audit sistem informasi dinas kesehatan dan sosial kota ... · dalam melakukan audit tersebut perlu...

13
1 1. Pendahuluan Pemerintah pusat memfasilitasi hampir seluruh Dinas kesehatan di Indonesia yang menggunakan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) untuk mendukung kelancaran kegiatan pelayanan kesehatan didaerah-daerah seluruh indonesia. Dinas Kesehatan adalah institusi pemerintahan yang menangani masalah kesehatan di masyarakat. Dinas kesehatan pun telah menggunakan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Saat ini SIKDA telah implementasikan di beberapa pos-pos SIKDA seperti Rumah Sakit, Laboratorium dan Puskesmas. Dinas Kesehatan dan Sosial (DinKeSos) Kota Tomohon telah mengimplementasikan SIKDA dalam pelayanan di masyarakat. Untuk mendukung tujuan dari DinKeSos dalam meningkatkan cakupan pelayanan dibidang kesehatan Kota Tomohon dari 22 puskesmas yang ada di Kota Tomohon, empat puskesmas telah menggunakan SIKDA yaitu Puskesmas Pangolombian, Puskesmas Malani II, Puskesmas Kakaskasen, dan Puskesmas Lansot. Meskipun pengimplementasian SIKDA masih baru kepala DinKeSos menjelaskan, penggunaan sistem informasi di DinKeSos Kota Tomohon sejauh ini telah diimplementasikan dengan baik di 4 puskesmas yang telah menggunakan SIKDA. Mengingat Tujuan dari SIKDA yaitu meningkatkan keamanan pasien, meningkatkan akurasi dan efisiensi peresepan, pelayanan pasien dan memudahkan pelaporan data pasien. Oleh karena itu setiap puskesmas mempunyai peran yang penting dan strategis, mengingat program-program terkait layanan kesehatan yang di kelola dari pusat akan di teruskan langsung ke tingkat DinKeSos Kota Tomohon. Terdapat dua aplikasi SIKDA di Puskesmas, yaitu InfoKes Managemen Program yaitu aplikasi yang digunakan untuk mengolah data program-program kesehatan yang berhubungan dengan pihak eksternal Puskesmas seperti program kesehatan lingkungan dan survey kecamatan. Aplikasi yang kedua adalah InfoKes Manajemen Pasien yaitu aplikasi yang digunakan untuk mengolah data setiap unit dalam puskesmas seperti Loket, Poli, Apotik, dan unit penunjang lainnya. Adapun aplikasi ini telah diimplementasikan di beberapa puskesmas, namun pemanfaatannya belum dilakukan sepenuhnya. Masih adanya data-data yang masih dicatat secara manual tanpa menggunakan sistem yang tersedia itu dikarenakan kurangnya pengetahuan user untuk menggunakan SIKDA. Kurangnya pengetahuan pengguna ini kemungkinan dapat dikarenakan oleh sosialisasi penggunaan sistem yang kurang merata ataupun individu yang belum mengerti akan pentingnya pemanfaatan sistem. Selain itu penanganan masalah perangkat lunak maupun perangkat keras pada SIKDA belum ditangani dengan cepat karena sumber daya yang ada belum memahami cara mengatasi permasalahan tersebut. Pengimplementasian sistem juga ini belum pernah diaudit, baik dari pihak internal maupun eksternal DinKeSos Kota Tomohon. Oleh karena itu dalam penelitian ini berfokus pada Audit SIKDA khususnya pada aplikasi InfoKes Manajemen Pasien. Audit memiliki peran besar dalam hal : input, proses, dan output serta dampak dari tujuan suatu perusahaan dalam hal ini DinKeSos Kota Tomohon: hal tersebut dapat dilihat dari peran serta audit dalam hal pengawasan dan pemeriksaan secara

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Audit Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sosial Kota ... · Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang

1

1. Pendahuluan

Pemerintah pusat memfasilitasi hampir seluruh Dinas kesehatan di Indonesia

yang menggunakan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) untuk

mendukung kelancaran kegiatan pelayanan kesehatan didaerah-daerah seluruh

indonesia. Dinas Kesehatan adalah institusi pemerintahan yang menangani

masalah kesehatan di masyarakat. Dinas kesehatan pun telah menggunakan

teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat. Saat ini SIKDA telah implementasikan di beberapa pos-pos SIKDA

seperti Rumah Sakit, Laboratorium dan Puskesmas.

Dinas Kesehatan dan Sosial (DinKeSos) Kota Tomohon telah

mengimplementasikan SIKDA dalam pelayanan di masyarakat. Untuk

mendukung tujuan dari DinKeSos dalam meningkatkan cakupan pelayanan

dibidang kesehatan Kota Tomohon dari 22 puskesmas yang ada di Kota

Tomohon, empat puskesmas telah menggunakan SIKDA yaitu Puskesmas

Pangolombian, Puskesmas Malani II, Puskesmas Kakaskasen, dan Puskesmas

Lansot. Meskipun pengimplementasian SIKDA masih baru kepala DinKeSos

menjelaskan, penggunaan sistem informasi di DinKeSos Kota Tomohon sejauh

ini telah diimplementasikan dengan baik di 4 puskesmas yang telah menggunakan

SIKDA. Mengingat Tujuan dari SIKDA yaitu meningkatkan keamanan pasien,

meningkatkan akurasi dan efisiensi peresepan, pelayanan pasien dan

memudahkan pelaporan data pasien. Oleh karena itu setiap puskesmas

mempunyai peran yang penting dan strategis, mengingat program-program terkait

layanan kesehatan yang di kelola dari pusat akan di teruskan langsung ke tingkat

DinKeSos Kota Tomohon. Terdapat dua aplikasi SIKDA di Puskesmas, yaitu

InfoKes Managemen Program yaitu aplikasi yang digunakan untuk mengolah data

program-program kesehatan yang berhubungan dengan pihak eksternal

Puskesmas seperti program kesehatan lingkungan dan survey kecamatan.

Aplikasi yang kedua adalah InfoKes Manajemen Pasien yaitu aplikasi yang

digunakan untuk mengolah data setiap unit dalam puskesmas seperti Loket, Poli,

Apotik, dan unit penunjang lainnya. Adapun aplikasi ini telah diimplementasikan

di beberapa puskesmas, namun pemanfaatannya belum dilakukan sepenuhnya.

Masih adanya data-data yang masih dicatat secara manual tanpa menggunakan

sistem yang tersedia itu dikarenakan kurangnya pengetahuan user untuk

menggunakan SIKDA. Kurangnya pengetahuan pengguna ini kemungkinan dapat

dikarenakan oleh sosialisasi penggunaan sistem yang kurang merata ataupun

individu yang belum mengerti akan pentingnya pemanfaatan sistem. Selain itu

penanganan masalah perangkat lunak maupun perangkat keras pada SIKDA

belum ditangani dengan cepat karena sumber daya yang ada belum memahami

cara mengatasi permasalahan tersebut. Pengimplementasian sistem juga ini belum

pernah diaudit, baik dari pihak internal maupun eksternal DinKeSos Kota

Tomohon. Oleh karena itu dalam penelitian ini berfokus pada Audit SIKDA

khususnya pada aplikasi InfoKes Manajemen Pasien.

Audit memiliki peran besar dalam hal : input, proses, dan output serta dampak

dari tujuan suatu perusahaan dalam hal ini DinKeSos Kota Tomohon: hal tersebut

dapat dilihat dari peran serta audit dalam hal pengawasan dan pemeriksaan secara

Page 2: Audit Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sosial Kota ... · Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang

2

analisis, ini disebabkan audit memiliki tujuan yang jelas untuk lembaga yang

sedang diperiksa agar lebih baik dimasa yang akan datang (continous

improvement), sehingga akan terlihat dari berbagai aspek, baik kekurangan

maupun kelebihan suatu perusahaan.

Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan

standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang sudah umum digunakan

adalah COBIT, COSO, ITIL, ISO, dan lain-lain. Dalam penelitian ini

menggunakan framework COBIT 4.1 yang merupakan sebuah model framework

tata kelola yang representatif dan menyeluruh, yang mencakup masalah

perencanaan, implementasi, operasional dan pengawasan terhadap seluruh proses

TI [1]. Ada empat Domain COBIT 4.1 yaitu Plan and Organise, Aquire and

Implement, Deliver and Support, Monitor and Evaluate.

Berdasarkan permasalahan yang sudah dikemukakan sebelumnya tentang

pemanfaatan SIKDA yang belum efektif oleh karena itu penelitian ini

berhubungan dengan penyampaian kebutuhan layanan, yang terdiri dari operasi

pada security (pengamanan data) dan aspek kesinambungan bisnis sampai dengan

pengadaan training serta penggunaan TI pada SIKDA Kota Tomohon. Dalam

tahapan pengimplementasian sistem telah diupayakan oleh pihak yang

berkewajiban dari DinKesSos Kota Tomohon, akan tetapi pemeliharaan perangkat

keras maupun perangkat lunaknya belum dilakukan dengan intensif. Dimana saat

terjadi kerusakan atau masalah pada SIKDA belum ada pihak yang paham untuk

memperbaiki kerusakan yang terjadi, sehingga langkah selanjutnya yang perlu

ditinjau kembali adalah keberlanjutan SIKDA berdasarkan standar COBIT 4.1

domain Deliver and Support melihat belum adanya pelatihan yang dilakukan oleh

penyedia sistem informasi maupun dari DinKeSos untuk bekal dalam

pengoprasian SIKDA . Dan masih membutuhkan pemeliharaan dan tindakan

berkesinambungan melalui kegiatan-kegiatan yang mendukung keberlangsungan

SIKDA hingga akhirnya dapat dimanfaatkan dengan sempurna di setiap

Puskesmas di seluruh Kota Tomohon.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai penggunaan framework Cobit dalam proses audit sebuah

sistem informasi telah banyak dilakukan, beberapa diantaranya yaitu:Penelitian

tentang analisis teknologi informasi sudah banyak dilakukan. Salah satunya

skripsi yang berjudul ”Analisis Sistem Informasi Akuntansi Rumah Sakit

Menggunakan COBIT dengan Domain Monitor and Evaluate”. Dalam penelitian

ini, menganalisis sistem informasi di bagian keuangan pada Transaksi Pasien

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salatiga dengan menggunakan

framework Cobit. Penilian berfokus pada domain yang keempat dari framework

cobit, yaitu Domain Monitor and Evaluate. Hasil penelitian ini menemukan

bahwa Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salatiga tujuan pengendaliannya

belum mencapai tahap optimal (optimized), dari 4 sub domain yang ada, 3

diantaranya mendapatkan hasil initial/Hoc bahkan satu diantaranya dinyatakan

non-existent[2].

Pada penelitian yang berjudul Rancangan Tata Kelola Teknologi Informasi

Page 3: Audit Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sosial Kota ... · Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang

3

untuk Institusi Pemerintahan Studi Kasus BAPPENAS menjelaskan penerapan

tata kelola pemerintahan dan percepatan penerapan teknologi informasi pada

pemerintahan membuat institusi-institusi pemerintah harus meningkatkan fungsi

teknologi informasinya. Meningkatnya peran teknologi informasi maka investasi

di bidang teknologi informasi semakin besar dan semakin kompleks dalam

pengelolaannya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu tata kelola teknologi informasi

yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing organisasinya. BAPPENAS

sebagai institusi perencanaan pemerintah merasa perlu untuk memiliki suatu tata

kelola teknologi informasi yang baik agar investasi teknologi informasinya dapat

berjalan dengan baik. Teknologi informasi untuk BAPPENAS dengan

menggunakan gabungan model tata kelola teknologi informasi diantaranya model

Peterson, model Weill & Ross, model ITGI focus area, model AS 8015 standar

Australia, dan kontrol objektif dari COBIT. Dari keseluruhan model tersebut

dapat dilihat seberapa jauh tingkat kematangan tata kelola TI pada BAPPENAS

yang kemudian akan ditentukan solusi untuk mencapainya [3].

Yuliani, dengan skripsi yang berjudul judul Analisis pengelolaan

pengendalian TI (Studi Kasus pada PT.PLN (Persero) P3B Region Jawa Tengah

dan DIY di Ungaran). Penelitian tersebut menggunakan Framework COBIT

domain Deliver and Support, dalam penelitian menemukan bahwa pengelolahan

pengendalian TI di PT.PLN (Persero) P3B region Jawa Tengah dan DIY domain

Deliver and Support untuk DS1 (Define and Manage Service levels), DS3

(Manage Performance and Capacity) , DS4 (Ensure Continuous Service), DS6

(Identify and Allocate Costs), DS7 (Educate and Train User) ,DS8 (Manage

Service Desk and Incidents), DS9 (Manage the Configuration) ,DS11(Manage

data), DS12(Manage the Physical Environment) berada pada level 4 (manage),

sedangkan pada DS2(Manage Third-party Services), DS5(Ensure Systems

Security), DS10 (Manage Problem) dan DS(Manage Operations) berada pada

level 5(Optimized) [4].

Melihat penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pengauditan yang

dilakukan dalam perusahan/instansi pemerintah dengan menggunakan COBIT 4.1

dapat dijadikan sebagai kerangka kerja yang dapat menjelaskan bagaimana

langkah yang seharusnya dilakukan dalam mengatur tata kelola teknologi

informasi. berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk

mengevaluasi kinerja SIKDA Kota Tomohon menggunakan framework COBIT

4.1 berfokuskan pada domain Deliver and Support.

COBIT

CobIT (Control Objective for Information and Related Technology)

merupakan sebuah kerangka kerja (framework) yang terdiri dari sekumpulan

dokumentasi best practices untuk tata kelola IT yang dapat membantu auditor,

manajemen dan pengguna (user) untuk menjembatani gap antara resiko bisnis,

kebutuhan pengendalian dan permasalahan-permasalahan teknis serta dapat

memberikan arahan (guidelines) yang berorientasi pada bisnis [5].Konsep dasar

kerangka kerja COBIT menurut ITGI [6] adalah penentuan kendali TI

berdasarkan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung tujuan bisnis dan

informasi yang dihasilkan dari gabungan penerapan proses TI dan sumber daya

Page 4: Audit Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sosial Kota ... · Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang

4

terkait. Dalam penerapan pengelolaan TI terdapat dua jenis model kendali, yaitu

model kendali bisnis (business controls model) dan model kendali TI (IT focused

control model), COBIT mencoba untuk menjembatani kesenjangan dari kedua

jenis kendali tersebut.

Domain Cobit Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh ITGI [6], COBIT memiliki 4

cakupan domain:

Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Domain ini mencakup strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi tentang

bagaimana TI dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian tujuan

bisnis organisasi sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan

infrastruktur teknologi yang baik pula.

Pengadaan dan implementasi (Acquire and implement)

Untuk mewujudkan strategi TI, solusi TI perlu diidentifikasi, dibangun atau

diperoleh dan kemudian diimplementasikan dan diintegrasikan dalam proses

bisnis.

Pengantaran dan dukungan (Deliver and Support)

Domain ini berhubungan dengan penyampaian layanan yang diinginkan, yang

terdiri dari operasi pada security dan aspek kesinambungan bisnis sampai dengan

pengadaan training.

Pengawasan dan evaluasi (Monitor and Evaluate)

Semua proses TI perlu dinilai secara teratur dan berkala bagaimana kualitas dan

kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol.

Maturity Model

Maturity Level dirancang sebagai profil dari proses TI yang akan diakui oleh

pihak perusahaan sebagai penjelasan yang memungkinkan dari kondisi sekarang

dan kondisi dimasa yang akan datang [6].Maturity model mempunyai skala dari 0

sampai dengan 5 sebagai parameter penilaian. COBIT mempunyai model

kematangan (maturity models) untuk mengontrol proses-proses TI dengan

menggunakan metode penilaian (scoring) sehingga suatu organisasi dapat menilai

proses-proses TI yang dimilikinya yaitu 0- Non Existen, 1-Initial, 2-Repetable, 3-

Defined, 4- Managed, 5- Optimized.Pendekatan ini berasal dari Maturity Model

yang dibuat oleh Software Engineering Institute (SEI).

Gambar 1 Maturity Model [6]

Sumber : Cobit 4.1 governance Institute.(ITGI, 2007)

Page 5: Audit Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sosial Kota ... · Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang

5

Maturity model adalah alat yang digunakan dalam COBIT untuk mengukur

tingkat kematangan penerapan tata kelola IT dalam organisasi. Maturity model

didesain untuk masing-masing 34 proses IT yang ada berdasarkan kepada

perkembangan dari generic Maturity Model. Dengan demikian organisasi dapat

mengetahui level kematangan penerapan dari tata kelola IT pada saat ini

menggunakan perbandingan dengan level pada industri secara umum dan target

perkembangan organisasi ke depannya. Sedangkan untuk pengukuran level

kematangan berdasarkan standar Cobit 4.1. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks Maturity Level yaitu:

Angka indeks yang diperoleh dibulatkan ke bilangan bulat terdekat untuk

menentukan Maturity Level. Dalam menguji apakah instrumen yang digunakan,

dalam hal ini angket memenuhi persyaratan validitas, pada dasarnya digunakan

korelasi Pearson. Cara analisisnya dengan cara menghitung koefisien korelasi

antara masing-masing nilai pada nomor pertanyaan dengan nilai total dari nomor

pertanyaan tersebut [7]. Ketentuan yang digunakan dalam penilaian validitas ini

adalah rtabel< rhitung dimanartabel= 0,3.

3. Metode Penelitian

Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah Pegawai DinKesSos Kota

Tomohon yang terlibat langsung dengan SIKDA mulai dari perencanaan hingga

pengoperasian. Berikut Gambar 2 merupakan tahapan penelitian yang dilakukan.

Gambar 2 Tahapan Penelitian

Perencanaan Audit dan Pemahaman Sistem

Pengumpulan

Data Organisasi

Studi Literatur

(COBIT 4.1)

Evaluasi Bukti Pemeriksaan

Uji Reliabilitas Uji Validitas

Perhitungan Maturity Level dan Analisis

Gap Analyse

Komunikasi Hasil Pemeriksaan

Temuan dan Rekomendasi

Pengumpulan bukti dan Pemeriksaan Rinci

Kuesioner Wawancara Observasi Bukti Audit

Page 6: Audit Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sosial Kota ... · Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang

6

Tahapan penelitian dimulai dengan perencanaan Audit dan pemahaman sistem

yaitu pengumpulan data organisasi dan studi literatur yang akan menunjang

keberhasilan proses penelitian kedepan. Pengidentifikasian data-data dari

penelitian terdahulu dan topik-topik yang berhubungan dengan permasalahan.

Pemahaman yang mendalam tentang CobIT dan sistem informasi yang digunakan.

Dilanjutkan dengan proses pengambilan data dengan observasi, wawancara,

dan kuesioner pada beberapa responden yang terlibat dalam kegiatan operasional

Perusahaan. Wawancara dilakukan pada saat yang bersamaan dengan penyebaran

kuesioner. Sedangkan observasi dilakukan setelah kuesioner telah selesai di isi

dan diperoleh data mentah. Observasi dimaksudkan untuk mendukung bukti yang

telah diperoleh sebelumnya melalui hasil wawancara dan kuesioner. Pengambilan

data selesai kemudian dilakukan pengolahan data hasil wawancara dan kuesioner

beserta hasil observasi. Data-data mentah ini disusun dan digambarkan kembali

dalam bentuk yang lebih sederhana serta mudah dimengerti.

Setelah data dikumpulkan kemudian diolah dan diuji. Pengujian dilakukan

dengan uji validitas dan reliabilitas diikuti analisis gap yang ada. Evaluasi bukti

pemeriksaan selesai dilakukan, dilanjutkan dengan komunikasi hasil temuan dan

memberikan beberapa rekomendasi yang bisa menjadi bahan pertimbangan.

4. Hasil dan Pembahasan

Proses Bisnis

Aplikasi Sistem Informasi DinKeSos Kota Tomohon yang digunakan adalah

Aplikasi InfoKes Manajemen Pasien. Gambar 3 menunjukkan aliran data dari

proses bisnis Sistem Informasi DinKeSos Kota Tomohon.

Gambar 3 Proses Bisnis InfoKes Manajemen Pasien

Page 7: Audit Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sosial Kota ... · Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang

7

Dalam InfoKes Manajemen Pasien input data dikelompokan melalui dua

manajemen yaitu Manajemen Pasien dan Manajemen organisasi. Pengelolaan

manajemen pasien dan manajemen organisasi dikerjakan oleh Tata Usaha

kemudian menghasilkan berbagai laporan seperti laporan keuangan, laporan

kepegawaian, serta rekam medis dari pasien. Data-data tersebut dapat diproses

dalam aplikasi InfoKes manajemen pasien yang kemudian menhasilkan output

berupa informasi yang direkam selama satu bulan atau triwulan.

Pasien yang baru pertama kali mengadakan pemeriksaan di Puskesmas akan

di data melalui prosedur pendaftaran yang telah ditetapkan oleh manajemen

Puskesmas. Pendaftaran dibantu oleh pegawai Tata Usaha yang bertugas di

Loket Pendaftaran. Kemudian setelah menjalani pemeriksaan Pasien akan

mendapatkan informasi tagihan biaya berobat. Obat yang diberikan dikelola oleh

bagian Apotik. Pada bagian Apotik petugas mendata obat-obat apa saja yang

telah masuk dalam Gudang Penyimpanan obat, serta obat yang keluar juga

dicatat agar diketahui ketersediaan dari obat-obat tersebut. Data yang sudah

cukup kompleks sudah dapat diolah dalam Aplikasi InfoKes Manajemen Pasien

sehingga menghasilkan beberapa output laporan bulanan seperti laporan

keuangan, laporan persediaan obat-obatan.

Data Responden

Sesuai dengan RACI Roles yang telah ada sebelumnya, maka disebarkan 35

kuesioner namun kuesioner yang kembali hanya berjumlah 29 kuesioner. Berikut

data ke 29 pegawai yang telah mengisi kuesioner di karnakan ada penyusunan

stuktur organisasi DinKeSos Kota Tomohon ada beberapa sub bagian yang

berkurang.

Tabel 1 Data Responden

RACI Jabatan Jumlah

R Sub. Bagian Perencanaan

Sekretaris

Sub. Bagian Keuangan dan Perlengkapan

4 orang

1 orang

5 orang

A

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Tata Usaha Puskesmas Pangolombian

Tata Usaha Puskesmas Malani II

Tata Usaha Puskesmas Kakaskasen

Tata Usaha Puskesmas Lansot

7 orang

1 orang

1 orang

1 orang

1 orang

C Sie. Penanggulangan Sistem Informasi Kesehatan 3 orang

I

Kepala Dinas

Kepala Puskesmas Pangolombian

Kepala Puskesmas Malani II

Kepala Puskesmas Kakaskasen

Kepala Puskesmas Lansot

1 orang

1 orang

1 orang

1 orang

1 orang

Total 29 orang

Dalam proses pengisian kuesioner sesuai dengan ketentuan dalam Cobit 4.1

ternyata dianggap terlalu banyak poin-poin dan bahasa yang kurang pahami oleh

responden karena mengandung istilah-istilah yang berhubungan dengan teknologi

informasi. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan penyederhanaan

Page 8: Audit Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sosial Kota ... · Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang

8

kuesioner yang dibagikan dengan kata-kata yang lebih mudah dipahami,

khususnya bagi responden yang tidak berlatar belakang pendidikan teknologi

informasi. Setiap Domain dalam DS rata-rata mengandung dua sampai tiga

pernyataan, sehingga total pernyataan dalam kuesioner hanya berjumlah 35

pernyataan. Setelah kuesioner terkumpul, maka langkah selanjutnya yang

dilakukan adalah uji validitas dan reliabilitas dari setiap sub-domain Deliver and

Suport Cobit 4.1.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan hasil analisis validitas menggunakan SPSS 20 pada Tabel 2

diketahui 34 pernyataan dianggap valid sedangkan pernyataan yang dianggap

tidak valid adalah pernyataan No.Kuesioner 9 sub-domain DS4. Pernyataan

No.Kuesioner 9 mengenai perencanaan dan pelaksanaan pelatihan Pengguna

SIKDA dimana pernyataan ini berhubungan dengan Penyedia Sistem informasi

bukan pada pihak DinKesos. Jadi pernyataan ini di katakan tidak valid dan akan

dikeluarkan dari bahan analisis, sehingga pernyataan yang akan digunakan dalam

analisis reabilitas selanjutnya hanya berjumlah 34 pernyataan. Hasil uji reliabilitas

34 pernyataan kuesioner ditemukan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,929 atau

mendekati 1 yang berarti hasil kuesioner tersebut reliabel.

Tabel 2 Uji Validitas

Sub-

Domain

No.

Kue

rhitung rtabel = (0,3) Sub-

Domain

No.

Kue

rhitung rtabel=

(0,3)

DS1 1 0,579 VALID DS8 19 0,522 VALID

2 0,357 VALID 20 0,658 VALID

DS2 3 0,305 VALID 21 0,640 VALID

4 0,494 VALID DS9 22 0,511 VALID

DS3 5 0,550 VALID 23 0,753 VALID

6 0,397 VALID DS10 24 0,541 VALID

7 0,480 VALID 25 0,548 VALID

DS4 8 0.562 VALID 26 0,710 VALID

9 0.281 TIDAK VALID 27 0,548 VALID

10 0,636 VALID DS11 28 0,598 VALID

DS5 11 0,625 VALID 29 0,582 VALID

12 0,388 VALID DS12 30 0,729 VALID

13 0,394 VALID 31 0,596 VALID

DS6 14 0,613 VALID 32 0,559 VALID

15 0,618 VALID DS13 33 0,751 VALID

16 0,567 VALID 34 0,452 VALID

DS7 17 0,333 VALID 35 0,532 VALID

18 0,546 VALID

Page 9: Audit Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sosial Kota ... · Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang

9

Marturity Level Analysis

Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung maturity level dari

masing-masing sub-domain. Dalam perhitungan ini disajikan sekaligus dengan

gap analysis yang terlihat pada Tabel 3.Dalam tahap observasi dan penyebaran

kuesioner diketahui pihak manajemen DinKeSos Kota Tomohon mengharapkan

atau mengemukakan pendapatnya bahwa kemungkinan berada pada level 4. Pada

level 4 seperti sudah diketahui memiliki sistem yang terdokumentasi dan diikuti

dengan pengembangan sistem yang baik dengan berkesinambungan serta

merupakan pilihan yang cukup normal/ netral. Pada kenyataannya hasil kuesioner

menunjukkan bahwa maturity level dari SIKDA melalui aplikasi InfoKes

Manajemen Pasien belum mencapai level 4, melainkan hanya berkisar pada level

2 yaitu repeatable but intuitive.

Tabel 3Marturity level dan Gap Analysis

DS1 Define and Manage Service Levels seperti pada table 3 mendapatkan

nilai 2,034 yang dengan tingkat maturitas pada level Repeatable but Intuitive.

Pada dasarnya SIKDA pada DinKeSos Kota Tomohon telah memiliki tingkat

layanan yang baik. Terbukti dengan adanya sistem yang telah memiliki katalog

layanan bagi pengguna dan telah diciptakan sesuai kebutuhan pengguna. Namun

hal ini belum didukung oleh kesiapan setiap pengguna untuk menggunakan

sistem, sehingga belum dapat diadakan peningkatan kualitas layanan dan

pengawasan serta pelaporan belum terkomunikasikan dengan baik oleh pihak

yang bertanggung jawab dalam pengadaan sistem informasi di setiap puskesmas.

DS2 Manage Third-party Services seperti pada table 3 mendapat nilai 1,983

yang mendekati 2 pada level maturitas Repeatable but Intuitive. Hubungan

dengan pihak ke-tiga yaitu PT. Inovasi Tritek Informasi sebagai vendor dari

perangkat lunak aplikasi SIKDA yang digunakan saat ini telah berjalan dengan

baik. Tetapi adanya hubungan ini tidaklah begitu intens dalam hal pembahasan

fitur-fitur dalam aplikasi SIKDA. DinKeSos Kota Tomohon hanya berhubungan

dengan pembiayaan dan prosedur pengimplementasian di setiap kecamatan,

karena aplikasi yang digunakan ini juga merupakan aplikasi yang dipakai secara

nasional oleh beberapa Puskesmas di Indonesia. Oleh karena itu dalam hal ini

No. Sub-

Domain

Current

Maturity Level

Gap

Analysis

Kesimpulan

1. DS1 2,034 1,966 Repeatable But Intuitive

2. DS2 1,983 2,017 Repeatable But Intuitive

3. DS3 1,885 2,115 Repeatable But Intuitive

4. DS4 1,914 2,086 Repeatable But Intuitive

5. DS5 1,862 2,138 Repeatable But Intuitive

6. DS6 2,011 1,989 Repeatable But Intuitive

7. DS7 2,241 1,759 Repeatable But Intuitive

8. DS8 1,977 2,023 Repeatable But Intuitive

9. DS9 2 2 Repeatable But Intuitive

10. DS10 1,991 1,009 Repeatable But Intuitive

11. DS11 2,155 1,845 Repeatable But Intuitive

12. DS12 1,879 2,121 Repeatable But Intuitive

13. DS13 2,023 1,977 Repeatable But Intuitive

Total DS 1,997 2,003 Repeatable But Intuitive

Page 10: Audit Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sosial Kota ... · Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang

10

hubungan yang terbangun adalah komunikasi tentang evaluasi dan dokumentasi

proses-proses dalam SIKDA yang belum dimengerti oleh admin Kota Tomohon

dan beberapa tata usaha di setiap puskesmas.

DS3 Manage Performance and Capacity seperti pada table 3 mendapat nilai

1,885 mendekati 2 pada level maturitas yang masih sama yaitu Repeatable but

Intuitive. Pengelolaan kinerja dan kapasitas SIKDA yang menjadi permasalahan

disini adalah bukan kinerja dan kapasitas sumber daya TI yang berupa perangkat

lunak dan perangkat kerasnya, melainkan penggunanya. Belum siapnya pengguna/

sumber daya manusia menerima dan memahami sistem informasi yang digunakan.

Ketidaksiapan ini dilatarbelakangi oleh beberapa pegawai yang kurang memahami

cara pengoperasian sistem informasi. Hal ini dikarenakan waktu pelatihanyang

kurang dilaksanakan secara berkelanjutan.

DS4 Ensure Continuous Service seperti pada table 3 dengan nilai 1,914 yang

mendekati 2 pada level maturitas Repeatable But Intuitive. Dalam memastikan

layanan yang berkelanjutan pemerintah Kota Tomohon melalui DinKeSos Kota

Tomohon telah berusaha dengan sebaik mungkin untuk memastikan SIKDA telah

diterapkan dengan sempurna. Pendekatan yang dilakukan dalam memastikan

layanan yang berkelanjutan dengan memelihara sistem informasi yang ada, untuk

pengembangan sejauh ini belum dibutuhkan pengembangan yang lebih lanjut.

Mengingat pengembangan hanya dilakukan sesuai persetujuan Dinas Kesehatan

Pusat. Kecilnya angka Ensure Continuous Service juga mungkin dikarenakan

kurangnnya pelatihan berkelanjutan bagi pengguna dan admin SIKDA. Bahkan di

Puskesmas Lansot SIKDA ini hampir tidak digunakan. Penggunaan sistem

informasi hanya dilakukan saat pendaftaran dan mencetak kartu peserta pada saat

ada peserta baru. Pelapolaran dan pengaturan konfigurasi lainnya tidak dilakukan

secara berkelanjutan.

Pada table 3 DS5 Ensure Systems Security yaitu aktifitas yang memastikan

keamanan sistem mendapat nilai 1,862 yang mendekati 2 pada level maturitas

Repeatable But Intuitive. Adapun keamanan informasi dalam SIKDA telah

diproteksi dengan baik melalui penggunaan username dan password yang berbeda

oleh setiap pengguna, namun tidak memvalidasi dan melakukan peninjauan hak

akses pengguna secara berkala. Jika ditinjau dari segi perlindungan dari insiden

keamanan yang berpotensi merusak sistem belum diterapkan secara terus-

menerus. Perlindungan dari insiden keamanan berupa update anti virus, back-up

data, dan memeriksa kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi bagi sistem

hanya dilakukan beberapa kali saja.

DS6 Identify and Allocate Costs seperti pada table 3 mendapat nilai 2,011

yang mencapai level maturitas Repeatable But Intuitive yang berarti sudah adanya

kesadaran pihak DinKeSos Kota Tomohon dalam mengelola pengeluaran untuk

perangkat keras dan perangkat lunak SIKDA. Hal ini diakui juga oleh anggot sie.

Keuangan dan Perlengkapan DinKeSos Kota Tomohon. Untuk biaya

pemeliharaan secara berkelanjutan yang dilakukan oleh setiap puskesmas sejauh

ini telah dicatat dengan baik sesuai pengeluaran yang dilakukan, namun

standarisasi pembiayaan yang dibutuhkan guna menetapkan dan memelihara

kebijakan dan prosedur pengenaan biaya belum ditentukan oleh pihak yang

bertanggungjawab di Puskesmas.

Page 11: Audit Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sosial Kota ... · Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang

11

DS7 Educate and Train Usersseperti pada table 3 mendapatkan nilai 2,241

merupakan nilai tertinggi dari ke-13 sub-domain yang ada dengan level maturitas

Repeatable but Intuitive. Dalam hal mendidik dan melatih pengguna DinKeSos

Kota Tomohon telah berusaha melatih beberapa perwakilan dari setiap puskesmas

yang menjadi admin. Adapun pelatihan ini tidak dilakukan secara

berkesinambungan yang terkadang menjadi kendala adalah ketergantungan satu

pengguna dengan pengguna yang lain dalam hal pengoperasian SIKDA. Sehingga

dibutuhkannya pelatihan secara informal oleh admin terhadap beberapa pengguna

SIKDA di Puskesmas. Guna mengantisipasi hal tersebut disediakan juga buku

pedoman manual penggunaan SIKDA dalam bentuk softcopy di setiap Puskesmas.

DS8 Manage Service Desk and Incidentspada table 3 dengan nilai 1,977

mendekati 2 pada level maturitas Repeatable but Intuitive. Pengelolaan Service

Desk dan Layanan insiden sejauh ini telah ditangani dengan oleh admin setiap

puskesmas, kemudian jika permasalahannya tidak dapat ditangani maka akan

dialihkan kepada teknisi yang disediakan oleh DinKeSos Kota Tomohon dan tidak

lupa juga terus berkomunikasi dengan pihak ke-tiga jika ada permasalahan yang

bersifat krusial mengenai software SIKDAyang tidak dapat ditangani oleh teknisi.

Meskipun telah ditangani dengan tepat, pencatatan dan pelaporan insiden ini

tidaklah dilakukan secara cepat dikarenakan tidak adanya prosedur dan pedoman

penanggulangan insiden yang diberikan secara formal.

DS9 Manage the Configuration pada table 3 mendapat nilai 2 dengan level

maturitas Repeatable but Intuitiv. Pengelolaan konfigurasi telah dipahami

merupakan hal yang penting dalam pengoperasian SIKDA, seperti penyimpanan

data melalui bank data Puskesmas yang diunggah di internet. Hal ini terkadang

hanya dapat dilakukan oleh admin karena membutuhkan kemampuan teknis dan

memahami dengan benar pengoperasian SIKDA. Dengan pengetahuan tentang

konfigurasi data yang terbatas ini membuat admin harus mampu bekerja ekstra

dalam mengelola data.

DS10 Manage Problems pada table 3 mendapat nilai 1,991 yang mendekati

2 pada level maturitas Repeatable but Intuitive yang mengindikasikan adanya

kesadaran setiap pengguna untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada

SIKDA. Baik dalam SIKDA itu sendiri maupun lingkungan fisik yang

memungkinkan terjadinya kerusakan pada sistem, atau lambatnya koneksi

jaringan. Pencatatan masalah terus dilakukan oleh pihak puskesmas walaupun

pengevaluasiannya sangat jarang dilakukan selama tidak ada masalah besar yang

begitu berarti seperti sistem yang tidak dapat dioperasikan dan membutuhkan

instalasi ulang.

DS11 Manage Data dengan nilai 2,155 pada table 3 level maturitas

Repeatable but Intuitive menunjukkan adanya upaya yang dilakukan oleh pihak

manajemen puskesmas maupun manajemen DinKeSos Kota Tomohon dalam

mengelola data-data puskesmas. Pengelolaan ini didukung oleh adanya fasilitas

penyimpanan data yang disediakan di server aplikasi SIKDA tesebut. Data-data

tersebut juga terkadang di back-up oleh admin puskesmas dan di simpan di

beberapa tempat penyimpanan, baik HDD internal maupun eksternal.

DS12 Manage the Physical Environment dengan nilai 1,879, dan DS13

Manage Operations dengan nilai 2,023 seperti terlihat dalam table 3 kedua DS

Page 12: Audit Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sosial Kota ... · Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang

12

inimendekati 2 pada level maturitas Repeatable but Intuitive. Pegelolaan

lingkungan fisik dan operasi pada SIKDA di setiap puskesmas telah dilaksanakan

dan dikontrol dengan cukup baik oleh setiap admin sesuai dengan pemahaman

admin di setiap puskesmas, sehigga standar operasi belum diketahui apakah sudah

tepat dan sesuai dengan kebutuhan sistem. Begitupun dengan pengelolaan operasi

yang dipantau langsung oleh sie. Bagian Perencanaan, sie. Bagian Keuangan dan

Perlengkapan, dan Sie. Penanggulangan Sistem Informasi Kesehatan diikuti oleh

kepala puskesmas dan tata usaha puskesmas yang menjadi admin maupu

pengguna. Evaluasi dann kotrol terhadap SIKDA yang diimplentasikan lebih

banyak mendapat perhatian pada awal perencanaan hingga implementasi pada

tahun 2009. Selebihnya untuk pemeliharaan dan penggunaan diserahkan

tanggungjawab kepada kepala dan tata usaha puskesmas. Peninjauan kembali juga

dilakukan oleh teknisi maupun Sie. Penanggulangan Sistem Informasi Kesehatan

sesuai keperluan yang benar-benar dibutuhkan.

Pada table 3 Secara keseluruhan total DS menunjukkan angka 1,997 dapat

dikatakan seluruh DS berada pada level Repeatable but Intuitive. Dalam hal ini

pengetahuan akan IT dibutuhkan oleh setiap pengguna karena katalog layanan

telah ada seperti manualbook, namun membaca manualbook saja tidak cukup

untuk memahami sistem yang sedang digunakkan. Dibutuhkan softskill yang

dapat menunjang kegiatan operasional sistem secara berkelanjutan. Inisiatif

individu dalam menangani insiden yang mungkin terjadi berperan penting dalam

keberlangsungan pemanfaatan sistem.

Pendekatan dalam menemukan solusi bagi SIKDA yang mungkin dialami

membutuhkan standarisasi dari pihak vendor sistem. Tools mungkin telah

diperoleh dari pihak vendor hanya saja komunikasi hasil-hasil temuan dan

rekomendasi perlu dibahas lebih lanjut. Dengan demikian level maturitas SIKDA

dapat meningkat ke level tiga. Jika tidak adanya standarisasi ini, maka cara

penanganan insiden maupun standar pengoperasian SIKDA di setiap puskesmas

akan berbeda berdasarkan pemahaman para pengguna. Setiap pengguna

dipastikan memiliki tanggung jawab dan akuntabilitas dalam menggunakan

sistem. Akses terhadap data-data penting dan aliran informasi yang dihasilkan

dapat sesuai dengan kebutuhan pengguna

Umumnya fitur dalam SIKDA berdasarkan CobIT 4.1 domain deliver and

support telah cukup memenuhi kebutuhan pengguna. Tingkat layanan dari

registrasi pasien, riwayat pasien, data obat, dan permintaan kebutuhan sistem

informasi yang lainnya sudah dapat terpenuhi dengan SIKDA untuk itu

dibutuhkan pemahaman yang mendalam akan manfaat SIKDA yang berupa

pengintegrasian sistem dan data seluruh puskesmas serta menunjang pelayanan

puskesmas yang semakin inovatif dan efektif, sehingga SIKDA dapat digunakan

dengan maksimal. Aspek kesinambungan SIKDA dari segi pemeliharaan

lingkungan fisik, keamanan data, dan pelatihan user dianggap perlu lebih

diperhatikan.Umumnya pengimplementasian SIKDA telah memenuhi tujuan

DinKesSos untuk menunjang usaha pelayanan kepada masyarakat. SIKDA juga

diharapkan mampu memberikan integrasi data secara menyeluruh, khususnya

Kota Tomohon.

Page 13: Audit Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sosial Kota ... · Dalam melakukan audit tersebut perlu adanya framework sebagai acuan standar pengelolaan TI. Beberapa diantaranya yang

13

5. Simpulan dan Rekomendasi

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan seluruh sub-domain deliver and

support berada pada level Repeatable but Intuitive. Meskipun tujuan organisasi

mengimplementasikan SIKDA telah memenuhi tujuan dari pengadaan sistem

informasi tersebut, namun berdasarkan tujuan dari CobIT 4.1 masih

membutuhkan pengembangan standar-standar operasional SIKDA dan cara

menangani insiden. Disamping itu dibutuhkan juga pemahaman dari setiap

pengguna SIKDA.

Dalam hal sumber daya TI seperti material dan alat serta software dianggap

sudah cukup baik. Perlu diperhatikan juga pelatihan berkelanjutan bagi pengguna

yang akan berhadapan langsung dengan sistem. Dengan hal ini kemungkinan

tidak diberdayakannya SIKDA di salah satu Puskesmas dapat diminimalisir,

mengingat biaya pengadaan sistem informasi yang cukup besar namun kurang

digunakan secara maksimal. Penggunaan yang kurang maksimal tersebut

menimbulkan penggunaan waktu kerja yang tidak efektif dimana data yang dicatat

secara manual harus dimasukkan satu-persatu ke dalam database SIKDA.

Begitu juga dengan pencatatan dan pelaporan insiden yang terjadi haruslah

dapat terdokumentasi dengan baik, agar ke depan jika menghadapi permasalahan

yang sama dokumentasi tersebut dapat menjadi bahan referensi dalam menangani

masalah tanpa harus mendatangkan teknisi. Mengingat efisiensi biaya dan waktu

yang akan dibutuhkan jika permasalahan dalam SIKDA tidak dapat ditangani oleh

admin.

6. Daftar Pustaka

[1] Purnomo,Lukman Hadi Dwi & Aris Tjahyanto, 2010, Perancangan Model

Tata Kelola Ketersediaan Layanan TI Menggunakan Framework COBIT

Pada BPK-RI.Magister Manajemen Teknologi ITS: Surabaya.

[2] Naibaho, Glorya. 2012.Analisis Sistem Informasi Akuntansi Rumah Sakit

Menggunakan COBIT dengan Domain Monitor and Evaluate(Studi Kasus:

Transaksi Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga.

Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

[3] Putra, Risma Bayu & Sensuse, Dana Indra. 2007. Rancangan Tata Kelola

IT untuk Institusi Pemerintahan Studi Kasus BAPPENAS. Fakultas Ilmu

Komputer Universitas Indonesia:Jakarta.

[4] Yuliani, Herlina. 2009. Analisis Pengelolaan Pengendalian TI(studi kasus

PT.PLN (Persero) P3B Region Jawa Tengah & DIY di Ungaran,Skripsi.

UKSW: Salatiga.

[5] Gondodiyoto, Sanyoto. 2007. Audit Sistem Informasi.+Pendekatan CobIT.

Mitra Wacana Media: Jakarta.

[6] ITGI.2007.COBIT 4.1. IT governance Institute: Illinois.

[7] Sugiyono. 2010, Statistika Untuk Penelitian. CV Alfabeta:Bandung

[8] Manual Book Manajemen Pasien Nasional. 2008 PT. Inovasi Tritek

Informasi : Bandung.