ateisme. apa dan siapa

8
 1 Ateisme. Apa dan Siapa Junita A.M. Catatan penulis: "Don't judge a book by its cover". Untuk menilai ateisme, janganlah melihat hanya dari ‘sampul’ belaka yang seringkali ‘bergambar’ arogan, sombong, atau mungkin kasar. Namun, ada baiknya membuka lembar halaman demi halaman, apa yang dapat dipaparkan langsung oleh para ateis tentang ateisme. Tulisan singkat bertemakan ateisme ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana ateisme itu. Apakah ateisme merupakan prinsip atau agama atau bentuk penyembahan, atau sesuatu yang imoral, atau merupakan suatu grup tertentu, hanya para ateis sendiri yang mampu menjelaskan secara obyektif tentang ateisme, dan bukan mereka yang non ateisme. Oleh karena itu, tulisan ini merujuk langsung pada berbag ai referensi artikel ateis yang ditulis secara ilmiah dan mengajak pembaca untuk mencoba mengenal ateis dari sudut pandang serta definisi yang diutarakan oleh para penulis ateis itu sendiri. Tulisan ini TIDAK mengajak pembaca untuk menjadi ateis. Namun, adanya definisi yang “salah” mengenai ateisme, dapat menimbulkan kesalahpahaman baik pada diskusi maupun dalam bertindak dan berinteraksi secara sosial. Lebih jauh lagi, kesalahan definisi juga bisa menjurus pada kesalahpahaman nasional, yang berakibatkan jatuhnya beribu-ribu korban manusia secara masal, seperti yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1965-1966. Defini ateis dalam bahasa.  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: ate•is /atéis/ n orang yg tidak percaya akan adanya Tuhan.  Asal muasal kata ateis dari bahasa Yunani adalah atheos. Kata “a” disini berartikan “tanpa” atau “tidak”. Sedangkan terjemahan langsung dari “ theos” berarti sesuatu yang tinggal di langit, bersifat luar biasa dan sangat bercahaya, diintrepetasikan dan diterjemahkan sebagai ‘dewa’ atau ‘Tuhan’. Jadi, dari sudut pandang bahasa Yunani kuno, seorang ateis adalah seseorang yang tidak berdewa atau ber-Tuhan.  Atheos, Era klasik Yunani  Dalam sejarah Yunani, kata atheos mulai dikenal luas dalam karya tulis Plato (circa. 429-347 SM). Kata atheos dalam bahasa Yunani pada mulanya berarti: “tidak berkepercayaan terhadap theos” -sesuatu yang luar biasa, bercahaya dan tinggal di langit-, atau “terkutuk”. Kata ‘ atheos’ juga digunakan untuk me-labelkan para kaum cendekiawan yang menyangkal keberadaan Tuhan, dewa atau segala bentuk- bentuk luar biasa bersinar yang tinggal di langit. Philodemus, seorang filsafat Yunani (ca. 110–35 sm.) mengklasifikasikan orang ateis sbb: 1. Mereka yang mengatakan bahwa tidak mengetahui apakah ada dewa atau seperti apa bentuknya. 2. Mereka yang secara terbuka mengatakan bahwa Tuhan tidak ada.

Upload: junitaarneld

Post on 07-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ateisme. Apa Dan Siapa

8/6/2019 Ateisme. Apa Dan Siapa

http://slidepdf.com/reader/full/ateisme-apa-dan-siapa 1/8

 

1

Ateisme. Apa dan Siapa

Junita A.M.

Catatan penulis:"Don't judge a book by its cover". Untuk menilai ateisme, janganlah melihat hanya dari ‘sampul’belaka yang seringkali ‘bergambar’ arogan, sombong, atau mungkin kasar. Namun, adabaiknya membuka lembar halaman demi halaman, apa yang dapat dipaparkan langsungoleh para ateis tentang ateisme.

Tulisan singkat bertemakan ateisme ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentangbagaimana ateisme itu. Apakah ateisme merupakan prinsip atau agama atau bentukpenyembahan, atau sesuatu yang imoral, atau merupakan suatu grup tertentu, hanya paraateis sendiri yang mampu menjelaskan secara obyektif tentang ateisme, dan bukan merekayang non ateisme.

Oleh karena itu, tulisan ini merujuk langsung pada berbagai referensi artikel ateis yang ditulissecara ilmiah dan mengajak pembaca untuk mencoba mengenal ateis dari sudut pandangserta definisi yang diutarakan oleh para penulis ateis itu sendiri.

Tulisan ini TIDAK mengajak pembaca untuk menjadi ateis. Namun, adanya definisi yang“salah” mengenai ateisme, dapat menimbulkan kesalahpahaman baik pada diskusi maupundalam bertindak dan berinteraksi secara sosial. Lebih jauh lagi, kesalahan definisi juga bisamenjurus pada kesalahpahaman nasional, yang berakibatkan jatuhnya beribu-ribu korbanmanusia secara masal, seperti yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1965-1966.

Defini ateis dalam bahasa. 

•  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: ate•is /atéis/ n orang yg tidak percaya akanadanya Tuhan.

•  Asal muasal kata ateis dari bahasa Yunani adalah atheos. Kata “a” disini berartikan“tanpa” atau “tidak”. Sedangkan terjemahan langsung dari “theos” berarti sesuatuyang tinggal di langit, bersifat luar biasa dan sangat bercahaya, diintrepetasikan danditerjemahkan sebagai ‘dewa’ atau ‘Tuhan’. Jadi, dari sudut pandang bahasa Yunanikuno, seorang ateis adalah seseorang yang tidak berdewa atau ber-Tuhan.

 Atheos, Era klasik Yunani 

Dalam sejarah Yunani, kata atheos mulai dikenal luas dalamkarya tulis Plato (circa. 429-347 SM). Kata atheos dalam bahasaYunani pada mulanya berarti: “tidak berkepercayaan terhadaptheos” -sesuatu yang luar biasa, bercahaya dan tinggal di langit-,atau “terkutuk”. Kata ‘atheos’ juga digunakan untuk me-labelkanpara kaum cendekiawan yang menyangkal keberadaan Tuhan, dewa atau segala bentuk-bentuk luar biasa bersinar yang tinggal di langit.

Philodemus, seorang filsafat Yunani (ca. 110–35 sm.) mengklasifikasikan orang ateis sbb:

1.  Mereka yang mengatakan bahwa tidak mengetahui apakah ada dewa atau

seperti apa bentuknya.2.  Mereka yang secara terbuka mengatakan bahwa Tuhan tidak ada.

Page 2: Ateisme. Apa Dan Siapa

8/6/2019 Ateisme. Apa Dan Siapa

http://slidepdf.com/reader/full/ateisme-apa-dan-siapa 2/8

 

2

3.  Mereka yang dengan jelas menyiratkan itu.

Dalam sejarah ateisme, ada 3 poin utama yang ditemukan dalam periode klasik Yunani.

1.  Ditemukannya teori ateisme yang juga merupakan salah satu kejadian penting dalam

sejarah agama.2.  Bangsa Yunani menciptakan istilah ‘atheos’, yang kemudian oleh bangsa Romawi istilahini menjadi atheus, cikal bakal kata ateis dan ateisme.

3.  Ditemukannya kegunaan istilah ‘atheis’ sebagai sarana untuk me-label-kan lawan-lawan. Penemuan isme ateis membuka jalan baru bagi kebebasan intelektual,bersamaan juga terbukanya kemungkinan bagi banyak pihak untuk memberi labelterhadap pihak oposisi mereka.

Pertanyaan tentang ateisme

1.  Apakah ateisme adalah agama?

Menilik dari kacata agamawan, seringkali ateisme didefinisikan sebagaisuatu bentuk kepercayaan. Suatu agama. Agama yang rasional danpenuh dengan optimisme.Alister McGrath, seorang teolog Kristen dari Inggris menulis dalambukunya yang berjudul "The Twilight of Atheism: The Rise and Fall ofDisbelief in the Modern World":

“Atheism is the religion of the autonomous and rational human being, who believesthat reason is able to uncover and express the deepest truths of the universe, fromthe mechanics of the rising sun to the nature and final destiny of humanity” (2004:220).

Namun pendapat ini ditolak oleh para ateis. Mereka mengatakan bahwa McGrathberpikir bahwa ateisme merupakan kebalikan keyakinan dalam beragama.Akibatnya, McGrath merumuskan bahwa ateis juga memiliki elemen-elemen agama.Namun sebenarnya, para ateis TIDAK memiliki elemen agamawi. Mereka tidak pernahmenyatakan penemuan mereka akan bagaimana kebenaran dari misteri kehidupanserta keberadaan akhir hidup manusia dan alam semesta. Kemungkinan, McGrathmerujuk pada pola pandangan Marxism-Leninism dimana penolakan Tuhan merupakansalah satu bagian dari prinsipnya.

Karena ateisme tidak berpikir dalam konsep agamawi seperti para teis (orang yangpercaya akan keberadaan Tuhan), maka dengan kata lain, posisi ateisme berada

dalam posisi baku, jadi pihak teis yang seharusnya membuktikan kebenaran daripemikiran teisme mereka.

2.  Apakah hubungan Ateisme dengan Teisme? Julian Baggini, seorang filsafat Inggris dan penulis buku “Atheism: A VeryShort Introduction” mendefinisikan ateisme bertolak belakang dengansegala sesuatu yang berhubungan dengan teisme.

Sedangkan Robin Le Poidevin, seorang professor metafisik dari UniveritasLeed, Inggris, dan penulis buku "Arguing for Atheism: An Introduction to the

Philosophy of Religion" menyatakan:

Page 3: Ateisme. Apa Dan Siapa

8/6/2019 Ateisme. Apa Dan Siapa

http://slidepdf.com/reader/full/ateisme-apa-dan-siapa 3/8

 

3

•  Seorang ateis lebih merupakan seseorang yang menyangkalkeberadaan dan pribadi sang maha pencipta alam semesta daripadaseseorang yang hanya hidup secara sederhana tanpa merujuk padakeberadaan sang pencipta alam.

•  Sedangkan seorang teis adalah orang yang menegaskan keberadaan

sang pencipta.

Jadi setiap diskusi yang berhubungan dengan ateisme pasti juga berhubungan dengan teismeatau monoteisme. Berbeda dengan pendapat Baggini, Le Poidevin menegaskan lebih jauhbahwa seorang ateis mempunyai pengetahuan tentang agama dan ia menyadarikeateisannya secara tegas lugas.Jadi, seseorang yang hidup sederhana tanpa pernah mengetahui atau pernah mengenalkeberadaan agama (monoteisme) ataupun sang pencipta, tidak dapat dikatakan bahwaorang itu ateis.

Kata “A” dalam bahasa Yunani merupakan Alpha privans yang berarti menyangkal semuakata yang diletakkan sesudah huruf “A”. Jadi ateis berarti menyangkal segala sesuatu yangditegaskan oleh teis. Mereka menyangkal bukan karena mereka tidak tahu, tetapi merekatidak setuju dengan pernyataan teistik dari teisme. Dengan penyangkalan ini, maka ateismetidak identik dengan para penganut teisme.

Karena setiap ateisme selalu menyangkut pada teisme maka pertanyaan yang besar adalah,Apakah teisme?

Teisme itu sendiri dapat dikatakan sama dengan –dalam definisi saat ini- monoteisme. Parateis adalah para penganut dari tiga agama besar monoteisme: Yudaisme, Kristen dan Islam.

Lebih dari sekedar hanya percaya pada satu Tuhan, seorang teis juga memiliki konsep akanapa itu Tuhan. Konsep yang menyatakan bahwa Tuhan itu baik. Bukan hanya sekedar baik,

tetapi sangatlah baik. Dan kebaikan bukan hanya prinsip dari teistik tapi Tuhan menurutteisme adalah abadi, pencipta alam semesta, mahakuasa, luar biasa, maha tahu, suci, danhidup.

Ateisme berkaitan dan mengenal konsep akan khalik, khaliknya teistik, yang mempunyai namadan ditulis dengan huruf besar: Tuhan. Jadi seorang ateis memerhatikan segala sesuatu yangberhubungan dengan konsep : pencipta, penguasa, maha tahu, suci dan sempurna.

Paul Cliteur, seorang ahli hukum dan filsuf Belanda membatasi konsep ateismesebagai penyangkalan dari pernyataan pihak teisme.Ia memberikan contoh sebagai berikut:

Seorang teis menyatakan, Tuhan adalah kasih, sedangkan penyangkalan ateisbahwa “Tuhan itu adalah kasih” bukan karena ia menolak pentingnya artikasih, tetapi seorang ateis merasa bahwa tidak layak mencampuradukkanemosi manusia dengan keberadaan dari Tuhan yang dianggap oleh para teissebagai serba maha, berkepribadian dan secara sempurna sangat baik.

Tiga karakter dari ateisme

Untuk melihat lebih jauh ateisme, mari kita coba lihat karakter yang ada pada ateisme.

Page 4: Ateisme. Apa Dan Siapa

8/6/2019 Ateisme. Apa Dan Siapa

http://slidepdf.com/reader/full/ateisme-apa-dan-siapa 4/8

 

4

1.  Ateisme sebagai non teisme, bukan anti teisme

Charles Bradlaugh (1833-1891), seorang aktivis politik dan juga salah satuateis Inggris terkenal di abad ke 19 menyatakan bahwa para ateis TIDAKmengatakan bahwa tidak ada Tuhan, namun mereka berpendapat bahwamereka memiliki ketidakjelasan akan ide atau pengertian naluriah akan

Tuhan.

Bukan ‘Tuhan’ yang disangkal oleh ateis, karena bagi mereka figur Tuhanadalah satu hal yang tidak jelas atau tidak tegas dan tidak sempurna untukdidefinisikan.Jadi secara sederhana, pernyataan teisme akan keberadaan Tuhanlah yangdisangkal ateisme, sehingga ateisme dapat disamakan dengan non teisme dan BUKANanti teisme.

Kata “sangkal” dan kata “anti” mempunyai perbedaan makna, dimana kata “sangkal”terjadi karena adanya alasan ketidaksetujuan secara rasional, sedangkan kata “anti”merupakan kata yang berlandaskan pada perasaan, rasa tidak senang dan tidak

suka belaka.

2.  Ateis tidak perlu membuktikan pernyataan teisme

Seorang yang beragama percaya akan keberadaan Tuhan, sedangkan seorang ateistidak mempunyai kepercayaan tersebut. Seorang ateis juga tidak memiliki keinginanuntuk membuktikan bahwa Tuhan tidak ada.George H. Smith, seorang ateis penulis "Atheism: The Case Against God"merumuskannya sebagai berikut:

"Ateisme, dalam bentuk dasarnya, bukan keyakinan namun merupakan ketiadaannya satukepercayaan".

Menurut Smith, seorang ateis bukanlah orang yang percaya bahwa Tuhan tidak ada,melainkan, ia tidak percaya akan adanya Tuhan.

Karena ateisme merupakan doktrin yang mengandung peniadaan atau penyangkalan, makaseorang ateis tidak terpengaruh dengan bukti-bukti dari teisme.Seorang ateis tidak harus memiliki keinginan untuk memecahkan teka-teki alam semesta. Diatidak harus mengekspresikan kosa kata "kebenaran terdalam dari alam semesta" yangdianggap tidak masuk akal untuk seorang ateis.Seorang ateis tidak perlu membela atau membuktikan suatu pernyataan, karena pernyataan‘Tuhan itu ada’ dikeluarkan oleh pihak teis/beragama. Jadi, sudah sewajarnya jika hanyapihak teis yang harus membuktikan pernyataan tersebut. Dan pihak ateis akan menunggu

argumen pihak teis dan menimbang apakan argumen tersebut meyakinkan dirinya atau tidak.

3.  Ateisme adalah suatu pilihan yang disadari dan telah dipikirkan dengan matang.

Unsur ketiga dari posisi ateis adalah sikap psikologis dari ateis itu sendiri: ateismedianggap sebagai pilihan yang intelektual dan eksplisit. Kita kembali ke dalampernyataan Le Poidevin di atas: “seseorang yang hidup sederhana tanpapengetahuan akan Tuhan tidak cukup untuk melabelkan seseorang sebagai ateis”.

Paul Cliteur mencontohkan pernyataan tersebut sebagai berikut:Misalnya seseorang bertanya kepada kita :Apakah Tuhan? Saya tidak tahu apa artinya. Saya tidak pernah berpikir dalam tentanghal tersebut. 

Bermula dari pertanyaan diatas maka akan banyak yang berpendapat bahwa orang

Page 5: Ateisme. Apa Dan Siapa

8/6/2019 Ateisme. Apa Dan Siapa

http://slidepdf.com/reader/full/ateisme-apa-dan-siapa 5/8

 

5

tersebut ateis, namun sesungguhnya TIDAK benar. Apa yang kurang dari orangtersebut adalah pengetahuan atau kesadaran intelektual, sehingga orang tersebuttidak pantas disebut ateis.

Oleh karena itu, Holbach mengatakan bahwa anak-anak (yang tumbuh dalam

lingkungan tidak beragama) tidak pantas juga disebut ateis, dikarenakan merekabelum memiliki kesadaran intelektual untuk memilih dan menilai suatu prinsip/doktrin.

Satu hari, anak saya mengatakan bahwa teman sekelasnya mengaku sebagai ateis.Seorang anak mengaku ateis mungkin saja karena terbawa pengaruh atau besardalam lingkungan ateis, namun secara kemampuan intelektual, seorang anak kecilbelum memiliki pengetahuan agama yang mendetail dan pengertian rasional yangmerupakan dasar utama seseorang menjadi ateis. Jadi, pengakuan seorang anak kecilsebagai ateis, tidak dapat dianggap layak dan tidak bisa diterima.Karena seorang ateis adalah orang yang SUDAH mempunyai pengetahuan akanagama, atau mungkin dibesarkan dalam lingkungan keluarga beragama, bahkanmungkin juga adalah orang yang (pernah) beragama, namun memutuskan untuk tidak

menjadikan agama sebagai bagian dari dirinya.

Mereka yang tidak berpengetahuan agama (monoteisme) atau mereka yangmenganut politeisme ataupun aliran kepercayaan ataupun pagan, BUKANLAH ateis.Yang utama dalam menilai apakah orang tersebut ateis atau tidak adalah tingkatkesadaran serta pengetahuan intelektual agamawi mereka.

Penting untuk diketahui dalam menilai ateis adalah mereka MENELAAH semua pilihanatau opsi yang ada, semua argumentasi tradisional akan keberadaan Tuhan.

Seorang yang (memilih) menjadi ateis adalah seseorang yang MEMPUNYAI

pengetahuan akan argumentasi tentang Tuhan, dan MENIMBANG dengan matangketidakpercayaannya akan keberadaan Tuhan.

Jadi dalam unsur ketiga ini, seorang ateis bukan seseorang yang sama sekali tidakmempunyai pengetahuan akan Tuhan. Mereka tahu dan menelaah ilmu agama(bahkan mungkin juga dibesarkan dalam keluarga yang beragama), namun merekamemutuskan untuk tidak menjadikan agama sebagai satu iman dalam akal mereka.

Konsep ateisme dan motive untuk ateisme. 

1.  Tidak beriman dan beriman

Banyak orang yang menolak memeluk satu agama danmempercayai ke-Esaan dan kesempurnaan Tuhan karena hal iniberlawanan atau menciptakan konflik dengan nilai-nilai utamayang mereka yakini. Karena mereka dapat dikatakan sebagai“orang yang tidak berkepercayaan” dalam hubungannya denganTuhan, namun mereka dapat juga dikatakan “orang yangberkepercayaan” di dalam kebebasan berpikir dan bertindak,kesetaraan martabat manusia, dsb.

Di dalam ateis kita menemukan kombinasi dari beriman dan tidakberiman. Mereka beriman, tapi bukan didalam Tuhan dankadangkala dianggap tidak dapat didamaikan dengan Tuhan.

Salah satu contohnya adalah pernyataan seorang politikus Amerika, Robert Ingersoll

Page 6: Ateisme. Apa Dan Siapa

8/6/2019 Ateisme. Apa Dan Siapa

http://slidepdf.com/reader/full/ateisme-apa-dan-siapa 6/8

 

6

(1833-1899):

I am an unbeliever, and I am a believer . . . I do not believe in the “Mosaic” account of creation, or in the flood, or the Tower of Babel, or that General Joshua turned back thesun or stopped the earth. I do not believe in the Jonah story . . . and I have my doubts

about the broiled quails furnished in the wilderness. Neither do I believe that man is wholly depraved. I have not the least faith in the Eden, stake and apple story. Neither do Ibelieve that God is an eternal jailer; that he is going to be the warden of an everlastingpenitentiary in which the most of men are to be eternally tormented. I do not believe that any man can be justly punished or rewarded on account of his belief.

But I do believe in the nobility of human nature; I believe in love and home, and kindnessand humanity; I believe in good fellowship and cheerfulness, in making wife and childrenhappy. I believe in good nature, in giving to others all the rights that you claim foryourself. I believe in free thought, in reason, observation and experience. I believe in self-reliance and in expressing your honest thoughts. I have hope for the whole human race.What will happen to one, will, I hope, happen to all, and that, I hope, will be good.

Above all, I believe in Liberty (quoted in Williams: 67).

2.  Kebebasan dalam berkehidupan

Filsafat Perancis abad ke 20, Jean-Paul Sartre (1905-1980),mengembangkan konsep ateistik eksistensialisme. Konsep yangdidasarkan pada teori kebebasan manusia. Menurutnya: Jikakita mencoba untuk membayangkan suatu dunia yangdiciptakan oleh pencipta ilahi supranatural, kita, sebagaimanusia, tidaklah bebas. Kita hanya bisa memainkan peranyang sudah tertulis untuk kita. Konsekuensinya, hal inimenghancurkan kebebasan manusia secara keseluruhan.

3.  Ateisme atau non-teisme?

Dalam istilah populer, ateisme diasosiasikan dengan segala hal yang negatif, baikdari pola pikir maupun tingkah laku, terutama dari cara mereka «membela»pendapatnya. Mereka bereputasi sebagai orang yang arogan, berhaluan keras,penyebar, bersemangat tinggi dan juga tidak sopan atau kasar.

Reputasi ateisme yang buruk ini membuat George Jacob Holyoake (1817-1906),seorang ahli sekuler Inggris, menciptakan sebutan ‘sekularisme’. Holyoake menciptakankata ‘sekularisme’ karena adanya reputasi yang buruk pada kata ateisme. Diamendefinisikan sekularisme atas keprihatinannya dengan masalah-masalah yang adadi dunia ini.

Holyoake menyimpulkan sekularisme sebagai berikut:1.  Secularism maintains the sufficiency of Secular reason for guidance in human

duties.2.  The adequacy of the Utilitarian rule which makes the good of others, the law of 

duty.3.  That the duty nearest at hand and most reliable in results is the use of material

means, tempered by human sympathy for the attainment of social improvement.4.  The sinlessness of well-informed sincerity.5.  That the sign and condition of such sincerity are – Freethought – expository speech

 – the practice of personal conviction within the limits of neither outraging norharming others” . 

Page 7: Ateisme. Apa Dan Siapa

8/6/2019 Ateisme. Apa Dan Siapa

http://slidepdf.com/reader/full/ateisme-apa-dan-siapa 7/8

 

7

Ateisme dikenal dengan image yang negatif dan setiap penulis yang berusaha menonjolkanateismenya sebagai bagian dari gaya hidupnya terpaksa sering harus berhadapan dengankesulitan-kesulitan yang tak terhingga.

Holyoake memberikan salah satu contoh tanya-jawab yang sering ia hadapi:

Tanya: Bukankah ateis terlalu arogan dengan bersikap seolah tahu bahwa Tuhan itu tidakada?Jawab: Ateis tidak menyatakan bahwa Tuhan tidak ada, mereka hanya menegaskan bahwaalasan-alasan untuk mempercayai keberadaan Tuhan, tidaklah meyakinkan.

Tanya:Kenapa kita tidak diperbolehkan untuk beriman di dalam Tuhan?Jawab:Ateis tidak menentang kebebasan berbicara atau kebebasan menentukan sikap hatinurani, mereka hanya mengklaim hak mereka untuk tidak setuju dengan seseorang yangmenegaskan keberadaan Tuhan.

Tanya: Tapi, bukankah sikap ateisme sedikit arogan?Jawab: Ateisme tidaklah lebih arogan daripada agnostisisme atau teisme.Arogansi/keangkuhan tidak berada dalam posisi ateisme melainkan berada dalam sikaporang-orang yang mempertahankan pendapat/dogmatic mereka dalam ketidakinginanmereka mendiskusikan pandangan mereka. Para ateis umumnya senang mendalami suatudiskusi.

Jenis ateisme. 

Paul Cliteur membagi ateisme ke dalam tiga jenis:

1.  Private atheisme atau dikenal dengan ‘non teisme’: suatu pola pikir yang menolakpandangan teistik dan menyatakan bahwa keputusan mereka menjadi ateis dilakukanuntuk maksud yang baik.

2.  Public atheism: para ateis yang berkeyakinan bahwa mereka patut berbagi prinsipdengan orang awam demi tercapainya masyarakat yang bersusila. Dalam jenis inididapatkan unsur penyebaran dimana para ateis secara aktif berusaha merubahmasyarakat sekitarnya.

3.  Political atheism: dimana satu negara berkeyakinan untuk memberantas segala agamahingga keakarnya, seperti yang terjadi pada Uni Sovyet dan Albania.

Menurut Paul Cliteur, untuk menjadikan ateisme sebagai posisi yang dapat dipertahankan,seharusnya ateisme masuk kedalam jenis ‘private atheism’ atau non-theism. Ateisme yang tepat

selayaknya bersikap skeptis terhadap public atheism dan menghapus political atheism.Namun, karena ateisme jenis pertama juga bisa berkonotasikan ateisme jenis kedua dan jenisketiga, maka mungkin merupakan strategi yang mudah untuk berhenti menggunakan semuaistilah jenis ateisme dan lebih merujuk pada penggunaan istilah ‘non teisme’.

Penutup:Kesimpulannya, apakah ateisme suatu agama, atau suatu penyembahan, atau suatu grup,atau sesuatu yang imoral? Jawabannya adalah TIDAK, untuk semuanya.

Ateisme bukan satu agama karena mereka tidak memiliki pemikiran elemen agamawi.

Page 8: Ateisme. Apa Dan Siapa

8/6/2019 Ateisme. Apa Dan Siapa

http://slidepdf.com/reader/full/ateisme-apa-dan-siapa 8/8

 

8

Para ateis tidak menyembah kemampuan rasional mereka, karena kata ‘sembah’ bersifatsakral dan rutin. Sedangkan kemampuan rasional tidak mengandung nilai sakral dan tidakmemiliki rutinitas.

Ateis bukanlah paham satu grup, karena ateis merupakan pilihan individualistik. Suatu pilihan

yang dilakukan sendiri oleh diri sendiri, tanpa memiliki ikatan dalam struktur organisasi.

Ateisme bukanlah suatu pikiran yang imoral, karena mereka memiliki moral untuk membuatdunia menjadi lebih baik lagi dengan menghindari perbuatan jahat berdasarkan nilai-nilaimanusiawi dalam kehidupan, bukan berdasarkan perintah agama ataupun rasa takut akanadanya neraka atau hukuman dari Tuhan.

Dan satu hal yang utama, kita tidak bisa dengan gampang memberi cap “ateis” padaseseorang hanya dikarenakan mereka tidak menganut agama monoteisme. Pada saatsekarang ini, walaupun kelihatannya banyak terdapat ateis di dunia ini namun sebenarnyasangatlah sedikit orang yang benar-benar mengaku secara lugas bahwa mereka ateis,karena kebanyakan yang terjadi adalah orang-orang yang di-BERI label atau di-CAP ateisoleh pihak oposisi. Hal ini terjadi tidak hanya dalam dunia politik, namun juga dalamkehidupan masyarakat sehari-hari.

Seorang penganut aliran kepercayaan, ataupun politeisme, atau paganisme, bukanlahseorang ateis, karena mereka juga mengimani sesuatu yang lebih kuasa dari manusia danbersifat luar biasa. Mereka mempunyai iman dan percaya pada sesuatu yang tidak dapatdirasakan oleh indra manusia. Jadi mereka tidak layak dicap sebagai ateis dan terlebih lagi,bukan berarti penganut paham komunisme. Oleh karena itu, peristiwa korban jiwa yangberjatuhan pada tahun 1965-1966 di Indonesia, lebih banyak yang merupakan peristiwapembunuhan/kejahatan masal daripada pembasmian paham komunisme.

Kepustakaan:

•  The Cambridge companion to atheism, edited by Michael Martin, Cambridge UniversityPress, 2007.

•  Paul Cliteur, The Definition of Atheism, The Kripke Center, University of Leiden, theNetherlands, Journal of Religion and Society Volume 11, 2009.