asuransi takaful; sebuah alternatif konsep, …
TRANSCRIPT
ASURANSI TAKAFUL; SEBUAH ALTERNATIF
Konsep, Mekanisme Dan Sistem Operasional
Qusthoniah
Dosen Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Indragiri
Abstrak
Dalam dunia ekonomi modern, usaha asuransi menduduki
tempat utama. Karena secara esensial, asuransi
merupakan sistem yang tercermin dalam berbagai cara dan
bentuk dengan tujuan untuk menjaga manusia dalam
menghadapi berbagai resiko masa depan dalam hidup atau
dalam perjalanan aktivitas ekonomi. Resiko itu meliputi
kejadian yang pasti, seperti proses kematian alami,
tenggelam, kebakaran, sakit kronis, dan hilangnya
sebagian anggota penting dalam suatu pekerjaan atau juga
kejadian bukan alami semisal pencurian, pembunuhan dan
kecelakaan. Selain diakibatkan karena musibah asuransi
juga memberikan pertanggungan bagi pendidikan anak
yang lebih dikenal dengan asuransi beasiswa. Di Indonesia
ada bermacam-macam nama perusahaan asuransi baik
yang menggunakan mekanisme konvensional maupun
mekanisme syar’i. Semua macam asuransi tersebut sama
didalam hal yang ditanggung hanya berbeda didalam
sistem kerja, terutama antara asuransi konvensional dan
asuransi syari’ah. Salah satu asuransi syari’ah yang ada di
Indonesia adalah asuransi takaful. Sistem yang digunakan
adalah mudharabah (bagi hasil). Asuransi takaful dapat
berfungsi sebagai lembaga yang memperhatikan
kepentingan masyarakat dalam masalah pertanggungan
terhadap harta, jiwa, pendidikan, kesehatan, haji dan
umroh. Asuransi takaful dikelolah oleh suatu lembaga
dengan menggabungkan antara tabarru’ dengan tabungan
dalam kelompok al’aqilah dengan sistem mudharabah.
Dalam pelaksanaan asuransi takaful tidak mengandung
54 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
unsur yang diharamkan seperti gharar, maisir dan riba.
Sangat jauh berbeda dengan asuransi konvensional.
Keyword: Asuransi, Takaful, Mudharabah dan Tabarru’
A. Pendahuluan
Setiap manusia yang hidup normal, diberi Allah SWT naluri
untuk mempertahankan keselamatan diri dan melakukan antisipasi
terhadap berbagai malapetaka atau musibah yang akan timbul.
Antisipasi dan menyelamatkan diri tersebut akan dilakukan secara
bervariasi tergantung kondisi mereka masing-masing. Berbagai bentuk
kemungkinan musibah atau malapetaka yang akan muncul, seperti
kematian, kecelakaan, musnah atau hilangnya harta akibat kebakaran
dan lain sebagainya adalah sesuatu yang mungkin terjadi dalam
kehidupan manusia.
Bencana atau musibah pada umumnya terjadi di luar kehendak
mereka yang tertimpa. Pada dasarnya semua orang tidak menginginkan
tertimpa musibah. Manusia sebenarnya ingin hidup dengan tenang,
selamat dan bahagia, karena itu mereka akan berusaha untuk
mendapatkannya, walaupun ada saja kemungkinan peristiwa buruk
akan datang menimpa mereka.
Usaha yang akan ditempuh manusia adalah menolak
kemungkinan timbulnya bahaya atau meminimalisir efek pasca bahaya
itu. Manusia baru mampu berbuat hal tersebut jika mereka
melakukannya secara bersama-sama. Artinya, usaha tolong-menolong
(al-ta’awuniyah) diantara mereka sangat menentukan keberhasilan
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 55
Qusthoniah
mereka dalam menanggulangi bahaya atau mudharat yang timbul oleh
bahaya tersebut.
Al-Qur’an dan sunnah memerintahkan umat Islam agar saling
berinteraksi positif baik antara sesama mereka maupun dengan pihak di
luar Islam. Dengan berinteraksi positif yang dikenal dengan istilah
muamalah mereka akan mendapatkan manfaaat yang berguna bagi
kehidupan mereka dan sekaligus dapat menolak atau mengurangi efek
mudharat yang akan timbul. Salah satu cara manusia menolak atau
mengurangi efek dari musibah yang mungkin mereka alami adalah
dengan menciptakan suatu bentuk mu’amalah, yaitu asuransi atau
jaminan pertanggungan atas kerugian dan musibah. Dalam konsep
Ekonomi Islam Kontemporer, jaminan pertanggungan tersebut dikenal
dengan istilah Takaful.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang Asuransi
Takaful tersebut yang meliputi; pengertian, konsep dan mekanismenya,
aturan-aturan tentang premi dan ganti rugi,
pengelolaan/pengoperasiannya serta analisa penulis terhadap
operasional Asuransi Takaful tersebut dengan mengemukakan telaah
ayat-ayat al-Qur’an, hadits dan kaedah-kaedah hukum yang berkaitan
dengan hal itu.
B. Pengertian Asuransi Takaful
Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris; insurance yang berarti
jaminan, seperti yang terdapat kalimat : It’s insurance to prepare for
any emergency (adalah jaminan yang baik untuk siap sedia terhadap
56 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
tiap-tiap keadaan darurat).1 Sedangkan dalam bahasa Arab ia sepadan
dengan kata ta’min atau dhammah.2
Munir al-Ba’albakiy dalam al-Mawrid memberikan defenisi
tentang asuransi sebagai berikut: “Jaminan pertanggungan dengan
didasari akad antara dua pihak, bahwa salah satu pihak akan
menanggung kerugian yang diderita pihak lain jika kerugian itu
timbul”.3
Defenisi asuransi seperti diungkapkan dalam Ensiklopedi Hukum
Islam adalah: “Transaksi perjanjian antara dua pihak; pihak yang satu
berkewajiban membayar iuran dan pihak lain berkewajiban
memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi
sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang
dibuat”.4
Pengertian asuransi diatas masih bersifat umum tanpa dikaitkan
dengan tuntunan syara’ dan tidak terikat dengan kemestian bebas dari
unsur riba, gharar (kemungkinan ada unsur penipuan, ketidakpastian)
1John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Cet xxl,
(Jakarta : PT. Gramedia, 1995), h. 326. 2Munir al-Ba'albakiy, al-Mawrid, Qamus Inkliziy 'Arabiy, Cet.xx, (Beirut :
Dar al-'Ilm li al-Malayin, 1986), h. 472. 3Ibid, terjemahan dari, ضما ن بعقد يتعهد فىه ا حدالفريقين بان
يعودعلىالاخر)اويكفله(عنداصابته با دئ معين4Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 1, (Jakarta :
Ichtiar Baru Van Hoee. 1996), h. 138. Lihat juga: Jalal Muhammad Ibrahim, al-
Ta'min, (TK: Dar al-Nahdhah, 1994), h. 29-35, yang menerangkan tentang defenisi,
al-Ta'min dengan beberapa perbandingan, di antarannya sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bilaniul, "suatu perjanjian antara pihak penanggung yang
berkewajiban untuk memberikan ganti rugi terhadap sitertanggung, atas kerugian
yang mungkin akan timbul kemudian, sebagai ganti dari uang yang disetorkan kepada
penanggung (premi) oleh sitertanggung".
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 57
Qusthoniah
dan maisir (untungan-untungan/perjudian). Ada empat pendapat
tentang Hukum asuransi konvensional.5
Terlepas dari empat pendapat tersebut, kebutuhan masyarakat
terhadap asuransi baik muslim maupun non muslim tetap ada, baik
masa sekarang maupun yang akan datang. Terutama dunia usaha yang
5Lihat, Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-
Lembaga Terkait (BAMUI dan Takaful) di Indonesia, Cet. Ke 2, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1997). Diterangkan bahwa para ulama Islam berbeda pendapat
dalam menetapkan hukum asuransi konvensional (nama untuk asuransi yang tidak memakai sistem syari'ah. Pen). Perbedaan tersebut dapat dikelompokkan kepada
empat :
(a) Yang berpendapat bahwa asuransi konvensional tersebut, hukumnya haram
secara mutlak. Dengan alasan mengandung unsure perjudian, (maisir),
merupakan tukar-menukar mata uang secara tidak tunai ('akad sharf) dan suatu
bisnis yang digantungkan kepada hidup atau matinnya seseorang. Pendapat ini
dipegang oleh; Sayid Sabiq, Yusuf al-Qardhawi,
(b) Pendapat yang menghalalkan secara mutlak, dengan alasan bahwa tidak ada
ketentuan nash al-Qur’an dan hadits Nabi SAW yang melarangnnya, antara fihak
penanggung dan tertanggung ada kerelaan, maslahahnya lebih besar dari
mudharatnya dan termasuk kategori koperasi. Pendapat ini didukung oleh Abdul Wahab Khallaf, Muh. Yusuf Musa, Musthafa Zarqa' dan Muhammad Najetullah
Siddiqi.
(c) Kelompok yang berpendapat bahwa asuransi yang diperbolehkan adalah asuransi
yang bersifat sosial, sedangkan yang bersifat komersial tidak dibolehkan.
Pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahrah.
(d) Kelompok yang berpendapat bahwa hukum asuransi termasuk hukum yang
subhat.
Lihat juga, al-Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid 3, Beirut: Dar al-Fikr, 1992), h.
302-303, tampak secara tegas menolak keberadaan praktek asuransi dan
menggolongkan kepada mudharabah fasidah, serta lihat juga pembahasan yang
dikemukakan oleh: Hamzah Ya'qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam,
(Bandung : CV. Diponegoro, 1994), h. 289-315, mengutip pendapat Siddhiq Muhammad Amin al-Dhariri: bahwa tidak ada kemungkinan yang membenarkan
menggunakan hukum dharurat untuk asuransi konvensional. Jalan keluar yang
semestinya ditempuh ialah dengan jalan mengeluarkan asuransi dari bentuk
persetujuan yang komersial dan memasukkan dalam persetujuan yang bersifat
sosial (tabarru'). Sebagai jalannya ialah menjauhkan segala sarana yang menunju
kepada laba dan menjadikan asuransi seluruhnya sebagai pertanggungan yang
bersifat tolong-menolong (koperatif) yang digilirkan diantara para peserta
asuransi itu sendiri, sedangkan karyawannya digaji oleh pemerintah seperti
pegawai negeri lainnya.
58 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
sangat membutuhkan jaminan untuk menanggung kerugian akibat
faktor-faktor di luar batas kemampuan manusia. Namun kalangan
ulama Islam khususnya, tidak dapat menerima jika di dalam asuransi
terdapat unsur-unsur yang dilarang oleh syari’at Islam. Maka dibentuk
asuransi dengan sistem takaful, yang berusaha untuk menghindari
unsur-unsur riba, gharar, maisir dan dharar.
Lafal takaful berasal dari kata : kafala berarti mencukupi nafkah,
menanggung atau memelihara. Kemudian di mazidkan dengan pola bab
tafa’ul, menjadi : takafala-yatakafalu-takafulan, yang berarti
pertanggungang berbalasan atau saling menanggung.6 Di dalam Al-
Qur’an terpakai kata kafala dalam beberapa ayat, surah Ali Imran : 37
dan 44, Thaha : 40, al-Qashash : 12 bermakna, memelihara, begitu juga
dalam surah Shad: 32, Hud: 28, dan Nuh: 91.7
Sedangkan pengertiannya sebagai suatu konsep usaha mu’amalah
dapat dilihat kepada apa yang dikemukakan oleh Muhammad Syafi’i
Antonio. Menurutnya pengertian takaful adalah sebagai: konsep
perlindungan (asuransi) yang dijalankan sesuai dengan syari’ah Islam,
yang pada hakikatnya merupakan perjanjian kesepakatan bersama
antara sekumpulan orang untuk saling menjamin antara satu dengan
lainnya dalam menghadapi kemungkinan terjadinnya bencana atau
malapetaka.8
6A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, edisi ke-2,
(Surabaya : Pustaka Progresif, 1997), h. 1220. 7Faidhullah al-Husna al-Muqaddasiy, Fath al-Rahman li Thalib Ayat al-
Qur'an,(Beirut: al-Mathba'ah al-Aliyah, 1322 H), h. 391 8 Muhammad Syafi'i Antoni, Asuransi dalam Perspektif Islam, makalah
disampaikan dalam seminar Nasional tentang Asuransi Takaful tanggal 6 Januari
2001 di Padang, h.11.
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 59
Qusthoniah
Dengan demikian kata takaful di sini mempunyai dua pengertian,
yaitu yang pertama sebagai konsep dasar dari sistem yang dipakai
dalam asuransi syari’ah (Islamiy), dan yang kedua dipergunakan juga
sekaligus sebagai nama dari perusahaan atau syarikat usaha itu sendiri.
Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami
bahwa takaful pada dasarnya merupakan usaha kerjasama saling
melindungi dan menolong antara anggota masyarakat dalam
menghadapi kemungkinan mala petaka dan bencana. Seiring dengan
perkembangan dan kemajuan zaman, bentuk kerja sama tersebut
ditumbuhkembangkan sedemikian rupa menjadi perusahaan asuransi
takaful yang profesional.9 Itulah sebabnya Takaful kemudian juga
dikenal sebagai suatu lembaga keuangan berdasarkan syari’at Islam
yang bergerak dibidang asuransi. Untuk dapat melibatkan umat Islam
secara optimal terhadap usaha asuransi maka pada tanggal 25 Agustus
1994 di bentuklah Asuransi Takaful Keluarga, yang beroperasi dibawah
anak perusahaan PT. Syarikat Takaful Indonesia. Selain PT. Takaful, di
Indonesia sekarang berdiri lagi asuransi yang berdasarkan syari’ah
dengan nama Asuransi Syari’ah Mubarakah, Divisi Syari’ah Great
Eastern Life Insurance dan Divisi Syari’ah MAA Insurance.10
PT. Syarikat Takaful Indonesia dalam operasionalnya
menyediakan dua bentuk perlindungannya, a) Takaful Keluarga; yang
memberikan perlindungan finansial terhadap diri atau jiwa peserta. b)
Takaful Umum; yang memberikan perlindungan finansial terhadap
9Ibid., h. 5 10Muhammad Syafi'I Antoni, Urgensi SDM Ekonomi Syari'ah, dalam
Republika, tanggal 29 April 2002, h. 1 dan 11.
60 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
harta benda milik peserta. masing-masing punya jenis-jenis
perlindungan sebagai berikut :
1. Takaful Keluarga, yang ditawarkan adalah :
a. Takaful Berencana, yaitu program yang dipergunakan bagi yang
bermaksud untuk menyiapkan dana baik sebagai bekal persiapan
dihari tua maupun untuk ahli warisnya.
b. Takaful Pembiayaan, yaitu penjaminan atas sisa hutang
seseorang jika dia meninggal sebelum dilunasi.
c. Takaful Pendidikan, yaitu diperuntukan bagi mereka yang ingin
mempersiapkan dana pendidikan untuk masa depan putra-
putrinya.
d. Takaful Berjangka, yaitu diperuntukan untuk perusahaan yang
bermaksud menyiapkan dana untuk ahli waris karyawan/anggota
apabila yang bersangkutan meninggal dunia.
e. Takaful Dana Haji, yaitu untuk persiapan dana bagi mereka yang
akan melaksanakan ibadah haji.
f. Takaful Kesehata, yaitu program yang ditujukan untuk keluarga
atau perusahan yang bermaksud menyiapkan dana kesehatan
untuk anggota keluarga atau karyawannya.
2. Takaful Umum, yang ditawarkan adalah:
a. Takaful Kebakaran (Fire Insurance), yaitu berupa pemberian
perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai
akibat terjadinnya kebakaran yang disebabkan percikan api,
sambaran petir, ledakan dan kejatuhan pesawat terbang berikut
resiko yang ditimbulkannya.
b. Takaful Kendaraan Bermotor, (Motor Vehicle Insurance), yaitu
perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan secara
sebagian (partial Loss) atau maupun secara keseluruhan (Total
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 61
Qusthoniah
Loss) akibat kecelakaan atau tindak pencurian serta tanggung
jawab hokum kepada pihak ketiga.
c. Takaful Pengangkutan, (Cargi Insurance), yaitu perlindungan
terhadap kerugian dan atau kerusakan pada barang-barang atau
pengiriman uang sebagai akibat alat pengangkutannya
mengalami musibah atau kecelakaan selama dalam perjalanan
melaui laut, udara dan darat.
d. Takaful Rekayasa, (Enginering Insurance), yaitu perlindungan
terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai akibat yang
berkaitan dengan perkerjaan pembangunan beserta alat-alat
berat, pemasangan kontruksi baja/mesin dan akibat
beroperasinya mesin produksi secara tanggung jjawab hukum
kepada pihak ketiga.
e. Takaful Aneka (General Accident Insurance), yaitu
perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai
akibat resiko-resiko yang tidak dapat ditutup pada polis-polis
yang sudah ada.11
C. Konsep Takaful
1. Konsep Dasar Asuransi Takaful
Keberadaan Asuransi Takaful dilandasi oleh tiga konsep
dasar, yaitu; Adanya saling bertanggung jawab, adanya saling
11Sumito, op.cit., h. 172-173. Bentuk-bentuk di atas hanyalah sebagian dari
produk Asuransi Takaful yang dikemukakan sebagai contoh, masih ada produk lain
yang tidak dicantumkan dan tidak menolak kemungkinan dibuat produk baru sesuai
dengan kebutuhan dan pemasaran Takaful. Lihat pada lampiran makalah; Profil
Perusahaan PT. Syarikat Takaful Indonesia.
62 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
berkerjasama dan adanya saling melindungi antara sesama
muslim.12
a. Tuntunan agar umat Islam mewujudkan bentuk saling bertanggung
jawab antara satu dengan yang lain, dapat ditemukan di dalam al-
Qur’an maupun Hadits Nabi SAW, antara lain:
وعن بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:
سئ كلكم ر كلكم م عيته....)رواهالبخاري(ول ع ن اع و ر 13
Dari Abdullah Ibn ‘Umar ra. Dari Nabi SAW, beliau
bersabda: “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap
pemimpin bertanggungjawab terhadap orang-orang yang
dipimpinnya..."(HR al-Bukhari)
عن النعمابن بشيرقال : رسول الله ص م : مثل المؤمنين في تراحمهم
وتواددهم وتعاطفهم كمثل الجسدادااشتكى عضوتداعى
14لهسالرالجسد)رواهالبخاريومسلم(
Dari al-Nu'man ibn Basyir: "Telah bersabda Rasulullah SAW:
Bahwa perumpamaan orang-orang muslim dalam hubungan
persaudaraan dan kasih sayang, saling rasa cinta mereka ibarat
satu tubuh yang jika salah satu anggotanya sakit, maka
sakitlah seluruh badan". (HR. al-Bukhari Muslim).
Dengan menjadi peserta asuransi takaful berarti masing-
masing anggota telah sama-sama terikat perjanjian untuk saling
bertanggung jawab dalam kesepakatan dan akad yang terjadi
antara peserta dengan perusahaan asuransi takaful maupun
12Lihat; Nasrun Haroen, Asuransi Menurut Hukum Islam, (Padang: IAIN IB
Press, 1999). H. 140-143. 13Imam Muhammad ibn Ismail ibn al-Mughirah al-Bukhari, Shahih al-
Bukhari, jilid IX (Beirut : Dar al-Fikr,tt), h. 77 14Imam Muslim ibn al-Hajjaj, Shahih Muslim, Jilid 5, (Beirut: Dar al-Kutub
al-'Ilmiyah, 1983), h. 44
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 63
Qusthoniah
antara peserta satu dengan yang lainnya. Perusahaan
bertanggung jawab mengelola premi sedangkan peserta
bertanggung jawab untuk membayar premi. Kedua pihak satu
dengan yang lainnya harus memenuhi akad yang telah dibuat.
Perusahaan juga berkewajiban untuk membayarkan manfaat
takaful jika seandainnya ada klaim dari peserta yang tertimpa
musibah.
b. Adanya tuntunan agar saling berkerja sama dan membantu
antara sesama manusia, berdasarkan firman Allah SWT, surah
al-Maidah ayat 2 :
ر وتعاونوا عل ٢ ٱلتقوى و ٱلبر "Hendaklah kamu saling tolong-menolong dalam kebaikan
dan ketakwaan"
Dengan sistem takaful dapat diwujudkan kerja sama yang
saling menguntungkan antara sesama peserta dan antara peserta
dengan perusahaan Asuransi Takaful. Kerja sama saling
menguntungkan itu dilaksanakan dalam sistem yang memenuhi
unsur kebijakan dan ketakwaan, yang direalisasikan dalam
bentuk pemberian dan santunan kepada peserta yang mendapat
musibah dan kerjasama dalam bentuk investasi dengan sistem
bagi hasil yang menghindarkan segala usaha dari unsur riba,
maisir, gharar dan dharar.
c. Adanya tuntunan untuk saling melindungi. Hal ini terungkap
dalam sabda Rasulullah SAW :
64 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
عن عبدالله بن عمر عن النبي صلى الله عليه و سلم قال: المسلم من سلم
لمهاجر من هاجر ما نهى الله عنه )رواه البخا المسلمون من لسانه ويده وا
15ري(
Dari Abdullah Ibn ‘Amr dari nabi SAW bersabda:”Orang
muslim adalah orang yang menyelamatkan orang-orang
muslim lainnya dari bahaya lidah dan perbuatan tangannya,
sedangkan orang yang berhijrah itu adalah orang yang
meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah”. (HR. al-
Bukhari)
Antara sesama peserta saling melindungi dan saling
menyelamatkan atas kebutuhan dan kepentingan peserta lainnya
sesuai dengan perjanjian. Jika seorang peserta meninggal dunia
maka anak, isteri atau ahli warisnya akan mendapatkan bantuan
derma (bersifat hibah) berupa sejumlah dana. Dengan dana
tersebut diharapkan kebutuhan anak yatim atau ahli warisnya
yang tinggal akan dapat terpenuhi.
2. Bentuk Perjanjian/kontrak
Bentuk kontrak yang dipakai oleh Asuransi Takaful dengan
peserta, didasari kepada nilai-nilai syari’ah, yaitu al-takaful (konsep
saling melindungi) dan al-mudharabah (konsep usaha atas dasar
bagi hasil).
a. Konsep saling melindungi atau saling menjamin antara
sesama peserta yang disebut dengan (al-takaful). Konsep ini
15Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Isma'il ibn Ibrahim ibn al-Mughirah
al-Bukhari, Shahih al- bukhari, Jilid I. (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1999/1420),
h.11
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 65
Qusthoniah
dapat dirujuk kepada konsep lembaga al-aqilah16 yang
terdapat dalam praktek hukum Islam. Pada masa Rasulullah
SAW, bila terjadi pembunuhan yang tidak sengaja atau
perlukaan fisik maka si pelaku akan dijatuhi denda dengan
membayar diyat kepada sikorban atau keluargannya. Konsep
saling menjamin dan melindungi dapat terealisasi melalui
mekanisme tabarru’. Dana tabarru’ yakni uang yang
dibayarkan sebagai infak (yang termasuk kedalam premi),
digunakan untuk saling melindungi dengan cara memberikan
bantuan kepada peserta yang mendapat musibah. Dana
tabarru’ sesuai dengan akad perjanjian yang ditandatangani
oleh peserta diawal pendaftaran sebagai peserta, yang
diniatkan untuk infak semata-mata. Karena telah diniatkan
sebagai infak maka dana ini tidak dikembalikan lagi kepada
peserta. Sebagaimana terdapat dalam akad yang berbunyi :
“Berdasarkan prinsip takaful maka dengan ini saya setuju
membayar kepada PT Asuransi Takaful Keluarga sebanyak
…% dari angsuransi Premi Takaful untuk dikreditkan dalam
Rekening Khusus sebagai tabarru’ untuk tujuan pembayaran
Manfaat Takaful bila ada Peserta Takaful yang meninggal
dunia dan sebanyak …% dikreditkan ke dalam Rekening
Peserta sebagai tabungan untuk tujuan pelaksanaan berbagai
program usaha yang dijalankan oleh PT Asuransi Takaful
Keluarga dalam rangka investasi. Karena itu berdasarkan
prinsip al-Mudharabah saya berhak mendapat keuntungan
16Lihat pengertian dan keterangan tentang al-'aqilah ini pada catatan kaki
no:36
66 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
dari hasil investasi dengan pembagian 60% untuk saya dan
40% untuk PT Asuransi Takaful Keluarga”.17
b. Konsep usaha atas dasar bagi hasil (al-Mudharabah)
direalisasikan dalam pengelolaan premi peserta (dana
tabungan ditambah dengan dana tabarru’ yang disatukan)
dengan menginvestasikan oleh perusahaan (Syarikat
Takaful). Hasil kauntungan dari investasi tersebut akan dibagi
sebagaian untuk peserta dan sebagiannya untuk perusahaan.
Besar bagi hasil telah ditetapkan pada awal seperti 60% untuk
peserta dan 40% untuk perusahaan, atau sebagaimana
terdapat dalam perjanjian.
D. Mekanisme Premi Takaful
Di dalam mekanisme pengoperasiannya, terdapat dua bentuk
pelayanan terhadap peserta yang disebut dengan produk, yaitu :18
1. Premi dengan Unsur Tabungan,
a. Rekening Tabungan, yaitu kumpulan dana yang merupakan
milik peserta dan dibayarkan bila :
- Perjanjian berakhir
- Peserta mengundurkan diri
- Peserta meninggal dunia
17Perjanjian ini tercantum dalam Aplikasi Takaful yang diterbitkan oleh PT.
Asuransi Takaful Keluarga dan mesti diisi sebelum seseorang diterima menjadi
peserta. 18Tim Penyusun Basic Training, Modul 20021, (TK: Diklat Deperteman PT.
Asuransi Takaful Keluarga, 2001), h. 36
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 67
Qusthoniah
b. Rekening Khusus, yaitu kumpulan dana ynag diniatkan oleh
peserta sebagai derma untuk tujuan saling membantu dan
dibayarkan bila :
- Peserta meninggal dunia
- Perjanjian berakhir, jika ada surplus dana.
Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan
prinsip syari’ah. Hasil investasi dibagikan menurut
sistem bagi hasil (al-Mudharabah) 60% untuk peserta
dan 40% untuk perusahaan.
2. Premi Tanpa Unsur Tabungan
a. Setiap premi yang dibayar oleh peserta setelah dikurangi
biaya pengelolaan dimasukkan kedalam rekening khusus
(kumpulan dana).
b. Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan prinsip
syari’ah.
c. Hasil investasi dimasukkan kedalam dana peserta kemudian
dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi
reasuransi).
d. Surplus kumpulan dana peserta dibagikan dengan sistem bagi
hasil (al-Mudharabah), 40% untuk peserta dan 60% untuk
perusahaan.19
Besar jumlah pembagian dari premi untuk tabarru’ dan
tabungan dicantumkan berdasarkan persentase seluruh premi dari
seorang peserta. Jumlahnya telah ditentukan oleh perusahaan
19Ibid., h. 37
68 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
berdasarkan jenis produk yang diambil peserta, misalnya, untuk
produk Takaful Dana Siswa, tabarru’nya 7,5% dari seluruh jumlah
premi. Namun jika peserta, berdasarkan keterangan dokter
menginap penyakit berindikasi berbahaya, maka dana tabarru’nya
akan dinaikkan, misalnya akan menjadi 8 % dari seluruh preminya.
Dalam keadaan biasa, yaitu peserta sehat tidak terindikasai sakit;
jumlah premi setahun adalah Rp. 1.000.000,00 maka tabarru’nya
Rp. 75,000,00 dan tabungannya Rp. 925.000,00 sedangkan asumsi
investasi diperkirakan 12% pertahunnya. Dengan masa perjanjian
berlangsung 17 tahun maka jumlah seluruh premi adalah
Rp.17.000,000,00 yang terbagi kepada :20
a. Dipotong 30% dari premi tahun pertama (30% x
Rp.1.000,000,00) sebagai biaya pengelolaan untuk
perusahaan21= Rp. 300.000,00
b. Tabarru’ 7,5% dari Rp. 17.000,000,00=Rp. 1.275.000,00
c. Tabungan uang murni dari peserta adalah [Rp. 17.000,000,00
– (300.000,00 + 1.275.000,00)] = Rp. 15.425.000,00
Karena dana tersebut diinvestasikan maka peserta
mendapatkan bagi hasil keuntungan tiap tahunnya. Pembagian
keuntungan ditetapkan berdasarkan premi yang ada pada tahun
tersebut. Peserta pada tahun ke 5 (anak masuk SD) mendapat
pengembalian dana premi (yang disebut Tahapan Dana Pendidikan,
sebanyak 10% dan MT (Manfaat Takaful Awal) = Rp.
20Diambil dari contoh yang terdapat dalam : Tim Penyusun Basic Training,
op.cit, h. 49 21Tercantum dalam pernyataan pada Aplikasi Keluarga, op.cit.
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 69
Qusthoniah
1.700.000,00. Tahun ke 11 (masuk anak SMP) mendapat 15% dari
MT = Rp. 2.550.000,00. Tahun ke 14 (anak masuk SLTA)
mendapat 20% dari MT = Rp. 3.400.000,00. Tahun ke 17 (anak
masuk ke PT) mendapat 40% dari MT = Rp. 6.800.000,00.
Dengan demikian jumlah seluruh dana Tahapan Pendidikan
yang diterima sebanyak 4 kali berjumlah Rp. 14.450.000,00.
Pada tahun ke 18 sampai 21 peserta tidak lagi membayar
premi, namun tetap menerima Thapan Dana Pendidikan lagi 4 kali
yang diambil dari saldo Rekening Tabungan (SRT). Saldo
Rekening Tabungan adalah jumlah akhir saldo tabungan tahun
tersebut di tambah dengan bagi hasil mudharabahnya. Diberikan
berturut-turut; tahun ke 18 sebanyak 25% x SRT = Rp. 3.050.60,00.
Tahun ke 19 menerima lagi sebesar 35% x SRT = Rp. 3.433.710,00.
Tahun ke 20 sebanyak 50% x SRT = Rp. 3.664.110,00. Jumlah
semua Rp. 13.556.393,00.
[Bila dana Tahapan Pendidikan dijumlahkan seluruh
sebanyak yang diterima 8 kali tersebut maka berjumlah sebesar Rp.
28.016392,00].
70 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
Namun jika peserta meninggal dunia pada tahun ke empat
maka jumlah yang akan diterima oleh ahli waris peserta sebagai
berikut:
Rp. 28.016.392,00 (hubah untuk “tahapan dana pendidikan”, dibayar
bertahap).
Rp. 17.019.516,00 (dana kebajikan untuk ahli waris/tabarru’).
Rp. 3.400.000,00 (jumlah tabungan yang terkumpul).
Rp. 619.516,00 (bagi hasil laba mudharabah). +
Rp. 49.055.424,00 (jumlah total manfaat takaful yang diterima)
Dana tabarru’ dari seluruh peserta yang dihimpun
(kumpulan tabarru’) oleh perusahaan diinvestasikan dan keluarkan
bila terjadi klaim manfaat takaful. Dana ini akan diambil sesuai
dengan besar manfaat takaful peserta yang bersangkutan. Karena
bagi setiap peserta, sesuai dengan jenis produk takaful yang
diambilnya dan jumlah tahun pembayaran preminya, akan
mendapatkan sejumlah dana bantuan yang disebut “manfaat
takaful” dengan jumlah yang sudah ditetapkan secara rinci dan
jelas.22
Dana yang diberikan dalam bentuk tabarru’ dan tahapan
dana pendidikan diatas, pada kasus telah meninggalnya si peserta
tersebut diberikan sebagai hibah, yaitu pemberian semata-mata
dengan dasar kerelaan tanpa mengharap imbalan dari pihak yang
diberi.23 Dana ini diperoleh dari kumpulan tabarru’ dan hasil
22Lihat pada lampiran, Profil Perusahaan, 23Nazih Hammad, Mu'jam al-Mushthalahat al-Iqtishadiyah Fi Lughah al-
Fuqaha : Cet. Ke 3, (Riyadh : al-dar al-'Ilmiyah Li al-Kutub Al-Islamiyah,
1995/1415), h. 343
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 71
Qusthoniah
investasinya. Sedangkan pada produk yang memakai tabungan,
andai kata peserta sampai habis masa perjanjian tidak mengajukan
klaim manfaat takaful, maka uang tabungannya dikembalikan
ditambah dengan bagi hasil keuntungan. Seandainnya dana tabarru’
yang diinvestasikan dalam keadaan surplus maka bagi hasil dari
tabarru’ juga diberikan. Kalau dana tabarru’ tidak mengalami
surplus maka bagi hasilnya tidak diberikan, karena dana ini semula
sudah diniatkan semata-mata sebagai sumbangan.
E. Skema Pengelolaan Dana Premi Takaful24
1. Premi dengan Unsur Tabungan
24Lihat: Tim Penyusun Basic Traning, op.cit, h.36-37
72 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
2. Premi Tanpa Unsur Tabungan
Mekanisme pengelolaan dana secara rinci dapat diuraikan
sebagai berikut:25
Pertama, Pengelolaan Dana Takaful Keluarga
a) Premi Takaful yang diterima dimasukan kedalam “Rekening
Tabungan” yaitu rekening tabungan peserta dan “Rekening
Khusus (tabarru’)” yaitu rekening yang khusus disediakan untuk
kebaikan berupa pembayaran klaim (manfaat takaful) kepada
ahli waris jika di antara peserta ada yang ditakdirkan meninggal
dunia atau mengalami musibah lainnya.
b) Premi Takaful tersebut disatukan dalam kumpulan dana peserta,
kemudian dikembangkan melalui investasi proyek yang
dibenarkan Islam, dengan menerapkan prinsip al-mudharabah
sesuai dengan kesepakatan misalnya 60% untuk peserta dan 40%
umtuk perusahaan.
25Warkum Sumito, op.cit,. h 173-175
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 73
Qusthoniah
c) Dari keuntungan peserta yang 60% itu dimasukkan dalam
rekening tabungan dan rekening khusus secara propesional.
Sedangkan keuntungan perusahaan sebesar 40% dipergunakan
untuk pembiyaan operasional perusahaan.
Kedua, Pengolaan Dana Takaful Umum
a) Premi yang diterima dimasukkan ke dalam rekening khusus
(Tabarru') yaitu rekening yang khusus disediakan utuk
pembayaran klaim kepada peserta jika sewaktu-waktu tertimpa
musibah baik terhadap harta maupun diri sendiri.
b) Premi Takaful tersebut dimasukkan ke dalam "Kumpulan Dana
Peserta", kemudian dikembangkan melalui investasi proyek
yang dibenarkan Islam.
c) Keuntungan investasi yang diperoleh dimasukkan ke dalam
"Kumpulan Dana Peserta".
d) Setelah dikurangi beban asuransi (klaim, premi reasuransi) dan
jika masih terdapat kelebihan, maka kelebihan itu akan dibagi
menurut prinsip al-mudharabah.
e) Keuntungan peserta akan dikembalikan kepada peserta yang
tidak mengalami musibah. Sedangkan keuntungan perusahaan
akan digunakan untuk pembiyaan operasional perusahaan.
Realisai dari pengelolaan dana premi peserta terkumpul
diinvestasikan oleh perusahaan kepada empat cara yaitu dengan
sistem al-mudharabah, al-murabahah, al-musyarakah dan al-
wadhiah.26 Investasi dari premi (tabungan dan tabarru') oleh PT.
26 Lihat, Nasrun Haroen, Asuransi Menurut Hukum Islam, (Padang : IAIN IB
Press, 1999), h. 150-151.
74 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
Syarikat Takaful disalurkan kepada pihak lain yang dapat
mengelola dana sebagai modal usaha. Kontrak investasi dilandasi
prinsip-prinsip mu’amalah dalam Islam.
Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengelolaan maka PT.
Syarikat Takaful diawasi oleh Dewan Pengawas Syari'ah yang
terdiri dari para ulma yang ahli dalam ekonomi dan Hukum Islam,
yaitu: Prof. KH. Ali Yafie, Prof. KH. Ibrahim Hosen, LML (alm),
H.M. Syafi'i Antonio M.Ec, KH. Dr. Didin Hafiduddin dan Prof.
Madya Dr. Ahmad Shabari. Dewan pengawas inilah yang
berkewajiban untuk mengarahkan agar semua jenis produk dan
usaha investasi dijalankan sesuai dengan ketentuan mu'amalah
Islamiyah. Seluruh bentuk produk dan bentuk investasi terlebih
dahulu melalui persetujuan mereka. Setelah dikaji terlebih dahulu
secara mendalam menurut hukum Islam, jika memenuhi syarat,
maka barulah produk dan bentuk pengelolaan tersebut
dilaksanakan.
Apabila terjadi musibah besar-besaran pada satu Asuransi
Takaful tersebut maka akan ditanggung secara bersama-sama
dengan Asuransi Takaful yang ada diseluruh dunia. Sebab setiap
Asuransi Takaful adalah peserta dari re-takaful, yakni himpunan
dari seluruh Asuransi Syari'ah di dunia. Bila terjadi kekurangan atas
sebuah Asuransi Takaful atau banyaknya terjadi klaim atas manfaat
Takaful maka kekurangan dana akan ditanggung oleh Re-Takaful
dunia. Dengan demikian para peserta tidak perlu merasa khawatir
atas premi yang disetorkan jika terjadi klaim besar-besaran. Di sini
tampak adanya upaya penjaminan bertingkat sebagai upaya
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 75
Qusthoniah
antisipasi atas kemungkinan buruk yang akan terjadi, termasuk
untuk PT. Syarikat Takaful sendiri.
F. Analisis Penulis
Melihat kepada kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan
Asuransi Takaful, maka keberadaan tersebut dapat digolongkan kepada
kebutuhan yang bersifat al-hajjiyah, yaitu sesuatu yang keberadaanya
dibutuhkan untuk memperoleh tercapainya kebutuhan yang
keberadaanya dibutuhkan unyuk mempermudah tercapainya kebutuhan
pokok (al-dharuriyah). Karena asuransi takaful mempermuah dan
meringankan beban hidup para pesertanya ketika mendapat musibah (Li
Raf'i al-Musyaqqah wa daf'i al-haraj)27. Pada saat terkena musibah,
seseorang sangat membutuhkan bantuan dari pihak lain, apalagi bagi
mereka yang menjadi dengan tanggungan beberapa orang anak yang
masih kecil-kecil sementara dia tidak punya pekerjaan. Begitu juga
dengan seorang pengusaha yang pabriknya terbakar, tidak hanya
terdapat untuk diri dan keluarganya saja tetapi juga untuk seluruh
karyawannya dan keluarga mereka. Dengan menjadi peserta asuransi
Takaful semua hal tersebut dapat ditanggulangi secara bersama-sama
yang dananya di ambil dari kumpulan tabarru' seluruh peserta. Kalau
melihat kepada faktor-faktor ini keberadaan Asuransi Takaful dapat
dikolomkan kepada kebutuhan yang bersifat al-hajjiyah.
Peserta lain, yang tidak mendapat musibah atau meninggal dunia
walaupun mereka tidak memperoleh "manfaat takaful" atas dasar klaim
27 Ali Hasaballah, Ushul al-Tasri' al-Islami, Cet. Ke 4, (Mesir : Dar al-
Ma'arif, 1991/1391), h. 297.
76 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
karena musibah, namun mereka tetap mendapatkan keuntungan pahala
disisi Allah SWT, karena dana yang mereka berikan sebagai tabarru'
berdimensi sedekah. Sebab pada awal menyetorkan dana tabarru'
memang sudah diniatkan sebagai sedekah untuk kebajikan serta tidak
diniatkan untuk diterima kembali. Firman Allah SWT, Surah al-
Baqarah; 265:
ٱلرينر إركراه فر لا ي ن مر ٱلرشد قد تبي ر ر ٱلغ وتر ٱلط غ فمن يكفر بر ر ويؤمرن ب ر ٱستمسك فقدر ٱلل لها و ٱنفرصام ل لوثق ٱ ٱلعروةر ب ٱلل
٢٥٦سمريع علريم “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan
hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk
keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di
dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak
menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah
Maha melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah:
265).
Sesuai sabda Rasulullah SAW berkaitan dengan perbuatan baik
yang memberikan bantuan konsumtif ataupun perlindungan terhadap
orang yang dikenal maupun tidak dikenal:
قال عبدالله عمرو : ان رجلا سال رسول الله صلعم : اى اسلام خىر
؟ قال : تطعم الطعام وتقراالسلا م على من عر فت و من لم تعرف
28ه البخارى()روا Abdullah ibn 'Amr berkata, ada seorang laki-laki bertanya
kepada Rasulullah SAW: "perbuatan apa yang terbaik
didalam Islam?" : beliau bersabda: "Engkau memberi makan
28Ibid,. h. 15
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 77
Qusthoniah
dan mengucapkan salam, kepada siapa saja yang engkau kenal
maupun yang engkau tidak kenal". (HR. al-Bukhari)
Inti dari member makan dan salam terhadap orang lain baik yang
dikenal maupun yang tidak dikenal adalah suatu perlindungan dan
pertolongan. Hal ini muncul didalam asuransi takaful, maksudnya para
peserta tidak mungkin akan saling kenal-mengenal secara menyeluruh
satu dengan yang lain. Walaupun demikian tidak menghalangi untuk
memberikan bantuan. Dalam hal ini Asuransi Takaful adalah bertindak
sebagai penghubung sekaligus ' amil untuk tabarru', disamping itu juga
sebagai mudharib untuk menginvestasikan dana kumpulan tabarru' dan
kumpulan tabungan.
Dana yang dibayarkan untuk tabarru' adalah semata-mata untuk
sedekah, dan berdimensi ibadah. Setiap sedekah yang di keluarkan
sejak semula tidak dimaksudkan untuk diterima kembali. Dari sistem
yang dipakai dalam tingkatan jumlah penanggungan atas dana
kematian, dibuat secara terbalik, tidak sesuai dengan setoran tabarru'
dengan jumlah dana yang akan diterima.29 Misalnya, untuk takaful dana
haji, pada tahun ke 2 preminya sudah berjumlah sebanyak Rp.10.
000.000,00 yang terbagi kepada; tabarru' Rp.175.000,00, + tabungan
Rp. 8.325.000,00 + jumlah bagi hasil Rp. 892.790. (sudah termasuk
potongan sebanya Rp. 1.500.000,00 pada tahun ke 1 untuk biayaan
pengelolaan perusahaan) maka nilai tunai premi peserta tersebut adalah
Rp. 9.187.790,00. Dana kematian yang disediakan adalah sebanyak Rp.
40.000.000,00. Jika peserta meninggal pada tahun ke 2 tersebut maka
29 Lihat pada contoh grafik Manfaat Takaful Dana Haji, hal. 11 makalah ini.
78 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
ia akan memperoleh manfaat Takaful (klaim) sebanyak Rp.
49.187.790,00. Pada tahun ke 3 dengan jumlah tunai premi Rp.
15.115.511,00 sedangkan dana kematian turun menjadi
Rp.35.000.000,00. Demikian seterusnya, dana kematian akan turun dari
tahun ketahun 3 seingga pada tahun ke 10 dengan jumlah premi Rp.
50.000.000,00 (yang terdiri dari; tabarru' Rp.875.000,00 + tabungan
Rp.47.625.000,000.00 – Rp. 1.500.000,00 untuk uang pengelolaan pada
tahun ke 1) + jumlah bagi hasil Rp. 22.819.808,00, dana kematiaannya
nihil (Rp. 0). Andaikata peserta meninggal pada tahun ke 10 tersebut,
maka dia tidak lagi menerima dana kematian, tetapi jumlah klaim tetap
lebih besar diterimanya yaitu Rp. 70.444.808,00. Yaitu menyebabkan
jumlahnya besar adalah karena jumlah bagi hasilnya pada tahun ke 10
telah mencapai Rp. 22. 819. 808, 00. Walaupun terjadi penyusutan atas
dana kematian seseorang peserta tahun demi tahun, namun jumlah
klaim tetap bertambah besar, akibat adanya bagi hasil dari tabungan
yang terus bertambah. Mereka yang meninggal tahun ke 1 dapat klaim
sebanyak Rp. 48. 658. 200,00, bagi yang meninggal pada tahun ke 2
klaimnya sebesar Rp. 49. 187.790,00, yang tahun ke 6 sebesar Rp.
55.584.579,00.
Tidak sesuainya dana kematian dengan jumlah premi adalah
karena ia diambil dari sedekah, tidak terikat kepada jumlah premi.
Sebab pada tahun ke 10 itupun tabarru' peserta baru sejmlah Rp.
875.000,00 sebagai jumlah tertinggi untuk pengumpulan selama 10
tahun. Jadi tidak releven kalau jumlah tabarru' disangkutkan dengan
jumlah dana kematian peserta. Hal ini baru terjawab, kalau difahami
bahwa tabarru' adalah sedekah yang diberikan melaui 'amil (Asuransi
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 79
Qusthoniah
Takaful) untuk disalurkan atas dasar tinggi rendahnya manfaat dana itu
atas seseorang.
Menurut penulis, Asuransi Takaful sebagai badan yang dipercaya
mengelola kumpulan sedekah tersebut dapat disamakan dengan 'amil
(pengelola) pada zakat atau nazir pada harta wakaf sekaligus mudharib
terhadap dana tabarru' yang tertangguh (yang belum diberikan kepada
mustahiqnya, yaitu peserta yang kena musibah). Dalam hal ini tidak ada
masalah jika si pembayar premi tidak mnerima lagi uang dari tabarru'
nya karena ia sedekah. Sedangkan pemberian manfaat takaful kepada
peserta yang tertimpa musibah dapat digolongkan sebagai hibah atau
sedekah. Tidak ada larang agama terhadap hal ini, bahkan yang ada
justru anjuran untuk saling berbuat baik.
Bagi mereka yang menerima tabarru' tidak dapat dikatakan
meminta kembali hibah atau infak yang telah diberikan. Karena apa
yang diterimanya jauh lebih besar ketimbang apa yang diberikannya
jika dia terkena musibah pada tahun sebelum habis perjanjian. Bagi
mereka yang telah sampai pada tahun terakhir perjanjian justru tidak
lagi mendapat porsi dana tabarru' kalau dia meninggal pada tahun
terakhir.
Konsekwensi dari pemberian berupa sedekah atau infak ialah,
bahwa sipemberi tidak boleh lagi meminta apa yang telah diberikan,
sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.
وعن بن عباس رزض قال:قال رسول الله صلعم : العا ئدفى هبته كالكب
30يقيس ثم يعودفي قيسه )متفق عليه(
30Muhammad ibn Isma'il ibn Shalah al-Amir al-Kahlani al-Shan'ani, Subul
al-Salam, Jilid 3, (Indonesia: Maktabah Dahlan, TT), h. 90
80 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
"Dari ibn 'Abbas r.a dia berkata: telah bersabda Rasulullah
SAW: "orang yang minta kembali apa yang telah
dihibahkannya laksana seekor anjing yang memakan kembali
apa yang telah dimuntahkan" (HR. Muttafaq 'alaih)
Hadist diatas menjadi dalil atas haramnya meminta kembali harta
yang telah dihibahkan atau diinfakkan. Perbuatan tersebut sangat
tercela sekali, sehingga disamakan dengan perangai binatang (anjing)
yang memakan kembali sesuatu yang telah dimuntahkannya, yang
dalam kenyataan anjing pun jarang melakukannya.
Sehubungan dengan niat awalnya tidak ditentukan/terikat sebagai
jenis infak tertentu, maka ada kebebasan perusahaan untuk
mengelolanya. Karena itu dana tabarru' tidak sama dengan zakat yang
terikat penggunanya. Pada tabaru' ada kemungkinan yang
memperolehya adalah orang yang miskin, tetapi orang yang tergolong
menengah atau bahkan kaya. Misalnya Ahmad, seorang pengusaha
yang sukses, mempunyai harta kekayaan yang cukup banyak, ikut
dalam Asurani Takaful dana siswa. Jika dia meninggal maka ahli
warisnya mendapat hibah berupa tahapan tanah pendidikan dan
tabarru'. Sedangkan tanpa hibah dan tabarru' tersebut istrinya mampu
untuk membiayai anak-anak yang ditinggalkan dengan warisan yang
ada. Keadaan seperti ini dapat dijangkau dengan hibah dan tabarru',
tetapi tidak bisa dijangkau dengan dana zakat. Luasnya kemungkinan
penggunaan dana tabarru' tersebut membuat dimensinya bervariasi. Ia
akan berfungsi sebagai sedekah untuk orang yang miskin, atau hibah
untuk orang kaya. Mungkin inilah alasan mengapa dipakai istilah
tabarru' yang berarti sumbangan untuk dana kebaikan timbal-balik.
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 81
Qusthoniah
Banyak sekali ayat yang menganjurkan umat Islam untuk
berinfak demi kepentingan agama, kerabat dan masyarakat. Namun
semua infak tersebut harus diniatkan untuk kebaikan demi mematuhi
perintah Allah dan memperoleh keridhoan-Nya. Karena dengan dasar
niat yang benar maka infak tersebut baru dinilai di sisi Allah SWT,
Sabda Rasulullah SAW:
قال عمربن الخطاب سمعت رسول صزم يقول : انماالاعمال بالنيات
وانمالكل امرئ مانوي فمن كانت هجرته الى دنيايصيبهااوالى امراه
31ه الى ماهجراليه)رواه البخاري(ينكحهافهجرت
"Sesungguhnya suatu perbuatan itu dinilai berdasarkan niat
pelakunya. Bagi setiap pelaku perbuatan memperoleh balasan
sesuai dengan niatnya, siapa yang berhijrah untuk maksud
harta dunia atau ingin menikahi seorang perempuan maka
nilai hijrahnya hanya untuk yang ia dapatkan itu saja." (HR.
al-Bukhari).
Kumpulan premi seluruh peserta dikelola dalam bentuk usaha
yang disesuaikan dengan aturan Mu'amalah Islamiyah, sehingga tidak
ada dana yang diperoleh dengan cara riba. Berdasarkan kesepakatan
para fuqaha' Islam, bahwa bermu'amalah dengan cara; al-Mudharabah,
al-Musayarakah, al-Murabahah, dan al-Wadi'ah dapat dibenarkan
karena tidak mengandung unsur yang dilarang syara'. Bahkan tergolong
pada ‘umur al-Hajjiyah yang bertujuan untuk kemaslahatan umat.
Berpijak pada kaidah :
31 Imam Abi 'Abdillah Muhammad Ibn Isma'il ibn Ibrahim ibn al-Mughiroh
al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid 1, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1999/1420),
h.5
82 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
الاصل في الاشياالاباحتى يدل الدليل على تحريمها32
"Seluruh bentuk mu'amalah pada dasarnya boleh, sampai
datang ketentuan yang jelas melarangnya".
Untuk menentukan hukum atas suatu bentuk mu'amalah, yang
belum ada aturannya dalam nash secara tegas, maka prinsip diataslah
yang dipakai. Sebab sifat dasar dari syari'ah bukanlah untuk
menyempitkan kehidupan masyarakat, akan tetapi mengaturnya untuk
menghasilkan kemaslahatan hidup duniawi dan ukhrawi. Allah SWT
berfirman didalam surah al-Baqarah: 185
يرريد ركم ٱلل ركم ٱليس ب لعس ٱول يرريد ب“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu”.
Agar manusia tidak terlalu terkekang dengan peraturan yang
terlalu rinci terutama dalam persoalan mu'amalah, Allah sendiri telah
menegur orang yang terlalu banyak Tanya kepada Nabi Muhammad
SAW tentang persoalan-persoalan yang tidak pokok. Firman Allah
SWT dalam surah al-Maidah ayat 101 :
ها يأ رين ي ل تس ء ٱل اء إرن تبد لكم امنوا شيا
عن أ لوا
تسؤكم "Hai orang-orang yang beiman, Janganlah kamu
mempertanyakan hukum atas sesuatu yang tidak diterangkan,
32 Al-Imamah Jalaludin, 'Abdurrahman al-Suyuthi, al-Asbah wa al-Nazha'ir,
(Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1983), h.60
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 83
Qusthoniah
jika nanti ditetapkan hukumnya, maka akan menjadikan kamu
memikul beban yang berat".
Ayat tersebut sangat memberikan peluang manusia untuk
berinovasi, berusaha menciptakan kreasi baru dalam dinamika
mu'amalah yang dapt memenuhi kebutuhan hidup namun punya fungsi
ibadah sosial (al-'ubudiyah al-Ijtima'iyah). Tujuan agam tidaklah untuk
memberatkan manusia, tetapi untu mamberikan pedoman agar manusia
dapat memperoleh kebahagiaan hidup dengan cara yang benar dan
terhindar dari berbuat zalim. Berkaitan dengan Asuransi Takaful,
karena tidak mempunyai sifat riba, maisir, dan dharar maka tidak ada
persoalan yang menjadikan terlarang menurut syara', kecuali kalau
dalam prakteknya terdapat penyimpangan dari aturan dan prinsip-
prinsip yang telah digariskan syari'ah.
Prinsip yang dipegang dalam pengelolaan dana ialah al-
Mudharabah33. Hal ini ditandai dengan: tidak berakibat hilangnya
(hangus) uang peserta ketika peserta menghentikan kontrak perjanjian
sebelum masa jatuh tempo berakhir, atau setelah jatuh tempo berakhir
tanpa ada klaim, sebagaimana terdapat dalam asuransi konvensional.
Dengan demikian tidak terapat unsur judi: yakni satu pihak dirugikan
karena menanggung keuntungan untuk pihak lain yang didasari faktor
33 Al-Mudharabah adalah sistem bagi hasil atas keuntungan dan resiko
anatara pemilik modal dengan pelaksana usaha. Bila dalam usaha investasi tersebt
menghasilkan keuntungan, maka keuntungan itu dibagi dua antara pemilik modal
dengan pengelola yang besarnya masing-masing ditetapkan seauai dengan
kesepakatan kedua pihak demikian juga jika mengalami kerugian yang bukan
disebabkan oleh semata-mata kelalaian si pengelola. Lihat: Whbah al-Zuhaili, al-Fiqh
al-Islami wa Adillatuh, jus 4, (Damsiq : Dar al- Fikr 1989/1409), dan lihat juga: Nazih
Hammad, Mu'jam al-Mushthalahat al-Iqtishadiyah Fi Lughah al-Fuqaha', Cet. Ke 3,
(Riyadh : al-Dar al-'Ilmiyah li al-Kutub al-Islamiy, 1995/1415), h. 312
84 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
untung-untungan. Di sini letak perbedaan antara asuransi konvensional
yang mencari keuntungan semata dengan takaful yang bersifat tolong-
menolong dan bagi hasil.
Perlu pula diperhatikan bahwa ketika terjadi kontrak, para peserta
membayar premi, selama belum ada klaim peserta tidak menerima
“keuntungan material" dari dana tabarru', namun tentu dapat pahala,
jika niatnya sesuai dengan arahan awal yang diberikan oleh pihak
Takaful yaitu untuk sedekah/ibadah. Di sisi lain peserta mendapatkan
jaminan akan adanya penanggungan kerugian atau musibah oleh pihak
takaful terhadap peserta ketika diajukannya klaim. Walaupun peserta
tidak pernah nantinya menerima uang atas dirinya, namun selama
berlangsungnya perjanjian tersebut peserta telah mendapatkan
"jaminan".
Menurut penulis, "jaminan" ini harus dipandang sebagai jasa dari
Asuransi Takaful. Jaminan tersebut dapat memberikan ketenangan
kepada pesertanya, menghilangkan kecemasan, bahkan dapat
meningkatkan nilai produktifitas bekerja mereka. Jadi dari sisi ini
sebenarnya peserta telah menerima suatu jasa penjaminan yang
menumbuhkan perasaan aman karena diri dan keluaraga mereka
ditanggung oleh pihak Asuransi Takaful jika nanti timbul musibah.
Sedangkan musibah tersebut tidak diharapkan munculnya.
Dapat dibandingkan, andaikata peserta menabung secara mandiri
rasa ketergantungan tersebut tidaklah sama besarnya dengan yang
diperoleh melalui jasa takaful. Sebab takaful akan memberikan bantuan
menghimpunkan dana dari seluruh peserta, yang diambil dari kumpulan
dana tabarru'' seluruh peserta. Dalam hal ini Asuransi Takaful telah
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 85
Qusthoniah
berfungsi seperti sebagai 'amil pada zakat atau nazir pada harta wakaf.
Atas jasa tersebut Asuransi Takaful yang bertindak sebagai 'amil
tabarru' berhak mendapat imbalan jasa yang diperoleh dari penarikan
uang operasional dari premi tahun pertama sebanyak 30%. Sedangkan
dari sisi mudharabah dia memperoleh bagi hasil.
Dana tabarru' semenjak awalnya telah diniatkan untuk amal
kebajikan untuk sesama peserta, yang dapat digolongkan kepada dana
hibah, atau sedekah yang berpahala di sisi Allah SWT. Di sinilah titik
tolak ketika menyoroti unsur dana tabarru' yang dipergunakan dalam
sistem takaful dimaksud. Niat saling memberikan bantuan atas dasar
iman terhadap ketentuan Allah SWT, berbeda dengan motif yang
muncul pada asuransi konvensional, yang semata-mata hanya
mempertaruhkan nasib seseorang untuk mencari keuntungan.
Sistem Asuransi Takaful diatur dengan meniadakan unsur
gharar, maisir dan riba yang terdapat dalam asuransi konvensional.34
Pada asuransi konvensional dana premi yang terkumpul di samping di
reasuransikan kepada berbagai jenis usaha tanpa memandang halal atau
haram. Titik tolaknya hanyalah semata-mata untuk memperoleh
keuntungan. Karena itu investasi sarat dengan unsure riba. Dari
keuntungan yang diperoleh tersebut, dibagikan kepada nasabah yang
mengajukan klaim asuransi. Jika tidak terjadi pengajuan klaim tersebut
selam masa kontrak maka dana akan hangus dengan sendirinya. Atau
bagi yang uang pertanggungannya dikembalikan tidak mengalami
34Lihat, PT. Syarikat Takaful Indonesia, Profil Perusahaan.
86 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
pertambahan, tanpa adanya bagi hasil, pada hal perusahaan telah
menginvestasikannya dan memperoleh untung dari investasi tersebut.
Segala musibah dan bencana yang menimpa manusia merupakan
qadha dan qadar Allah SWT yang terealisasi berdasarkan sunnatullah.
Oleh karena itu manusia wajib berikhtiar memperkecil mudharat/resiko
yang akan timbul dari suatu musibah yang menimpa. Sesuai dengan
firman Allah SWT, dalam surah al-Hasyr : 18:
ها يأ رين ي ٱل ءامنوا ٱتقوا مت ٱلل ا قد ولتنظر نفس م
لرغد و ي ٱتقوا إرن ٱلل رما تعملون ٱلل ١٨خبري ب"Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian
memeperhatikan untuk kehidupannya yang akan datang, dan
senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT…"
Salah satu carany adalah dengan menabug. tetapi upaya tersebut
seringkali tidak memadai, karena ada kemungkinan resiko yang harus
ditanggung lebih besar dari yang diperkirakan. Namun resiko yang
besar sekalipun –biasanya- bila ditanggung secara bersama-sama dalam
bentuk saling tolong-menolong akan dapat meringankan beban dengan
lebih baik dan tuntas.
Bahkan sebuah generasi harus memperhitungkan generasi
sesudah mereka, agar generasi mendatang tersebut tidak menjadi lemah
akibat pendahulunya lalai melakukan persiapan yang dibutuhkan untuk
membangun generasi penerus yang kuat dan berkualitas.
Firman Allah SWT, Surah An-Nisa' : 9 :
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 87
Qusthoniah
رين ولخش ع فا خافوا لو ٱل تركوا مرن خلفرهرم ذررية ضر عليهرم فليتقوا يدا ٱلل ٩ولقولوا قول سدر
"Hendaklah semua orang merasa takut kepada Allah SWT
seandainnya mereka akan meninggalkan generasi mereka
sebagai generasi yang lemah"
Seseorang mungkin sulit mendapatkan bantuan dari orang lain
jika tidak hidup secara bersama dalam suatu ikatan kelompok tertentu,
baik nasab, suku, kedaerahan, senasib, pekerjaan ataupun berbentuk
perhimpunan lainnya yang punya perikatan untuk kebaikan, firman
Allah SWT, surah Ali 'Imran: 103 :
ر رعمة الل ر جريعا ول تفرقوا واذكروا ن بلر الل موا بر واعتصررنرعمترهر صبحتم ب
لف بي قلوبركم فأ
عداء فأ
عليكم إرذ كنتم أ
نقذكم مرنه رك إرخوانا وكنتم عل شفا حفرة مرن النارر فأ ا كذل
رهر لعلكم تهتدون لكم آيات الل (١٠٣)يبير"Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara…"
Yang dimaksudkan dengan tali (agama) Allah, tentulah juga
mencakup seluruh upaya yang dapat menjadikan umat Islam mampu
merealisasikan terciptanya kehidupan yang saling tolong menolong atas
rasa persaudaraan yang dilandasi oleh niat ikhlas dan dengan cara
88 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
bermu'amalah yang memenuhi aturan syara'. Sesuai dengan kaedah :
"Sesuatu yang dengan ketidakadaannya menyebabkan tidak terwujud
suatu yang wajib maka keberadaanya juga menjadi wajib".
Bersatu dalam keadaan seperti ini adalah aplikasi (tathbiqiyah)
dari perintah Allah SWT tersebut. Sehingga ayat di atas bukan saja
sekedar nilai yang tertidur tetapi menjadi nyata dalam kehidupan
manusia. Di sinilah tedapat sisi pentingnya keberadaan Asuransi
Syari'ah (Takaful) sebagai suatu kumpulan jama'ah yang
berta'awuniyah. Persekutuan seperti ini dapat dipandang sebagai
sebuah al-'aqilah. Walaupun pada awalnya al-'aqilah hanyalah semata
al-'ashabah pada suatu keluarga, namun pada masa Khalifah Umar ibn
al-Khattab maknanya meluas menjadi persekutuan dalam keanggotaan
lembaga negara tertentu, yang disebut dengan al-diwan.
Dengan adanya persekutuan antara sesama manusia akan
terwujud budaya tolong-menolong karena adannya saling
berkepentingan satu dengan yang lain. Hal ini hakikatnya termasuk
sunatullah, yang telah ada semenjak manusia ada. Rasulullah SAW
pernah bersabda dalam hal ini:
عن النعابن بشيرقال النبي صلعم على المنبر : من لم يشكر القليل لم
كفروا تركها و شكر الله بنمة يشكرالله التحدثكر الكثيرومن لم يش
35)رواه احمد( عداب والفرقة رحمة لجماعة
"Dalam berjamaah (kebersamaan) itu terdapat rasa kasih
sayang (rahmah) dan dalam pepecahan terdapat /akan muncul
azab (kepedihan)"
35Al-Imam Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad, Jilid 4, (TK: Dar
al- Fikr. TT), H. 278
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 89
Qusthoniah
Tentunya hadis ini bermaksud bahwa di dalam jama'ah harus
diciptakan rasa kasih sayang yang mampu melahirkan sikap kesediaan
untuk saling berbagi rasa suka, duka dan derita, di samping itu juga
berbagi keuntungan dan kebaikan. Sabda Nabi SAW:
الترمدي(ارحموامن في الارض يرحمكم من في السما )رواه
"Sayangilah olehmu apa yang ada di bumi maka yang dilangit
akan menyayangimu"
Takaful sebagai asuransi bertumpu pada konsep tolong-menolong
dalam kebaikan dan ketakwaan (ta'awanu 'ala al-birr wa al-taqwa)
serta perlindungan (al-ta'min), dengan menjadikan semua peserta
sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain, yang
dalam konsep hukum Islam dikenal dengan lembaga al-'aqilah.36
Persamaan antara kumpulan peserta Takaful dengan al-Aqilah dapat
dilihat dari segi saling tanggung-menanggung atas suatu musibah yang
menimpa anggotanya. Hal ini terjadi dalam persoalan pembayaran
diyat, baik sebagai hukuman pengganti maupun sebagai hukuman
pokok. Seorang yang secara tidak sengaja menciderai orang lain atau
36Pengertian dari lembaga al-'aqilah yaitu adannya saling tanggung
menanggung dalam persekutuan setali darah (al-'ashabah), dengan kewajiban
menanggung pembayaran diyat bagi pembunuh tersalah atau perlukaan yang
dilakukan oleh salah seorang dari mereka. Untuk tindakan seperti ini si terpidana tidak
menanggung sendiri pembayaran diyat nya, tetapi dibayarkan secara bergotong-royong oleh seluruh persekutuannya yang disebut dengan al-'aqilah. Pemakaian
makna al-'aqilah hanya untuk sesama saudara setali darah atau kerabat dekat tersebut,
oleh Khalifah Umar ibn al-Khatab dikembangkan kepada persekutuan sekarya, atau
persekutuan pada adannya kesamaan pekerjaan dan senasib. Pada masanya telah
dipergunakan kepada pengertian dewan-dewan yang ada masa itu, seperti sesama
anggota militer saling menjadi sebagai satu al-aqilah. Lihat : Nasron Haroen, op.cit.,
h. 172. Lihat juga keterangan lengkap pada: 'Abd al-Qadir 'Audah, al-Tasyri' al-Jima'I
al-Islami Muqaranan bi al-Qanan al-Wadi'i. Jus 2. Cet. Ke 11. (Bairut : Mu'asasah
al-Risalah, 1992/1412), h. 195-200, lihat juga pada : Nazih Hammad, lo.cit.
90 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
menyebabkan orang lain meninggal dunia dijatuhi hukuman (al-
'uqubah): membayar diyat kepada keluarga atau ahli waris korban. Jika
hakim menetapkan hukuman dengan diyat penuh, maka si terhukum
harus membayar sebanyak 100 ekor unta (dengan asumsi harga @ Rp.
7.500.000,00 jika dikalikan dengan 100 ekor unta, maka seharga Rp.
750.000.000,00). Harga ini jelas sangat besar dan sulit dibayar oleh
seseorang. Karena umumnya masyarakat memiliki harta kekayaan jauh
di bawah harga tersebut. Untuk itu diyat dibayarkan oleh seluruh
anggota al-aqilah dari si terpidana (al-jani).
Menurut penulis tanpa diqiyaskan kepada lembaga al-'aqilah
sebenarnya konsep takaful dengan cara tabarru' dapat berdiri sendiri
sebagai suatu bentuk tolong-menolong sekaligus bermu'amalah yang
selaras dengan tuntunan syara'. Pada dasarnya ada perbedaan antara
persekutuan takaful dengan al-'aqilah, yaitu: al-'aqilah keberadaanya
adalah berkaitan dengan akibat hukum dari sebuah peristiwa jinayah
yang mengharuskan seseorang yang termasuk bagian al-'aqilah
membayar diyat kepada pihak lain (bukan untuk dirinya). Sedangkan
persekutuan pada Asuransi Takaful timbul dari kesepakatan untuk
berbuat baik dengan cara mengeluarkan sedekah atau infak kebaikan
untuk sesama anggota yang ditimpa musibah pada dasarnya bukan
suatu kewajiban, tetapi menjadi diwajibkan akibat perjanjian. Ditambah
dengan adanya unsur bermua'amalah antara peserta dengan Asuransi
Takaful.
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 91
Qusthoniah
PERBEDAAN ASURANSI TAKAFUL DENGAN ASURANSI
KONVENSIONAL
NO TAKAFUL KONVENSIONAL
1 Sistem pengelolaan dana
berdasarkan syari'at Islam
Tidak berdasarkan
syari'at Islam
2 Tidak mengandung unsur yang
diharamkan: gharar, maisir dan
riba
Mengandung unsur yang
diharamkan
3 Tahun pertama nilai tunai sudah
terbentuk
Nilai tunai tahun
pertama tidak ada
4 Bila peserta mengundurkan diri
uang kembali
Mengundurkan diri uang
hangus atau hilang
5 Uang pertanggungan semakin besar Uang pertanggungan
tetap
6 Ada Dewan Pengawas Syari'ah Tidak ada Dewan
Pengawas Syari'ah
7 Ada dana infak untuk tolong-
menolong
Tidak ada dana infak
8 Akad Berdasarkan Takaful (tolong-
menolong)
Akad berdasarkan
Tabaduli (Jual Beli)
9 Investasi ke usaha yang sesuai
dengan tuntunan syari'ah
Investasi ditentukan oleh
perusahaan/bebas
10 Tujuan untuk meninggkatkan
kesejahteraan umat
Profit oriented semata
11 Gaji karyawan disisihkan untuk
zakat (Bazis)
Belum tentu
12 Untuk term insurance, jika tidak
ada klaim, ada bagi hasil
Untuk term insurance,
jika tidak terjadi klaim
uang hangus
92 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
G. Kesimpulan
Dari bahasan terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam konsep-
konsep dan operasional PT. Syarikat Takaful, dengan produk-
produknya, ternyata tidak terdapat unsur-unsur yang bertentangan
dengan syari’at Islam. Yang ditemukan justru Asuransi Takaful dapat
berfungsi sebagai lembaga yang menyatukan kepentingan masyarakat
untuk terbentuknya sistem al-‘aqilah dalam pertanggungan modern.
Terdapatnya penggabungan antara tabarru’ dengan tabungan dalam
kelompok al-‘aqilah yang dikelolah oleh suatu lembaga keuangan
sebagai ‘amil dengan sistem mudharabah, serta persentuhannya dengan
dunia investasi, amatlah unik. Sistem ini menghilangkan unsur
“komersialisme semata-mata”, namun tidak sampai mengahapus sama
sekali unsur komersial yang bersifat sosial.
Sisi lain yang perlu diperkuat adalah hendaknya antara para
peserta asuransi juga punya kemungkinan untuk saling mengenal, agar
amal tabarru’ mereka punya daya rekat dalam kehidupan sosial
muslim. Untuk itu fihak takaful perlu merancang sistem yang dapat
mewujudkan nilai al-‘aqilah, yaitu saling mengenal secara dekat,
terwujud dalam hubungan sesama peserta. sehingga konsep al-‘aqilah
bukan sekedar lambang saja namun juga menjadi nyata dalam
hubungan antara sesama peserta dalam kehidupan bermasyarakat,
walaupun tidak seluruh peserta akan dapat mengenal dengan dekat
seluruh peserta lainnya sesuai dengan kaidah (ma la yudraku kulluh la
yutraku kulluh).
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 93
Qusthoniah
DAFTAR PUSTAKA
'Audah, 'Abd al-Qadir. 1992. al-Tasyri' al-Jima'I al-Islami Muqaranan
bi al-Qanan al-Wadi'i. Juz 2. Cet. Ke 11. Bairut: Mu'asasah al-
Risalah.
Antonio, Muhammad Syafi'i. 2001. “Asuransi dalam Perspektif Islam.”
Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional tentang
Asuransi Takaful tanggal 6 Januari 2001 di Padang.
_______, 2002 “Urgensi SDM Ekonomi Syari'ah dalam.” Dalam
Republika (29 April)
Al-Bukhari. Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Isma'il ibn Ibrahim ibn
al-Mughirah. 1999. Shahih al- Bukhari. Jilid I. Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyah.
Dahlan, Abdul Aziz (et.al). 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Jilid 1.
Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Al-Hajjaj, Imam Muslim ibn. 1983. Shahih Muslim. Jilid 5. Beirut:
Dar al-Kutub al-'Ilmiyah.
Hammad, Nazih. 1995. Mu'jam al-Mushthalahat al-Iqtishadiyah Fi
Lughah al-Fuqaha. Cet. Ke 3. Riyadh: al-Dar al-'Ilmiyah Li al-
Kutub Al-Islamiyah. 1995/1415.
Hanbal, Al-Imam Ahmad ibn. Tt. Musnad al-Imam Ahmad. Jilid 4.
TK: Dar al- Fikr.
Haroen, Nasrun. 1999. Asuransi Menurut Hukum Islam. Padang: IAIN
IB Press.
Hasaballah, Ali. 1991 Ushul al-Tasri' al-Islami. Cet. Ke 4. Mesir: Dar
al-Ma'arif.
94 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
Ibrahim, Jalal Muhammad. 1994. al-Ta'min. TK: Dar al-Nahdhah.
Jalaludin, Al-Imamah. Al-Suyuthi 'Abdurrahman. 1983. al-Asbah wa
al-Nazha'ir. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Al-Muqaddasiy, Faidhullah Al-Husna. 1322 H. Fath al-Rahman li
Thalib Ayat al-Qur'an. Beirut: Al-Mathba'ah al-Aliyah.
M. Echols, John dan Hasan Shadily. 1995. Kamus Inggris Indonesia.
Cet XXL. Jakarta: PT. Gramedia.
Al-Mawrid, Munir al-Ba'albakiy. 1985. Qamus Inkliziy 'Arabiy. Cet.
XX. Beirut: Dar al-'Ilm li al-Malayin.
Munawwir, A.W. 1997. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia. Edisi
ke-2. Surabaya: Pustaka Progresif.
Al-Shan'ani, Muhammad ibn Isma'il ibn Shalah al-Amir al-Kahlani.
Tt. Subul al-Salam. Jilid 3. Indonesia: Maktabah Dahlan.
Sumitro, Warkum. 1997. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-
Lembaga Terkait (BAMUI dan Takaful) di Indonesia, Cet. Ke
2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sabiq, Sayid. 1992 Fiqh al-Sunnah, Jilid 3. Beirut: Dar al-Fikr.
Tim Penyusun Basic Training. 2001. Modul 20021. TK: Diklat
Deperteman PT. Asuransi Takaful Keluarga.
Ya'qub, Hamzah. 1994. Kode Etik Dagang Menurut Islam. Bandung:
CV. Diponegoro.
Al-Zuhaili, Wahbah.1989. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh. Juz 4.
Damsiq: Dar al- Fikr.