang gitu bukan yang

menye-menye.” – Informan 4.

Page 14: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

4.2.2 Leadership/Respect (Kepemimpinan/Hormat)

Pada aspek leadership/respect ini, sebanyak tiga informan mengatakan bahwa

maskulinitas yang ideal yang patut dimiliki oleh seorang laki-laki adalah jiwa

kepemimpinannya dan jiwa simpatinya terhadap orang lain.

“kalau buat aku ya definisi maskulin tu bukan ke penampilannya sih tapi

lebih ke sikap. Jadi, sikap-sikap yang musti ada di diri laki-laki kayak

bertanggung jawab gitu-gitu” – Informan 2.

Informan 2 menyebut bahwa maskulin yang ideal adalah ketika laki-laki

memiliki rasa tanggung jawab dalam dirinya. Informan 2 tidak mementingkan

masalah penampilan karena sikap bertanggung jawab adalah hal terpenting.

Berbeda dengan Informan 3 yang mengatakan bahwa laki-laki yang

maskulina dalah laki-laki yang cool dan tidak menunjukkan sisi feminim layaknya

perempuan.

“ ... trus yang kedua cool, ga keseringan aegyo “ – Informan 3.

Informan 4 berpendapat bahwa laki-laki yang maskulin seperti sosok Reza

Rahardian yang memiliki kewibawaan dalam berbicara dan pembawaannya.

“... lebih ke gesture sama cara ngomong sih. pokoknya lebih ke yang

maskulin secara umum lah. Jadi mungkin lebih ke Reza Rahardian karena

dari cara ngomongnya dia ajasih yang berwibawa, ya gimana sih yang

laki banget, yang tegas” – Informan 4.

Informan 4 melihat kemaskulinitasan seorang laki-laki sama dengan

pengetahuan serta pengalamannya selama ini. Nilai-nilai tentang maskulinitas

Page 15: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

seperti tegas, berwibawa diajarkan turun-temurun sehingga pandangan

maskulinitas yang ideal menurutnya adalah sama dengan hegemoni maskulinitas

yang ada.

4.2.3 Woman/sex (Wanita/seks)

Perempuan dan seks masuk ke dalam elemen maskulinitas ideal yang

dikemukakan oleh informan ditunjukkan oleh wawancara dengan Informan 6.

Menurut Informan 6, laki-laki dinilai maskulin ketika dirinya memiliki sex appeal

yang mampu menarik hati perempuan.

Informan 6 mengatakan bahwa seseorang yang maskulin adalah seseorang

yang memiliki “sex appeal” tinggi dan mudah menarik hati lawan jenis.

“Definisi maskulin buat aku sih ya ga yang spesifik banget sih ya,

maksdunya gini sih dia punya sex appeal yang tinggi, punya daya tarik

seksual yang tinggi. Jadi muda menarik minat dari lawan jenis.” –

Informan 6.

Informan 3 yang menyatakan bahwa Kang Dongho (Produce 101 season

2/NUEST) sebagai ikon maskulin yang ideal. Informan 4 menyebutkan sosok

maskulin di setiap negara, seperti Reza Rahardian di Indonesia, Ji Chang Wook di

Korea, John Wick di Amerika. Terakhir, Informan 5 yang menyebut Monsta X

sebagai boyband dengan maskulinitas ideal.

4.3 Pemaknaan terhadap Resistensi Maskulinitas

Untuk memaknai resistensi maskulinitas, peneliti telah membuat kategori-kategori

yang masuk dalam bentuk-bentuk resistensi maskulinitas yang muncul dalam teks

Page 16: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

video ini. Kategori tersebut antara lain kkonminam, aegyo, skinship, dan skincare

routine. Pada sesi wawancara dengan subjek penelitian, peneliti menanyakan

tentang maskulin tidaknya seseorang jika melakukan hal seperti yang terdapat

pada kategori tersebut. Ketika subjek penelitian mengatakan bahwa hal tersebut

tidak maskulin, maka peneliti menyimpulkan bahwa hal tersebut masuk dalam

resistensi maskulinitas. Ketika subjek penelitian menyatakan bahwa hal tersebut

maskulin, maka bukan termasuk resistensi maskulinitas. Peneliti membuat

kesimpulan tersebut berdasarkan pemaknaan terhadap maskulinitas ideal yang

sebelumnya telah disampaikan pada sub bab sebelumnya, sehingga didapatkan

pemaknaan seperti berikut ini.

4.3.1 Pemaknaan terhadap Kkonminam (Flower Boy)

Kkonminam menjadi salah satu fokus yang dibahas untuk melihat resistensi

hegemoni maskulinitas yang digambarkan dalam video Wanna One Go in Jeju.

Kkonminam (꽃미남) adalah laki-laki yang memiliki wajah cantik, kulit mulus,

rambut halus, dan bersikap feminim (Jung, 2011:58). Di sepanjang episode

dengan total 3 episode, Wanna One selalu menampilkan sisi kkonminam di depan

kamera. Peneliti melihat bahwa kkonminam menjadi salah satu unsur resistensi

terhadap hegemoni maskulinitas.

4.3.1.1 Wajah Cantik

Informna 1, 2, 3, 5, dan 6 mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laki-laki

kkonminam ialah mereka yang memiliki wajah cantik, mulus, dan putih bersih.

Page 17: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

“Di situ mereka pada cantik-cantik semua ... “ – Informan 1.

“Yaaa yang wajahnya tu cantik, mulus, trus putih bersih gitu” – Informan

2

“Kalau aku sih liat mereka bukan lagi cakpe tapi udah cantik ya hehehe

...” – Informan 3.

“ ... kadang juga eliatannya cantik.” – Informan 5.

“... mereka cantik-cantik juga” – Informan 6.

Pendapat informan-informan di atas didasari dari pengalamannya sebagai seorang

Kpopers yang banyak menonton tayangan-tayangan hiburan Korea, mulai dari

drama, reality show, variety show yang menampilkan kkonminam dalam acara

mereka.

4.3.1.2 Kulit Mulus

Informan 1, 2, dan 5 berperdapat bahwa kkonminam adalah laki-laki cantik yang

memiliki kulit mulus.

“ ... trus kulitnya pada mulus-mulus ... “ – Informan 1.

“ ... mulus, trus putih bersih gitu” – Informan 2.

“Mereka ga cuma cakep tapi juga cantik. Mungkin karena sering

perawatan juga jadi kulitnya pada mulus-mulus gitu.” – Informan 5.

Page 18: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

Ketiga informan mengatakan hal tersebut karena mereka berpendapat sebagai

seorang artis, tentu mereka melakukan perawatn kulit, sehingga mereka memiliki

kulit yang mulus.

4.3.1.3 Rambut yang Tertata Rapi

Informan 1 berpendapat bahwa memiliki rambut yang rapi dan berwarna terang

merupakan salah satu ciri-ciri seorang kkonminam.

“... soalnya kalau di Korea tu boyband-boyband nya kan emang pada

dicat rambut semua kan, apalagi kalau mereka mau comeback. Jadi

kkonminam tu juga bisa dilihat dari rambut mereka yang warna-warni

gitu. Mungkin biar kesannya lebih fresh atau lebih imut.” – Informan 1

Sebagai seorang penyiar radio Kpop, Informan 1 memahami bahwa memberi

warna pada rambut merupakan suatu hal yang biasa di dunia Kpop. Bahkan

Informan 1 menganggap bahwa mengecat rambut adalah suatu tuntutan agar

mereka terlihat lebih fresh dan imut. Sehingga image kkonminam tetap ada dalam

diri masing-masing personil.

1.3.1.4 Gaya Berbusana

Informan 1 dan 4 mengatakan bahwa salah satu indikator seoang laki-laki

dikatakan kkonminam, yaitu dengan melihat gaya berbusana mereka. Dalam

video “Wanna One Go in Jeju”, kedua infirman ini sepakat bahwa lai-laki yang

memakai baju berwarna terang adalah kkonminam.

“ ... bajunya warna-warni” – Informan 1.

Page 19: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

Bahkan Informan 4 mengatakan bahwa laki-laki yang tidak maskulin

adalah laki-laki yang memakai baju berwarna terang.

“ ... yang bikin ga maskulin tu cuma pas mereka lagi aegyo sama

pakaiannya sih, ternag banget. Udah itu aja” – Informan 4.

Ekspresi yang diungkapkan oleh Informan 4 itu mengindikasikan bahwa

kkonminam, yaitu laki-laki yang cara berpakaiannya menggunakan baju-baju

berwarna terang adalah melawan maskulinitas.

4.3.1.5 Bersikap Feminim

Informan 4 mengatakan bahwa kkonminam adalah laki-laki kemayu tanpa adanya

sisi maskulin dalam dirinya. Bahkan Informan 4 mengatakan bahwa laki-laki

kkonminam adalah laki-laki yang kecewek-cewekan karena wajahnya yang cantik

dan memiliki sikap seperti seorang perempuan.

“Kkonminam itu yang wajahnya mirip cewek gitu trus dia juga rada-rada

kemayu menurut aku. Trus mereka juga perawatan banyak banget. Yaa

bisa dibilang mirip ceweklah” – Informan 4.

4.3.1.5 Posisi Pembaca

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat lima informan yang sepakat mengatakan

bahwa sosok kkonminam adalah sosok yang ingin menunjukkan perlawanan

terhadap hegemoni maskulin namun ada hal-hal lain yang menunjukkan bahwa

kkonkinam bukanlah suatu bentuk perlawanan, yakni Informan 1, Informan 2, dan

Informan 4, dan Informan 5.

Page 20: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

“Kalau buat aku sih ga masalah ya karena itu tuntutan mereka seperti itu,

tapi kalau buat orang Indonesia sih menurut aku yang kayak gitu ya ga

maskulin. Soalnya kan kalau di Indonesia kalau ada yang penampilannya

kayak gitu langsung dikatain banci” – Informan 1.

“Kalau ngurangin kemaskulinannya mereka ya bisa dibilang iya bisa

dibilang enggak sih, soalnya itu emang bentuk profesionalitas mereka

sebagai artis yang memang harus tampil sempurna ya di depan kamera,

kalau mereka keliatannya jelek di kamera kan ya ga bagus juga. Tapi

kalau dibilang itu maskulin apa enggak, ya buat aku sih maskulin-

maskulin aja karena yang aku liat itu sebagia bentuk tanggung jawab dia

sebagai artis.” – Informan 2.

“Selama itu makeup dipakai untuk kebutuhan shooting sih ga ada masalah

sama maskulinitas mereka, tapi ketika mereka juga memakai itu di

kehidupan sehari-hari baru itu bisa aja dianggap ga maskulin. Tapi ya

tergantung sih mereka makeup nya kayak gimana dulu, kalau cuma pakai

bedak masih okelah, tapi kalau pakainya udah macem-macem, yang aku

ga ngerti apa itu nama-nama makeup ya hehe, yaaa udah ga maskulin

menurutku.” – Informan 4.

“Yaa bisa dibilang iya bisa dibilang enggak sih. Mereka memang cowok

tapikan mereka idol jadi wajar aja kalau mereka cantik-cantik. Tapi kalau

buat orang biasa ya itu ga maskuli, dianggapnya ga macho.” – Informan

5.

Nilai-nilai yang mereka negosiasikan dengan pandangan mereka terhadap

maskulinitas ideal yaitu karena profesi Wanna One sebagai seorang artis yang

dituntut untuk tampil fresh dan prima di depan kamera, sehingga keempat

informan ini memaklumi, adegan-adegan yang ditunjukkan oleh Kang Daniel dan

Yoon Jisung dalam kategori kkonminam.

Berbeda dengan keempat informan, Informan 6 berada pada posisi

dominan, di mana menurutnya laki-laki kkonminam bukanlah suatu bentuk dari

maskulinitas ideal laki-laki.

Page 21: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

“ ... buat aku sebagai laki-laki, menurutku yang disukai sama cewek tu

juga bukan cowok yang kecewek-cewekan kayak gitu deh. Menurutku cewek tu

lebih suka yang macho juga meskipun kayak aku bilang tadi diawal ga perlu yang

berotot dan lain-lain. Setidaknya kelakuannya ga kayak mereka lah.” – Informan

6.

Menurut Informan 6, laki-laki kkonminam sama saja dengan laki-laki yang

kecewek-cewekan sehingga dirinya menyebut bahwa kkonminam itu tidak

maskulin.

Ada pula pendapat lain mengenai kkonminam yang justru dimaknai

sebagai sesuatu yang maskulin, yaitu Informan 3 yang memaknai hal tersebut.

“... biasa aja ya kalau dalam konteks ini.” – Informan 3.

Menurut Informan 3, adegan yang dilakukan oleh Kang Daniel dan Yoon

Jisung yang mencerminkan kkonminam masih dalah hal wajar dan tidak

mengurangi kemaskulinitasan mereka.

4.3.2 Pemaknaan Aegyo

Tingkah laku girly dan suara yang manis erat dikaitkan dengan sosok perempuan.

Ciri khas aegyo adalah gaya lingustiknya, termasuk menggunakan nasal voice,

menaik-turunkan intonasi, istilah leksikal seperti “oppa”, dan suara infantil seperti

suara lidah pendek atau 혀 짧은 소리 (hyeon jjalbeun sori), serta suara imut

seperti anak kecil (Manietta, 2015:10). Ketika ada laki-laki yang melakukan

tingkah laku layaknya seorang perempuan, maka dirinya seperti ingin melawan

hegemoni maskulinitas. Aegyo menjadi fokus kedua terbentuknya preferred

reading dalam video ini mengenai resistensi hegemoni maskulinitas.

Page 22: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

4.3.2.1 Tingkah Imut Para Member Wanna One

Informan 1, 4, dan 5 mengatakan bahwa aegyo ialah seseorang yang melakukan

tingkah imut. Seperti yang dikemukakan oleh Informan 1 mengenai aegyo, ia

mengungkapkan aegyo adalah tingkah imut yang bisa saja dilakukan secara

sengaja dan dibuat-buat.

“Yaa mereka yang cute-cute gitu. Tingkahnya di sok imutin gitu-gitulah” –

Informan 1.

Informan 4 mengataan bahwa image Wanna One dalam video Wanna One Go in

Jeju memiliki image cute dan lebih kearah feminim. Salah satu faktor mengapa

mereka memiliki image cute karena mereka banyak melakukan aegyo di setiap

scene nya.

“Aegyo tu kan mereka ngelakuin hal-hal kekanak-kanakan, ya bisa

dibilang bertingkah imut lah ya kayak tadi ada yang nari-nari, trus mau

nunjukkin produk Innisfree nya aja seimut itu cara ngomongnya ... Jadi ya

dibilang cute karena aegyo tu juga jadi salah satu faktornya sih. Pokoknya

mereka banyak melakukan hal-hal imut dan kekanak-kanakan deh.” –

Informan 4.

Informan 5 mmberikan contoh aegyo melalui adegan-adegan yang dilakukan oleh

para member Wanna One.

“Banyak sih, ada Jihoon yang pose imut-imut gitu., trus Daehwi juga,

sama Ong yang nari-nari gitu” – Informan 5.

Page 23: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

4.3.2.2 Gaya Berbicara

Menurut Informan 3, aegyo yang diperlihatkan dalam video Wanna One Go in

Jeju banyak ditunjukkan melalui gaya berbicara para member. Mereka berbicara

seperti anak kecil sehingga kesan imut muncul saat mereka melakukan aegyo.

“Kalau aku sih liatnya di situ cute nya mereka tu lebih banyak dari gaya

mereka ngomong ajasih kayak Lee Daehwi yang ngomongnya di cute-

cute-in kayak anak kecil trus Ong yang pas dia nari-nari tu kan suaranya

juga dibikin imut kayak anak kecil. Ya walaupun tingkah mereka juga cute

sih tapi di sini aku liat banyak banget mereka tu cara ngomongnya tu

kayak anak kecil gitu biar dibilang cute. Itusih aegyo menurut aku.” –

Informan 3.

Berbicara seperti anak kecil menjadi indikator Informan 3 bahwa seseorang

dikatakan melakukan aegyo ketika mereka berbicara dengan menggunakan gaya

bicara layaknya seorang anak kecil. Hal tersebut disebabkan karena anak kecil

dinilai imut, maka para member meniru tingkah anak kecil tersebut agar terlihat

imut. Itulah yang dimaksud dengan aegyo menurut Informan 3.

4.3.2.3 Ekspresi Menggemaskan

Aegyo adalah bahasa Korea dari tingkah imut yang dilakukan oleh seseorang.

kesan imut tidak lepas dari ekspresi menggemaskan. Hal tersebut juga dikatakan

oleh para informan. Tingkah imut tidak hanya sekadar perilakunya saja,

melainkan memadukan perilaku, cara bicara, dan juga ekpresi. Seperti yang

diungkapkan oleh Informan 2 dan 6, berikut ini:

“Yaaa biasanya sih cara dia ngomong sih kayak sok-sok diimutin gitu trus

biasanya mereka ekspresinya juga dibikin sok-sok gemes gitu, kayak

semisal Bae Jinyoung yang suka wink-wink gitu, trus Lee Daehwi yang

suka senyum-senyum berasa model ...” – Informan 2.

Page 24: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

“Kalau yang paling aku inget ya waktu si Daehwi meragain Innisfree nya

tadi ... ekspresinya dibikin imut-imut gitu” – Informan 6.

Berdasarkan pernyataan Informan 2, dapat disimpulkan bahwa ekspresi

saat melakukan aegyo bermacam-macam. Mulai dari memberi kedipan,

senyuman, dan hal-hal lain yang imut dan menggemaskan. Dan Informan 6

memberikan contoh adegan seperti yang dilakukan Lee Daehwi saat

memeragakan produk Innisfree.

4.3.2.4 Posisi Pembaca

Terdapat empat informan yang memiliki makna yang sama dengan preferred

reading, yakni Informan 1, Informan 2, Informan 4, dan Informan 6. Ketiga

informan tersebut menyerap pesan dalam teks video dan memaknai bahwa aegyo

bukanlah bentuk maskulin seorang laki-laki, namun bentuk ketidakmaskulinan

yang ditunjukkan oleh laki-laki.

“Kalau buat yang Lee Daehwi sama Bae Jinyoung enggak sih ya, ga

banget ... “ – Informan 1.

“Dua-duanya sih enggak (maskulin) menurutku ...” – Informan 2.

Kedua informan ini fokus dengan adegan Lee Daehwi dan Bae Jinyoung

yang melakukan aegyo ketika memeragakan cara menggunakan seed serum. Dan

keduanya sepakat bahwa hal tersbeut tidak masuk dalam kategori maskulinitas

ideal.

Page 25: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

Informan 4 merupakan penggemar Kpop selama enam tahun. Tidak hanya

musik, ia juga mengikuti program-program hiburan Korea, salah satunya Wanna

One. Informan 4 hanya sebagai Kpopers atau hanya sebagai penikmat musik

Korea saja, namun tidak masuk dalam fanbase manapun. Informan 4

menceritakan pengalamannya saat menonton video Wanna One Go in Jeju.

Menurutnya adegan-adegan yang ditampilkan dalam video banyak menampilkan

ketidakmaskulinan laki-laki, salah satunya ketika para member melakukan aegyo.

“Geli sih sebenernya (lihatnya) hahahaha. Soalnya too much gitu. Terlalu

“iyuuh” tu gimana yaaa. Terlalu aegyo, terlalu menye-menye hehehe” –

Informan 4.

Jawaban Informan 4 didasarkan pada pengalaman dirinya dalam

memandang maskulinitas laki-laki. Menurutnya maskulinitas ideal adalah laki-

laki yang memiliki daya tarik seksual tinggi. Ia berpendapat bahwa ketika

perempuan tertarik dengan laki-laki tersebut maka, ia telah dianggap sebagai

sosok yang maskulin.

“Yaa swag gitu, yang laki banget yang bikin cewek-cewek tu “Woouww”.

Jadi lebih ke gesture sama cara ngomong sih. Pokoknya lebih ke yang

maskulin secara umumlah. Jadi mungkin lebih kayak Reza Rahardian

karena dari cara ngomongnya dia ajasih yang berwibawa, ya gimana sih

yang laki banget gitu, yang tegas, dan lain-lain. terus secara fisik juga

menurut aku juga maskulin karena keliatan garang gitu bukan yang

menye-menye” – Informan 4.

Informan 6 juga mengatakan bahwa aegyo bukanlah suatu bentuk

maskulinitas ideal. Informan 6 yakin bahwa laki-laki yang maskulin pun tidak

Page 26: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

akan melakukan aegyo seperti yang ditampilkan dalam video “Wanna One Go in

Jeju”. Berikut kutipan penjelasannya.

“Buat aku sih enggak (maskulin) ya. Menurutku cowok yang bener-bener

maskulin bakal aneh juga kalau mereka ngelakuin itu.” – Informan 6.

Namun, menurut Informan 3 dan 5 aegyo dianggap maskulin atau tidaknya

tergantung konteks di mana aegyo tersebut dilakukan. Sehingga mereka masuk

dalam kategori posisi negosiasi.

“Kalau dibilang maskulin, yaaa enggak sih apalagi yang dilakuin sama

Daehwi sama Jinyoung ya, tapikan di Korea aegyo tu kan hal yang wajar

ya, ga cewek ga cowok kalau di acara apa pasti paling enggak mereka

disuruh aegyo. Kalau di Indonesia menurutku hal itu ga biasa aja

dilakuinnya. Tapi buat aku kalau dibilang maskulin ya enggak yang

maskulin sesuai bayangan aku sih” – Informan 3.

Informan 5 melihat aegyo sebagai sebuah hal yang lucu sehingga ia tidak

mempernasalahkan hal tersebut maskulin atau tidak.

“Sama ajasih bisa iya bisa enggak. Kalau aku liatnya sekedar gemes

ajasih ga mikir yang macho dan ga macho gitu, tapi kalau dikaitin sama

orang-orang Indonesia kebanyakan ya iya.” – Informan 5.

4.3.3 Pemaknaan terhadap Skinskhip

Berdasarkan keenam informan yang telah diwawancara, mereka memberikan

tanggapan beragam tentang skinship. Skinship ini dilakukan adalah ke sesama

laki-laki yaitu dilakukan oleh para member Wanna One. Bentuk skinship

bermacam-macam, namun semua informan mengatakan bahwa skinship yang

Page 27: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

ditampilkan dalam video Wanna One Go in Jeju adalah para member yang saling

berperlukan.

4.3.3.1 Berpelukan

Keenam informan memiliki pemahaman yang sama mengenai bentuk skinship

yang ditampilkan dalam Wanna One Go in Jeju, yaitu berupa berpelukan. Dalam

video ini menampikan Park Jihoon dan Yoon Jisung yang saling berpelukan dan

berpandangan mata, serta Kang Daniel dan Lee Daehwi yangmengikuti gaya Rose

dan Jack di film Titanic, yaitu keduanya melakukan back hug. Berikut merupakan

kutipan dari salah satu informan yang mengatakan hal serupa.

“Ya tadi perlukan antara Jihoon-Jisung sama Daniel-Daehwi” – Informan

1.

“ ... back hug Kang Daniel-Lee Daehwi” – Informan 2.

“Yang aku liat di situ cuma pelukan sih ... “ – Informan 3.

“Mereka oada pelukan, kayak Jihoon sama Jisung trus Daniel sama

Daehwi back hug meragain film Titanic” – Informan 4.

“Ya itu mereka pada pelukan mesra” – Informan 5.

“Kalau di scene tadi sih lebih ke pelukan gitu-gitu” – Informan 6.

Kesimpulannya, keenam informan ini memaknai skinship dalam bentuk

berpelukan. Skinship ini dilakukan oleh member Wanna One seperti Yoon Jisung

Page 28: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

dan Park Jihoon serta Kang Daniel dan Lee Daehwi. Adegan berpelukan yang

mereka tampilkan dimaknai oleh semua informan sebagai skinship.

4.3.3.2 Posisi Pembaca

Terdapat satu informan yang masuk dalam posisi negotiated reading, Informan 3.

Informan 3 masuk dalam posisi negotiated reader karena dirinya merupakan

Wannable yang telah bergabung sejak hampir dua tahun lalu.

Ketika ditanya soal skinship seperti pada scene 6, Informan 3 menyatakan

perbedaan pandangan antara Kpopers dan non Kpopers. Menurutnya, Kpopers

pasti telah terbiasa dengan adegan-adegan seperti itu karena sering kali program-

program di Korea tidak lepas dari skinship yang dilakukan ke sesama member.

“Kalau bukan Kpopers sih pasti mereka “Ih apaan sih” tapi kalau mereka

Kpopers, skinship itu kan udah jadi tontonan biasa.” – Informan 3.

Meskipun sebagai Kpopers dia merasa biasa melihat hal-hal seperti itu, tetapi

dirinya pun tidak ingin melakukan hal yang sama seperti yang Yoon Jisung-Park

Jihoon dan Kang Daniel-Lee Daehwi lakukan.

“Yaaa kalau bentuk skinship nya kayak Jihoon-Jisung sama Daniel-

Daehwi ya iya, tapi kalau cuma sekedar salaman biasa ya enggak sih.

Tapi kalau dilihat dari video dengan kultur orang Indonesia ya masuknya

perlawanan, tapi kalau sebagai seorang Kpopers sebenernya kayak gitu

udah biasa ku tonton walaupun agak geli juga sebenernya. Tapi ya

gimana lagi emang kalau di Korea kayak gitu boyband nya banyak

nynjukin kedekatan dengan skinship seperti itu.” – Informan 3.

Page 29: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

Sebagai Kpopers pula, Informan 3 juga memaknai bahwa Korea memiliki

budaya yang berbeda dengan Indonesia dalam hal skinship, bagaimana skinship

dimaknai oleh orang Indonesia dan orang Korea.

“Tergantung dulu tempatnya di mana ya, kalau di sana (Korea) mungkin

udah biasa ya, tapi kalau di Indonesia kayaknya terlalu aneh. Orang tua

ku yang juga nonton korea-korean juga bilang “Oh kalua di Korea tu

cowoknya kayak gitu semua ya ?”. Jadi menurut aku ya itu tergantung

lingkungannya ajasih.” – Informan 3.

Kesimpulannya adalah mereka sama-sama memaknai bahwa skinship

adalah sesuatu yang dianggap biasa di Korea, sehingga bukan menjadi bentuk

resistensi hegemoni maskulin di Korea. Namun, ketika dihadapkan dengan

budaya Indonesia, skinship merupakan bentuk resistensi terhadap hegemoni

maskulin karena tidak sesuai dengan apa yang masyarakat Indonesia anggap

maskulin.

Sedangkan kelima infoman lainnya masuk dalam kategori dominant

reading, artinya mereka sepakat bahwa skinship yang ditunjukkan oleh Yoon

Jisung-Park Jihoon dan Lee Daehwi-Kang Daniel bukanlah bentuk maskulinitas.

“Karena aku ga suka skinship yaa yang paling wajar buat aku cuma

salaman doang sih, kalau buat sesama cowok lho yaaaa. Kalau skinship

ke cewek kalau bukan sama mamah ya salaman juga sih. Pokoknya

skinshipless ajadeh, sedikit skinship lebih baik. Ga perlu peluk-peluk

kayak Jihoon ama Jisung.” – Informan 1.

“Menurut aku itu berlebihan sih karena buat nunjukin kedekatan ga harus

yang sampek meluk-meluk gitu sih, apalagi meluknya kayak mereka

berdua. Mereka kayak couple gitu lho kelihatannya jadi malah ga ada

unsur maskulin-maskulinnya sama sekali. “ – Informan 4

Page 30: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

“Kalau dari video itu enggak (maskulin) ya soalnya deket banget mereka.”

– Informan 5.

“Ya kalau kayak yang di video tadi menurut aku udah ga wajar sih jadi ya

aku anggep melawan maskulinitas laki-laki.” – Informan 6

Informan 2 masuk dalam kategori negosiasi karena melihat skinship yang

dilakukan dalam scene “Wanna One Go in Jeju” sebagai bentuk kedekatan dan

profesionalitas kerja.

“Kalau cuma sekedar nyentuh tangannya atau meluk masih gapapa lah,

tapi kalau udah nyium, ngeraba-raba, megang pantat, enggak sih, jijik.

Kalau pelukan kan bentuk kasih sayang ya. Kalau back hug kayak Kang

daniel sama daehwi gitu ya masih biasa ajasih soalnya itu bentuk

profesionalitas dan emang mungkin bentuk kasih sayang sih.” – Informan

2

4.3.4 Pemaknaan terhadap Skincare Routine

Melakukan perawatan secara rutin erat kaitannya dengan perempuan. Meskipun

telah banyak produk perawatan khusus laki-laki yang sering diberi label “for

men”. Di sini, informan memaknai cara perawatan rutin member Wanna One yang

tidak memiliki label “for men”.

4.3.4.1 Bentuk penggunaan Skincare Routine

Setelah melalui wawancara dan open coding, maka ditemukan tiga bentuk

pemakaian skincare yang ditunjukkan oleh member Wanna One, antara lain

pemakaian lotion, pemakaian sheet mask, dan pemakaian seed serum. Semua

didapatkan melalui hasil pengamatan informan di video Wanna One Go in Jeju.

Page 31: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

4.3.4.1.1 Pakai Lotion

Informan 5 mengatakan bahwa member Wanna One menggunakan lotion sebagai

skincare di malam hari karena terdapat adegan di mana salah satu member Wanna

One, Ha Sungwoon sedang mengajari teman-temannya, Hwang Minhyun dan Bae

Jinyoung menggunakan skincare yang benar ala Ha Sungwoon.

“... trus si Sungwoon ngaharin pakae skincare tu kayak gimana, yang

ngasi loton nya banyak banget gitu ...” – Informan 5.

Informan dua dan 6 juga memaknai hal yang sama dengan Informan 5.

Sehingga terdapat tiga informan yang mengatakan bahwa Wanna One

menggunakan lotion sebagai produk skincare mereka.

4.3.4.1.2 Pakai Sheet Mask

Keenam informan juga mengatakan bahwa rutinitas menggunakan skincare

mereka adalah dengan menggunakan sheet mask. Seperti yang diungkapkan oleh

Informan 1, berikut ini

“Mereka pada pake sheet mask gitu trus pakai skincare yang khusus buat

tidur” – Informan 1.

Informan lainnya seperti Informan 2, 3, 4, 5, dan 6 juga menyebutkan

sheet mask dalam daftar skincare routine yang mereka lihat dalam tayangan ini.

“Mereka pake sheet mask ... ” – Informan 2.

“Yang jelas banget sih mereka pake sheet mask” – Informan 3.

“Ya mereka di situ pada pake skincare malem trus pake sheet mask” –

Informan 4.

Page 32: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

“Tadi si Ha Sungwoon, Hwang Minhyun, sama Bae Jinyoung pake sheet

mask” – Informan 5.

“Tadi sih banyak banget ya ... pakai krim lah, pakai masker lah ...” –

Informan 6.

4.3.4.1.3 Pakai Seed Serum

Pemakaian seed serum ini dilihat para informan khususnya Inorman 3 dan

Informan 5 pada segmen di mana Wanna One sedang berakting menggunakan

seed serum.

“... kalau seed serum cuma diperagain untuk iklan” – Informan 3.

“ ... trus pas di iklan merka pake seed serum” – Informan 5.

Meskipun begitu, seed serum hanya ditampilkan saat mereka sedang

memeragakan Innisfree seed serum, bagi Informan 3 dan 5 tetap peragaan tersebut

sama dengan menggunakan skincare karena produk yang diiklankan adalah

skincare.

4.3.4.2 Posisi Pembaca

Lima informan, yakni Informan 1, Informan 3, Informan 4, Informan 5, dan

Informan 6 berada pada posisi oppositional reader, di mana menurut mereka laki-

laki memang membutuhkan perwatan. Hal tersebut tidak berhubungan dengan

kemaskulinitasan laki-laki hanya karena menggunakan skincare routine seperti

yang dilakukan oleh Ha Sungwoon pada scene 6.

Page 33: B A B IV TIPE PEMAKNAAN SUBJEK PENELITIAN TERHADAP

“Maskulin-maskulin ajasih nggak keliatan kayak cewek. Yang punya kulit

kan bukan cuma cewek tapi cowok juga. Jadi ya wajar” – Informan 1.

Berbeda dengan Informan 1, Informan 3 melihat hal tersebut sebagai suatu

kewajaran karena dirinya telah sering melihat Wanna One melakukan adegan

seperti itu, sehingga menurutnya masih berada dalam kategori maskulin.

“... karena aku sering liat mereka jadi ya biasa aja hehehe” – Informan 3.

Informan 6 juga sepakat bahwa hal tersebut bukanlah suatu bentuk

resistensi karena masih dalam kategori wajar dan maskulin.

“Kalau menurutku sih masih wajar-wajar aja ya, itu tergantung orang

masing-masing sih kalau mau skincare-an gitu. Itu juga menunjang visual

sih ...” – Informan 6.

“Jadi untuk bisa menarik minat lawan jenis sebenarnya badan (fisik)

enggak sih, badan nggak berpengaruh banget sih. Sebenarnya kalau

cowok badannya berotot juga nggak yang menarik banget sih. Malah yang

kalem gitu, yang pening dia bisa ngekuarin sex appeal nya tadi.” –

Informan 6.

“... dari temen-temen kumpulan ada cowok ada cewek juga. Jadi kayak

kita tu sering sharing tentang gaya penampilan orang gitu lho kayak “Oh

ini sex appeal nya kurang”. Dan yang tentang sex appeal gitu kebanyakan

malah temen-temen cewek aku yang ngomong kalau yang dibutuhin cowok

tu ya daya tariknya, salah satunya dari visualnya.” – Informan 6.

Kesimpulan dari pernyataan Informan 6 adalah melakukan skincare

routine bagi seorang laki-laki merupakan salah satu bentuk merawat diri, sehingga

hal tersebut tidak masuk dalam bentuk resistensi terhadap hegemoni maskulin.

Melakukan perawatan diperlukan karena untuk menjadi sosok yang maskulin,

laki-laki juga perlu memperhatikan penampilan visualnya sehingga mampu

menarik hati lawan jenis.