b-2
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
![Page 1: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASI
“KAPSUL CABE JAWA”
Disusun oleh :
KELOMPOK B-2
Pratama Putra (112210101045)
Ani Mubayyinah (112210101047)
MelyNovyyandani (112210101049)
Liza Fairuz (112210101055)
Awalia Annisafira (112210101065)
Fatimah A. Maulidiyah (112210101067)
Arif Rahman (112210101073)
Defitri Trimardani (112210101075)
Zahrotul Hikmah (112210101081)
Yuni Winarni (112210101083)
Dewi Citra (112210101089)
LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI
BAGIAN BIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
![Page 2: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/2.jpg)
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin ; tetapi dapat juga terbuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai. Mothes dan Dublanc, dua orang Perancis, biasa dihubungkan
dengan penemuan kapsul gelatin yang terdiri dari satu bagian, berbentuk lonjong, ditutup
dengan setetes larutan pekat gelatin panas sesudah diisi. Kapsul yang terdiri dari dua bagian
ditemukan oleh James Murdock dari London. Gelatin larut dalam air panas dan dalam cairan
lambung yang hangat, kapsul gelatin melepaskan isinya dengan cepat. Gelatin sebagai protein
dicerna dan diabsorbsi (Anief, 2000).
Gelatin bersifat stabil diudara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah
mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab dan bila disimpan dalam larutan
berair. Oleh karena itu, kapsul gelatin yang lunak mengandung lebih banyak uap air daripada
kasul keras, pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah timbulnya
jamur dalam cangkang kapsul. Biasanya kapsul keras gelatin mengandung uap air antara 9-
12%. Bilamana disimpan dalam lingkungan dengan kelembapan yang tinggi, penambahan
uap air akan diabsorbsi oleh kapsul dan kapsul keras ini akan rusak dari bentuk kekerasannya.
Sebaliknya dalam lingkungan udara yang sangat kering, sebagian uap air yang terdapat dalam
kaspsul gelatin mungkin akan hilang, dan kapsul ini menjadi rapuh bahkan akan remuk bila
dipegang (Howard, 1985).
Kapsul keras biasanya terbuat dari gelatin yang terdiri dari cangkang kapsul bagian badan
dan bagian tutup kapsul. Kedua bagian tutup kapsul ini akan saling menutupi bila
dipertemukan dan bagian tutupnya akan menyelubungi bagian badan kapsul. Gelatin
mempunyai beberapa kekurangan, seperti mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila
dalam keadaan lembab atau bila disimpan dalam larutan berair . Sebagai contoh yang lain,
cangkang kapsul gelatin menjadi rapuh jika disimpan pada kondisi kelembaban relatif yang
rendah. Selanjutnya, Kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping obat yang
mengiritasi lambung, seperti Indometasin. Hal ini dikarenakan kapsul gelatin segera pecah
setelah sampai di lambung (Anonim, 1979).
Kapsul dapat diberi bermacam-macam warna. Bila dalam resep diinginkan serbuk
dalam bentuk kapsul, maka ukuran dan warna kapsul yang dipakai harus dicantumkan dalam
resep supaya pada pengulangan obat pasien mendapatkan obat dengan ukuran serta warna
kapsul yang sama. Ukuran kapsul bermacam-macam baik panjang atau pendek, dengan
![Page 3: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/3.jpg)
3
bentuk bervariasi, misalnya bulat, oval, panjang, dan silinder. Ukuran kapsul juga dibedakan
oleh panjang dan diameter dari kapsul yang dinyatakan dalam angka-angka. Kapasitas
muatnya tergantung dari jenis zat yang dimasukkan. Biasanya dalam voluminous,
kapasitasnya lebih kecil (Voigt, 1995).
Ada beberapa macam penggolongan kapsul, yakni kapsul keras, kapsul lunak, kapsul
tepung, dan kapsul salut enterik. Kapsul keras biasanya digunakan untuk obat berbentuk
padat atau cair yang tidak mudah rusak. Cangkang kapsul ini umumnya berbentuk tabung
silinder berujung bulat, terdiri dari wadah tertutup dan terbuat dari gelatin dan air. Kapsul
kenyal dapat disi dengan zat padat, setengah padat, atau cairan. Seperti halnya dengan kapsul
keras, kapsul kenyal terbuat dari gelatin dan air, untuk kekenyalannya ditambah gliserol atau
sorbitol. Kapsul lunak bentuknya bagus dan lebih mudah ditelan oleh pasien. Kapsul tepung
disebut juga ouwel yang dibuat dari amilum atau tepung ditambah dengan air dan zat
pengawet. Bantuk kapsul ini umumnya bulat atau silinder. Kapsul salut enterik adlah kapsul
yang disalut sedemikian rupa sehingga tidak larut dalam lambung tetapi larut dalam usus
(Chaerunnisa, 2009).
Cabe jawa merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak terdapat di Jawa, Madura
dan Sumatera Selatan. Tumbuh di tempat-tempat yang tanahnya tidak lembap dan berpasir
seperti di dekat pantai, daerah datar sampai 600 meter di atas permukaan laut (dpl). Tanaman
ini dapat tumbuh dan menghasilkan dengan baik di semua jenis lahan kering atau semua jenis
tanah di pulau Jawa (Nuraini A, 2003)
Cabe jawa merupakan tumbuhan tropis asli
Asia Tenggara yang juga dikenal sebagai lada
panjang dengan klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae,
Subkingdom : Viridaeplantae,
Filum : Magnoliophyta,
Subfilum : Spermatophyta,
Infrafilum : Angiospermae,
Kelas : Magnoliopsida,
Subkelas : Magnoliidae,
Superorder : Piperanae,
Ordo : Piperales,
Family : Piperaceae,
Genus : Piper,
Gambar 1. Tanaman cabe jawa20
![Page 4: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Spesifik epitet : retrofractum,
Spesies : Piper retrofractum Vahl. (Bisby, at al., 2007)
Cabe jawa memiliki beberapa nama daerah, yaitu: di Sumatera disebut lada panjang,
cabai jawa, cabai panjang. Di jawa, namanya cabean, cabe alas, cabe areuy, cabe jawa, cabe
sula. Di Madura dinamai cabhi jhamo, cabhi ongghu, cabhi solah, sedangkan di Makassar
dikenal dengan nama cabai (Depkes RI. 1985; Nuraini A, 2003)
Tanaman cabe jawa berupa tumbuhan menahun, batang dengan percabangan liar,
tumbuh memanjat, melilit dengan akar lekatnya, panjang mencapai 10 meter. Percabangan
dimulai dari pangkalnya yang menyerupai kayu. Daun tunggal, berbentuk bulat telur sampai
lonjong, pangkal membulat, ujung meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan
atas licin, permukaan bawah berbintik-bintik, panjang 8,5–30 sentimeter, lebar 3-13
sentimeter dan berwarna hijau. Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir yang tumbuh
tegak atau sedikit merunduk, bulir jantan lebih panjang dari betina. Buah majemuk berupa
bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris, bagian ujung agak mengecil, permukaan tidak
rata, bertonjolan teratur, panjang 2-7 cm, garis tengah 4-8 mm, bertangkai panjang, masih
muda berwarna hijau, keras dan pedas, kemudian warna menjadi kuning gading dan akhirnya
menjadi merah, lunak dan manis. Bagian tanaman yang digunakan adalah buahnya, tetapi
kadang-kadang ada yang menggunakan daun dan akarnya (Depkes RI. 1985; Nuraini A,
2003)
Buah, daun dan akar tanaman cabe jawa dapat digunakan untuk pengobatan. Buah yang
sudah tua dapat digunakan untuk pengobatan perut kembung, mulas, muntah-muntah,
diaforetik, karminatif, merangsang nafsu makan, demam, influenza, migren, peluruh keringat,
encok, infeksi pada hati, tekanan darah rendah, urat saraf lemah, sukar bersalin, dan sebagai
afrodisiaka. Akar dapat digunakan untuk sakit gigi, luka, dan kejang, sedangkan daunnya
untuk obat kumur. Di India, Afrika Utara, Afrika Timur, dan Asia Tenggara, cabe jawa juga
digunakan untuk bumbu masak (Taryono RA, 2004; Nuraini A, 2003).
Senyawa kimia yang terkandung dalam cabe jawa antara lain asam amino bebas, damar,
minyak atsiri, beberapa jenis alkaloid seperti piperine, piperidin, piperatin, piperlonguminine,
β-sitosterol, sylvatine, guineensine, piperlongumine, filfiline, sitosterol, methyl piperate,
minyak atsiri (terpenoid), n-oktanol, linalool, terpinil asetat, sitronelil asetat, sitral, alkaloid,
saponin, polifenol, dan resin (kavisin) (Depkes RI. 1985; Nuraini A, 2003). Alkaloid utama
yang terdapat di dalam buah cabe jawa adalah piperin (Isnawati A, 2002).
Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki efek stimulan
terhadap sel-sel syaraf sehingga mampu meningkatkan stamina tubuh. Efek hormonal dari
![Page 5: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/5.jpg)
5
tanaman ini dikenal sebagai afrodisiaka. Berdasarkan penelitian secara ilmiah, cabe jawa
digunakan sebagai afrodisiaka karena mempunyai efek androgenik, untuk anabolik, dan
sebagai antivirus. Dari suatu tinjauan pustaka dikatakan bahwa secara umum kandungan
kimia atau senyawa kimia yang berperan sebagai afrodisiaka adalah turunan steroid, saponin,
alkaloid, tannin dan senyawa lain yang dapat melancarkan peredaran darah. Bagian yang
dimanfaatkan sebagai afrodisiaka adalah buahnya dan diduga senyawa aktif yang berkhasiat
afrodisiaka di dalam buahnya adalah senyawa piperine (Nuraini A, 2003).
![Page 6: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/6.jpg)
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyldone
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper retrofractum Vahl.
2.2 Kandungan Kimia dan Bioaktivitas Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.)
Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) merupakan simplisia yang banyak digunakan
dalam ramuan jamu dan obat tradisional. Bagian yang bermanfaat adalah buahnya yang
mengandung minyak atsiri, piperina, piperidina, asam palmitat, asam tetrahidropiperat,
undecylenyl 3-4 methylenedioxy benzene, N isobutyldeca-trans-2-trans-4-dienamide, dan
sesamin. Minyak atsiri cabe jawa mengandung terpenoid: n-oktanol, linanool, terpinil asetat,
sitronelil asetat, piperin, alkaloid, saponin, polifenol, dan resin (kavisin). Minyak atsiri cabe
jawa diduga dapat menurunkan kolesterol dengan memberikan umpan balik negatif yang juga
dapat menghambat kerja enzim HMG-KoA reduktase.Cabe jawa juga mengandung vitamin C
yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu melindungi lemak dalam darah dari
kerusakan akibat radikal bebas. Dari penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa kecepatan
oksidasi kolesterol dan trigliserida akibat radikal bebas pada kelompok yang diberi diet
mengandung cabe jawa lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberi diet tanpa
mengandung cabe jawa.
2.3 Metode Ekstraksi
Ekstrak merupakan kumpulan senyawa-senyawa dari berbagai golongan yang terlarut
didalam pelarut yang sesuai, termasuk didalamnya senyawa-senyawa aktif atau yang tidak
aktif . Pengolahan ekstraksi bahan tumbuhan obat dengan pelarut yang sesuai (air, alkohol
dan pelarut organik lain) menjadi ekstrak cair atau ekstrak keringbanyak dilakukan untuk
tujuan standarisasi sediaan obat herba sekaligus memberi keuntungan dari segi formulasi
sediaannya. Pemilihan pelarut sangat penting dalam proses ekstraksi sehingga bahan
![Page 7: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/7.jpg)
7
berkhasiat yang akan ditarik dapat tersari sempurna. Departemen Kesehata
merekomendasikan air, alkohol dan air dengan alkohol untuk cairan penyari ekstrak untuk
keperluan bahan baku obat tradisional. (Suhirman et al., 2006)
Dari penelitian yang dilakukan oleh Djumidi dan Hutapea, pembuatan ekstraksi
dengan cara perkolasi menggunakan cairan penyari masing-masing dengan dengan etanol
( 50 % ), kloroform, metanol, etanol ( 95 % ), eter, dan seduhan air panas. Dari semua cairan
penyari yang digunakan untuk membuat ekstrak buah cabe jawa, ternyata cairan penyari
etanol ( 50%) memberikan rendemen yang paling tinggi, yaitu: 6,73%, kemudian secara
berurutan adalah kloroform, metanol, etanol (95%), eter, dan seduhan air panas, seperti
terlihat dalam Tabel 1 berikut:
(Djumidi and Hutapea, 1992)
2.4 Metode KLT
Ekstrak kental yang diperoleh dari penyarian dengan etanol (50%, kloroform,
metanol, etanol (95%), dan eter, masing-masing setelah diuji dengan KLT diperoleh bercak
(7 bercak), warna dan Rf yang sama. Sedang ekstrak yang diperoleh dari seduhan air panas
hanya menunjukkan 1 bercak dengan Rf = 0,07.
![Page 8: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/8.jpg)
8
Dari percobaan KLT untuk mengetahui kemungkinan adanya perbedaan jumlah
komponen kimia dari ekstrak yang diperoleh, hanya dari ke 5 cairan penyari yang digunakan
diperoleh hasil yang sama, yaitu 7 bercak, maka dapat diduga bahwa kandungan kimia pada
buah cabe jawa mempunyai sifat polaritas yang sama terhadap cairan penyari yang
digunakan.(Djumidi and Hutapea, 1992)
2.5 Kapsul
Kapsul adalah bentuk sediaan obat yang terbungkus dalam cangkang kapsul, keras
atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin atau tanpa zat ambahan lain (FI IV). Pada FI
III diterangkan bahwa ada beberapa syarat kapsul yang harus dipenuhi yaitu dari
keseragaman bobot kapsul, waktu hancur, dan cara penyimpanan.
Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam bahan
obat atau lebih dan atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah
kecil yang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai. Tergantung pada formulasinya, kapsul
dari gelatin biasa lunak dan bisa juga keras.
Cangkang kapsul gelatin keras dibuat dari campuran gelatin, gula dan air, jernih tidak
berwarna dan pada dasarnya tidak mempunyai rasa. Kapsul gelatin mudah mengalami
peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan dalam larutan berair. Kapsul
gelatin tidak tepat untuk diisi cairan berair, karena air akan melunakkan gelatin dan
menimbulkan kerusakan kapsul. Tetapi beberapa cairan tertentu atua minyak atsiri yang tidak
mengganggu stabilitas cangkang gelatin, mungkin dapat dimasukkan dalam cangkang kapsul
gelatin, lalu disegel untuk menjamin penyimpanan cairan tersebut.
![Page 9: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/9.jpg)
9
Umumnya kapsul gelatin keras dipakai untuk menampung isi antara sekitar 65 mg – 1
gram bahan serbuk, termasuk bahan obat dan bahan pengencer lain yang diperlukan. Bila
bahan obat yang diberikan dalam suatu kapsul cukup besar untuk memenuhi kapsul, bahan
pengisi tidak diperlukan. Tapi bila bahan obat yang dimasukkan belum cukup untuk
memenuhi isi kapsul, maka diperlukan bahan pengisi. Laktosa dan amilum biasanya dipakai
sebagai bahan pengisi dalam pengisian kapsul.
Macam-macam sediaan kapsul secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian utama,
yaitu berdasarkan konsistensi, cara pemakaian, dan tujuan pemakaian.
a. Berdasarkan konsistensi :
Kapsul lunak dan kapsul keras
b. Berdasarkan cara pemakaian :
Per oral, per rektal, per vaginal, dan topikal
c. Berdasarkan tujuan pemakaian :
Untuk manusia dan untuk hewan
Bahan penyusun kapsul keras yaitu bahan dasar seperti gelatin, gula,dan dan air, dan
bahan tambahan seperti pewarna, flavouring agent, pemburam, dan pengawet.
Kapsul jarang hanya mengandung bahan berkhasiat saja, umumnya formulasi kapsul
memerlukan bahan pengisi, pelincir maupun penyerap (untuk sediaan berbahan dasar
ekstrak). Bahan pengisi pelincir dan penyerap yang digunakan antara lain:
a. Cab-O-Sil (Aerosil)
Sinonim : Aerosil; Cab-O-Sil; Cab-O-Sil M-5P; colloidal silica; fumed silica; fumed silicon
dioxide; hochdisperses silicum dioxid; SAS; silica colloidalis anhydrica; silica sol;
silicic anhydride; silicon dioxide colloidal; silicon dioxide fumed; synthetic
amorphous silica; Wacker HDK.
Struktur formula : SiO2 (BM = 60.08)
Sifat fisika-kimia Cab-O-Sil:
pH : 3,5-4,0 (4 % w/v aqueous dispersion)
Densitas : 0.029-0.042 g/cm3
Distribusi ukuran partikel : 7-16 nm
Indeks refraktif : 1.46
Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan larutan asam,
kecuali hydrofluoric acid. Larut dalam larutan alkali hidroksida
panas. Membentuk dispersi koloidal dalam air.
Luas area spesifik : 100-400 m2/g
![Page 10: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/10.jpg)
10
Fungsi : Adsorbent; anticaking agent; emulsion stabilizer; glidant; suspending agent; tablet
disintegrant; thermal stabilizer; viscosity-increasing agent.
Cab-O-Sil digunakan secara luas dalam farmasi, kosmetik dan produk makanan. Cab-
O-Sil memiliki ukuran partikel kecil dan luas area permukaan spesifiknya besar sehingga
memberikan karakter aliran yang diinginkan yang dieskplorasi untuk memperbaiki aliran
serbuk kering pada proses pembuatan tablet.
Penggunaan Cab-O-Sil sebagai :
Aerosol = 0,5 – 2,0 %
Emulsion stabilizer = 1,0 – 5,0 %
Glidant = 0,1 – 1,0 %
Suspending dan thickening agent = 2,0 – 10,0 %
Cab-O-Sil adalah sebuah fumed silica submicroscopic dengan ukuran partikel 15 nm.
Cab-O-Sil berwarna putih kebiru-biruan, terang, tidak berbau, tidak berasa, serbuk amorf
tidak berpasir.
Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan:
Cab-O-Sil higroskopis tetapi mengadsorbsi sejumlah besar air tanpa mencair. Ketika
digunakan dalam sistem aqueous pada pH 0-7.5, Cab-O-Sil dapat meningkatkan viskositas
dari sistem. Tapi pada pH lebih dari 7.5 peningkatan viskositas Cab-O-Sil akan berkurang
dan pada pH lebih dari 10.7 kemampuan Cab-O-Sil menghilang karena Cab-O-Sil terlarut
membentuk silikat.
Keamanan:
Cab-O-Sil biasanya digunakan dalam produk farmasi oral dan topikal dan umumnya
tidak toksik dan merupakan non irritant excipient.
LD50 (tikus, iv) : 0.015 g/kg
LD50 (tikus, oral) : 3.16 g/kg.
b. Avicel
Sinonim : Avicel PH; Cellets; Celex; cellulose gel; hellulosum microcristallinum; Celphere;
Ceolus KG; crystalline cellulose; E460; Emcocel; Ethispheres; Fibrocel; MCC
Sanaq; Pharmacel; Tabulose; Vivapur.
Rumus empiris: (C6H10O5)220 ( BM ≈36.000 )
Struktur formula
![Page 11: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/11.jpg)
11
Gambar 1. Struktur kimia avicel (Rowe et al, 2009).
Fungsi : Adsorbent; suspending agent; tablet dan capsule diluent; tablet
disintegrant.
Microcrystalline cellulose digunakan secara luas dalam farmasi, umumnya sebagai
binder/diluent pada tablet oral dan formula kapsul dimana ini digunakan baik dalam granulasi
basah dan proses kempa langsung. Pada penambahannya sebagai binder/diluent,
microcrystalline cellulose juga memiliki fungsi sebagai lubrikan dan disintegran yang
berguna dalam tabletasi.
Sifat kimia fisika Avicel:
pH : 5,0-7,5
Kerapatan : 1,512-1,668 g/cm3
Titik lebur : 260-270oC
Distribusi partikel : 20-200 μm
Kelarutan : mudah larut dalam 5% w/v larutan NaOH, praktis tidak larut dalam air,
asam terlarut, dan sebagian besar pelarut organik.
Inkompatibilitas : avicel inkompatibel dengan agen oksidator kuat.
Sediaan yang dibuat pada praktikum ini adalah kapsul. Adapun alasan dipilihnya
sediaan kapsul antara lain :
Dapat menutupi rasa pahit dan tidak enak dari bahan obat (ekstrak). Sebagian besar
ekstrak tumbuhan memiliki rasa yang pahit atau getir sehingga dengan pemilihan
sediaan kapsul dapat menutupi rasa yang tidak enak.
Dapat meningkatkan keberterimaan (akseptabilitas) pasien terhadap sediaan yang
telah diformulasi. Kapsul dapat menutupi bau yang tidak enak dari ekstrak karena
bahan baku yang digunakan adalah ekstrak daun Jambu biji yang memiliki bau khas
dan jarang disukai.
Dapat melindungi bahan obat dari cahaya matahari langsung maupun kontak dengan
udara sekitar. Beberapa ekstrak dari tumbuhan memiliki sensitivitas yang tinggi
terhadap cahaya matahari langsung dan udara, oleh sebab itu penggunaan cangkang
![Page 12: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/12.jpg)
12
kapsul keras yang buram (TiO2) dapat mengantisipasi kontak bahan obat dengan
cahaya maupun udara.
Mudah dalam penggunaannya
Pembuatan relatif mudah, dapat dilakukan secara konvensional.
Harga relatif terjangkau (murah)
Kapsul yang digunakan untuk dikonsumsi harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
Keseragaman kandungan (dosis) dan bobot terjamin
Tidak toksik
Tidak cacat secara fisik
c. Pati beras
Amylum oryzae ( pati beras) adalah amylum yang diperoleh dari biji Oryza sativa L
yang berupa serbuk sangat halus dan putih.
Klasifikasi Tanaman
Nama Simplisia : Amylum Oryzae
Tanaman Asal : Oryza sativa
Divisi : Magnoliophyta
Sub Divisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oryzae
![Page 13: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/13.jpg)
13
Spesies : Oryza Sativa L
Kandungan : Amilosa dan amilosa perkati, air, abu
Khasiat : Bahan penolong untuk sediaan obat dan zat tambahan
Makroskopis : Berupa serbuk berwarna putih dan sangat halus
Mikroskopis : Terlihat butiran persegi banyak, tunggal atau
majemuk, hilus tidak terlihat jelas dan tidak ada lamella konsentrasi.
Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat, yaitu amilosa dan
amilopektin. Amilosa adalah pati dengan struktur tidak bercabang dan merupakan
fraksi larut air, sedangkan amilopektin adalah pati dengan struktur bercabang, tidak
larut air, dan cenderung bersifat lengket. (Haryadi, 2008)
Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna
(transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera). Ketan hampir
sepenuhnya didominasi oleh amilopektin sehingga sangat lekat, sementara beras pera
memiliki kandungan amilosa melebihi 20% yang membuat butiran nasinya terpencar-
pencar (tidak berlekatan) dan keras.
2.6 Refrance Product Kapsul Cabe Jawa
(Padmadisastra 2009)
2.7 Formulasi Kapsul Cabe Jawa
R/ EKSTRAK CABE JAWA
AMIYLUM ORYZAE
AVICEL
MF DA IN CAPS 30
S TDD
2.8 Evaluasi Sediaan Kapsul
![Page 14: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/14.jpg)
14
a) Keseragaman bobot kapsul
Cara untuk kapsul yang berisi obat kering
Timbang 20 kapsul. Timbang lagi kapsul satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul,
timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul terhadap bobot rata-rata
tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi
kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak boleh
lebih dari yang ditetapkan kolom B.
Cara untuk kapsul yang berisi bahan obat cair atau pasta
Timbang 10 kapsul. Timbang lagi kapsul satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul,
cuci cangkang kapsul dengan eter P. Buang cairan cucian, biarkan hingga tidak berbau eter,
timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi
kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rat-rata tiap isi kapsul
tidak lebih dari 7,5%.
b) Kelarutan
Kelarutan normal untuk kapsul, baik kosong atau berisi, tidak ditentukan oleh USP
XX. Tetapi General Servuce Administration, di Federal Specification #U-C-115b (2/10/58),
menentukan batas kelarutan untuk kapsul kosong sebagai berikut :
i. ketahanan air tidak larut dalam air pada 20 sampai 30 0 C dalam 15 menit.
ii. Kelarutan dalam asam larut kurang dari 5 menit dalam larutan HCl 0,5% (b/b) pada 36
sampai 38 0 C.
c) Waktu Hancur
Kapsul tidak tahan asam lambung
Alat : Tabung gelas panang 80 mm sampai 100 mm, diameter dalam lebih kurang 28 mm,
diameter luar 30 mm hingga 31 mm, ujung bawah dilengkapi kasa kawat tahan
karat, lubang sesuai dengan pengayak nomor 4, berbentuk keranjang.
Keranjang disisipkan searah di tengah-tengah tabung kaca, diameter 45 mm,
dicelupkan ke dalam air bersuhu antara 36 dan 38C sebanyak lebih kurang 1000 mL, sedalam
tidak kurang dari 15 cm sehingga dapat dinaikturunkan dengan teratur. Kedudukan kawat
![Page 15: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/15.jpg)
15
kasa pada posisi tertinggi tepat di atas permukaan air dan kedudukan terendah mulut
keranjang tepat di permukaan air.
Masukkan 5 kapsul ke dalam keranjang, turun-naikkan keranjang secara teratur 30
kali tiap menit. kapsul dinyatakan hancur jika tidak ada bagian kapsul yang tertinggal di atas
kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang
diperlukan untuk menghancurkan kelima kapsul tidak boleh lebih dari 15 menit.
Kapsul tahan asam lambung
Lakukan pengujian waktu hancur menggunakan alat dan menurut cara pengujian
waktu hancur terhadap kapsul tidak tahan asam lambung. Air diganti dengan lebih kurang
250 mL asam klorida 0,06 N. Pengerjaan dilakukan selama 3 jam, kapsul tidak larut kecuali
zat penyalut. Angkat keranjang, cuci segera kapsul dengan air. Ganti larutan asam dengan
larutan dapar pH 6,8. Atur suhu antara 36dan 38C. Celupkan keranjang ke dalam larutan
tersebut. Lanjutkan pengujian selama 60 menit. Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian
kapsul di atas kasa kecuali fragmen zat penyalut.
d) Uji Variasi Berat
Uji variasi berat yang ditentukan oleh USP XX merupakan uji yang berurutan, di
mana 20 kapsul masing-masing ditimbang dan ditentukan berat rata-ratanya. Persyaratan uji
dipenuhi jika tidak satu pun dari berat masing-masing kapsul yang kurang dari 90% atau
lebih dari 110% dari berat rata-rata. Jika ke-20 kapsul tidak memenuhi criteria tersebut , berat
netto masing-masing ditentukan; diambil rata-ratanya, dan perbedaan ditentukan antara
masing-masing isi netto dengan rata-rata. Persyaratan dipenuhi (1) jika tidak lebih dari dua
perbedaan yang lebih dari 10% terhadap rata-rata, atau (2) jika tidak satupun yang
mempunyai perbedaan lebih besar dari 25%.
Jika lebih dari 2 tetapi kurang dari 6 berat yang ditentukan dengan uji tersebut
berbeda lebih dari 10% tetapi kurang dari 25%, isi neto ditentukan untuk 40 kapsul tambahan,
dan rata-rata diambil dari 60 kapsul. Terhitung ada 60 penyimpangan dari berat rata-rata yang
baru . Persyaratab dipenuhi (1) jika perbedaan tidak melebihi 10% dari rata-rata dalam lebih
dari 6 dari 60 kapsul, dan (2) jika tidak ada perbedaan yang lebih dari 25%.
d) Uji Keseragaman Isi
Uji kedua dalam USP XX yang dapat diterapkan pada kapsul adalah keseragaman isi
yang dilakukan bila ada spesifikasi oleh masing-masing monografi. Dalam hal ini dipilih 30
kapsul, 10 diantaranya diperiksa dengan prosedur khusus. Persyaratan dipenuhi jika 9 dari 10
![Page 16: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/16.jpg)
16
kapsul mempunyai kisaran potensi spesifik dari 85 sampai 115%, dan yang kesepuluh tidak
di luar 75 sampai 125%.
Jika lebih dari 1 tetapi kurang dari 3, dari 10 kapsul yang pertama berada di luar batas
85 sampai 115%, ke-20 sisa diperiksa. Persyaratan dipenuhi jika ke-30 kapsul berada dalam
kisaran spesifik 75 sampai 125% dan tidak kurang 27 dari 30 kapsul berada dalam kisaran 85
samapai 115%.
![Page 17: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/17.jpg)
17
BAB 3
METODE
3.1 Alat dan Bahan
Alat:
Beaker glass
Spatula
Mortir
Stamper
Cangkang kapsul kosong
Timbangan analitik
Seperangkat alat refluks
Labu ukur
Vial
Mikropipet
Pelat KLT
Seperangkat alat KLT-
Densitometri
Batang pengaduk
Perkolator
Erlenmeyer
Rotavapour
Bahan:
Standard piperin
Ekstrak daun cabe jawa
Cab-o-sil
Avicel
Etanol 96%
Kapas
Kertas saring
3.2 Cara Kerja
![Page 18: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/18.jpg)
18
3.2.1 Pembuatan ekstrak (Maserasi)
3.2.2 Pengeringan ekstrak
3.2.3 Penetapan kadar senyawa aktif ekstrak
Maserat disaring lalu dipekatkan dengan routavapor
Biarkan selama 18 jam
Tutup maserator dan biarkan terendam selama 6 jam, aduk
Aduk
Tambahkan etanol 96% sebanyak 5 x bobot serbuk (2500 ml)
Masukkan ke dalam maserator
Timbang 500 gram serbuk kering simplisia cabe jawa
Ekstrak ditambahkan aerosil sedikit-sedikit dalam mortir ad rata dan kering
Timbang aerosil sebanyak 1-2% bobot ekstrak
Timbang ekstrak kental (75% rendemen)
Aduk rata ekstrak kental 3-5 menit
![Page 19: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/19.jpg)
1000 ppm
Masukkan labu ukur 10 ml, tambahkan etanol ad tanda
Timbang standar piperin 25 mg, larutkan etanol, saring, masukkan labu ukur 25 ml, tambahkan etanol ad tanda
Buat larutan baku kerja 100, 200, 400, 800 ppm
Pipet 2 mlPipet 1 ml Pipet 8 mlPipet 4 ml
200 ppm100 ppm 800 ppm400 ppm
Larutan standar 2 µl Sampel 10 µl
Totolkan pada lempeng KLT rep. 3x
19
1. Pembuatan larutan pembanding piperin
2. Pembuatan larutan uji
3. Penetapan kadar piperin menggunakan KLT densitometri
Bilas kertas saring dengan etanol secukupnya ad tanda
Saring ke dalam labu ukur 25 ml
Mengaduk rata dalam 15 ml etanol di tabung reaksi dengan vortex mixer
Menimbang 250 mg ekstrak
![Page 20: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/20.jpg)
20
Profil Kromatogram KLT:
Fase diam : Silica gel 60 F254
Fase gerak : Diklorometana : Etil asetat (30 :10)
Detektor : UV-Vis
Panjang gelombang : 254 nm
Warna noda : Gelap (meredam sinar UV)
Rf piperin : ± 0,70
3.2.4 Formulasi kapsul
3.3 Evaluasi Sediaan
1. Keseragaman bobot
Memasukkan kapsul ke dalam wadah dan beri etiket
Memasukkan bahan obat ke dalam kapsul
Memilih cangkang kapsul dengan kapasitas mendekati bahan obat
Membuat formulasi kapsul yang mengandung 5 mg piperin dengan menggunakan avicel dan pati beras sebagai pelincir dan pengisi
![Page 21: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/21.jpg)
21
Menimbang 20 kapsul
Menimbang lagi satu persatu
Mengeluarkan semua isi kapsul
Menimbang seluruh bagian cangkang kapsul
Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul
Perbedaan dalam persen bobot isi kapsul terhadap bobot rata-rata isi kapsul tidak
boleh lebih dari yang ditetapkan kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari
yang ditetapkan kolom B
Bobot rata-rata isi kapsulPerbedaan bobot isi kapsul dalam %
A B
< 120 mg ± 10 % ± 20 %
> 120 mg ± 7,5 % ± 15 %
2. Uji sifat alir
Campuran ekstrak kering diuji sifat alirnya menggunakan alat corong sebagai berikut:
Rangkaikan alat uji (corong, alas dan statif), atur jarak dasar corong dengan alas 10
cm
Timbang 100 g campuran ekstrak kering
Tutup dasar corong dan letakkan campuran ekstrak kering pada corong
Buka penutup dasar corong dan jalankan pencatat waktu
Hentikan pencatat waktu pada saat semua campuran ekstrak kering telah melewati
corong
Ukur tinggi kerucut (h) dan jari-jari (r) campuran ekstrak kering yang berada di
bawah corong
Hitung tangent dari sudut diam dengan cara membagi h dan r
Sudut diam ditentukan dari tabel standar tangent seperti dalam tabel
Variabel Data
Berat campuran ekstrak kering (g)
Waktu alir (detik)
Kecepatan alir(g/s)
Tinggi kerucut (cm)
Jari-jari kerucut (cm)
Tangen sudut diam
![Page 22: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/22.jpg)
22
Sudut diam
3. Uji penetapan kadar senyawa aktif kapsul
a. Pembuatan larutan uji
Ambil sebuah kapsul secara acak, keluarkan dan timbang isinya
Aduk rata isi kapsul dalam ± 15 ml etanol di tabung reaksi
Larutan disaring ke dalam labu 25 ml, bilas kertas saring dengan etanol
secukupnya ad tanda
Ulangi prosedur untuk 2 kapsul yang lain (replikasi 3x)
b. Penetapan kadar piperin dalam kapsul
Gunakan larutan pembanding piperin
Lakukan penetapan kadar piperin dalam kapsul seperti pada penetapan kadar
piperin dalam ekstrak kering
Tentukan nilai koevisien variasi (KV) kadar piperin dari 3 kapsul
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil dan perhitungan
![Page 23: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/23.jpg)
23
3.1.1 Penetapan kadar piperin
Persamaaan >> y = 1234 + 5477x
32140,77 = 1234 + 5477x
x = 5643,01 ng
5643,01ngx = 60000 ng
250 mg
x = 23,513 mg dalam 250 mg
Kadar piperin :
23,513250
x 100% = 9,405 %
Jumlah ekstrak kering yang ditimbang :
Ekstrak kental = 86 gram
Ekstrak kering = 82,150 gram
250 mg86000 mg = 23,513 mg
x
x = 8088,47 mg piperin dalam ektrak kental 86 gram
82150 mg86000 mg = x
8088,47 mg
x = 7726,37 mg piperin dalam ekstrak kering 82,150 gram
Jika yang dibutuhkan 5 mg piperin :
82150 mgx = 7726,37 mg
5 mg
x = 53,162 mg ekstrak kering tiap kapsul
3.1.2 Formulasi
R/ Ekstrak + aerosil 8,86 %
Avicel 20 %
Pati beras ad 100 %
![Page 24: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/24.jpg)
24
Cangkang kapsul yang dipakai ukuran 0 (600 mg)
Penimbangan :
Bahan Fungsi % 1 kapsul 30 kapsul
Ekstrak + aerosil Bahan aktif 8,86 % 53,16 mg 1,595 gram
AvBicel Pelincir 20 % 120 mg 3,600 gram
Pati beras Pengisi 71,14 % 426,84 mg 12,805 gram
3.1.3 Evaluasi
a. Organoleptis
Warna : Putih kekuningan
Rasa : Pahit
Bau : Jamu
b. Keseragaman bobot
No Bobot Cangkang (g) Bobot cangkang + isi (g) Bobot isi (g)
1 0,13 0,60 0,47
2 0,14 0,60 0,46
3 0,10 0,60 0,50
4 0,11 0,58 0,47
5 0,10 0,56 0,46
6 0,10 0,55 0,45
7 0,11 0,54 0,43
8 0,12 0,57 0,45
9 0,11 0,55 0,44
10 0,10 0,55 0,45
11 0,10 0,55 0,45
12 0,10 0,55 0,45
13 0,10 0,55 0,45
14 0,10 0,54 0,44
15 0,10 0,54 0,44
16 0,11 0,56 0,45
17 0,10 0,55 0,45
18 0,10 0,52 0,42
19 0,11 0,60 0,49
20 0,11 0,54 0,43
![Page 25: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/25.jpg)
25
Rata2 0,1075 0,56 0,45
Peryaratan:
7,5100
x 0,45 gram = 0,034 gram
15100
x 0,45 gram = 0,067 gram
Bobot rata-rata isi kapsul Tabel A Tabel B
450 mg 0,450 gram ± 0,034
0,416 - 0,484
0,450 gram ± 0,067
0,383 - 0,517
c. Sifat alir
Parameter Hasil
Jumlah serbuk 100 gram
Waktu alir (detik) -
Kecepatan alir (g/s) -
Tinggi kerucut serbuk -
Jari-jari kerucut -
Tangen sudut diam -
Sudut diam -
# Sifat alir sangat buruk sehingga tidak dapat diperoleh data sifat alir
d. Keseragaman kandungan
Persamaaan >> y = 1302 + 3,379x
Area : R1 = 5533,73
R2 = 5406,11
![Page 26: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/26.jpg)
26
R3 = 5909,58
Replikasi 1 >> y = 1302 + 3,379x
5533,73 = 1302 + 3,379x
x = 1252,36 ng dalam 2µl
1,25236 µgx = 0,002 ml
10 ml
x = 6,2618 mg @kapsul
Replikasi 2 >> y = 1302 + 3,379x
5406,11= 1302 + 3,379x
x = 1214.59 ng dalam 2µl
1,21459 µgx = 0,002 ml
10 ml
x = 6,073 mg @kapsul
Replikasi 3 >> y = 1302 + 3,379x
5909,58 = 1302 + 3,379x
x = 1363,59 ng dalam 2µl
1,36359 µgx = 0,002 ml
10 ml
x = 6,818 mg @kapsul
Rata-rata = 6,2618 mg+6,073 mg+6,818 mg
3
= 6,384 gram piperin @kapsul
3.2 Pembahasan
Penggunaan tanaman obat sebagai alternatif dalam pengobatan untuk masyarakat
semakin meningkat, sehingga diperlukan penelitian untuk membuktikan khasiat tanaman obat
![Page 27: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/27.jpg)
27
tersebut. Salah satu tanaman yang banyak digunakan untuk pengobatan suatu penyakit adalah
cabe jawa. Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) merupakan simplisia yang banyak
digunakan dalam ramuan jamu dan obat tradisional. Bagian yang bermanfaat adalah buahnya
yang mengandung minyak atsiri, piperina, piperidina, asam palmitat, asam tetrahidropiperat,
undecylenyl 3-4 methylenedioxy benzene, N isobutyldeca-trans-2-trans-4-dienamide, dan
sesamin. Minyak atsiri cabe jawa mengandung terpenoid: n-oktanol, linanool, terpinil asetat,
sitronelil asetat, piperin, alkaloid, saponin, polifenol, dan resin (kavisin). Minyak atsiri cabe
jawa diduga dapat menurunkan kolesterol dengan memberikan umpan balik negatif yang juga
dapat menghambat kerja enzim HMG-KoA reduktase.Cabe jawa juga mengandung vitamin C
yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu melindungi lemak dalam darah dari
kerusakan akibat radikal bebas. Dari penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa kecepatan
oksidasi kolesterol dan trigliserida akibat radikal bebas pada kelompok yang diberi diet
mengandung cabe jawa lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberi diet tanpa
mengandung cabe jawa.
Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi kapsul cabe jawa :
R/ Ekstrak Cabe Jawa + Aerosil 8,86 %
Avicel 20 %
Amylum Oryzae Ad 100%
Mf Da In Caps 100
S Tdd
Sediaan yang dibuat adalah kapsul piperin. Adapun alasan dipilihnya sediaan kapsul
antara lain :
Dapat menutupi rasa pahit dan tidak enak dari bahan obat (ekstrak). Sebagian besar
ekstrak tumbuhan memiliki rasa yang pahit atau getir sehingga dengan pemilihan
sediaan kapsul dapat menutupi rasa yang tidak enak.
Dapat meningkatkan keberterimaan (akseptabilitas) pasien terhadap sediaan yang
telah diformulasi. Kapsul dapat menutupi bau yang tidak enak dari ekstrak karena
bahan baku yang digunakan adalah ekstrak cabe jawa yang memiliki bau khas dan
jarang disukai.
Dapat melindungi bahan obat dari cahaya matahari langsung maupun kontak dengan
udara sekitar. Beberapa ekstrak dari tumbuhan memiliki sensitivitas yang tinggi
terhadap cahaya matahari langsung dan udara, oleh sebab itu penggunaan cangkang
kapsul keras yang buram (TiO2) dapat mengantisipasi kontak bahan obat dengan
cahaya maupun udara.
![Page 28: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/28.jpg)
28
Mudah dalam penggunaannya
Pembuatan relatif mudah, dapat dilakukan secara konvensional.
Harga relatif terjangkau (murah)
Dalam pembuatan kapsul ekstrak Piper retrofractum (ekstrak cabe jawa), digunakan
bahan pelincir avicel agar campuran serbuk kering ekstrak dan bahan pengisi mudah mengalir
dalam proses pengisian serbuk ke dalam kapsul sehingga akan diperoleh kapsul dengan bobot
yang seragam.
Avicel yang digunakan merupakan avicel yang tidak terdispersi di dalam air, dapat
digunakan sebagai pengikat, pengisi, penghancur, dan pelincir pada sediaan tablet.
Persyaratan avicel sebagai bahan pelincir adalah 5-20% dalam formula. Kelompok kami
menggunakan avicel 20% agar campuran serbuk yang dihasilkan mudah mengalir dalam
pengisian ke dalam kapsul. Avicel PH 102 berbentuk granul dengan sifat alir yang baik.
Selain itu avicel memiliki kadar lembab tinggi, sehingga dapat membuat ikatan yang cukup
kuat antara molekul obat dan eksipien.
Pada praktikum ini, digunakan aerosil untuk mengeringkan ekstrak kental agar
menjadi serbuk kering. Aerosil memiliki ukuran partikel kecil dan luas area permukaan
spesifiknya besar sehingga memberikan karakter aliran yang diinginkan yang dieskplorasi
untuk memperbaiki aliran serbuk kering pada proses pembuatan tablet. Aerosil higroskopis
tetapi mengadsorbsi sejumlah besar air tanpa mencair
Dalam praktikum ini jumlah kapsul yang dibuat adalah 30 kapsul dimana 20 kapsul
digunakan untuk keseragaman bobot dan 3 kapsul untuk uji penetapan kadar, sisanya 7
kapsul untuk dikemas menjadi produk jadi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
formulasi sediaan kapsul adalah pertama-tama pembuatan ekstrak dengan cara maserasi.
Ekstrak etanol cabe jawa ini didapatkan melalui maserasi yang merupakan metode
penyarian yang cocok untuk senyawa yang tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi dan
sering dipakai untuk mengekstraksi bahan obat yang berupa serbuk simplisia yang halus.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat
aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel
dengan yang diluar sel, maka larutan zat aktif akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan yang berada di luar dan di
dalam sel. Kelemahan penyarian dengan metode maserasi ini pengerjaannya membutuhkan
waktu yang cukup lama dan penyariannya kurang sempurna. Digunakan cairan penyari etanol
dalam proses maserasi ini. Pelarut etanol dapat digunakan untuk menyari zat yang kepolaran
![Page 29: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/29.jpg)
29
relatif tinggi sampai relative rendah, karena etanol merupakan pelarut universal, etanol tidak
meyebabkan pembengkakan membrane sel, dapat memperbaiki stabilitas bahan obat yang
terlarut dan juga efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal. Adapun
tahapan maserasi yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu ditimbang 500 gram serbuk
kering simplisia cabe jawa lalu dimasukkan ke dalam maserator ,ditambahkan etanol 96%
sebanyak 5 x bobot serbuk (2500 ml) ,diaduk ,ditutup maserator dan biarkan terendam
selama 6 jam, diaduk ,dibiarkan selama 18 jam ,lalu maserat disaring lalu dipekatkan
dengan routavapor .
Tahap selanjutnya dilakukan pengeringan ekstrak. Caranya adalah ekstrak kental
yang diperoleh sebanyak 43 gram dimasukkan ke dalam mortar kemudian diaduk rata
sekitar 3-5 menit. Kemudian ditimbang aerosil sebanyak 5% dari bobot ekstrak kental ,
yaitu sebesar 2,15 gram aerosil. Kemudian ekstrak ditambahkan aerosil sedikit demi sedikit
sambil diaduk rata ad kering. Setelah diperoleh ekstrak kering, kemudian ditimbang dan
diperoleh bobot ekstrak setelah ditambahkan aerosil sebesar 46 gram.
Selanjutnya dilakukan penetapan kadar senyawa aktif ekstrak. Caranya adalah
pertama-tama dilakukan pembuatan larutan pembanding piperin dengan cara ditimbang
standar piperin 25 mg, dilarutkan etanol, disaring, dimasukkan labu ukur 25 ml, ditambahkan
etanol ad tanda maka diperoleh larutan baku induk 1000 ppm. Selanjutnya dibuat larutan
baku kerja 100,200,400, dan 800 ppm dengan cara pengenceran dari larutan baku induk 1000
ppm. Kemudian dilakukan pembuatan larutan baku uji dengan cara menimbang 250 mg
ekstrak,lalu mengaduk rata dalam 15 ml etanol di tabung reaksi dengan vortex mixer, lalu
disaring ke dalam labu ukur 25 ml. Lalu dibilas kertas saring dengan etanol secukupnya ad
tanda.
Selanjutnya dilakukan penetapan kadar piperin menggunakan KLT densitometry.
Caranya adalah masing-masing larutan standar dan larutan sampel ditotolkan sebanyak 6
mikroliter pada lempeng KLT (replikasi 3x). Kemudian lempeng dimasukkan ke dalam
chamber yang sebelumnya telah dijenuhkan menggunakan eluen . Lalu dilakukan eluasi
lempeng selama beberapa menit. Kemudian lempeng dikeluarkan dari chamber dan diangin-
anginkan, lalu noda atau bercak dianalisis menggunakan densitometer pada panjang
gelombang maksimum. Selanjutnya dibuat persamaan regresi linier anatara konsentrasi vs
area. Dihitung kadar piperin (mg piperin/g ekstrak) dan koefisien variasi (KV). Adapun
kondisi analisis menggunakan KLT densitometry ini adalah :
Fase diam : Silica gel 60 F254
Fase gerak : Diklorometana : Etil asetat (30 :10)
![Page 30: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/30.jpg)
30
Panjang gelombang : 254 nm
Warna noda : Gelap (meredam sinar UV)
Rf piperin : ± 0,70
Hasil KLT selanjutnya di scan dengan densitometri untuk melihat pola kromatogram.
Scanning dilakukan dari awal penotolan sampai akhir eluasi pada panjang gelombang 254
nm. Scanning dilakukan pada panjang gelombang 254nm karena pada panjang gelombang
tersebut pola kromatogram dari piperin dapat teramati secara maksimal. Panjang gelombang
tersebut merupakan panjang gelombang maksimum untuk mengamati luas area baku dan
sampel.Dimana dengan digunakan panjang gelombang maksimum maka kepekaan yang
dihasilkan juga akan maksimum.
Selanjutnya setelah dianalisis dengan densitometer, diperoleh data luas area dan
konsentrasi. Karena konsentrasi sampel yang dihasilkan berupa rentang (lebih dari dan
kurang dari ) maka untuk menentukan konsentrasi masing-masing sampel secara kuantitatif,
dilakukan dengan cara memasukkan luas area ke dalam persamaan kurva baku sehingga akan
diperoleh konsentrasi masing-masing sampel . Berdasarkan table hasil pengamatan dan
perhitungan , diperoleh kosentrasi sampel piperin sebesar 23,513 mg dalam 250 mg sehingga
kadar piperin dalam ekstrak kental 86 gram adalah sebesar 9,405 %. KLT densitometry dapat
digunakan untuk identifikasi senyawa yaitu dengan cara membandingkan nilai Rf antara
sampel dengan standart. Adapun nilai Rf antara standart dengan sampel pada praktikum ini
adalah :
Rf standart 1=0,19 Sampel replikasi 1=0,31
Rf standart 2=0,22 Sampel replikasi 2=0,33
Rf standart 3=0,25
Rf standart 4=0,28
Nilai Rf sangat karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi campuran senyawa dalam sampel. Dari hasil data
tersebut di atas,terdapat perbedaan Rf yang jauh antara standart dengan sampel. Hal ini dapat
disebabkan karena terdapat beberapa piperin yang terdegradasi akibat proses manufacturing
seperti pemanasan, pencampuran dengan bahan lain yang dapat menyebabkan piperin
terdegradasi, sehingga menghasilkan nilai Rf sampel yang jauh dari standart.
Selanjutnya dilakukan formulasi kapsul dengan cara menimbang 1,595 gram serbuk
ekstrak kering, 3,600 g avicel, dan 12,805 gram pati beras. Selanjutnya bahan-bahan tersebut
dimasukkan ke dalam mortar dan diaduk ad homogen. Lalu dipilih cangkang kapsul dengan
kapasitas yang mendekati bahan obat. Kelompok kami memilih cangkang kapsul 0.
![Page 31: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/31.jpg)
31
Kemudian campuran serbuk dimasukkan kedalam cangkang kapsul yang telah dibersihkan
sebelumnya hingga terpadatkan dengan baik dan seragam. Lalu memasukkan kapsul ke
dalam wadah dan diberi etiket. Sejumlah 7 kapsul dimasukkan kedalam wadah sebagai
sediaan yang dikumpulkan, 20 kapsul untuk uji keseragaman bobot dan sisa 3 kapsul untuk
uji penetapan kadar. Setelah jadi kapsul ekstrakcabe jawa, langkah selanjutnya yaitu evaluasi
sediaan.
Evaluasi sediaan
Formulasi dan evaluasi menjadi bagian yang penting dalam sediaan fitofarmasi karena
melalui kedua tahap ini suatu sediaan fitofarmasi dapat digunakan secara langsung untuk
keperluan terapi serta untuk menjamin bahwa sediaan yang dibuat telah memenuhi standar-
standar yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi menentukan mutu dan kualitas dari sediaan
fitofarmasi yang dibuat (diformulasi).
Untuk sediaan kapsul, evaluasi yang kami lakukan adalah uji organoleptis, uji
keseragaman bobot, uji sifat alir, uji keseragaman kandungan.
1. Uji organoleptis
Pada uji organoleptis, kami melakukan pengamatan berdasarkan warna, rasa dan bau
dari kapsul yang kami buat. Hasilnya meliputi :
Warna : Putih kekuningan
Rasa : Pahit
Bau : Jamu
Hasil tersebut sudah memenuhi karakteristik kapsul yang kami inginkan.
2. Uji keseragaman bobot
Untuk uji keseragaman bobot, ditentukan dengan menimbang sebanyak 20 kapsul
(sekaligus). Ditimbang lagi satu per satu. Dikeluarkan isi kapsul dan ditimbang seluruh
bagian cangkang kapsul. Kemudian bobot rata-rata isi kapsul ditimbang. Perbedaan dalam
persen (%) bobot isi kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari
yang ditetapkan kolom A, dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan
kolom B.
Bobot rata-rata isi kapsulPerbedaan bobot isi kapsul dalam %
A B
< 120 mg ± 10 % ± 20 %
> 120 mg ± 7,5 % ± 15 %
![Page 32: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/32.jpg)
32
Setelah dilakukan pengujian keseragaman bobot diperoleh data penyimpangan
sebagai berikut :
- 2 kapsul tidak masuk rentang kolom A (+7,5%)
- Tidak ada kapsul yang tidak masuk rentang kolom B (+15%)
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kapsul untuk uji keseragaman bobot
yang kami lakukan sudah cukup memenuhi persyaratan. Namun pada persyaratan kolom
A, terdapat 2 kapsul yang menyimpang dari rentang (0,416 - 0,484) yaitu 0,50 dan 0,49.
Sedangkan pada persyratan kolom B tidak ada satupun kapsul yang menyimpang dari
rentang (0,383 - 0,517). Terjadinya penyimpangan pada kolom A tersebut dimungkinkan
terjadi karena pembagian serbuk yang dilakukan secara visual kurang tepat, sehingga
menyebabkan jumlah serbuk dalam kapsul tidak seragam.
3. Uji sifat alir
Metode yang digunakan untuk mendeteksi sifat aliran adalah memperhatikan
kecepatan aliran. Prinsip pengukurannya adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah
tertentu zat untuk mengalir melalui lubang – lubang corong.Yang diukur adalah jumlah zat
yang mengalir dalam suatu waktu tertentu. Untuk menentukan faktor mengalir atau
meluncur setiap kali digunakan. Dimana dalam pengujiannya menggunakan corong yang
dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu. Awalnya serbuk
ditimbang (100 g).Lalu serbuk tersebut dialirkan melalui corong dan ditampung pada
bagian bawahnya.Waktu yang diperlukan serbuk untuk melewati corong dicatat sebagai t.
Fluiditas / sifat alirini merupakan faktor kritik dalam produksi obat sediaan padat. Hal
ini karena sifat alir serbuk berpengaruh pada peningkatan reprodusibilitas pengisian ruang
kompresi pada pembuatan tablet dan kapsul , sehingga menyebabkan keseragaman bobot
sediaan lebih baik, demikian pula efek farmakologinya. Dan pada umumnya dilakukan
pada granul, karena salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sifat alir adalah bentuk
partikel dan tekstur, untuk partikel yang ekidimensional (teratur= bulat, kubus) semakin
besar diameter maka sifat alir semakin baik sedangkan untuk partikel yang anisomerik
maka hasilnya dapat berbeda. Sifat alir terbaik terjadi pada diameter optimum partikel
(200-500 µm). Partikel berukuran kurang dari 100 µm akan lebih cohesive. Semakin kecil
gaya gesek friksi / gaya gesek antar partikel sehingga semakin mudah mengalir.
Sebaliknya, semakin kasar permukaan partikel maka semakin besar friksi antar partikel
sehingga menyebabkan semakin sulit mengalir. Dan bahan yang kami uji sifat alirnya
merupakan serbuk yang ukuran partikelnya sangat kecil. Hal ini menyebabkan serbuk
tersebut tidak dapat mengalir saat pengujian atau dapat dikatakan bahwa serbuk kami
![Page 33: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/33.jpg)
33
mempunyai sifat alir yang sangat buruk. Sehingga kelompok tidak mendapatkan data hasil
uji sifat alir.
4. Penetapan kadar piperin pada kapsul
Pada evaluasi penetapan kadar praktikan terlebih dulu membuat larutan standar
piperin dengan konsentrasi 300,600,800,dan 1600 ppm. Selanjutnya keempat larutan
standar ini ditotolkan sebanyak 2 μl pada lempeng KLT dengan tata cara sebagai berikut :
Penotolan 300 ppm : ditotol 2 μl
penotolan 600 ppm : ditotol 2 μl
penotolan 900 ppm : ditotol 2 μl
penotolan 1200 ppm : ditotol 2 μl
Preparasi sampel pada praktikum kali ini praktikan lakukan dengan memilih tiga (3)
buah kapsul secara acak. Kemudian ketiga kapsul tersebut masing-masing dilarutkan
dalam etanol, disaring dan ditambahkan etanol ad tanda pada labu (10 ml). Hasil
penetapan kadar piperin dapat dilihat pada hasil pengamatan.
Hasil yang didapat sangat bervariasi antara kapsul yang satu dengan kapsul yang lain.
Yaitu pada replikasi 1 dihasilkan 6,2618mg, pada replikasi 2 dihasilkan 6,073 mg dan
pada replikasi 3 dihasilkan 6,818 mg @kapsul. Sedangkan yang diharapkan adalah 5 mg
piperin tiap kapsul. Perbedaan itu kemungkinan dikarenakan:
1. Pada saat pencampuran bahan aktif dengan bahan tambahan kurang homogen
sehingga berpengaruh kepada kadar piperin yang terdapat pada masing-masing
kapsul
2. Ketelitian dalam penimbangan
3. Adanya bahan tambahan yang terbang sehingga mengurangi bobot bahan
tambahan
4. Sensitifitas alat
5. Pengisian kapsul yang kurang tepat
Berdasarkan hasil percobaan diatas dapat dikatakan bahwa kapsul Piperin yang
dibuat oleh praktikan tidak memiliki keseragaman kandungan piperin.
Berdasarkan analisis hasil KLT selanjutnya di scan dengan densitometri untuk
melihat pola kromatogram. Scanning dilakukan dari awal penotolan sampai akhir eluasi pada
panjang gelombang 254 nm. Scanning dilakukan pada panjang gelombang 254nm karena
pada panjang gelombang tersebut pola kromatogram dari piperin dapat teramati secara
maksimal. Panjang gelombang tersebut merupakan panjang gelombang maksimum untuk
mengamati luas area baku dan sampel. Dimana dengan digunakan panjang gelombang
![Page 34: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/34.jpg)
34
maksimum maka kepekaan yang dihasilkan juga akan maksimum.
Salah satu hasil analisis dengan metode KLT-Densitometri yaitu kurva linearitas.
Sebagai parameter adanya hubungan linier atau tidaknya, digunakan koefisien korelasi (r)
dan persamaan regresi linier yatu y=bx+a. linearitas menunjukkan kemampuan metode
analisis untuk memporeleh hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit dalam
kisaran konsentrasi tertentu. Nilai r pada percobaan baik yaitu 0,92. Hal ini dapat dikatakan
bahwa persamaan tersebut linier.
Berdasarkan table hasil diatas, setelah dilakukan perhitungan, diperoleh kosentrasi sampel
kapsul piperin (sampel kelompok kami no 8, 9, 10) sebesar masing-masing 6,2618mg, 6,073
mg dan 6,818 mg @kapsul.
KLT densitometry dapat digunakan untuk identifikasi senyawa yaitu dengan cara
membandingkan nilai Rf antara sampel dengan standart. Adapun nilai Rf antara standart
dengan sampel pada praktikum ini adalah :
Rf standart 1=0,90 Sampel replikasi 1=0,85
Rf standart 2=0,89 Sampel replikasi 2=0,85
Rf standart 3=0,88 Sampel replikasi =0,85
Rf standart 4=0,87
Nilai Rf sangat karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi campuran senyawa dalam sampel. Dari hasil data
tersebut di atas,terdapat perbedaan Rf yang tidak jauh antara standart dengan sampel. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel hamper identik dengan standar.
Titik kritis yang mempengaruhi hasil percobaan antara lain:
- Ketepatan penimbangan
![Page 35: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/35.jpg)
35
- Homogenitas antar bahan
- Metode pengisian kapsul ke dalam cangkang
- Proses pengeringan ekstrak
- Sensitifitas alat
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam formulasi kapsul cabe jawa, selain bahan aktif diperlukan bahan tambahan berupa
absorben, pelincir dan pengisi
2. Kadar piperin dalam ekstrak adalah 9, 405%
![Page 36: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/36.jpg)
36
3. Evaluasi yang diperlukan dalam pembuatan kapsul adalah organoleptis, uji keseragaman
bobot, uji sifat alir dan uji penetapan kadar dalam kapsul
4. Titik kritis yang mempengaruhi hasil percobaan antara lain:
- Ketepatan penimbangan
- Homogenitas antar bahan
- Metode pengisian kapsul ke dalam cangkang
- Proses pengeringan ekstrak
- Sensitifitas alat
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat “Teori dan Praktik”. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Keesehatan Republik Indonesia
Ansel, Howard. 1989. Pengantar bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke empat. Universitas Indonesia: Jakarta.
![Page 37: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/37.jpg)
37
Bisby FA, Roskov YR, Ruggiero MA, Orrell TM, Paglinawan LE, et al. Editors. species 2000 & ITIS catalogue of life: 2007 annual checklist. Species 2000: Reading, United Kingdom; 2007.
Chaerunnisa, Anis Yohana. 2009. Farmasetika Dasar. Widya Padjajaran: Bandung.
Depkes RI. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid I. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Depkes RI, Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1, Jakarta 1985.
Djauhariya, Endjo, and Rosihan Rosman. 2007. “Status Teknologi Tanaman Cabe Jamu (Piper Retrofractum Vahl.).” Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah Dan Obat 13: 75–90.
Djumidi, D., Hutapea, J.R., 1992. PEMBUATAN EKSTRAK CABE JAWA DENGAN BEBERAPA CAIRAN PENYARI DAN PENETAPAN EKSTRAK SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. War. Tumbuh. Obat Indones. 1.
Haryadi. 2008. Teknologi Pengolahan Beras. Yogyakarta: UGM Press.
Hidayat, A.,dkk. 2014. Petunjuk Praktikum Fitofarmasi. Jember: Farmasi Universitas Jember
Hutapea JR, Widyastuti Y, Sugiarso S. Usaha Pengadaan Tanaman Piper retrofractum Vahl di lahan BPTO pada ketinggian 1200 M DPL
InfoPOM, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia 2003;IV(10):1-4.
Indrapraja, Oktoria. 2009. “Efek Minyak Atsiri Bawang Putih (Allium Sativum) Dan Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl.) Terhadap Jumlah Eritrosit Pada Tikus Yang Diberi Diet Kuning Telur”. Medical faculty. http://eprints.undip.ac.id/7754/.
Isnawati A, Endreswari S, Pudjiastuti, Murhandini. Efek mutagen ekstrak etanol buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.). Jurnal Bahan Alam Indonesia 2002;1(2):63-67.
Nuraini A. Mengenal etnobotani beberapa tanaman yang berkhasiat sebagai aprodisiaka. Padmadisastra, Yudi. 2009. “Formulasi Tablet Ekstrak Buah Cabe Jawa (piper Retrofractum
Vahl.) Dengan Metode Kempa Langsung.” http://pustaka.unpad.ac.id/archives/16627/.
Paramita, Uzumaki. 2012. “Teknik Pemisahan-Kromatografi: Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri.” Teknik Pemisahan-Kromatografi. http://paramita-kromatografi.blogspot.com/2012/10/kromatografi-lapis-tipis-densitometri.html.
Rowe, Rayman C., et al , 2009 , Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition , Pharmaceutical & American Pharmacist Association, London , UK
Suhirman, S., Manoi, F., Sembiring, B.S., Sukmasari, M., Gani, A., Fatimah, T., Kustiwa, D., 2006. Teknik pembuatan simplisia dan ekstraksi purwoceng.
![Page 38: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/38.jpg)
38
Taryono RA. Cabe jawa. Penebar Swadaya. 2004:1-63.
Voigt, R., 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Wahjoedi, Bambang, Budi Nuratmi, and Yun Astuti. 2004. “Efek Androgenik Ekstrak Etanol Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl.) Pada Anak Ayam.” Jurnal Bahan Alam Indonesia 3 (2). http://jbai.iregway.com/index.php/jurnal/article/view/51.
![Page 39: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/39.jpg)
39
LAMPIRAN
LAPIRAN
PENETAPAN KADAR PIPERIN DALAM KAPSUL
![Page 40: B-2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081504/55cf91d6550346f57b91399e/html5/thumbnails/40.jpg)
40