asuhan keperawatan itp.docx

67
ASUHAN KEPERAWATAN Kasus SMRS (usia 10 tahun) An.T di diagnosa SN di RSUP karyadi (keluhan waktu itu bengkak di seluruh badan dirawat inap selama 7 hari kemudian pindah rawat di RSUP Purwerejo ditangani oleh dokter anak selama 2 tahun, mendapat terapi tablet hijau yang dosisnya makin lama makin berkurang, orang tua merasakan tidak ada perbaikan, anak justru bertambah gemuk sehingga beralih obat ke dokter spesialis anak yang lain di diagnosa SN diterapi mulai 2005- juli 2010. Dari spesialis anak dosis prednisolon 2-2-2 dosis terakhir 2 x ½ , evalusi proteinuria (+), tidak ada keluhan bengkak, moonface menurun, anak bisa bertambah tinggi. 4 SMRS muncul bintik lebam dikulit, periksa ke SPPP diagnosa SN. AT 1000, AL 12170, Hb 13,5.pada saat MRS (17 tahun),didiagnosa ITP, rambut rontok. SMRS muncul lebam-lebam, kulit Pasien kemerahan dan gusi berdarah. Pasien merasa lemas. A. Pengkajian 1. Identitas diri klien Nama : An.T Umur : 17 tahun JenisKelamin :Laki-laki Alamat ..........................: Prambanan, Sleman Status Perkawinan: Belum kawin Agama :.......................................Islam

Upload: enyeny-nduddz

Post on 03-Jan-2016

262 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan ITP.docx

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

SMRS (usia 10 tahun) An.T di diagnosa SN di RSUP karyadi (keluhan waktu itu

bengkak di seluruh badan dirawat inap selama 7 hari kemudian pindah rawat di RSUP

Purwerejo ditangani oleh dokter anak selama 2 tahun, mendapat terapi tablet hijau yang

dosisnya makin lama makin berkurang, orang tua merasakan tidak ada perbaikan, anak justru

bertambah gemuk sehingga beralih obat ke dokter spesialis anak yang lain di diagnosa SN

diterapi mulai 2005- juli 2010. Dari spesialis anak dosis prednisolon 2-2-2 dosis terakhir 2 x

½ , evalusi proteinuria (+), tidak ada keluhan bengkak, moonface menurun, anak bisa

bertambah tinggi. 4 SMRS muncul bintik lebam dikulit, periksa ke SPPP diagnosa SN. AT

1000, AL 12170, Hb 13,5.pada saat  MRS (17 tahun),didiagnosa ITP, rambut rontok. SMRS

muncul lebam-lebam, kulit Pasien kemerahan dan gusi berdarah. Pasien merasa lemas.

A. Pengkajian

1. Identitas diri klien

Nama : An.T

Umur : 17 tahun

JenisKelamin :Laki-laki

Alamat : Prambanan, Sleman

Status Perkawinan: Belum kawin

Agama: Islam

Suku : Jawa

Pendidikan :SMP

Pekerjaan :Pelajar

Lama bekerja:-

Tanggalmasuk RS :17 Agustus 2012

TanggalPengkajianawal:17Agustus 2012

Page 2: Asuhan Keperawatan ITP.docx

SumberInformasi : Pasien, Keluarga, Dokumentasi Pasien

2. RiwayatPenyakit

Keluhan utama masuk RS : Lebam-lebam, kulit Pasien kemerahan dan

gusi berdarah. Pasien merasa lemas.

Riwayat penyakit sekarang: SMRS (usia 10 tahun) An.T di diagnosa

SN di RSUP karyadi (keluhan waktu itu bengkak di seluruh badan dirawat

inap selama 7 hari kemudian pindah rawat di RSUP Purwerejo ditangani oleh

dokter anak selama 2 tahun, mendapat terapi tablet hijau yang dosisnya makin

lama makin berkurang, orang tua merasakan tidak ada perbaikan, anak justru

bertambah gemuk sehingga beralih obat ke dokter spesialis anak yang lain di

diagnosa SN diterapi mulai 2005- juli 2010.Ternyata didak ada perubahan

kemudian masuk RS di diagnosa ITP.

Riwayat Penyakit Dahulu: Umur 7 tahun anak di diagnosa SN

( bengkak di seluruh badan)

Diagnosa medic padasaat MRS, pemeriksaanpenunjangdantindakan yang

telahdilakukan,mulaidaripasien MRS (UGD/Poli), sampai diambil kasus

kelolaan

Masalah atau Dx medis pada saat MRS : Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP)

Tindakan yang telahdilakukan di poliklinikatau UGD

Cek darah lengkap

Catatanpenanganankasus (Dimulaisaatpasien di rawat di ruan grawat sampai

pengambilan kasus kelolaan)

Page 3: Asuhan Keperawatan ITP.docx

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Prenatal :

Selama hamil ibu kontrol rutin waktu hamil di bidan, tidak teratur

minum vitamin selama hamil

b. Perinatal dan post natal  :

Ibu melahirkan sewktu berusia 23 tahun pervaginam di bidan, anak T

langsung menangis. BBL 3100 gr. Anak T mendapatkan imunisasi

lengkap di bidan

c. Penyakit yang pernah diderita   :

Umur 7 tahun anak di diagnosa SN ( bengkak di seluruh badan)

d. Hospitalisasi/tindakan operasi    :

Anak belum pernah diopersi sebelumnya

e. Injuri/kecelakaan :

An.T mengatakan belum pernah mengalami kecelakaan sebelumnya

f. Alergi :

Anak tidak mempunyai alergi makanan maupun obat

g. Imunisasi dan tes laboratorium  :

Ibu mengatakan An. T sudah mendapatkan imunisasi lengkap di

Puskesmas.

Imunisasi-jenis vaksin Diberikan berapa kali Umur pemberian

BCG

Hepatitis B

Polio

DPT

Campak

1X

1X

6X

5X

1X

1 bulan

2 bulan

0,2,4,6 bulan

2,3,4 bulan

9 bulan

h. Pengobatan                :

An.T didiagnosa SN sejak usianya 10 tahun, anak selalu berobat rutin

pada dokter spesialis anak.

4. Riwayat Keluarga

Page 4: Asuhan Keperawatan ITP.docx

a. Sosial ekonomi           :

Pasien berasal dari keluarga yang cukup, ibu sebagai guru SMP

penghasilan ± 2 juta perbulan, ayah sebagai karyawan swasta

(percetakan) dengan penghasilan ± 1,5 juta perbulan

b. Lingkungan rumah   :

Pasien mengatakan lingkungan disekitar rumah bersih, rumah

berlantai keramik, beratap genteng, dinding tembok, kamar mandi di

dalam rumah, sumber air dari sumur

c. Penyakit keluarga     :

Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang sama (ITP)

dalam kelurga,tidak ada riwayat penyakit hipertensi.      

5. Pengkajian Pola Kesehatan Klien Saat Ini

a. Nutrisi

Sebelum masuk RS: anak makan 2 kali sehari, mengatakan tidak

menyukai sayur dan lauk,porsi sedikit.

Selama di rumah sakit:  anak makan habis 1 porsi, 3kali sehari diit

rumah sakit.

b. Cairan

Sebelum masuk RS: anak minum 4-5 gelas belimbing sehari berupa air

putih.

Selama di rumah sakit: anak minum ±1,5 L air mineral.

c. Kebutuhan cairan pada pasien yang seharusnya adalah :

Kebutuhan cairan:

BB = 49 kg

Kebutuhan cairan untuk 20 kg pertama 1500cc

Jadi kebutuhan cairan dalam 24 jam adalah 1500+( (49-20)x 20

ml/kgBB/hr)= 2080 cc/24 jam

d. Aktivitas

Sebelum masuk rumah sakit pasien sekolah sampai siang kemudian

bermain dengan teman-temannya.

Selama di rumah sakit: anak lebih banyak berbaring di tempat tidur

karena merasa lemas, namun anak terkadang terlihat duduk dan bisa ke

kamar mandi sendiri dengan didampingi keluarganya.

Page 5: Asuhan Keperawatan ITP.docx

e. Eliminasi

BAB    : sebelum masuk RS: BAB setiap 2 kali sehari, feses padat,

berwarna kuning.

BAK   : baik sebelum maupun selama di rumah sakit tidak ada

perubahan, BAK 5-6 kali sehari, BAK lancar, urin berwarna

kekuningan

f. Kognitif dan Persepsi

Pendengaran : anak dapat mendengarkan suara gesekan jari

Penglihatan   : dapat melihat dengan baik tanpa menggunakan alat

bantu

Penciuman    : tidak ada masalah dalam penciuman

Taktil dan pengecapan : anak dapat merasakan sentuhan, dan bisa

membedakan rasa asin, manis maupun pahit.

6. Pengkajian Fisik

a. Keadaaan umum :

1) Tingkat kesadaran : compos menti.

2) Nadi ;  90     X/mnt   suhu;     38     0C   RR ;     26   X/mnt

TD:125/90  mmHg

3) Respon nyeri : Berespon terhadap nyeri

4) BB;  49  kg ,TB:168 cm, LLA ;  20 cm LK:  54  cm

b. Kulit :  Warna sawo matang, kulit teraba hangat, terlhat bintik-bintik

merah, turgor kulit kembali saat 5 detik.

c. Kepala :  bentuk kepala mesosepal, tidak terdapat benjolan, tidak

terdapat luka, rambut Nampak tampak bersih berwarna hitam tersebar

merata.

d. Mata :

1) pupil      : reaksi cahaya +/+, isokor kanan/kiri

2) conjunctiva :  anemis

3) sclera      : tidak ikterik

e. Telinga : kedua telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada luka, tidak

ada cairan yang keluar dari kedua telinga

f. Hidung : pernafasan tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada

mimisan, tidak ada gangguan penciuman

Page 6: Asuhan Keperawatan ITP.docx

g. Mulut : mukosa bibir lembab,terdapat luka sariawan, tidak ada

gangguan menelan, keadaan mulut bersih

h. Leher :  tidak ada benjolan, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada nyeri

menelan.

i. Dada : Pergerakan dada simetris, tidak ada ketinggalan gerak antara

dada kanan dan kiri. Tidak ada luka, tidak ada nyeri, tidak terdapat

penggunaan otot-otot tambahan  pernafasan

j. Paru-paru :

I: simetris kanan/kiri

P: fremitus kanan/kir.

P: sonor,

A: vesikuler di kedua paru

k. Jantung :

Suara jantung reguler

l. Abdomen : tidak ada luka maupun bekas luka tidak ada nyeri tekan,

warna kulit merata, peristaltic 10x/menit

m. Genetalia : anak tidak terpasang kateter, genitalia bersih.

n. Anus dan rektum : bersih, tidak terdapat hemoroid

o. Muskuleskeletal : akral hangat, nadi teraba, tidak terdapat pitting

odema. Tidak ada nyeri,

p. Kekuatan otot:

q. Neurologi :

GCS E4V5M6

Tidak ada kejang, tidak ada tremor, pasien dapat menyebutkan tempat,

waktu orang (orientasi baik)

5 5

5 5

Page 7: Asuhan Keperawatan ITP.docx

PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hasil

13/08/2012 14/08/1012 15/08/2012 16/08/2012 17/08/2012 Rujukan Satuan

HEMATOLOGI Hemoglobin 10,8 8,9 8,4 8,5 7,5 11,0-14,0 g/dl

Leukosit 18,7 - - - 35,0 4,0-10,5 rb /ul

Eritrosit 3,80 - - - 2,82 4,5-6,00 Juta/ul

Hematokrit 32,4 28 25,8 27,4 24,8 35,0-47,0 Vol%

Trombosit 11,0 13 19 14,0 20,0 150-450 Ribu/ul

LED 65 - - - 0-20 mm/jam MCV,MCH,MCHC MCV 85,2 - - - 88,0 80-97 Fl

MCH 28,5 - - - 26,6 27-32 Pg

MCHC 33,4 - - - 30,2 32-38 %

HITUNG JENIS - Basofil 0,6 - - - 0-1 % - Eosinofil 0,1 - - - 1-4 % - Netrofil 72,7 - - - 78,1 36,0-66,0 %

- Limfosit 23,8 - - - 16,4 25-40 %

- Monosit 2,8 - - - 2-8 % HEMOSTASIS PT 13 - - - 10-15 Detik APTT 25 - - - 24-36 Detik

Page 8: Asuhan Keperawatan ITP.docx

B. PENGELOMPOKAN DATA SENJANG

Data Subjektif Data Objektif

1. Pasien mengatakan badan terasa

lemas

2. Ibu pasien mengatakan selama

hamil tidak sering mengkonsumsi

vitamin.

3. Pasien mnengatakan minum 4-5

gelas belimbing sehari berupa air

putih

4. Paien mengatak dirumah makan 2x

sehari, tidak menyukai sayur dan

lauk,porsi sedikit.

5. Pasien mengayakan badan tersa

hangat.

1. Kulit Lebam-lebam

2. Kulit Pasien kemerahan

3. Gusi berdarah

4. Umur 7 tahun anak di diagnosa

SN

5. Kulit teraba hangat

6. Terlhat bintik-bintik merah

7. conjunctiva:  anemis

8. Hemoglopbin 7,5 g/dl

9. Leukosit 35,0 /ul

10. Eritrosit 2, 82 juta/ul

11. Hematokrit 24,8 vol %

12. Trombosit 20,o ribu/ul

13. MCHC 30,2 %

14. Nitrofil 78,1 %

15. Limfosit 16,4 %

16. BB;  49  kg ,TB:168 cm

17. Suhu :38 oC

18. Turgor kulit kembali selama 5

detik

Page 9: Asuhan Keperawatan ITP.docx

C. ANALISA DATA

DATA PROBLEM ETIOLOGI

DS:

1. Pasien

mengatakan badan

terasa lemas

2. Pasien

mnengatakan minum

4-5 gelas belimbing

sehari berupa air

putih

3. Paien mengatak

dirumah makan 2x

sehari, tidak

menyukai sayur dan

lauk,porsi sedikit.

DO:

1. conjunctiva: 

anemis

2. BB;  49  kg

,TB:168 cm

DS:

1. pasien

mengatkan badan

terasa hangat

DO:

1. Kulit Lebam-

lebam

2. Kulit Pasien

Gangguan pemenuhan

nutrisi dan cairan kurang

dari kebutuhan tubuh

Resiko tinggi kerusakan

integritas kulit

anoreksia yang ditandai

dengan kelemahan, berat

badan menurun, intake

makanan kurang,

kongjungtiva

Factor imunologis ditandai

dengan immobilisasi,

kelemahan, hipertermi,

perubahan turgor kulit.

Page 10: Asuhan Keperawatan ITP.docx

kemerahan

3. Kulit teraba

hangat

4. Terlhat bintik-

bintik merah

5. Suhu 38 OC

6. Turgor kulit

kembali saat 5 detik

DS:

1. Pasien

mengatakan tidak

mengetahui tentang

penyakin klien

2. Keluarga belum

tahu tentang

pengambilan darah.

DO:-

Kurang pengetahuan pada

keluarga tentang kondisi

dan kebutuhan pengobatan

dengan

salah interpretasi informasi

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan kelemahan, berat badan

menurun, intake makanan kurang, kongjungtiva.

2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor

imunologis ditandai dengan immobilisasi, kelemahan, hipertermi, perubahan

turgor kulit.

3. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.

Page 11: Asuhan Keperawatan ITP.docx

E. INTERVENSI KEPERAWATAN1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan dan kreteria hasil

Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan pemenuhan nutrisi klien terpenuhi denganTujuan: Menghilangkan mual dan muntahCriteria hasil:Menunjukkan berat badan stabil

1. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering

2. Pantau pemasukan makanan dan timbang berat bandan setiap hari

3. Lakukan konsultasi dengan ahli diet

4. Libatkan keluarga pasien dalam perancanaan makan sesuia dengan indikasi

1. Porsi lebih kecil dapat meningkatkan pemasukan yang sesuai dengan kalori

2. Anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan malnutri yang srius

3. Sangat bermanafaat dalam perhitungan dan menyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien

4. Meningkatakan rasa ketrelibatnya, memberikan infrmasi kepada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien

2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis

Tujuan dan kreteria hasil

Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan kerusakan bisa berkurang denganTujuan :

1. Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik

2. Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan

1. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.

2. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.

3. Ubah posisi klien secara teratur.

4. Berikan advise pada

1. Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.

2. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.

3. Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.

4. Mencegah trauma

Page 12: Asuhan Keperawatan ITP.docx

penyembuhan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokt

berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif

Page 13: Asuhan Keperawatan ITP.docx

TINDAKAN KEPERAWATAN

Dx. Keperawatan

Page 14: Asuhan Keperawatan ITP.docx

Hari/Tanggal Shift Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Jum’at/ 17-08-2012, shif

pagi

08:00 Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

08:10

Memberikan makan pagi,

dan memberi tau pasien

dan keluarga untuk

makan makanan yang

sedikit tetapi sering. Dan

banyak minum

08:20

S:

1. Pasien mau melakukan

yang diberitahu perawat

2. Pasien mau makan banyak

dan minum banyak.

O: Makanan habis 1 porsi

09:00

Melakukan penimbangan

berat badan.

09:10

S: -

O: berat badan 49,5 kg

S:

1. Pasien mau

melakuakan yang

diberitahu perawat.

2. Pasien mengatakan

akan makan dan

minum banyak.

O:

1. Makanan habis 1 porsi

2. Berat badan 49,5 kg

A:

Gangguan pemenuhan nutrisi

dan cairan kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

anoreksia. Teratasi sebagian

Page 15: Asuhan Keperawatan ITP.docx
Page 16: Asuhan Keperawatan ITP.docx

TINDAKAN KEPERAWATAN

Dx. Keperawatan

Hari/Tanggal Shift Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Jum’at/ 17-08-2012, shif

pagi

08:00 Resiko tinggi kerusakan

integritas kulit

berhubungan dengan

factor imunologis

08.10Mengkaji integritas kulit.

08.20

S:

0:- turgor kulit kembali 5

detik

-Terlihat masih terdapat

bintik-bintik merah

diseluruh badan

11.30

-Meganjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.-Merubah posisi klien miring kanan dan miring kekiri

11.15

S:klien mengatakan tidak

nyaman

O:-klien terlihat masih

lemah

-masih terdapat bintik-

bintik merah pada kulit

A: Resiko tinggi

Page 17: Asuhan Keperawatan ITP.docx

kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan

factor imunologis belum

teratasi

P:-monitor integritas

kulit klien

-lihat ada tidaknya tanda-

tanda infeksi

-monitor suhu klien

Page 18: Asuhan Keperawatan ITP.docx

3.

Page 19: Asuhan Keperawatan ITP.docx

3. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan keluarga mengerti akan penyakit klien dengan

Tujuan:

Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.

Criteria hasil:

-Menyatakan pemahaman proses penyakit.

-Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan.

1) Berikan informasi tntang ITP. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya ITP.

2) Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.

3) Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaanlaboratorium tidak akan memperburuk ITP.

1) memberikan dasar pengetahuan sehingga keluarga / pasien dapat membuat pilihan yang tepat.

2) ketidak tahuan meningkatkan stress.

3) merupakankekwatiran yang tidak diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas pasien /keluarga.

Page 20: Asuhan Keperawatan ITP.docx

TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Jumat/17-08 10.00 Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi

10..10Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit pasien dan memberitahukan bahwa terapi tergantung beratnya ITP

10.30

S:Pasien mengerti apa yang dijelaskan oleh perawat

O:

Pasien dan keluarga terlihat jelas dengan apa yang telah dijelaskan oleh perawat

13.00

Menjelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk ITP

13.30

S:sebelumnya pasien khawatir bahwa darah yang diambil akan memperburuk ITP namun setelah diberi penjelasan klien dan keluarga mulai mengerti.

O:

Klien terlihat mengagguk tanda bahwa telah mengerti

Page 21: Asuhan Keperawatan ITP.docx

tentang penjelasan perawat.

S:Klien dan keluarga mengerti tentang penjelasan perawat

O:klien dan keluarga terlihat mengangguk tanda mengerti

A:Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi teratasi sebagian.

P:

-Beri informasi pada klien bila klien membutuhkan

-Jelaskan pada klien prosedur dan tindakan apa yang akan dilakukan oleh

Page 22: Asuhan Keperawatan ITP.docx

tenaga medis.

Page 23: Asuhan Keperawatan ITP.docx

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ITP (IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA)

Untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah MulokDosen : Maria Putri Sari Utami,S.Kep.,Ns

Oleh:11.Ristika Budi Astuti (2220111966 / 02)12.Tanti Fajarini (2220111972 / 07)13.Yenri Noor Vitasari (2220111977 / 11)14.Eni Ariyani (2220111987 / 21)

Kelas : 2C

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMOYOGYAKARTA

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG

Page 24: Asuhan Keperawatan ITP.docx

Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian

dari pembekuan darah. Pada orang normal jumlah trombosit di dalam sirkulasi berkisar

antara 150.000-450.000/ul, rata-rata berumur 7-10 hari kira-kira 1/3 dari jumlah trombosit

di dalam sirkulasi darah mengalami penghancuran di dalam limpa oleh karena itu untuk

mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal di produksi 150.000-450000 sel

trombosit perhari. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan

abnormal meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai

kurang dari 10.000/mL. (Sudoyo, dkk ,2006).

Trombositopenia dapat bersifat kongenital atau di dapat, dan terjadi akibat

penurunan reproduksi trombosit, seperti pada anemia aplastik, mielofibrosis, terapi radiasi

atau leukimia, peningkatan penghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu ;

toksisitas obat, atau koagulasi intravaskuler, diseminasi (DIC); distribusi abnormal atau

sekuestrasi pada limpa ; atau trombositopenia dilusional setelah hemoragi atau tranfusi sel

darah merah. (Sandara, 2003).

Trombositipenia didefinisikan juga sebagai jumlah trombosit kurang dari

100.000/mm3. jumlah trombosit yang rendah ini merupakan akibat berkurangnya

produksi atau meningkatnya penghancuran trombosit. Namun, umumnya tidak ada

manifestasi klinis hingga jumlahnya kurang dari 100.000/mm3dan lebih lanjut

dipengaruhi oleh keadaan-keadaan lain yang mendasari atau yang menyertai, seperti

penyakit hati atau leukimia. Ekimosis yang bertambah dan pendarahan yang memanjang

akibat trauma ringan terjadi pada kadar trombosit kurang dari 50.000/mm3. Petekie

merupakan maniferstasi utama, dengan jumlah trombosit kurang dari 30.000/mm3. terjadi

Page 25: Asuhan Keperawatan ITP.docx

perdarahan mukosa, jaringan dalam, dan intrakranial dengan jumlah trombosit kurang

dari 20.000, dan memerlukan tindaka segera untuk mencegah perdarahan dan kematian.

(Sylvia & Wilson, 2006)

Trombositopenia (jumlah platelet kurang dari 80.000/ mm3) penyebab tersering

dari perdarahan abnormal karena produksi platelet yang menurun, atau pun peninggian

sekuestrasi atau destruksi yang bertambah. Penyebab penurunan produksi platelet

antaranya anemia aplastik, leukemia, keadaan gagal sumsum tulang lain, dan setelah

terapi khemoterapi sitotoksik. Penyebab peninggian destruksi platelet antaranya

trombositopenik purpura idiopatik (autoimun), trombositopenia sekunder atau yang

diinduksi obat-obatan, purpura trombositopenia trombotik, sindroma uremik hemolitik,

koagulasi intravaskuler diseminata, dan vaskulitis.

Secara umum, jumlah platelet lebih dari 50.000/mm3 tidak berkaitan dengan

komplikasi perdarahan yang bermakna, dan perdarahan spontan berat jarang dengan

jumlah platelet lebih dari 20.000/mm3. Walau jarang, PIS spontan bisa terjadi dan khas

dengan onset yang tak jelas dari nyeri kepala, diikuti perburukan tingkat kesadaran.

Hematom subdural lebih jarang. (sudoyo, dkk, 2006)

 Penurunan produksi trombosit (platelets), dibuktikan dengan aspirasi dan

biopsi sumsum tulang, dijumpai pada segala kondisi yang mengganggu atau menghambat

fungsi sumsum tulang. Kondisi ini meliputi anemia aplastik, mielofibrosis(penggantian

unsur-unsur sumsum tulang dengan jaringan fibrosa), leukemia akut, dan karsinoma

metastatik lain yang mengganti unsur-unsur sumsum normal. Agen-agen kemoterapeutik

terutama bersifat toksik terhadap sum-sum tulang, menekan produksi trombosit. Keadaan

trombositopenia dengan produksi trombosit normal biasanya disebabkan oleh

penghancuran atau penyimpanan yang berlebihan. Segala kondisi yang menyebabkan

spenomegal(lien membesar) dapat disertai trobositopenia. (Sylvia & Wilson, 2006)

Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi anti bodi yang diinduksi oleh

obat seperti yang ditemukan pada quidinin dan emas. Atau oleh autoantibodi(anti bodi

yang bekerja melawan jaringannya sendiri). Antibodi-antibodi ini ditemukan pada

penyakit seperti lupus eritematosus, leukimia limfositik kronis, limfoma tertentu, dan

purpura trombositopenik idiopatik (ITP).

ITP terutama ditemukan pada perempuan muda, bermanifestasi sebagai

trombositopenia yang mengancam jiwa dengan jumlah trombosit yang sering kurang dari

10.000/mm3. antibodi Ig G yang ditemukan pada membran trombosit dan meningkatnya

pembuangan dan penghancuran trombosit oleh sistem makrofag. (Sylvia & Wilson,

2006).

Trombositopenia berat dapat mengakibatkan kmatian akibat kehilangan darah

atau perdarahan dalam organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100 juta kasus

Page 26: Asuhan Keperawatan ITP.docx

baru setiap tahun. Dengan anak melingkupi separuh daripada bilangan tersebut. Kejadian

atau insiden immune Trombositopenia Purpura diperkirakan 5 kasus per 100.000 anak-

ana dan 2 kasus per 100.000 orang dewasa. Tetapi data tersebut dari populasi atau

perkumpulan berbasis pendidikan yang sangat luas. Kebanyakan kasus akut Immune

trombositopenia purpura (ITP) yang pada umumnya terjadi pada anak-anak kurang

mendapatkan perhatian medis. Immune trombositopenia purpura (ITP) dilaporkan 9,5 per

100.000 orang di Maryland. (Emedicine, 2008)

Page 27: Asuhan Keperawatan ITP.docx

BAB II

LANDASAN TEORI

A.     DEFINISI

ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic

berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup

memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang

banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune

Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor, 2006).

Idiophatic (Autoimmune) Trobocytopenic Purpura (ITP/ATP) merupakan

kelainan autoimun dimana autoanti body Ig G dibentuk untuk mengikat trombosit.

Tidak jelas apakah antigen pada permukaan trombosit dibentuk. Meskipun

antibodi antitrombosit dapat mengikat komplemen, trombosit tidak rusak oleh lisis

langsung. Insident tersering pada usia 20-50 tahum dan lebi serig pada wanita dibanding

laki-laki (2:1). (Arief mansoer, dkk).

ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura) juga bisa dikatakan merupakan

suatu kelainan pada sel pembekuan darah yakni trombosit yang jumlahnya menurun

sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa

bintik merah hingga ruam kebiruan. (Imran, 2008)

Dalam tubuh seseorang yang menderita ITP, sel-sel darahnya kecuali keping

darah berada dalam jumlah yang normal. Keping darah (Platelets) adalah sel-sel sangat

kecil yang menutupi area tubuh paska luka atau akibat teriris/terpotong dan kemudian

membentuk bekuan darah. Seseorang dengan keping darah yang terlalu sedikit dalam

Page 28: Asuhan Keperawatan ITP.docx

tubuhnya akan sangat mudah mengalami luka memar dan bahkan mengalami perdarahan

dalam periode cukup lama setelah mengalami trauma luka. Kadang bintik-bintik kecil

merah (disebut Petechiae) muncul pula pada permukaan kulitnya. Jika jumlah keping

darah atau trombosit ini sangat rendah, penderita ITP bisa juga mengalami mimisan yang

sukar berhenti, atau mengalami perdarahan dalam organ ususnya. (Family Doctor, 2006)

Idiopatik trombositopeni purpura disebut sebagai suatu gangguan autoimun

yang ditandai dengan trombositopenia yang menetap (angka trombosit darah perifer

kurang dari 15.000/μL) akibat autoantibodi yang mengikat antigen trombosit

menyebabkan destruksi prematur trombosit dalam sistem retikuloendotel terutama di

limpa. Atau dapat diartikan bahwa idiopatik trombositopeni purpura adalah kondisi

perdarahan dimana darah tidak keluar dengan semestinya. Terjadi karena jumlah platelet

atau trombosit rendah. Sirkulasi platelet melalui pembuluh darah dan membantu

penghentian perdarahan dengan cara menggumpal. Idiopatik sendiri berarti bahawa

penyebab penyakit tidak diketahui. Trombositopeni adalah jumlah trombosit dalam darah

berada dibawah normal. Purpura adalah memar kebiruan disebabkan oleh pendarahan

dibawah kulit. Memar menunjukkan bahwa telah terjadi pendarahan di pembuluh darah

kecil dibawah kulit. (ana information center, 2008).

Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval dengan diameter 2-4µm.

Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit, sel yang sangat besar dalam

susunan hemopoietik dalam sumsum tulang yang memecah menjadi trombosit, baik

dalam sumsum tulang atau segera setelah memasuki kapiler darah, khususnya ketika

mencoba untuk memasuki kapiler paru. Tiap megakariosit menghasilkan kurang lebih

4000 trombosit (Ilmu Penyakit Dalam Jilid II).

Megakariosit tidak meninggalkan sumsum tulang untuk memasuki darah.

Konsentrasi normal trombosit ialah antara 150.000 sampai 350.000 per mikroliter.

Volume rata-ratanya 5-8fl. Dalam keadaan normal, sepertiga dari jumlah trombosit itu

ada di limpa. Jumlah trombosit dalam keadaan normal di darah tepi selalu kurang lebih

konstan. Hal ini disebabkan mekanisme kontrol oleh bahan humoral yang disebut

trombopoietin. Bila jumlah trombosit menurun, tubuh akan mengeluarkan trombopoietin

lebih banyak yang merangsang trombopoiesis.

Idiopathic thrombocytopenic Purpura mempengaruhi anak-anak dan orang

dewasa. Anak-anak sering mengalami idiopathic thrombocytopenic Purpura setelah

infeksi virus dan biasanya sembuh sepenuhnya tanpa pengobatan. Pada orang dewasa

yang menderita penyakit ITP sering lebih kronis. ITP diperkirakan merupakan salah satu

penyebab kelainan perdarahan didapat yang banyak ditemukan oleh dokter anak, dengan

insiden penyakit simtomatik berkisar 3 sampai 8 per 100000 anak per tahun. Di bagian

ilmu kesehatan Anak RSU Dr. Soetomo terdapat 22 pasien baru pada tahun 2000.

Page 29: Asuhan Keperawatan ITP.docx

Delapan puluh hingga 90% anak dengan ITP menderita apisode pendarahan

akut, yang akan pilih dalam beberapa hari atau minggu dan sesuai dengan namanya (akut)

akan sembuh dalam 6 bulan. Pada ITP akut ada perbedaan insiden laki-laki maupun

perempuan dan akan mencapai puncak pada usia 2-5 tahun. Hampir selalu ada riwayat

infeksi bakteri, virus, atau pun imunisasi 1-6 minggu sebelum terjadinya penyakit ini.

Perdarahan serinh terjadi saat trombosit dibawah 20.000/mm3. ITP kronis terjadi pada

anak usia > 7 tahun, sering terjadi pada anak perempuan. ITP yang rekuen di definisikan

sebagai adanya episode trombositopenia > 3 bulan dan terjadi 1-4% anak dengan ITP. ITP

merupakan kelainan auto imun yang menyebabkan meningkatrnya penghancuran

trombosit dalam retikuloendotelial. Kelainan ini biasanya menyertai infeksi virus atau

imunisasi yang disebabkan oleh respons sistem imun yang tidak tepat.

B.     ETIOLOGI

1. Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui

pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati. (Imran,

2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi

yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh

yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi untuk penderita

ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah ubuhnya sendiri. (Family Doctor,

2006).

Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit

yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga

bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh. Secara normal sistem imun membuat antibodi

untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan

platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih

belum diketahui. (ana information center, 2008).

2. ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan

atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor pematangan

(misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID), autoimun. Berdasarkan

etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan awitan

penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya

terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang

dewasa). (ana information center, 2008)

3.      ITP juga terjadi pada pengidap HIV. sedangkan obat-obatan seperti heparin, minuman

keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan trombositopenia. Biasanya tanda-

tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit ini adalah seperti yang

Page 30: Asuhan Keperawatan ITP.docx

berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo lama, pendarahan dalam

lubang hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi virus yang terkini, penyakit virus yang

terkini dan calar atau lebam.

C.    EPIDEMOLOGI

Ada dua tipe ITP berdasarkan kalangan penderita :

1.      Tipe pertama umumnya menyerang kalangan anak-anak, anak-anak berusia 2 hingga 4

tahun yang umumnya menderita penyakit ini.

2.      Tipe kedua menyerang orang dewasa, sebagian besar dialami oleh wanita muda, tapi dapat

pula terjadi pada siapa saja. ITP bukanlah penyakit keturunan. (Family Doctor, 2006).

ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan

yang dipakai adalah waktu jika dibawah 6 bulan disebut akut ITP dan diatas 6 bulan

disebut kronik ITP. Akut ITP sering terjadi pada anak-anak sedangkan kronik ITP sering

terjadi pada dewasa. (Imran, 2008)

Tabel Perbedaan ITP akut dengan ITP kronik

ITP akut ITP kronik

Awal penyakit 2-6 tahun 20-40 tahun

Rasio L:P 1:1 1:2-3

Trombosit <20 .000=".000"

l="l" o:p="o:p">

30.000-100.000/mL

Lama penyakit

2-6 minggu

Beberapa tahun

Perdarahan

Berulang

Beberapa hari/minggu

  (Bakta, 2006; Mehta, et. al, 2006)

 

Page 31: Asuhan Keperawatan ITP.docx

D.     MANIFESTASI KLINIS

1. Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya bergerombol dan

menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan karena adanya

pendarahan dibawah kulit .

2. Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di bawah mulut)

disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang

jelas. Memar tipe ini disebut dengan purpura. Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk

massa tiga-dimensi yang disebut hematoma.

3. Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Ada darah pada urin dan feses.

Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk

menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala

pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit.

4. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi.

E.      PATOLOGI DAN PATOFISIOLOGI ITP

Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap gliko protein

yang terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang

diselimuti antibody, hal tersebut dilakukan oleh magkrofag yang terdapat pada limpa dan

organ retikulo endotelial lainnya. Megakariosit pada sumsum tulang bisa normal atau

meningkat pada ITP. Sedangkan kadar trombopoitein dalam plasma, yang merupakan

progenitor proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami penurunan yang berarti,

terutama pada ITP kronis.

Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemologis antara ITP akut dan

kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya

trombsitopenia diantara keduanya. Pada ITP akut, telah dipercaya bahwa penghancuran

trombosit meningkat karena adanya antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun

terhadap infeksi bakteri atau virus atau pada imunisasi, yang bereaksi silang dengan

antigen dari trombosit.

Mediator lainnya yang meningkat selama terjadinya respon imun terhadap

produksi trombosit. Sedangkan pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam

regulasi sistem imun seperti pada penyakit autoimun lainnya yang berakibat terbentuknya

antibodi spesifik terhadap antibodi.

Saat ini telah didefinisikan (GP) permukaan trombosit pada ITP, diantaranya

GP Ib-lia, GP Ib, dan GP V. Namun bagaimana antibodi antitrombosit meningkat pada

ITP, perbedaan secara pasti patofisiologi ITP akut dan kronis, serta komponen yang

terlibat dalam regulasinya masih belum diketahui.

Page 32: Asuhan Keperawatan ITP.docx

Gambaran klinik ITP yaitu: 1) onset pelan dengan perdarahan melalui kulit

atau mukosa berupa : petechie, echymosis, easy bruising, menorrhagia, epistaksis, atau

perdarahan gusi. 2) perdarahan SSP jarang terjadi tetapi dapat berakibat fatal. 3)

splenomegali pada <10 kasus.="kasus." o:p="o:p">

Page 33: Asuhan Keperawatan ITP.docx

F.     PATHWAY

Idiopathic, infeksi virus, hipersplenisme

Antigen (makrofag) menyerang trombosit

Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen (dipicu oleh antibody)

Pembentukan neoantigen

Splenomegali  Trombositopeni

  Perdarahan

Nyeri Anemia              

            

nafsu makan               mudah lelah      Hemoglobin   purpura

             

  Gg keseimbangan nutrisi       Intoleransi aktivitas                           Gg. Integritas kulit

                                                                                                           

  Gg. Pemenuhan keb. O2         Gg. Perfusi

jaringan

Page 34: Asuhan Keperawatan ITP.docx

G.     PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.   Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin,

hematokrit, trombosit (trombosit < 20.000 / mm3).

2.  Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.

3.  Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.Ringan pada

keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan.

4.Sum-sum tulang biasanya normal, tetapi megakariosit muda dapat bertambah dengan

maturation arrest pada stadium megakariosit.

5.Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal,

prothrombin consumption memendek, test RL (+).

H.     PENCEGAHAN

1.Idiopatik Trombositopeni Purpura (ITP) tidak dapat dicegah, tetapi dapat dicegah

komplikasinya.

2. Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat mempengaruhi platelet dan

meningkatkan risiko pendarahan.

3. Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan. Lakukan terapi yang

benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang.

4. Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini penting bagi

pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak memiliki limfa.

I.       TERAPI

Terapi ITP lebih ditujukan untuk menjaga jumlah trombosit dalam kisaran

aman sehingga mencegah terjadinya pendarahan mayor. Selain itu, terapi ITP didasarkan

pada berapa banyak dan seberapa sering pasien mengalami pendarahan dan jumlah

platelet. Terapi untuk anak-anak dan dewasa hampir sama. Kortikosteroid (ex: prednison)

sering digunakan untuk terapi ITP. kortikosteroid meningkatkan jumlah platelet dalam

darah dengan cara menurunkan aktivitas sistem imun. Imunoglobulin dan anti-Rh

imunoglobulin D. Pasien yang mengalami pendarahan parah membutuhkan transfusi

platelet dan dirawat dirumah sakit .

Terapi awal ITP (standar) :

a.      Prednison

Terapi awal prednisoon atau prednison dosis 0,5-1,2 mg/kgBB/hari selama

2 minggu. Respon terapi prednison terjadi dalam 2 minggu dan pada umumnya terjadi

dalam minngu pertama, bila respon baik dilanjutkan sampai 1 bulan, kemudian

tapering.

Page 35: Asuhan Keperawatan ITP.docx

b.      Imunoglobulin intravena (IgIV)

Imunoglobulin intravena dosis 1g/kg/hr selam 2-3 hari berturut-

turutndigunakan bila terjadi pendarahan internal, saat AT(antibodi trombosit) <5000 .

1. Steroid dosis tinggi

Terapi pasien ITP refrakter selain prednisolon dapat digunakan

deksametason oral dosis tinggi. Deksametason 40 mg/hr selama 4minggu, diulang

setiap 28 hari untuk 6 siklus.

2. Metiprednisolon

Metilprednisolon dosis tinggi dapat diberikan pd ITP anak dan dewasa

yang resisten terhadap terapi prednison dosis konvensional. Dari hasil penelitian

menggunakan dosis tinggi metiprednisolon 3o mg/kg iv kemudian dosis

diturunkan tiap 3 hr samapi 1 mg/kg sekai sehari.

3. IgIV dosis tinggi

Imunoglobulin iv dosis tinggi 1 mg/kg/hr selama 2 hari berturut-turut,

sering dikombinasi dengan kortikosteroid, akan meningkatkan AT dengan cepat.

Efek samping, terutama sakit kepala, namun jika berhasil maka dapat diberikan

secara intermiten atau disubtitusi dengan anti-D iv

4.Anti-D iv

Dosis anti-D 50-75 mg/ka/hr IV. Mekanisme kerja anti-D yakni destruksi

sel darah merah rhesus D-positif yang secara khusus diberikan oleh RES terutama

di lien, jadi bersaingdengan autoantibodi yang menyelimuti trombosit melalui Fc

reseptor blockade.

5.lkaloid vinka

Misalnya vinkristin 1 mg atau 2 mg iv, vinblastin 5-10 mg, setiap minggu

selama 4-6 minggu.

6.Danazol

Dosis 200 mg p.o 4x sehari selama sedikitnya 6 bulan karena respon sering

lambat. Bila respon terjadi, dosis diteruskan sampai dosis maksimal sekurang-

kurangnya hr 1 tahun dan kemudian diturunkan 200mg/hr setiap 4 bulan.

Page 36: Asuhan Keperawatan ITP.docx

7.Immunosupresif dan kemoterapi kombinasi

Imunosupresif diperlukan pada pasien yang gagal beresponsdengan terapi

lainya. Terapi dengan azatioprin (2 mg kg max 150 mg/hr) atau

siklofosfamiddenga sebagai obat tunggal dapat dipertimbangkan dan responya

bertandng tertahan sampai 5%.

8.      Dapsone 

Dosis 75 mg p.o per hari, respon terjadi dalam 2 bulan. Pasien harus

diperiksa G6PD, karena pasien dengan kabar G6PD yang rendah mempunyai

risiko hemolisis yang serius.

Page 37: Asuhan Keperawatan ITP.docx

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A.     PENGKAJIAN

1.      Keluhan utama :

Memar, bintik-bintik pada kulit, keluarnya darah pada hidung dan perdarahan pada gusi gigi.

2.      Riwayat penyakit sekarangang ditandai dengan

Klien mengalami ITP yg ditandai dengan Memar, bintik-bintik pada kulit, keluarnya darah

pada hidung dan perdarahan pada gusi gigi.

3.      Riwayat penyakit dahulu

HIV AIDS yang mungkin diturunkan dari orang tua klien.

4.      Riwayat penyakit keluarga

Pihak keluarga mengalami HIV AIDS, kelainan hematologi.

5.      Riwayat lingkungan

Kondisi lingkungan kurang baik atau kumuh karena penyakit ini bias disebabkan oleh virus

atau bakteri seperti rubella, rubiola dan paksinasi dengan virus aktif.

a.       Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.

b.      Tanda-tanda perdarahan.

1)      Petekie terjadi spontan.

2)      Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.

3)      Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.

4)      Menoragie.

5)      Hematuria.

6)      Perdarahan gastrointestinal.

c.       Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.

d.      Aktivitas / istirahat.

1)      Gejala :

- Keletihan, kelemahan, malaise umum.

-Toleransi terhadap latihan rendah.

2)      Tanda : 

-Takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.

-Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

e. Sirkulasi.

1)      Gejala :

-Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi

berat.

-Palpitasi (takikardia kompensasi).

Page 38: Asuhan Keperawatan ITP.docx

2)      Tanda :  TD peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.

f. Integritas ego.

1) Gejala :

Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan

transfuse darah.

2) Tanda : Depresi.

g.Eliminasi.

1)      Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.

2)      Tanda : Distensi abdomen.

h.Makanan / cairan.

1) Gejala :

-Penurunan masukan diet.

-Mual dan muntah.

2)  Tanda : Turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.

i. Neurosensori.

1)      Gejala :

- Sakit kepala, pusing.

- Kelemahan, penurunan penglihatan.

2)      Tanda :

-Epistaksis.

-Mental : tak mampu berespons (lambat dan dangkal).

j.        Nyeri / kenyamanan.

1)      Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala.

2)      Tanda : Takipnea, dispnea.

k.      Pernafasan.

1)      Gejala : Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.

2)      Tanda : Takipnea, dispnea.

l.        Keamanan

1)    Gejala : Penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.

2)     Tanda : Petekie, ekimosis

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia yang ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun, intake

makanan kurang, kongjungtiva.

2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik)

ditandai dengan gangguan pola tidur, klien meringis kesakitan di daerah nyeri, skala

nyeri (data subyektif).

Page 39: Asuhan Keperawatan ITP.docx

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan  imobilisasi

4. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan keterbatasan belajar,

tidak familiar dengan sumber informasi.

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis

ditandai dengan immobilisasi, kelemahan, hipertermi, perubahan turgor kulit.

6. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang

diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel ditandai dengan sianosis,

oedema, pucat.

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas

pembawa oksigen darah ditandai dengan hypoxia, takikardi.

Page 40: Asuhan Keperawatan ITP.docx

C.      INTERVENSI KEPERAWATAN

1.      Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia.

Tujuan dan kreteria

hasilIntervensi Rasional

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

2x24 jam diharapkan

pemenuhan nutrisi klien

terpenuhi dengan

Tujuan:

  Menghilangkan mual

dan muntah

Criteria hasil:

  Menunjukkan berat

badan stabil

1)   Berikan makanan

dalam porsi kecil tapi

sering.

2)   Pantau pemasukan

makanan dan timbang

berat badan setiap hari.

3)   Lakukan konsultasi

dengan ahli diet.

4)   Libatkan keluarga

pasien dalam

perencanaan makan

sesuai dengan indikasi.

1)      Porsi lebih kecil dapat

meningkatkan masukan

yang sesuai dengan  kalori.

2)   Anoreksia dan kelemahan

dapat mengakibatkan

penurunan berat  badan dan

malnutrisi yang serius.

3)   Sangat bermanfaat dalam

perhitungan dan

penyesuaian diet untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi

pasien.

4)   Meningkatkan rasa

keterlibatannya,

memberikan informasi pada

keluarga untuk memahami

kebutuhan nutrisi pasien.

Page 41: Asuhan Keperawatan ITP.docx

2.      Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik).

Tujuan dan kreteria

hasilIntervensi Rasional

Setelah dilakukan

tindakan 2x24 jam

diharapkan nyeri yang

dirasakan klien

berkurang dengan

Tujuan :

  Melaporkan nyeri

yang dialaminya

  Klien mampu

mengontrol rasa nyeri

melalui aktivitas

  Mengikuti program

pengobatan

  Mendemontrasikan

tehnik relaksasi dan

pengalihan rasa nyeri

melalui aktivitas

yang    mungkin.

1)   Tentukan riwayat nyeri,

lokasi, durasi dan

intensitas

2)   Evaluasi therapi:

pembedahan, radiasi,

khemotherapi,

biotherapi, ajarkan klien

dan keluarga tentang

cara menghadapinya.

3)   Berikan pengalihan

seperti reposisi dan

aktivitas menyenangkan

seperti mendengarkan

musik atau nonton TV

4)   Menganjurkan tehnik

penanganan stress

(tehnik relaksasi,

visualisasi, bimbingan),

gembira, dan berikan

sentuhan therapeutik.

5)   Evaluasi nyeri, berikan

pengobatan bila perlu.

6)   Diskusikan penanganan

nyeri dengan dokter dan

juga dengan klien

7)   Berikan analgetik sesuai

indikasi seperti morfin,

methadone, narkotik dll

1)      Memberikan informasi

yang diperlukan untuk

merencanakan asuhan.

2)      Untuk mengetahui terapi

yang dilakukan sesuai atau

tidak, atau malah

menyebabkan komplikasi.

3)      Untuk meningkatkan

kenyamanan dengan

mengalihkan perhatian klien

dari rasa nyeri.

4)      Meningkatkan kontrol diri

atas efek samping dengan

menurunkan stress dan

ansietas.

5)      Untuk mengetahui

efektifitas penanganan

nyeri, tingkat nyeri dan

sampai sejauhmana klien

mampu menahannya serta

untuk mengetahui

kebutuhan klien akan obat-

obatan anti nyeri.

6)      Agar terapi yang

diberikan tepat sasaran.

Page 42: Asuhan Keperawatan ITP.docx

7)      Untuk mengatasi nyeri.

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Tujuan dan kreteria hasil

Intervensi Rasional

Setelah dilakukan

tindakan 2x24 jam

diharapkan klien dapat

melakukan aktivitas

sendiri tanpa bantuan

dari orang lain dengan

Tujuan:

  Meningkatkan

partisipasi dalam

aktivitas.

Criteria hasil:

  Menunjukkan

peningkatan toleransi

aktivitas.

1)      Kaji kemampuan

pasien untuk

melakukan aktivitas

normal, catat laporan

kelemahan, keletihan.

2)      Awasi TD, nadi,

pernafasan.

3)      Berikan lingkungan

tenang.

4)      Ubah posisi pasien

dengan perlahan dan

pantau terhadap pusing.

1)        Mempengaruhi pilihan

intervensi.

2)        Manifestasi

kardiopulmonal dari upaya

jantung dan paru untuk

membawa jumlah oksigen

ke jaringan.

3)        Meningkatkan istirahat

untuk menurunkan

kebutuhan oksigen  tubuh.

4)        Hipotensi postural /

hipoksin serebral

menyebabkan pusing,

berdenyut dan peningkatan

resiko cedera.

4.      Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan salah interpretasi informasi.

Tujuan dan kreteria

hasil

Intervensi Rasional

Page 43: Asuhan Keperawatan ITP.docx

Setelah dilakukan

tindakan 1x24 jam

diharapkan keluarga

mengerti akan penyakit

klien dengan

Tujuan:

  Pemahaman dan

penerimaan terhadap

program pengobatan

yang diresepkan.

Criteria hasil:

  Menyatakan

pemahaman proses

penyakit.

  Faham akan prosedur

dagnostik dan

rencana pengobatan.

1)   Berikan informasi

tntang ITP. Diskusikan

kenyataan bahwa terapi

tergantung pada tipe dan

beratnya ITP.

2)   Tinjau tujuan dan

persiapan untuk

pemeriksaan diagnostic.

3)   Jelaskan bahwa darah

yang diambil untuk

pemeriksaan

laboratorium tidak akan

memperburuk ITP.

1)      memberikan dasar

pengetahuan sehingga

keluarga / pasien dapat

membuat pilihan yang tepat.

2)      ketidak tahuan

meningkatkan stress.

3)      merupakan kekwatiran

yang tidak diungkapkan

yang dapat memperkuat

ansietas pasien / keluarga.

5.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis

Intervensi Rasional

Page 44: Asuhan Keperawatan ITP.docx

Tujuan dan kreteria

hasil

Setelah dilakukan

tindakan 2x24 jam

diharapkan kerusakan

bisa berkurang dengan

Tujuan :

  Klien dapat

mengidentifikasi

intervensi yang

berhubungan dengan

kondisi spesifik

  Berpartisipasi dalam

pencegahan

komplikasi dan

percepatan

penyembuhan

1)      Kaji integritas kulit

untuk melihat adanya

efek samping therapi

kanker, amati

penyembuhan luka.

2)      Anjurkan klien untuk

tidak menggaruk bagian

yang gatal.

3)      Ubah posisi klien

secara teratur.

4)      Berikan advise pada

klien untuk

menghindari pemakaian

cream kulit, minyak,

bedak tanpa

rekomendasi dokter.

1)      Memberikan informasi

untuk perencanaan asuhan

dan mengembangkan

identifikasi awal terhadap

perubahan integritas kulit.

2)      Menghindari perlukaan

yang dapat menimbulkan

infeksi.

3)      Menghindari penekanan

yang terus menerus pada

suatu daerah tertentu.

4)      Mencegah trauma

berlanjut pada kulit dan

produk yang kontra

indikatif

Page 45: Asuhan Keperawatan ITP.docx

6.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang

diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.

Tujuan dan kreteria hasil

Intervensi Rasional

Setelah dilakukan

tindakan 2x24 jam

diharapkan kembali

kebentuk normal dengan

Tujuan:

  Tekanan darah

normal.

  Pangisian kapiler

baik.

Kriteria hasil:

  Menunjukkan

perbaikan perfusi

yang dibuktikan

dengan TTV stabil.

1)   Awasi TTV, kaji

pengisian kapiler.

2)   Tinggikan kepala

tempat tidur sesuai

toleransi.

3)   Kaji untuk respon

verbal melambat, mudah

terangasang.

4)   Awasi upaya

parnafasan, auskultasi

bunyi nafas.

1)   memberikan informasi

tentang derajat/ keadekuatan

perfusi jaringan dan

membantu menentukan

kebutuhan intervensi.

2)   meningkatkan ekspansi

paru dan memaksimalkan

oksigenasi untuk kebutuhan

seluler.

3)   dapat mengindikasikan

gangguan fungsi serebral

karena hipoksia.

4)   dispne karena regangan

jantung lama / peningkatan

kompensasi curah jantung.

Page 46: Asuhan Keperawatan ITP.docx

7.      Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas

pembawa oksigen darah.

Tujuan dan kreteria hasil

Intervensi Rasional

Setelah dilakukan

tindakan 2x24 jam

diharapkan

Tujuan:

  Mengurangi distress

pernafasan.

Criteria hasil:

  Mempertahankan pola

pernafasan normal /

efektif

1)   Kaji / awasi frekuensi

pernafasan, kedalaman

dan irama.

2)   Tempatkan pasien pada

posisi yang nyaman.

3)   Beri posisi dan Bantu

ubah posisi secara

periodic.

4)   Bantu dengan teknik

nafas dalam.

1)      perubahan (seperti

takipnea, dispnea,

penggunaan otot aksesoris)

dapat menindikasikan

berlanjutnya keterlibatan /

pengaruh pernafasan yang

membutuhkan upaya

intervensi.

2)      memaksimalkan ekspansi

paru, menurunkan kerja

pernafasan dan menurunkan

resiko aspirasi.

3)      meningkatkan areasi

semua segmen paru dan

mobilisasikan sekresi.

4)      membantu meningkatkan

difusi gas dan ekspansi jalan

nafas kecil.

D.     IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan (sesuai

dengan literature).

E.      EVALUASI

Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus pada

criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman pembuatan SOAP, atau

SOAPIE pada masalah yang tidak terselesaikan atau teratasi sebagian.

Page 47: Asuhan Keperawatan ITP.docx

BAB IV

PENUTUP

A.     KESIMPULAN

Trombositopenia menggambarkan individu yag mengalami atau pada resiko

tinggi untuk mengalami insufisiensi trombosit sirkulasi. Penurunan ini dapat disebabkan

oleh produksi trombosit yang menurun, distribusi trombosit yang berubah, pengrusakan

trombosit, atau dilusi vaskuler.

Gejala dan tanda pada pasien yang menderita penyakit ITP adalah Hidung

mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi Ada darah pada urin dan feses Beberapa

macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi

yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala

pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet

yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, atau

gejala yang lain. Tindakan keperawatan yang utama adalah dengan mencegah atau

mengatasi perdarahan yang terjadi.

B.     SARAN

1.      Perawat harus memantau setiap perkembangan yang terjadi pada pasien yang menderita

ITP.

2.      Perawat harus bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, seperti tenaga kesehatan yang

bekerja di laboratorium yaitu untuk memerikasa jumlah trombosit pasien.

3.      Perawat harus menerapkan komunikasi asertif terapeutik guna menurunkan tingkat

kecemasan pasien.

Page 48: Asuhan Keperawatan ITP.docx

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A Newma, 2006, Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29, EGC : Jakarta

Guyton, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC: Jakarta

Waspadji, Sarwono ,Soeparman, 1996, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FK UI :

Jakarta

DRUGS.2008.Idiopathic (Immune) Thrombocytopenic Purpura Medications.

http://www.drugs.com/condition/idiopathic-immune-thrombocytopenic-purpura.html.

Diakses tanggal 4 Nopember 2010 pukul 19.39 WITA.

NCI. Immune Thrombocytopenic Purpura. diakses dari

http://www.cancer.gov/Templates/db_alpha.aspx?CdrID=559453.html diakses tanggal

4 Nopember 2010 pukul 19.41 WITA.

Emedicine.2008. Immune Thrombocytopenic Purpura. diakses dari

http://www.emedicine.com/med/topic1151.html. diakses tanggal 4 Nopember 2010

pukul 19.46 WITA.

PDSA. 2008. ITP. diakses dari http://www.pdsa.org/itp-information/index.html. diakses

tanggal 26 Maret 2010 pukul 20.17 WIB.

Adiantoro, Heru.2010. diakses dari http://www.scribd.com/doc/30379773/Makalah-ITP.html

diakses tanggal 9 Nopember 2010 pukul 23.17 WITA