asuhan keperawatan pada anak dengan...

28
1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLE PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Upload: others

Post on 12-Dec-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

1

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN SLE

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak

dengan SLE. Tulisan ini dibuat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya

pemberian asuhan keperawatan kepada anak.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini diharapkan

dapat bermanfaat dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak serta dapat digunakan

sebagai acuan dalam memberikan perawatan.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan

masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, Juli 2017

Penulis

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

3

DAFTAR ISI

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi……………………………………………………………………………4

2. Epidemiologi……………………………………………………………………..4

3. Etiologi……………………………………………………………………………5

4. Pathogenesis……………………………………………………………………..5

5. Klasifikasi………………………………………………………………………..7

6. Gejala klinis………………………………………………………………..…….9

7. Pemeriksaan fisik………………………………………………………………10

8. Pemeriksaan diagnostic………………………………………………………..10

9. Criteria diagnosis………………………………………………………………11

10. Penatalaksaan medis……………………………………………………………14

11. Penatalaksanaan keperawatan………………………………………………..16

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian keperawatan………………………………………………………19

2. Masalah keperawatan…………………………………………………………19

3. Rencana asuhan keperawatan……………………………………………….20

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

4

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

SISTEMIK LUPUS ERYTHEMSTOSUS (SLE)

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah radang kronis yang disebabkan oleh

penyakit autoimun (kekebalan tubuh) di mana sistem pertahanan tubuh yang tidak

normal melawan jaringan tubuh sendiri. Antara jaringan tubuh dan organ yang dapat

terkena adalah seperti kulit, jantung, paru-paru, ginjal, sendi, dan sistem saraf.

Lupus eritematosus sistemik (SLE) merupakan suatu penyakit atuoimun yang

kronik dan menyerang berbagai system dalam tubuh. ( Silvia & Lorraine, 2006 )

Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang

banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan

disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri

Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun multisystem

dengan manifestasi dan sifat yang sangat berubah – ubah, penuakit ini terutama

menyerang kulitr, ginjal, membrane serosa, sendi, dan jantung.(Robins, 2007)

2. Epidemiologi

Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) prevalensinya dalam

populasi tertentu kira – kira satu kasus per 2500 orang, penyakit ini cenderung terjadi

pada perempuan (kira – kira 9:1), yang menyerang satu diantara 700 perempuan usia

subur. systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering ditemukan pada ras tertentu

seperti ras kulit hitam, Cina, dan Filipina. Penyakit ini terutama diderita oleh wanita

muda dengan puncak kejadian pada usia 15-40 tahun (selama masa reproduktif)

dengan perbandingan wanita dan laki-laki 5:1)

Di Indonesia, data unutk kasus SLE masih belum ada yang mencakup semua

wilayah Indonesia. Data tahun 2002, berdasarkan data pasien yang datang ke

poliklinik Reumatologi Penyakit Dalam di RSUP Cipto Mangunkosumo Jakarta,

terdapat 1,4% kasusu dari total seluruh kunjungan pasien. Sedangkan unutuk RS

Hasan Sadikin Bandung, terdapat 10,5% (291pasien) dari total pasien yang

berkunjung ke poliklinik reumatologi pada tahun 2010.

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

5

3. Penyebab/factor predisposisi

- Factor genetic

- Factor Humoral

- Factor lingkungan

- Kontak dengan sinar matahari

- Infeksi virus/bakteri

- Obat golongan sulva

- Penghentian lehamilan

- Trauma psikis

4. Patogenesis

Lupus ditandai oleh peradangan kronis atau berulang mempengaruhi satu atau lebih

jaringan dalam hubungan dengan beberapa autoantibodi. Beberapa, seperti anti - sel

merah dan antibodi antiplatelet, jelas patogen, sedangkan yang lain mungkin hanya

penanda kerusakan toleransi. Etiologi tetap misteri, tetapi seperti dalam banyak

penyakit kronis, tampaknya mungkin bahwa penyakit ini dipicu oleh agen lingkungan

dalam kecenderungan tiap individu (Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).

Faktor Endogen

Banyak autoantibodi (terutama ANAs) diarahkan terhadap antigen intraseluler biasanya

'tak terlihat' untuk sistem kekebalan tubuh. Hal ini menunjukkan autoimunitas yang

berkembang, setidaknya dalam beberapa kasus, sebagai konsekuensi dari kematian sel

yang tidak normal atau disregulasi termasuk kematian sel terprogram (apoptosis).

Dalam mendukung Konsep ini telah menjadi pengakuan bahwa model hewan lupus di

MLR / lpr mencit karena mutasi genetik FAS. Aktivasi FAS menyebabkan apoptosis,

kelainan FAS mencegah apoptosis yang normal menyebabkan proliferasi limfositik

tidak terkendali dan produksi autoantibodi. Sebuah homolog manusia model hewan

adalah sindrom limfoproliferatif autoimun (ALPS), karena mutasi dari FAS, anak-anak

mengembangkan limfadenopati besar dan splenomegali dengan produksi

autoantibody(Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).

Faktor Eksogen

Bahkan sedikit yang diketahui tentang pemicu yang bertanggung jawab untuk sebagian

besar bentuk lupus. Obat seperti antikonvulsan dan antibiotik (khususnya minocycline)

dapat menyebabkan lupus. Sinar matahari dapat memicu kedua manifestasi kulit dan

sistemik lupus (dan neonatal lupus). Menelan jumlah yang sangat besar kecambah

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

6

alfalfa juga dapat menyebabkan lupus, pemicu aktif muncul menjadi L-canvanine.

Peran, jika ada, dari virus dan bakteri dalam memicu lupus tetap jelas meskipun perlu

penelitian yang cukup besar. Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa infeksi tertentu

adalah penting dalam menyebabkan lupus. Menariknya, ada peningkatan penyakit

rematik pada orang dengan infeksi HIV, dan penyakit autoimun termasuk lupus

tampaknya menjadi lebih umum ketika ada restorasi kompetensi kekebalan dengan

penggunaan obat anti retro virus yang sangat aktif (Malleson, Pete; Tekano, Jenny.

2007).

(King, Jennifer K; Hahn, Bevra H. 2007)

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

7

5. Klasifikasi

Ada tiga jenis type lupus :

a. Cutaneous Lupus

Tipe ini juga dikenal sebagai Discoid Lupus Tipe lupus ini hanya terbatas pada

kulit dan ditampilkan dalam bentuk ruam yang muncul pada muka, leher, atau

kulit kepala. Ruam ini dapat menjadi lebih jelas terlihat pada daerah kulit yang

terkena sinar ultraviolet (seperti sinar matahari, sinar fluorescent). Meski terdapat

beberapa macam tipe ruam pada lupus, tetapi yang umum terdapat adalah ruam

yang timbul, bersisik dan merah, tetapi tidak gatal.

b. Discoid Lupus

Tipe lupus ini dapatmenyebabkan inflamasi pada beberapa macam organ. Untuk

beberapa orang mungkin saja hal ini hanya terbatas pada gangguan kulit dan

sendi. Tetapi pada orang yang lain, sendi, paru-paru, ginjal, darah ataupun organ

dan/atau jaringan lain yang mungkin terkena. SLE pada sebagian orang dapat

memasuki masa dimana gejalanya tidak muncul (remisi) dan pada saat yang lain

penyakit ini dapat menjadi aktif (flare).

c. Drug-induced lupus

Tipe lupus ini sangat jarang menyerang ginjal atau sistem syaraf. Obat yang

umumnya dapat menyebabkan druginduced lupus adalah jenis hidralazin (untuk

penanganan tekanan darah tinggi) dan pro-kainamid (untuk penanganan detak

jantung yang tidak teratur/tidak normal). Tidak semua orang yang memakan obat

ini akan terkena drug-induced lupus. Hanya 4 persen dari orang yang

mengkonsumsi obat itu yang bakal membentuk antibodi penyebab lupus. Dari 4

persen itu, sedikit sekali yang kemudian menderita lupus. Bila pengobatan

dihentikan, maka gejala lupus ini biasanya akan hilang dengan sendirinya

Dari ketiganya, Discoid Lupus paling sering menyerang. Namun, Systemic Lupus

selalu lebih berat dibandingkan dengan Discoid Lupus, dan dapat menyerang organ

atau sistem tubuh. Pada beberapa orang, cuma kulit dan persendian yang diserang.

Meski begitu, pada orang lain bisa merusak persendian, paru-paru, ginjal, darah,

organ atau jaringan lain.

Terdapat perbedaan antara klasifikasi dan diagnosis SLE. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan kombinasi gambaran klinis dan temuan laboratorium dan mungkin tidak

memenuhi kriteria klasifikasi American College of Rheumatology (ACR) (Tabel 1),

yang didefinisikan dan divalidasi untuk keperluan uji klinis. Penggunaan tabel ini

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

8

ketat daripada yang dibutuhkan untuk mendiagnosa lupus. Hal ini penting karena

kadang-kadang pengobatan akan tidak tepat akan tertunda menunggu kriteria

klasifikasi yang harus dipenuhi (Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).

Diagnosa medis definitif didasarkan pada adanya empat atau lebih gejala tersebut.

Laboratorium tes ini termasuk jumlah sel darah lengkap dengan diferensial, Panel

kimia metabolisme, urinalisis, antinuclear antibodi, anti-DNA antibodi, komplemen 3

(C3), komplemen 4 (C4), imunoglobulin kuantitatif, plasma reagen cepat (RPR),

lupus anticoagulant, dan antiphospholipid antibodi (Lehman, 2002 dalam (Ward,

Susan L and Hisley, Shelton M. 2009).

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

9

6. Gejala klinis

Gejala klinis yang mungkin muncul pada pasein SLE yaitu:

a. Wanita muda dengan keterlibatan dua organ atau lebih.

b. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan penurunan berat

badan

c. Muskuloskeletal: artritis, artralgia, myositis

d. Kulit: ruam kupu-kupu (butter• ly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi

membrane mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria, vaskulitis.

e. Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik

f. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen

g. Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhim paru.

h. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis

i. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati, splenomegali, hepatomegali)

j. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia

k. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis transversus,

gangguan kognitif neuropati kranial dan perifer.

Kecurigaan terhadap adanya SLE jika terdapat dua atau lebih tanda gejala diatas.

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

10

7. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : inspeksi kulit dilakukan untuk menemukan ruam eritematous. Plak

eritematous pada kulit dengan skuama yang melekat dapat terlihat pada kulit

kepala, muka atau leher. Inspeksi kulit kepala dilakukan untuk menemukan gejala

alopesia, dan inspeksi mulut serta tenggorok untuk ulserasi yang mencerminkan

gangguan gastrointestinal. Selain itu juga untuk melihat pembengkakan sendi.

Auskultasi : dilakukan pada kardiovaskuler untuk mendengar friction rub

perikardium yang dapat menyertai miokarditis dan efusi pleura. Efusi pleura serta

infiltrasi mencerminkan insufisiensi respiratorius dan diperlihatkan oleh suara paru

yang abnormal.

Palpasi : dilakukan palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan, dan sendi yang

terasa hangat.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan lab :

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat

pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga bisa ditemukan pada

penyakit lain. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan

juga pemeriksaan untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi

dari kedua antibodi ini hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita

lupus memiliki antibodi ini. Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar komplemen

(protein yang berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk menemukan antibodi

lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan aktivitas dan lamanya

penyakit.

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

11

b. Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein.

Radiology :

- Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis.

8. Diagnosis/kriteria diagnosis

Berdasarkan kriteria American College of Rheumatology (ACR) 1982, diagnosis SLE

dapat ditegakkan secara pasti jika dijumpai empat kriteria atau lebih dari 11 kriteria,

yaitu:

Kriteria Batasan

Ruam malar Eritema yang menetap, rata atau menonjol, pada daerah

malar dan cenderung tidak melibatkan lipat nasilabial

Ruam discoid Plak eritema menonjol dengan kerato• k dan sumbatan

folikular. Pada SLE lanjut dapat ditemukan parut atrofik

Fotosensitivitas Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap

sinar matahari, baik dari anamnesis pasien atau yang

dilihat oleh dokter pemeriksa

Ulkus mulut Ulkus mulut atau orofaring, umumnta tidak terasa nyeri

dan dapat terlihat oleh pemeriksa

Artritis Atritis non erosif yang melibatkan dua atau lebih sendi

perifer, ditandai oleh nyeri tekan, bengkak atau efusia

Serosis

- Pleuritis

- perikarditis

a. riwayat penyakit pleuritik berdasarkan anamnesa atau

terdapat efusi pleura

b. dapat dilihat pada rekaman EKG atau pericardial

friction rub atau terdapat efusi pleura

Gangguan renal a. Proteinuria menetap >0,5 gram/hari atau >3+ bila tidak

dilakukan pemeriksaan kuantitatif

b. Silinder seluler: dapat berupa silinder eritrosit,

hemoglobin, granular, tubular, atau campuran

Gangguan neurologi a. Kejang yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau

gangguan metabolik (misalnya uremia, ketoasidosis,

atau ketidakseimbangan elektrolit)

b. Psikosis yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

12

gangguan metabolik (misalnya uremia, ketoasidosis,

atau ketidakseimbangan elektrolit)

Gangguan hematologik a. Anemia hemolitik dengan retikulus

b. Lekopenia <4000/mm3 pada dua kali pemeriksaan

atau lebih, atau

c. Limfopenia <1500/mm3 pada dua kali pemeriksaan

atau lebih, atau

d. Trombositopenia <100.000/mm3 tanpa disebabkan

obat-obatan

Gangguan imunologik a. Anti-DNA: antibodi terhadap native DNA dengan titer

yang abnormal, atau

b. Anti-Sm: terdapatnya antibodi terhadap antigen

nukluear Sm, atau

c. Temuan positif terhadap antibodi antifosfolipid yang

didasarkan atas:

- Kadar serum antibodi antikordiolipin abnormal baik

IgG atau IgM

- Tes lupus antikoagulan positif menggunakan

metode standar, atau

- Hasil tes serologi positif palsu terhadap sifilis

sekurang-kurangnya selama 6 bulan dan

dikonfirmasi dengan test imobilisasi Treponema

pallidum atau tes fluoresensi absropsi antibodi

treponema

Antibodi antinuklear

positif (ANA)

Titer abnormal dari antibodi antinuklear berdasarkan

pemeriksaan imunofluoresensi atau pemeriksaan setingkat

pada kurun waktu perjalanan penyakit tanpa keterlibatan

obat yang diketahui berhubungan dnegan sindrom lupus

yang diinduksi obat

9. Therapy/tindakan penanganan

Pilar pengobatan yang untuk penderita SLE sebaiknya dilakukan secara

berkesinambungan. Pilar pengobatan yang bisa dilakukan:

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

13

a. Edukasi dan konseling

Pasien dan keluarga penderita SLE memerlukan informasi yang benar dan

dukungan dari seluruh keluarga dan lingkungannya. Pasien memerlukan informasi

tentang aktivitas fisik, mengurangi atau mencegah kekambuhan misalnya dengan

cara melindungi kulit dari sinar matahari dengan menggunakan tabir surya atau

pakaian yang melindungi kulit, serta melakukan latihan secara teratur. Pasien juga

memerlukan informasi tentang pengaturan diet agar tidak mengalami kelebihan

berat badan, osteoporosis, atau dislipidemia. Informasi yang bisa diperlukan

kepada pasein adalah:

- Penjelasan tentang penyakit lupus dan penyebabnya

- Tipe dari penyakit SLE dan karakteristik dari tipe-tipe penyalit SLE

- Masalah terkait dengan fisik, kegunaan istirahta latihan terutama yang terkait

dengan pengobatan steroid seperti osteoporosis, kebutuhan istirahat,

pemakaian alat bantu, pengaturan diet, serta cara mengatasi infeksi

- Masalah psikologis yaitucara pemahaman diri pasien SLE, mengatasi rasa

leleah, stres, emosional, trauma psikis, masalah terkait dengan hubungan

dengan keluarga, serta cara mengatasi nyeri.

- Pemakaian obat mencakup jenis obat, dosis, lama pemberian, dan yang

lainnya. Kebutuahn pemberian vitamin dan mineral.

- Kelompok pendukung bagi penderita SLE

Edukasi juga perlu diberikan untuk mengurangi stigma psikologis akibat adanya

anggota keluarga yang menderita SLE

b. Program rehabilitasi

Pasien SLE memerlukan berbagai latihan untuk mempertahankan kestabilan sendi

karena jika pasien SLE diberikan dalam kondisi immobilitas selama lebih dari 2

minggu dapat mengakibatkan penurunan massa otot hingga 30%. Tujuan, indikasi,

dan teknis pelaksanaan program rehabilirasi melibatkan beberapa hal, yaitu:

- Istirahat

- Terapi fisik

- Terapi dengan modalitas

- Ortotik, dan yang lainnya.

c. Pengobatan medikamentosa

Jenis obat yang dapat digunakan pada pasein SLE adalah:

- OAINS

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

14

- Kortikosteroid

- Klorokuin

- Hidroksiklorokuin (saat ini belum tersedia di Indonesia)

- Azatioprin

- Siklofosfamid

- Metotreksat

- Siklosporin A

- Mikofenolat mofetil

Jenis obat yang paling umum digunakan adalah kortikosteroid yang dipakai

sebagai antiinflamasi dan imunosupresi. Namun, penggunaan kortikosteroid

menimbulkan efek samping. Cara mengurangi efek samping dari penggunaan

kortikosteroid adalah dengan mengurangi dosis obatnya segera setelah penyakit

terkontrol. Penurunan dosis harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari

aktivitas penyakit muncul kembali dan terjadinya defisiensi kortikol yang muncul

akibat penekanan aksis hipotalamus-pituitari-adrenal kronis. Penurunan dosis

yang dilakuakn secara bertahap akan memberikan pemulihan terhadap fungsi

adrenal. Penggunaan sparing agen kortikosteroid dapat diberikan untuk

memudahkan menurunkan dosis kaortokosteroid dan mengobtrol penyakit

dasarnya. Obat yang sering digunakan sebagai sparing agen kortokosteroid adalah

azatioprin, mikofenolat mofenil, siklofosfamid, danmetotrexate.

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

15

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

16

10. Penatalaksanaan Keperawatan

Manajemen Keperawatan

Asuhan keperawatan didasarkan pada pengelolaan rasa sakit dan peradangan,

mengatasi gejala, dan mencegah komplikasi. Pengobatan rasa sakit dan peradangan

pada SLE ringan umumnya dicapai dengan nonsteroidal obat anti inflamasi (NSAID).

Obat antimalaria juga digunakan dalam SLE ringan untuk mengontrol gejala radang

sendi, ruam kulit, sariawan, demam, dan kelelahan. Perawat perlu memberitahu orang

tua yang kadang-kadang memakan waktu lama sebelum terapi efek obat antimalaria

yang jelas.

Perawatan SLE membutuhkan penambahan kortikosteroid. Kortikosteroid diberikan

kepada anak ketika anak tidak merespon NSAID atau obat antimalaria. Kortikosteroid

sangat efektif dalam mengurangi peradangan dan gejala, meskipun mereka juga

memiliki efek samping yang serius dari imunosupresi. Selama periode eksaserbasi,

kortikosteroid dapat dimulai dalam dosis tinggi. Setelah gejala di bawah kontrol,

dosisnya adalah meruncing ke terendah tingkat terapeutik. Hal ini penting untuk

memberitahu orang tua bahwa steroid harus perlahan meruncing ketika saatnya untuk

menghentikan obat.

Jenis obat yang paling ampuh yang digunakan untuk mengobati SLE parah termasuk

agen imunosupresif. obat-obat ini digunakan ketika penyakitnya sudah mencapai

keadaan yang serius di mana tanda-tanda parah dan gejala yang hadir. Agen

Imunosupresif juga dapat ditentukan jika ada kebutuhan untuk menghindari

kortikosteroid. Keputusan untuk menggunakan immunosuppressives membutuhkan

pertimbangan serius karena efek samping signifikan, terutama yang berkaitan dengan

imunosupresi umum. Contoh agen imunosupresif digunakan dalam pengobatan SLE

termasuk azathioprine (Imuran), siklofosfamid (Cytoxan), dan methotrexate

(Rheumatrex). Setiap obat memiliki risiko yang unik dan serius seperti depresi

sumsum tulang dan hepatotoksisitas. Perawat harus memperkuat informasi tentang

aksi obat sebagai serta efek samping dengan orangtua sebelum pemberian obat ini

Selain obat-obatan , asuhan keperawatan juga berfokus pada perawatan paliatif dan

memberikan dukungan psikososial . Sekarang penting bahwa mempertahankan gizi

anak yang baik , istirahat dan berolahraga , menghindari matahari , dan mendorong

ekspresi perasaan tentang kondisi tersebut. Meskipun tidak ada yang spesifik, Diet

untuk SLE adalah diet rendah garam.

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

17

Istirahat dan latihan termasuk periode di mana anak aktif selama remisi dan

beristirahat selama eksaserbasi . Penghindaran dari paparan sinar matahari ditekankan

karena fotosensitif ruam yang terjadi dengan SLE . Penggunaan tabir surya kegiatan

di luar ruangan yang penting , dan perencanaan di bawah naungan atau tinggal di

dalam rumah mungkin diperlukan . Karena kondisi ini mungkin terjadi kesulitan bagi

anak dan keluarga untuk mengatasi dan mengerti, mendorong ekspresi perasaan atau

bergabung dengan kelompok pendukung didorong . orangtua harus memberitahu

guru, pelatih , dan orang lain tentang anak mereka kondisi sehingga mereka dapat

membantu memantau anak dan memperoleh pengobatan yang diperlukan jika

diperlukan . Merupakan perawat tanggung jawab untuk membantu anak dan keluarga

mengidentifikasi kemungkinan pemicu , seperti sinar matahari dan stres emosional,

dan membantu keluarga untuk menemukan cara untuk menghindarinya. (Ward, Susan

L and Hisley, Shelton M. 2009)

Paparan sinar Matahari

Paparan sinar ultraviolet (UV) dapat menyebabkan eksaserbasi ruam lupus dan juga

gejala-gejala sistemik seperti nyeri sendi dan kelelahan. Ada laporan bahwa pasien

yang secara teratur menggunakan tabir surya (SPF 15 atau lebih) telah secara

signifikan lebih rendah keterlibatan ginjal, trombositopenia dan rawat inap, dan

membutuhkan treatment siklofosfamid yang menurun. Semua anak dengan SLE harus

disarankan untuk memakai tabir surya setiap hari untuk semua kulit yang terbuka

(termasuk telinga), tidak hanya pada hari-hari cerah karena awan tidak

menghilangkan paparan sinar UV (Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).

Diit dan Latihan

Tidak ada persyaratan khusus diet tetapi karena kortikosteroid- diinduksi berat badan,

makanan tinggi kalori dan garam harus dihindari. Latihan harus didorong. Cukup

banyak anak berpartisipasi di sekolah penuh waktu, kecuali selama periode penyakit

aktif berat. Kegagalan untuk menghadiri sekolah harus diwaspadai tim kesehatan

untuk kemungkinan masalah psikososial. Komunikasi dengan guru sekolah

diserahkan kepada kebijaksanaan keluarga, dengan keterlibatan tim klinis jika diminta

(Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).

Fatique dan Tidur

Kelelahan adalah salah satu gejala yang paling umum. Hal ini biasanya akan membaik

sebagaimana perbaikan penyakit. Beberapa orang tua merasa sulit selama ini untuk

memungkinkan anak-anak mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Terapis

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

18

okupasi dan fisik dapat sangat membantu dalam membantu untuk mengembangkan

kegiatan yang lebih baik dan perilaku tidur. Beberapa pola tidur anak-anak bisa

berubah pada awal SLE. Hal ini biasanya berhubungan dengan kortikosteroid.

Beberapa anak menjadi hiperaktif dan murung, dan mengalami kesulitan tidur. Hal ini

dapat ditingkatkan dengan mengambil dosis kortikosteroid sore hari lebih awal.

Beberapa anak pada kortikosteroid dosis tinggi perlu buang air kecil beberapa kali di

malam hari dan bisa sulit untuk jatuh kembali untuk tidur. Keterkaitan dosis dan

kortikosteroid sekali memunculkan sedikit masalah (Malleson, Pete; Tekano, Jenny.

2007).

Dampak SLE untuk anak dan Keluarga

Ketika diagnosis ditegakkan, kemampuan sumber daya keluarga dan dukungan sangat

diperlukan. Pendidikan sering merupakan langkah pertama dalam membantu keluarga

merasa bahwa mereka memiliki kontrol. Hal ini penting untuk diingat untuk tidak

terlalu membebani keluarga pada beberapa kunjungan pertama setelah diagnosis.

Perawat dapat memainkan peran kunci dalam membantu mereka dengan belajar

tentang penyakit dengan sering telepon tindak lanjut dan kunjungan. Informasi tertulis

dan review dari penyakit dan efek samping pengobatan yang sering

diperlukan(Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).

Remaja sering memberikan tantangan yang unik karena mereka dapat menggunakan

penyangkalan sebagai mekanisme koping. Hal ini tidak selalu mekanisme buruk,

tetapi bisa membuat frustasi bagi anggota keluarga. Sbagian besar anak mampu

bersekolah penuh waktu. Banyak yang memilih untuk tidak memberitahu teman-

teman atau guru tentang penyakit mereka. Seringkali remaja akan melanjutkan semua

kegiatan mereka sebelumnya karena mereka tidak ingin berbeda dari yang

lain(Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).

Seringkali kronisitas SLE tidak sepenuhnya dipahami oleh keluarga atau anak hingga

memasuki tahun kedua atau ketiga setelah diagnosis. Saat ini, meskipun penyakit ini

mungkin terkontrol baik dengan obat dan hanya sedikit obat yang diperlukan,

dukungan dan pendidikan yang lebih lanjut diperlukan. Ketidakpastian SLE, di mana

seorang anak dapat berjalan dengan baik selama beberapa tahun dan kemudian

memiliki flare dari penyakit mereka, sangat menegangkan. Hal ini kembali

memperkuat kronisitas SLE dan keluarga mungkin memiliki waktu yang lebih sulit

menghadapi flare penyakit daripada di diagnosis asli. Sebuah hubungan saling

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

19

percaya dengan tim perawatan medis sangat penting dengan komunikasi terbuka dan

jujur dengan baik anak dan orang tua(Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).

Anak-anak dengan SLE dan keluarga mereka memerlukan tim kesehatan profesional

untuk membantu mereka melalui sampai dewasa. Sebagai anak-anak bertambah tua

adalah penting bahwa tim kesehatan mendorong keluarga untuk memberikan

peningkatan kontrol manajemen penyakit pada anak. Ini transisi dari manajemen

penyakit dari orang tua kepada anak dapat dibantu dengan memiliki transisi yang

klinik remaja spesifik dijalankan bersama oleh anak dewasa dan dokter.

Ketidakpastian lupus dengan flare dan remisi berarti bahwa pemantauan ketat akan

selalu dibutuhkan, tetapi banyak anak beradaptasi dengan tantangan ini dan tidak

membiarkan Penyakit mereka mengganggu berlebihan dengan kehidupan mereka. Hal

ini dapat sangat diperlukan penghargaan untuk mmembantu tumbuh menjadi orang-

orang dewasa yang sehat sukses (Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

20

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian :

Data subyektif :

- Pasien mengeluh terdapat ruam-ruam merah pada wajah yang menyerupai

bentuk kupu-kupu.

- Pasien mengeluh rambut rontok.

- Pasien mengeluh lemas

- Pasien mengeluh bengkak dan nyeri pada sendi.

- Pasien mengeluh sendi merasa kaku pada pagi hari.

- Pasien mengeluh nyeri

Data obyektif :

- Terdapat ruam – ruam merah pada wajah yang menyerupai bentuk kupu-kupu.

- Nyeri tekan pada sendi.

- Rambut pasien terlihat rontok.

- Terdapat luka pada langit-langit mulut pasien.

- Pembengkakan pada sendi.

- Pemeriksaan darah menunjukkan adanya antibodi antinuclear.

2. Masalah Keperawatan

- Nyeri akut

- Fatigue

- Risiko infeksi

- Gangguan citra tubuh

- Risiko injuri

- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

21

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnose NOC NIC

Nyeri akut

Factor yang berhubungan:

Agen injuri fisik

Pain control

Indicator

- Mengenali onset nyeri

- Menjelaskan factor

penyebab

- Melaporkan perubahan nyeri

- Melaporkan gejala yang

tidak terkontrol

- Menggunakan sumber daya

yang tersedia untuk

mengurangi nyeri

- Mengenali gejala nyeri yang

berhubungan dengan

penyakit

- Melaporkan nyeri terkontrol

Pain management

Aktivitas

- Melakukan pengkajian

nyeri termasuk lokasi,

karateristik, onset/durasi,

frekuensi, kualitas atau

keparahan nyeri, dan

factor pencetus nyeri

- Observasi tanda nonverbal

dari ketidaknyamanan,

terutama pada pasien yang

tidak bisa berkomunikasi

secara efektif

- Gunakan strategi

komunikasi terapeutik

untuk mengetahui

pengalama nyeri pasien

dan respon pasien terhadap

nyeri

- Kaji pengetahuan dan

kepercayaan pasien

tentang nyeri

- Tentukan dampak dari

nyeri terhadap kualitas

hidup (tidur, selera makan,

aktivitas, dll)

- Evaluasi keefektifan

manajemen nyeri yang

pernah diberikan

sebelumnya

- Control factor lingkungan

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

22

yang dapat mempengaruhi

ketidaknyamanan pasien

- Kolaborasi dengan pasien,

anggota keluarga, dan

tenaga kesehatan lain

untuk implementasi

manajemen nyeri

nonfarmakologi

- Dukung pasien untuk

menggunakan pengobatan

nyeri yang adekuat

Fatigue

Karakteristik :

Factor yang berhubungan :

anemia

Fatigue level

Indicator

- Kelelahan

- Kualitas tidur

- Kualitas istirahat

- Hematocrit

Energy Management

Aktivitas:

- Kaji status fisik pasien

untuk kelelahan dengan

memperhatikan umur dan

perkembangan

- Dorong pasien untuk

mengungkapkan perasaan

tentang keterbatasan

- Gunakan instrument yang

valid untuk mengukur

kelelahan

- Tentukan aktivitas yang

boleh dilakukan dan

seberapa berat aktivitasnya

- Monitor asupan nutrisi

untuk mendukung sumber

energy yang adekuat

- Konsultasi dengan ahli gizi

tentang peningkatan asupan

energy

- Bantu pasien untuk

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

23

beristirahat sesuai jadwal

- Dorong pasien untuk tidur

siang

- Bantu pasien melakukan

aktivitas fisik reguler

Risiko infeksi

Factor risiko :

Imunosupresi

Infection severity

Indicator :

- Demam

- Nyeri

- Limpadenopati

- Penurunan jumlah sel darah

putih

Risk control

Infection Control

Aktivitas:

- Pertahankan teknik isolasi

jika diperlukan

- Batasi jumlah pengunjung

- Ajarkan kepada tenaga

kesehatan untuk

meningkatkan cuci tangan

- Ajarkan pasien dan

pengunjung untuk cuci

tangan

- Cuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan

perawatan kepada pasien

- Lakukan perawatan aseptic

pada IV line

- Tingkatkan asupan nutrisi

yang adekuat

- Dorong pasien untuk

istirahat

- Ajarkan pada pasien dan

keluarga cara untuk

mencegah infeksi

Gangguan citra tubuh

Karakteristik:

- Perilaku menghindari

salah satu bagian tubuh

- Respon nonverbal

Body image

Indicator:

- Gambaran internal diri

- Keserasian anatara realitas

tubuh, ideal tubuh, dan

Body image enhancement

Aktivitas:

- Tentukan harapan pasien

tentang citra tubuhnya

berdasarkan tingkat

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

24

terhadap perubahan pada

tubuh

penampilan tubuh

- Kepuasan terhadap

penampilan tubuh

- Perilaku menggunakan

strategi untuk meningkatkan

fungsi tubuh

perkembangan

- Bantu pasien

mendiskusikan penyebab

penyakit dan penyebab

terjadinya perubahan pada

tubuh

- Bantu pasien menetapkan

batasan perubahan actual

pada tubuhnya

- Gunakan anticipatori

guidance untuk

menyiapkan pasien untuk

perubahan yang dapat

diprediksi pada tubuhnya

- Bantu pasien menentukan

pengaruh dari kelompok

sebaya dalam

mempresentasikan citra

tubuh

- Bantu pasien

mendiskusikan perubahan

yang disebabkan karena

masa pubertas

- Identifikasi kelompok

dukungan unutk pasien

- Monitor frekuensi

pernyataan pasien tentang

kritik terhadap dirinya

- Gunakan latihan pengakuan

diri dengan kelompok

sebaya

Risiko Injuri

Factor Risiko:

Risk control

Indicator:

Risk identification

Aktivitas:

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

25

Disfungsi autoimun - Mencari informasi tentang

risiko pada kesehatannya

- Identifikasi factor risiko

- Mengakuir factor risiko

personal

- Monitor factor risiko

lingkungan

- Melakukan strategi untuk

control risiko

- Review riwayat kesehatan

pasien

- Review data yang berasal

dari pengkajian risiko

- Tentukan sumber daya

yang tersedia seperti

tingkat pendidikan,

psikologis, finansial, dan

dukungan keluarga

- Identifikasi sumber-sumber

ynag dapat meningkatkan

risiko

- Identifikasi factor risiko

biologis, lingkungan, dan

perilaku serta hubungan

antara factor risiko

- Tentukan rencana untuk

mengurangi risiko

- Diskusikan dan rencanakan

aktivitas mengurangi risiko

dengan berkolaborasi

dengan pasein dan keluarga

- Implementasikan rencana

aktivitas mengurangi risiko

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan :

Ketidakmampuan untuk

memasukkan atau

mencerna nutrisi oleh

karena faktor biologis,

psikologis atau ekonomi.

NOC:

a. Nutritional status: Adequacy

of nutrient

b. Nutritional Status : food and

Fluid Intake

c. Weight Control

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama….nutrisi

kurang teratasi dengan

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien

Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat

untuk mencegah konstipasi

Ajarkan pasien bagaimana

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

26

DS:

- Nyeri abdomen

- Muntah

- Kejang perut

- Rasa penuh tiba-tiba

setelah makan

DO:

- Diare

- Rontok rambut yang

berlebih

- Kurang nafsu makan

- Bising usus berlebih

- Konjungtiva pucat

- Denyut nadi lemah

indikator:

Albumin serum

Pre albumin serum

Hematokrit

Hemoglobin

Total iron binding capacity

Jumlah limfosit

membuat catatan makanan

harian.

Monitor adanya penurunan

BB dan gula darah

Monitor lingkungan selama

makan

Jadwalkan pengobatan dan

tindakan tidak selama jam

makan

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut

kusam, total protein, Hb dan

kadar Ht

Monitor mual dan muntah

Monitor pucat, kemerahan,

dan kekeringan jaringan

konjungtiva

Monitor intake nuntrisi

Informasikan pada klien dan

keluarga tentang manfaat

nutrisi

Kolaborasi dengan dokter

tentang kebutuhan suplemen

makanan seperti NGT/ TPN

sehingga intake cairan yang

adekuat dapat

dipertahankan.

Atur posisi semi fowler atau

fowler tinggi selama makan

Kelola pemberan anti

emetik:.....

Anjurkan banyak minum

Pertahankan terapi IV line

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

27

Catat adanya edema,

hiperemik, hipertonik papila

lidah dan cavitas oval

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SLEerepo.unud.ac.id/id/eprint/13565/1/3bd26838561de03985bfae69c57… · masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Denpasar, Juli 2017 Penulis

28

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek G.M., Howard B.K, Dochterman J.M. (2008). Nursing Interventions Classifivation

(NIC) fifth edition. St. Louis: Mosby Elseiver.

Burn, Catherine E, et all. (2004). Pediatric Primary Care : A Handbook for Nurse

Practitioner. USA : Saunders

Herdman, T. Heather. (2012). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &

Classification 2012-2014. UK: Wiley‐Blacwell, A John Wiley & Sons Ltd

Kasjmir, Yoga dkk. (2011). Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia Untuk

Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik. Perhimpunan

Reumatologi Indonesia

King, Jennifer K; Hahn, Bevra H. (2007). Systemic lupus erythematosus: modern strategies

for management – a moving target. Best Practice & Research Clinical

Rheumatology Vol. 21, No. 6, pp. 971–987, 2007 doi:10.1016/j.berh.2007.09.002

available online at http://www.sciencedirect.com

Malleson, Pete; Tekano, Jenny. (2007). Diagnosis And Management Of Systemic Lupus

Erythematosus In Children. Paediatrics And Child Health 18:2. Published By

Elsevier Ltd. Symposium: Bone & Connective Tissue.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, ML., Swansosn, E. (2008). Nursing Outcomes

Classification (NOC) Fourth edition. St. Louis: Mosby Elseiver.

Sutarna, Agus, dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong (Wong’s Essentials of

Pediatric Nursing). ED.6. Jakarta: EGC

Ward, Susan L and Hisley, Shelton M. (2009). Maternal-child nursing care: optimizing

outcomes for mothers, children, and Families. United States of America : F.A. Davis

Company