asuhan keperawatan pasien dengan diare akut
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIARE AKUT
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
a. Diare adalah keadaan dimana defekasi
berlangsung lebih dari 3 kali dalam sehari dengan tinja yang lembek dan cair
disertai lendir dan darah. (Ilmu Penyakit Dalam)
b. Diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, kandungan air pada tinja lebih
banyak dari keadaan normal, lebih dari 200 gr/ 24 jam. (Marilynn E. Doenges)
c. Diare adalah keadaan frekuensi buang air
besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan
konsistensi faeces encer, dapat berwama hijau atau bercampur lendir dan darah
(Ngastiah, 1999)
d. Diare adalah kondisi dimana terjadi
frekwensi defekasi yang abnomal (> 3 kali perhari) serta perubahan dalam isi (>
200 gr/hari) dan konsistensi feses cair atau encer. (Keperawatan Medical Bedah,
Brunner and Suddart)
e. Diare adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekwensi satu kali atau lebih
sering BAB dengan bentuk tinja lebih encer atau cair (Suriadi, S.Kp., Rita
Guliani, S.Kp., 2001)
f. Diare adalah keadaan dimana individu
mengalami atau beresiko mengalami defekasi sering dengan feses cair atau feses
tidak berbentuk. ( Lynda Juall Carpenito, hal. 126)
g. Diare adalah peningkatan keenceran atau
frekwensi tinja akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap didalam tinja
serta infeksi virus dan bakteri di usus halus distal atau usus besar ( Patofisiologi,
Elizabeth J. Corwin, hal. 520)
2. Epidemiologi
Menurut WHO, diare membunuh 2 juta anak di dunia setiap tahun sedangkan di
Indonesia menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian
kedua terbesar pada balita.
3. Etiologi
Penyebab utama diare akut adalah bakteri, parasit, maupun virus. Penyebab lain yang
dapat menimbulkan diare akut adalah cacing, toksin dan obat, nutrient enterat diikuti
puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi, fekal (overflow diarrhea) atau
berbagai kondisi lain.
a. Bakteri penyebab diare ada 2, yaitu :
1. Bakteri noninvansif (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun
tidak merusak mukosa. Toksin menigkatkan kadar siklik AMP di dalam sel,
menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air,
ion karbonat, kation, natrium dan kalium. Bakteri ynag termasuk golongan ini
adalah V. Cholera, Enterotoksigenik E. Coli (ETEC), C. Perfringers, S. Aureus,
dan Vibriononglutinabel.
2. Bakteri enteroinvansif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi dan
bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah.
Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvansive E. Coli
(EIEC), S. Paratyphi B. S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis,
Shigela, Yersinia dan C. Perfringens tipe C.
b. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%). Beberapa jenis
virus penyebab diare akut adalah Rotavirus serotype 1,2,8,dan 9 : pada manusia.
Serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia. Dan serotype 5,6, dan 7 didapati
hanya pada hewan. Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food
borne atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person.
Astrovirus, didapati pada anak dan dewasaAdenovirus (type 40, 41) Small bowel
structured virus Cytomegalovirus.
c. Helmint
Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan larva,
menimbulkan diare. Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada
berbagai organ termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan
perdarahan usus. Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus,
terutama jejunu, menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery
diarrhea dan nyeri abdomen.
d. Protozoa
Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis masih
belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme asam empedu.
Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host-parasite dipengaruhi oleh
umur,status nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah dengan endemisitas yang
tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau tanpa
malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 – 8
hari setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri
epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan faty
stools,nyeri perut dan gembung. Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba
ini bervariasi,namun penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan
bertambahnya umur,dan teranak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi
asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis
yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang
fulminant. Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 – 15%
dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan asimtomatik
pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa diare akut dengan tipe
watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited. Pada penderita dengan gangguan
sistim kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan
reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik. Microsporidium spp, Isospora belli, Cyclospora cayatanensis
4. Patofisiologi terjadinya penyakit
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut
terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
5. Klasifikasi
a. Berdasarkan lama waktu:
1) Diare Akut: Kurang dari 15 hari
2) Diare Kronik: Lebih dari 15 hari
b. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
1) Diare Osmotik
2) Diare Sekretorik
c. Berdasarkan berat-ringan:
1) Diare Kecil
2) Diare Besar
d. Berdasarkan ada tidaknya agen infektif:
1) Diare Infektif
2) Diare Noninfektif
e. Berdasarkan substansi faeces:
1) Koleriform: diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2) Disentriform: diare yang terdapat lendir kental dan kadang-kadang berdarah
6. Gejala klinis
Gejala klinis dari diare, yaitu :
a. Haus
b. Lidah kering
c. Turgor kulit menurun
d. Suara serak
e. Nadi meningkat
f. Keringat dingin
g. Muka pucat
h. Mual, muntah
i. Demam
j. Nyeri perut/kejang perut
k. Mata cowong
7. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi :
a. muka pucat
b. lidah kering
c. nafas cepat
d. mata cowong
e. sianosis pada ujung extremitas
2. Palpasi :
a. turgor kulit menurun
b. denyut nadi meningkat
c. keringat dingin
d. demam
3. Auskultasi :
a. suara bising usus meningkat
b. tekanan darah menurun
c. suara serak
d. gerakan peristaltik meningkat
4. Perkusi :
a. suara perut timpani
8. Pemeriksaan diagnostik
1. pemeriksaan darah tepi lengkap
2. pemeriksaan, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma
3. pemeriksaan urine lengkap
4. pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
5. pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik
6. pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni
sangat dianjurkan
7. duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif tentang pada diare kronik.
8. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) &
elektrolit (Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
9. Diagnosis
a. pernapasan Kusmaul (pernapasan lebih cepat)
b. aritmia jantung
c. anuria
d. nekrosis tubular akut
10. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/ hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, takikardia, perubahan
EKG)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa
f. Kejang, pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik)
11. Derajat Dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
a. Kehilangan BB
1. Tidak ada dehidrasi : menurun BB < 2 %
2. Dehidrasi ringan : menurun BB 2 - 5%
3. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
4. Dehidrasi berat : menurun BB 10%
b. Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk (selama
30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :
1. 1 detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
2. 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
3. 2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
12. Terapi/tindakan penanganan
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi
Hal-hal yang harus diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat,
yaitu:
a. Jenis cairan yang hendak digunakan
Cairan ringer laktat merupakan cairan pilihan dengan jumlah kalium yang rendah
bila dibandingkan dengan kalium tinja. Bila tidak ada RL dapat diberikan NaCl
isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul nabik 7,5% 50 ml
pada setiap 1 It NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat
diberikan cairan oralit yang dapat mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
Upaya Rehidrasi Oral (URO)
URO berdasarkan prinsip bahwa absorpsi natrium usus (dan juga elektrolit lain dan air)
dilakukan oleh absorpsi aktif molekul makanan tertentu seperti glukosa (yang dihasilkan
dari pemecahan sukrosa ) atau L asam amino (yang dihasilkan daripemecahan protein dan
peptida). Bila diberikan cairan isotonik yang seimbang antara glukosa dan garamnya,
absorpsi ikatan glukosa-natrium akan terjadi dan ini akan diikuti dengan absorpsi air dan
elektrolit yang lain. Proses ini akan mengoreksikehilangan air dan elektrolit pada diare.
Campuran garam dan glukosa ini sinamakan Oral Rehydration Salt (ORS) atau di
Indonesia dikenal sebagai cairan rehidrasi oral (Oralit).
2. memberikan cairan dan elektrolit
3. pemberian obat antidiare untuk menormalkan sekresi sehingga dapat
mengembalikan keseimbangan cairan
4. memberikan obat-obatan, sebagai berikut :
a. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
b. Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
c. Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian :
Data Subjektif:
a. Aktifitas/ Istirahat:
Lemas, tidak bisa tidur semalaman karena diare
Merasa gelisah dan ansietas
Pembatasan aktivitas kerja
b. Eliminasi:
Keinginan defekasi hilang timbul, sering, tak dapat dikontrol
c. Makanan/ Cairan:
Mual
Nafsu makan menurun
Penurunan berat badan (BB sebelum masuk rumah sakit: 57kg, BB setelah
masuk rumah sakit: 54kg)
d. Nyeri/ Kenyamanan
Perasaan kram/ nyeri tekan pada abdomen (kuadran kiri bawah), skala nyeri 3
Data Objektif:
a. Sirkulasi:
Takikardi (115 kali/menit)
Hipotensi (95/63 mmHg)
Hipertermia (38,80 C)
Keringat dingin
Kulit/ membran mukosa: turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah, mata
cowong
Sianosis pada ujung ekstremitas
b. Eliminasi:
Tekstur feses cair
Peningkatan bising usus (45 kali/menit)
c. Makanan/ Cairan:
Makan 3x porsi
Muntah
d. Kenyamanan/ Nyeri:
Distensi abdomen
2. Diagnosa Keperawatan
Pohon Masalah:
Etiologi
Diagnosa prioritas
1) Gangguan rasa nyaman b.d diare, kram abdomen ditandai dengan klien melaporkan
rasa ketidaknyamanan (nyeri)
Gangguan Osmotic
Gangguan sekresi meningkat
Gangguan Motilitas Usus
Tekanan Osmotik Rongga Usus
Meningkat
Isi Rongga Usus Berlebih
Cairan & Elektrolit dalam Usus Meningkat
Isi Rongga Usus Berlebih
Peristaltic Meningkat
Peristaltic Menurun
Absorbsi Berkurang
Pertumbuhan Bakteri
Meningkat
DIARE
DefekasiMeningkat
Anus dan Daerah Sekitar Lecet
Kerusakan Integritas
Kulit
Kehilangan Cairan
Meningkat
Dehidrasi
Kekurangan Volume Cairan
Anoreksia
BB menurun
Kram Abdomen
Mules pada Perut
Nyeri Akut
Perubahan Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan
Peradangan Lambung
Suhu Tubuh Meningkat
Hipertermi
Pasien Gelisah
Pasien Bertanya
2
Ansietas
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. gangguan absorpsi nutrient
yang ditandai dengan penurunan berat badan, tonus otot buruk, bunyi usus hiperaktif,
membran mukosa kering.
3) Kekurangan Volume cairan b.d dengan kehilangan sekunder akibat diare yang
ditandai dengan kulit atau membran mukosa kering , penurunan turgor kulit.
3. Perencanaan :
No.
DxTujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 1 kali 24
jam diharapkan
klien melaporkan
rasa nyeri hilang/
terkontrol.
1. Pasien mengatakan
nyerinya berkurang
2. Skala nyeri pasien 1
3. Pasien tidak
menunjukkan respon
nonverbal nyeri
4. Pasien merasa lebih
nyaman dengan
kondisinya yang
sekarang.
Mandiri :
1. Kaji laporan kram abdomen atau
nyeri, catat lokasi, lamanya,
intensitas (skala 1-10), selidiki
dan laporkan perubahan
karakteristik nyeri
2. Catat petunjuk nonverbal,
misalnya gelisah, menolak untuk
bergerak, berhati-hati dengan
abdomen, menarik diri dan
depresi. Selidiki perbedaan
petunjuk verbal dan nonverbal.
3. Ijinkan pasien untuk memulai
posisi yang nyaman misalnya
lutut fleksi
4. Berikan tindakan nyaman
misalnya back massase dan
aktivitas senggang.
Kolaborasi
Mandiri
1. Perubahan pada
karakteristik nyeri dapat
menunjukkan penyebaran
penyakit/ terjadinya
komplikasi.
2. Bahasa tubuh/ petunjuk
nonverbal dan verbal
dapat secara psikologis
dan fisiologis digunakan
untuk mengidentifikasi
luas/ beratnya masalah.
3. Menurunkan tegangan
abdomen dan
meningkatkan rasa
kontrol.
4. Meningkatkan relaksasi,
memfokuskan kembali
perhatian dan
meningkatkan kemampuan
koping.
Kolaborasi
1. Mengurangi nyeri secara
4. Evaluasi
No.
DxTanggal Evaluasi
1. 15 April 2009 S :1. Pasien merasa nyaman
1. Pasien mengeluh nyeri berkurang pada
perutnya
2. Skala nyeri 1 (rentang 1-10)
O : Bising usus menurun
A : Tujuan tercapai sepenuhnya, masalah teratasi
P : Pertahakan kondisi pasien
2. 17 April 2009 S : Pasien mengatakan nafsu makan meningkat
O : Makan 3x porsi, muntah tidak ada, berat
badan stabil (54 kg)
A : Tujuan tercapai sepenuhnya, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
3. 17 April 2009 S : Pasien mengatakan tidak mengalami rasa haus
yang berlebihan
O : Turgor kulit normal, membran mukosa lembab
A : Tujuan tercapai sepenuhnya, masalah teratasi
P : Pertahakan kondisi pasien
Daftar Pustaka
Brunner & Suddart.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, Marylin E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
NANDA, Panduan Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2005-2006.
Sarwono, W.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Balai Penerbit FKUI