asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kelainan kongenital sistem kardiovaskular
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN CONGENITAL HEART DISEASES
(CHD)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
BANJARMASIN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2007 / 2008
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah – Nya, dan tidak lupa mengucapkan Shalawat dan salam yang
terucap dari bibir ini untuk Nabi akhri zaman, Nabi Muhammad SAW, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah Asuhan Keperawatan ini yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CONGENITAL HEART
DISEASES (CHD)”
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum
cukup sempurna, baik dari segi ilmiah maupun dari segi materinya, hal ini karena masih
dangkalnya ilmu pengetahuan dan terbatasnya kemampuan yang ada pada penulis.
Penulis banyak mendapatkan materi dan dorongan moril dari berbagai pihak.
Penulis berterima kasih untuk orang tua yang ada di kampung, karena berkat dorongan
moril serta materinya penulis termotivasi dan bersemangat untuk menyelesaikan tugas
ini. Kepada pihak lain dosen, teman – teman dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan
satu per satu yang juga turut serta dalam menyelesaikan tugas ini, semoga bantuan dan
dorongannya yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.
semoga tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi Bangsa, Negara kita semua maupun ilmu
pengetahuan khususnya.
Banjarmasin, November 2008
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................. i
Daftar isi......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................... 3
C. Manfaat.......................................................................................... 4
BAB II ISI...................................................................................................... 5
A. Definisi................................................................................................. 5
B. Etiologi................................................................................................. 7
C. Tanda dan gejala................................................................................. 7
D. Klasifikasi............................................................................................ 7
E. Komplikasi........................................................................................... 18
F. Patofisiologi.......................................................................................... 18
G. Pemeriksaan penunjang..................................................................... 19
BAB III Proses Keperawatan........................................................................ 20
A. Pengkajian..................................................................................... 20
B. Diagnosa........................................................................................ 21
C. Rencana keperawatan.................................................................. 25
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Setiap orangtua pasti berharap bahwa janin yang sedang dikandung lahir
sehat. Namun, sebagian orangtua harus rela menerima kenyataan bahwa bayinya
ternyata mengalami kelainan bawaan. Yang terbanyak, 30 persen, adalah penyakit
jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan yang sering
ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai penyebab utama
kematian pada masa neonatus. Masalah yang berpengaruh terhadap system
kardiovaskuler yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada
berbagai tingkat usia.sistim kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi / peredaran
darah dan keadaan darah, yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena
merupakan pengatur dan yang menyalurkan O2 serta nutrisi keseluruh tubuh . bila
salah satu organ tersebut mengalami gangguan terutama jantung, maka akan
mengganggu semua sistem tubuh.
Sampai saat ini gangguan jantung / pembuluh darah terutama disebabkan
infeksi, dan kesalahan dalam pola hidup sehari hari masih merupakan angka tertinggi.
Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dinegara maju. Di AS saja
diperkirakan 12,4 juta orang menderita penyakit ini dan 1,1 juta orang akan terkena
gangguan jantung serius tahun 2005. Perkembangan di bidang diagnostik, tatalaksana
medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40
tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus dengan PJB
yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah dapat dideteksi
defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di bidang
pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin,
sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi adanya
multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan. 2,3 Penyakit
jantung kongenital bisa terjadi kepada anak-anak di dunia tanpa melihat kedudukan
sosio-ekonomi. Kejadian ini berlaku antara 8 -10 kes bagi setiap 1000 kelahiran
hidup. Jika seorang anak dijangkiti, kadar berulangnya kejadian ini pada anaknya
4
nanti ialah antara 4.9 -16% . Penyakit Jantung Kongenital merupakan 42% dari
keseluruhan kecacatan kelahiran. Sebahagian besar dari kematian bayi akibat
kecacatan kelahiran adalah disebabkan oleh keabnormalan jantung. Mengikut
Persatuan Jantung Amerika, pada tahun 1992, kecacatan jantung merupakan 31.4%
dari semua kematian akibat kecacatan kelahiran. Kira-kira 40,000 bayi yang
dilahirkan setiap tahun mendapat kecacatan jantung. Dari jumlah ini:
8 - 13% menghidap Septum Atrium terbuka (ASD)
6 - 11% menghidap Duktus Arteriosus terbuka (PDA)
20 - 25% menghidap Septum Ventrikel berlubang (VSD)
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan
anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal pada orang dewasa
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam atau telah
mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa. Dengan
perkiraan penduduk Indonesia sekitar 220 juta, maka setiap tahun terdapat sekitar
40.000 bayi lahir dengan PJB," kata dr. Anna Ulfah Rahayoe, SpJP dari Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Dari 40.000 bayi lahir tersebut sebagian besar meninggal sebelum mencapai
usia satu tahun, sementara yang bisa diselamatkan melalui pembedahan hanya 800-
900 kasus per tahun. Sekitar 80% pembedahan dilakukan di Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita.
Kita sadari walaupun cara diagnostik canggih dan akurat telah berkembang
dengan pesat, namun hal ini tidak bisa dilakukan oleh setiap dokter atau perawat
terutama di daerah dengan sarana diagnostik yang belum memadai. Hal ini tidak
menjadi alasan bahwa seorang dokter dan perawat atidak mampu membuat diagnosis
dini dan sekaligus terapi awal, yang dilanjutkan dengan rujukan untuk terapi definitif
yaitu bedah korektif di pusat pelayanan jantung. Oleh karena itu, perlu dipahami
perubahan-perubahan sirkulasi fetal ke neonatal dan berbagai penyimpangannya
dalam periode minimal 1 bulan pertama. Keberhasilan deteksi dini merupakan awal
keberhasilan tatalaksana lanjutan PJB kritis pada neonatus.
PJB dapat dibagi atas 2 golongan besar, yaitu :
5
1. Penyakit jantung bawaan non sisnotik,
a. Defek septum atrium (ASD)
b. Defek septum ventricular (VSD)
VSD Kecil
VSD Sedang
VSD Besar
c. Duktus arteria paten (PDA)
d. Koarsiko aorta (CA)
e. Pulmonary stenosis (SP)
2. Penyakit jantung bawaan sisnotik
Tetralogi fallot
B. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang di berikan
oleh Ibu Hj. Ruslinawati S.Kep, Ns tentang ”ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT
KELAINAN KONGENITAL SISTEM KARDIOVASKULAR”.
2. Menjelaskan latar belakang, definisi, etiologi, Patofisiologi dan konsep
dasar keperawatan tentang ”ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN PENYAKIT KELAINAN KONGENITAL
SISTEM KARDIOVASKULAR”.
3. Memberikan dan menjelaskan kesimpulan tentang ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT
KELAINAN KONGENITAL SISTEM KARDIOVASKULAR”.
C. MANFAAT
1. Menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang
”ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT
KELAINAN KONGENITAL SISTEM KARDIOVASKULAR”.
2. Dapat menjadi inspirasi kita dalam melakukan penelitian di bidang Sistem
Kardiovaskuler dalam praktik keperawatan.
3. Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa kesehatan, perawat, pegawai
rumah sakit dan masyarakat umum tentang ASUHAN KEPERAWATAN
6
PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT KELAINAN KONGENITAL
SISTEM KARDIOVASKULAR”.
4. Sebagai contoh pembuatan Asuhan Keperawatan bagi mahasiswa perawat
5. Sebagai bahan diskusi dan referensi penelitian yang akan datang di bidang
kesehatan.
6. Untuk puskesmas, rumah sakit, posyandu dan lain- lain, makalah ini
sangat lah bermanfaat karena dapat membantu ketika menemukan kasus
penyakit seperti ini.
7
BAB II
ISI
A. Definisi
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung congenital adalah kelainan
jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir.
Tetapi kelaianan jantung bawaan ini tidak selalu member! gejala segera setelah bayi lahir;
tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan
atau bahkan beberapa tahun (Ngastiah)
B. Etiologi
Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan
embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar
dibentuk. Gangguan perkembangan mungkin disebabkan oleh factor-faktor prenatal
seperti infeksi ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella,
influenza atau chicken fox. Factor-faktor prenatal seperti ibu yang menderita diabetes
mellitus dengan ketergantungan pada insulin serta factor-faktor genetic juga berpengaruh
untuk terjadinya penyakit jantung congenital. Selain factor orang tua, insiden kelainan
jantung juga meningkat pada individu. Fackor-faktor lingkungan seperti radiasi, gizi ibu
yang jelek, kecanduan obat-obatan dan alcohol juga mempengaruhi perkembangan
embrio.
Cardiac Development
Multiple genes
Environmental factors
Hemodynamic factors
Possibility of deformation, disruption,and dysplasia
8
Cardiac Developmental Mechanism
Normal Developmental Genes
9
C. Tanda dan Gejala
1. INFANTS:
1. Dyspnea
2. Difficulty breathing
3. Pulse rate over 200 beats/mnt
4. Recurrent respiratory infections
5. Failure to gain weight
6. Heart murmur
7. Cyanosis
8. Cerebrovasculer accident
9. Stridor and choking spells
2. Children
1. Dyspnea
2. Poor physical development
3. Decrease exercise tolerance
4. Recurrent respiratory infections
5. Heart murmur and thrill
6. Cyanosis
7. Squatting
8. Clubbing of fingers and toes
9. Elevated blood pressure
D. Klasifikasi
1. Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital.
2. Penggolongan yang sangat sederhana adalah penggolongan yang dasarkan
ada adanya sianosis serta askuiarisasi paru.
3. Penyakit Jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi paru
10
bertambah, misalnya defek septum (DSV), defek septum atrium (DSA),
dan duktus arteriousus persisten (DAP)
4. PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan
ini ermasuk stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio
aorta
5. Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini
yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)
6. Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi
arteri besar (TAB)
1. Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
Terdapak detek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap
terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena
tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.
a. Defek septum ventrikel (DSV)
DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna.
Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole.
Manifestasi klinik
Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat
pucat,banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada
11
bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah
nafas pendek dan retraksi pada jugulum, seia intrakostal dan region epigastrium.
Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.
Penatalaksanaan
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk
mengatas igagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya
lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya
pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai
usia 2-3 tahun.Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut
harapan hidup berkurang.
b Defek septum atrium
Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale
atau pada septum atrium. Tekanan pada foramen ovale atau septum
atrium,tekanan pada sisi kanan jantung meningkat.
12
Manifesfasi klinik
Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas.
Mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rongent ditemukan
adanya pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan kateterisasi jantung.
Type ASD
(a) (b)
(a) ASD sekundum, (b) ASD primum
13
(c) ASD tipe sinus venosus
(Dimodifikasi dari: www.meridianhealth.com/healthcontent/images)
Penatalaksanaan
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft
pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.
c. Duktus Arteriosus Persisten
DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan
percabangan arteri pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta
desendens tepat di sebelah distal arteri subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus
tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena
infeksi rubella pada ibu dan prematuritas.
Manifestosi klinik
14
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti
mendengkur, tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak
akan mengalami dispnea, jantung membesar, hipertropi ventrikuler kiri akibat
penyesuaian jantung terhadap penigkatan volume darah, adanya tanda machinery
type. Murmur jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus
menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.
Penatalaksanaan
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya
diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak
pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk
dilakukan operasi.
2. Penyakit jantung bawaan non sianotik dengan vaskularisasi paru normal
a. Stenosis aorta
Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta.
Katupnya sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran
darah.
Manifestosi klinik
Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun,
tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak
15
terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai
dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, diagnosa
ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi
ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
Penatalaksanaan
Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat
anak mampu dilakukan pembedahan tx.
2. Stenosis pulmonal
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup,
normal tetapi puncaknya menyatu.
Manifestasi klinik
Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan
kelelahan, karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk mencukupi
kebutuhan O2 dari cardiac output yang meingkat. Dalam keadaan stenosis yang
berat, darah kembali ke atrium kanan yang dapat rnenyebabkan kegagalan jantung
kongesti. Stenosis ini didiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, ECG dan
kateterisai jantung.
Penatalaksanaan
16
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada
saat anak berusia 2-3 tahun.
c. Koarktasio Aorta
Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksi
mungkin proksimal atau distal terhadap duktus arteiosus. Kelaianan ini biasanya
tidak segera diketahui, kecuali pada kontriksi berat. Untuk itu penting meiakukan
skrening anak saat memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti
kegiatan-kegiatan olah raga.
Manifestasi klinik
Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah proksimal pada
kelainan dan penurunan secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan
daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal
dan femoral. Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung lemah dengan
frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography.
Penatalaksanaan
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan
bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara
memasukkan suatu graf.
3. Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisai paru berkurang
Tetralogi fallot
17
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4
kelainan yaitu: 1) stenosis pulmonal, 2) hipertropi ventrikel kanan, 3) kelainan
septum ventrikuler, 4) kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan
aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.
Gambar Tetralogy Of Fallot (Dimodifikasi dari: www.bristol-inquiry.org.uk)
Manifestasi klinik
Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala yang nayata yaitu adanya
cianosis, letargi dan lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda dyspne yang
kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang.
Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta
diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi
saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis,
murmurjaniung, ecg foto rongent dan kateterisai jantung.
18
Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk
mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan.
Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara
permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-Tausing,
dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri karotis
menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi
anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini
meningkatakan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala
penyakit jantung sianosis.
4. Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
a. Transposisi arteri besar/ Transpotition Great artery (TGA)
Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi aorta,
arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh. Anak tidak akan
hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau kelainan septum ventrikuler
atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya darah arteri-vena.
19
Pada TGA terjadi perubahan tempat kelurnya posisi aorta dana.pulmonalis
yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah anterior
a.pulmonalis, sedangkan a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri , terletak posterior
terhadap aorta. Akibatnya aorta menerima darah v. Sistemik dari vena kava,
atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan ke sirkulasi sistemik. Sedang
darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel kiri dan diteruskan
ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke paru.
Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut terpisah
dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada komunikasi antara 2 sirkulasi
ini. Pada neonatus percampuran darah terjadi melalui duktus arteriosus dan
foramen ovale keatrium kanan. Pada umumnya percampuran melalui duktus dan
foramen ovale ini tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus menutup maka tidak
terdapat percampuran lagi di tempattersebut, keadaan ini sangat mengancam jiwa
penderita.
Manifesfasi klinik
Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya
kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA
atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akan terjadi.
Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat
prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk
20
memperbesar kelainan septum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat suatu
kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara Mustard
digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkandibuatkan
sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke
ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari
vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan sirkulasi paru-paru. Kemudian
akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata dengan adanya koreksi dan
paliatif.
E. Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai
komplikasi antara lain:
2. Gagal jantung kongestif
3. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
4. Aritmia
5. Endokarditis bakterialistis
6. Hipertensi
7. Hipertensi pulmonal
8. Tromboemboli dan abses otak
F. Pafofisiologi
Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik
utama. Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran
darah pulmonal dan tekanan darah. Nornalnya, tekanan pada jantung kanan lebih
besar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir
melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan lebih
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang
teroksigenisasi mengalirke dalam sirkulasi sistemik. Aliran darah pulmonal dan
tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan penipisan normal serabut otot
lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir. Penebalan vascular meningkatkan
resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal dapat melampaui sirkulasi sis
dan aliran darah bergerakdari kanan ke kiri.
21
Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta
kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Menifestasi dari
penyakit jantug congenital yaitu adanya gagal jantung, perfusi tidak adekuat dan
kongesti pulmonal.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel
kiri,kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
2. Diagnosa ditegakkan dengan cartography,
3. Cardiac iso enzim (CPK & CKMB) meningkat
4. Roentgen thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan
infiltrate paru.
22
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Riwayat keperawatan:
1. Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen
penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.
2. Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus
dengan ketergantungan pada insulin.
3. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga
gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak
merokok.
4. Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor
memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum
untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
5. Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga
lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya
factor genetic yang menunjang.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik
yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada
umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil
pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:Bayi baru
lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.Anak terlihat pucat, banyak
keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.Diameter dada
bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. .Tanda yang menojol
adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, selaintrakostal dan region
epigastrium.Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang
23
hiperdinarnik.Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi
saluran pernafasan atas
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti
mendengkur, tacipnea dan retraksi.Anak pusing, tanda-tanda ini lebih
nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi
ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri
sternum, Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada
lengan dari pada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah
pada popliteal dan temoral.
B. Diagnosa keperawatan dan intervensi
1. Penurunan Cardiac Output b.d (berhubungan dengan) penurunan
kontraktilftas jantung, perubahan tekanan jantung.
Tujuan : pasien dapat mentoleransi gejala-gej'ala yang ditimbulkan akibat
penurunan curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
terjadi peningkatan curah jantung sehingga kekeadaan normal.
Intervensi:
1. Monitor tanda-tanda vital
Rasional: permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada
perubahan pada tanda-tanda vital seperti pernafasan menjadi cepat,
peningkatan suhu, nadi meningkat, peningkatan tekanan darah,
semuanya cepat dideteksi untukpenangan lebijh lanjut.
2. Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat
Rasional: istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari
jantung dan dapat mempertahankan energi yang ada.
3. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai
indikasi.
Rasional: meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord
untuk melawan efek hipoksia/iskemia
4. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
Rasional: pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunder
terhadap ketidakadekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.
24
5. Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi
cemas
Rasional: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral
sekunder terhadap penurunan curah jantung.
6. Secara kolaborasi berikan tindakan farmakologis berupa digitalis;
digoxin
Rasional: mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin
meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat
frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlama
periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi
curah jantung.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menyusui dan makan
Tujuan: anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat
badan selama terjadi perubahan status nutrisi tersebut
Intervensi:
1. Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit
tetapi sering
Rasional: air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak
2. Jika anak menunjukan kelemahan akibat ketidak adekuatannya nutrisi
yang masuk maka pasang iv infuse
Rasional: infuse akan menambah kebutuhan nutria yang tidak dapat
dipenuhi melalui oral
3. Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan
dengan porsi sedikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi
Rasional: meningkatan intake, dan mencegah kelemahan.
4. Observasi selama pemberian makan atau menyusui
Rasional: selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak
sesak crtau tersedak.
3. Nyeri; dada b.d Iskemia miokard
Tujuan : Menyatakan nyeri hilang
25
Intervensi:
1. Selidiki adanya keluhan nyeri, yang pada anak bisa ditunjukan dengan
rewel atau sering menangis
Rasional: perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab
nyeri.Perilaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau
adanya ketidaknyamanan pasien.
2. Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan
Rasional: penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak
hilang atau menurun dengan penggunaan nitrat.
3. Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas anak sesuai
kebutuhan
Rasional: aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard.
Contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpaj'an dingin) dapat
mencetuskan nyeri dada.
4. Anjurkan ibu untuk setalu memberikan ketenangan pada anak
Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat
memperberat nyeri yang dirasakan.
4. Penigkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena, penurunan
fungsf ginjal
Tujuan : menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badan
stabil, tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.
Intervensi:
1. Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan,
timbang berat badan anak setiap hari
Rasiona!: penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan
keefektifan terapi diuretic. Keseimbangan cairan berlanjut dan berat
badan meningkat menujukan makin buruknya gagal jantung.
2. Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali,
rales, ronchi, penambahan berat badan
Rasional: menunjukan kelebihan cairan tubuh.
3. Secara kolaborasi berikan diuretic contoh furosemid sesuai indikasi
26
Rasional: menghambat reabsorsi natrium, yang menigkatkan eksresi
cairan dan menurukan kelebihan cairan total tubuh. Berikan batasan
diet natrium sesuai indikasi
Rasional: menurunkan retensi natrium.
5. Tidak efektif pola nafas b.d peningkatan resistensi vaskuler paru
Tujuan ; tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.
Intervensi:
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan
Rasional: pengenalan dini dan pengobatan venilasi abnormal dapat
mencegah komplikasi.
2. Observasi penyimpangan dada, selidiki penurunan ekspansi paru atau
ketidaksimetrisan gerakan dada
Rasional: udara atau cairan pada area pleural mencegah akspansi
lengkap (biasanya satu sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status
ventilasi
3. Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium GDA, hb
sesuai indikasi
Rasional: pantau keefektifan terapi pernafasan dan atau catat
terjadinya komplikasi.
4. Minimalkan menangis atau aktifitas pada anak
Rasional: menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan
meningkatkan.
6. Intoleran aktivitas b.d kelelahan
Tujuan anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya
kelemahan.
Intervensi:
1. Kaji perkembangan tanda-tanda penigkatan tanda-tanda vital, seperti
adanya sesak
Rasional: menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akan
menggunakan energi lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya
anak menjadi kelelahan.
27
2. Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya
Rasional: teknik penghematan energi
3. Support dalam nutrisi
Rasiona!: nutrisi dapat membantu menigkatan metabolisme juga akan
meningkatan produksi energi
7. Kurang pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya b.d kurangnya
infomasi
Tujuan : ibu tidak mengalami kecemasan dan megetahui proses penyakit
dan penatalaksanaan keperwatan yang dilakukan
Intervensi:
Berikan pendidikan kesehatan kepada ibu dan keluarga mengenai penyakit
serta gejala dan penataksanaan yang akan dilakukan
Rasional: informasi akan meningkatan pengetahuan ibu sehingga cemas
yang dialami ibu melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.
C. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Perencanaan
1. Gangguan
perfusi
jaringan b.d
penurunan
cardiac
output.
Gangguan perfusi
jaringan teratasi
dalam waktu
3x24 jam.
Kriteria hasil :
- RR 30-60
x/mnt
- Nadi 120-
140 x/mnt.
- Suhu 36,5-
37 C
- Sianosis (_)
- Ekstremitas
Observasi frekwensi dan bunyi
jantung
Observasi adanya sianosis.
Beri oksigen sesuai kebutuhan
Kaji kesadaran bayi
Observasi TTV.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian therapy.
28
hangat
2. Inefektif pola
nafas b.d
akumulasi
secret.
Pola nafas efektif
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam
Kriteria hasil :
- RR 30-60
x/mnt
- Sianosis (-)
- Sesak (-)
- Ronchi (-)
- Whezing (-)
Observasi pola nafas
Observasi frekuensi dan bunyi
nafas
Tempatkan kepala pada posisi
hiperekstensi
Observasi adanya sianosis.
Lakukan suction
Monitor dengan teliti hasil
pemeriksaan gas darah.
Beri O2 sesuai program
Atur ventilasi ruangan tempat
perawatan klien.
Observasi respon bayi terhadap
ventilator dan terapi O2
Kolaborasi dengan tenaga medis
lainnya.
3 Resiko
gangguan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan b.d
intake yang
tidak adekuat
Kebutuhan
nutrisi terpenuhi
setelah 3x24 Jam.
Kriteria hasil :
- Tidak
terjadi
penurunan
BB>15%
- Muntah (-)
- Bayi dapat
minum
dengan baik.
Observasi intake dan output
Observasi reflek menghisap dan
menelan bayi.
Kaji adanya sianosis pada saat
bayi minum.
Pasang NGT bila diperlukan.
Beri nutrisi sesuai kebutuhan bayi
Timbang BB tiap hari.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian therapy.
Kolaborasi dengan tim gizi untuk
pemberian diit bayi.
4. Kecemasan
ortu b.d
Kecemasan
berkurang setelah
Jelaskan tentang kondisi bayi .
Kolaborasi dengan dokter untuk
29
kurang
pengetahuan
tentang
kondisi
bayinya.
dilakukan
tindakan
keperawatan
dalam waktu
1x24 jam
Kriteria hasil :
- Orang tua
mengerti
tujuan yang
dilakukan
dalam
pengobatan
therapy.
- Orangtua
tampak
tenang.
- Orang tua
berpartisipasi
dalam
pengobatan
memberikan penjelasan tentang
penyakit dan tindakan yang akan
dilakukan berkaitan dengan penyakit
yang diderita bayi.
Libatkan orangtua dalam
perawatan bayi.
Berikan support mental
Berikan reinforcement atas
pengertian orangtua.
5. Resiko infeksi
tali pusat b.d
invasi kuman
patogem.
Infeksi tali pusat
tidak terjadi
dalam waktu
3x24 jam
Kriteria hail :
- Suhu 36-37
C
- Tali pusat
kering dan
tidak berbau.
- Tidak ada
30
tanda-tanda
infeksi pada
tali pusat.
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. PJB dapat dibagi atas 2 golongan besar, yaitu :Penyakit jantung bawaan
non sisnotik,Defek septum atrium (ASD),Defek septum ventricular
(VSD)Duktus arteria paten (PDA,)Pulmonary stenosis (SP)Koarsiko aorta
(CA),Penyakit jantung bawaaan sisnotik, Tetralogi fallot
2. Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung congenital adalah
kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut
terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan jantung bawaan ini tidak selalu
member! gejala segera setelah bayi lahir; tidak jarang kelainan tersebut baru
ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa
tahun (Ngastiah)
3. Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan
perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung
dan pembuluh darah besar dibentuk. Gangguan perkembangan mungkin
disebabkan oleh factor-faktor prenatal seperti infeksi ibu selama trimester
pertama.
32
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilyn E, Jane R Kenty:1998 Maternal/Newborn Care Plan: Guidelines for
client care E.a Davis Company: Philadelphia
Mansjoer Arif:1999: Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Madiyono, Bambang, dkk.2005. Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi Dan Anak.
Balai Penerbit FKUI: Jakarta
Mattson Susan:2000 Core Curriculum for Maternal-Newborn second edition: advision of
Harcourt brace & company: Philadelphia
Ngastiyah:1997 Perawatan Anak Sakit:penerbit buku kedokteran: Jakarta
Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan :1993 Proses Keperawatan
Pada Pas/en Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Penerbit buku
kedokteran EGC: Jakarta
www.bristol-inquiry.org.uk
www.Heartcenteronline.com
www.medicastore.com.balita/jantung
www.meridianhealth.com/healthcontent/images
www.southeastmissourihospital.com/health/peds/cardiac
33