asuhan keperawatan itp
DESCRIPTION
ASKEPTRANSCRIPT
Asuhan Keperawatan ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura)
01.05 tricutami ugm No comments
Pengertian
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura biasa disingkat dengan ITP. “Idiopathic”
berarti tidak diketahui penyebabnya, “Thrombocytopenic” berarti kekurangan trombosit atau
trombosit yang rendah dalam darah, sedangkan “Purpura” berarti luka memar yang
disebabkan karena perdarahan dibawah kulit.
Di dalam tubuh penderita ITP, sel-sel darahnya kecuali trombosit berada dalam
jumlah yang normal. Trombosit (Platelets) adalah sel-sel yang sangat kecil yang menutupi
area tubuh paska luka atau akibat teriris/terpotong dan kemudian membentuk bekuan darah.
Seseorang dengan trombosit yang rendah dalam tubuhnya akan sangat mudah mengalami
luka. Kadang bintik-bintik kecil merah (disebut Petechiae) muncul pula pada permukaan
kulitnya. Jika jumlah trombosit ini sangat rendah, penderita ITP bisa juga mengalami
mimisan yang sukar berhenti, atau mengalami perdarahan dalam organ ususnya.
Pada orang dengan idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), platelet yang dilapisi
dengan autoantibodies untuk platelet antigen membran, sehingga penyerapan limpa dan
fagositosis oleh makrofag mononuklear.
Jadi, ITP adalah suatu kondisi dimana terjadi perdarahan abnormal akibat rendahnya
jumlah trombosit tanpa penyebab yang pasti disertai luka memar di kulit.
Penyebab
Penyebab ITP ini tidak diketahui dengan pasti, pada penderita ITP dalam tubuhnya
membentuk antibodi yang mampu menghancurkan trombosit. Dalam kondisi normal,
antibodi adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam
tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan meyerang trombosit di dalam
tubuhnya sendiri yang mengakibatkan jumlah trombosit yang semakin turun.
Tanda dan Gejala
Gejala ITP mencakup adanya memar (purpura) dan bintik-bintik merah yang kecil
(petechiae), terutama pada ekstremitas, adanya perdaraham dari lubang hidung atau mimisan
(Epitaxis), perdarahan pada gusi (gingival bleeding), dan hal tersebut dapat terjadi jika
jumlah platelet di bawah 20.000 per mm3. Perdarahan lain yang bisa terjadi adalah
menorrhagia (pengeluaran darah haid yang teratur tetapi dalam jumlah yang banyak),
pendarahan di otak (namun gejala ini jarang ditemui), pendarahan di retina dan ditemukan
darah di urine, tinja bahkan ketika muntah. Selain itu, jika terjadi luka kecil sukar sembuh
atau jika ada pendarahan sukar dihentikan.
Sebuah jumlah yang sangat rendah (<10.000 per mm 3) dapat mengakibatkan
pembentukan spontan hematoma di mulut atau pada selaput lendir. Perdarahan yang
disebabkan oleh luka atau lecet biasanya berkepanjangan. ITP itu sendiri kebanyakan
asimtomatis sehingga tidak menyebabkan pasien menjadi lelah atau menunjukkan gejala-
gejala kelelahan kronis.
Komplikasi yang serius dan kemungkinan karena adanya jumlah trombosit yang
sangat rendah (<5.000 per mm3) dapat meliputi perdarahan intraserebral, perdarahan
gastrointestinal, dan pendarahan internal lainnya. Seorang penderita ITP dengan jumlah
trombosit yang sangat rendah juga rentan terhadap pendarahan internal besar yang
disebabkan oleh trauma perut, misalnya mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Namun,
komplikasi ini tidak akan terjadi pada pasien dengan trombosit diatas 20.000.
Ada 2 jenis ITP. Tipe yang pertama umumnya menyerang anak-anak biasa disebut
dengan idiopathic thrombositopenic purpura akut, sedangkan tipe lainnya menyerang orang
dewasa yakni idiopathic thrombositopenic purpura kronis. Anak-anak berusia 2 hingga 4
tahun yang umumnya menderita penyakit ini. Sedangkan ITP untuk orang dewasa, sebagian
besar dialami oleh wanita muda. ITP bukan merupakan penyakit keturunan.
ITP yang dialami anak-anak berbeda dengan ITP yang dialami oleh orang dewasa.
Sebagian besar anak yang menderita ITP memiliki jumlah trombosit yang sangat rendah
dalam tubuhnya, yang menyebabkan terjadinya perdarahan tiba-tiba. Gejala-gejala yang
umumnya muncul di antaranya luka memar dan bintik-bintik kecil berwarna merah di
permukaan kulitnya, mimisan dan gusi berdarah.
Perdarahan kulit bisa merupakan pertanda awal dari jumlah trombosit yang kurang.
Bintik-bintik keunguan seringkali muncul di tungkai bawah dan cedera ringan bisa
menyebabkan memar yang menyebar. Bisa terjadi perdarahan gusi dan darah juga bisa
ditemukan pada tinja atau air kemih. Pada penderita wanita, darah menstruasinya sangat
banyak. Perdarahan mungkin sukar berhenti sehingga pembedahan dan kecelakaan bisa
berakibat fatal. Jika jumlah trombosit semakin menurun, maka perdarahan akan semakin
memburuk. Jumlah trombosit kurang dari 5.000-10.000/mL bisa menyebabkan hilangnya
sejumlah besar darah melalui saluran pencernaan atau terjadi perdarahan otak (meskipun
otaknya sendiri tidak mengalami cedera) yang bisa berakibat fatal.
PatofisiologiPada penderita ITP, memiliki autoantibody abnormal, biasanya imunoglobulin G
(IgG) dengan spesifisitas untuk 1 atau lebih glikoprotein membran trombosit mengikat
membran trombositopenia.
Autoantibody trombosit menginduksi fagositosis dimediasi reseptor-Fc oleh
makrofag mononuklir, tetapi tidak secara eksklusif dalam limpa. Limpa adalah organ kunci
dalam patofisiologi idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), bukan hanya karena
autoantibodies trombosit terbentuk dalam putih pulp, tetapi juga karena makrofag
mononuklear di pulp merah berlapis menghancurkan trombosit imunoglobulin.
Jika megakaryocytes sumsum tulang tidak dapat meningkatkan produksi dan
mempertahankan angka jumlah trombosit, maka trombositopenia purpura akan berkembang.
Penatalaksanaan
Jumlah trombosit di bawah 20.000 umumnya merupakan indikasi untuk
mendapatkan suatu pengobatan. Pasien dengan jumlah trombosit antara 20.000 dan 50.000
biasanya dievaluasi per kasus dan biasanya dilakukan pengobatan pada pasien hingga jumlah
trombosit mencapai di atas 50.000. Rawat inap mungkin dianjurkan dalam kasus-kasus
dengan jumlah trombosit yang sangat rendah, dan sangat dianjurkan bila pasien pendarahan
internal. Hitungan di bawah 10.000 secara potensial merupakan kondisi yang darurat, pasien
rentan terhadap intraserebral subarachnoid hemorrhage sebagai akibat dari trauma kepala.
Kebanyakan kasus, pengobatan akan dilaksanakan di bawah pengawasan dan instruksi
hematologi. Macam-macam pengobatan, antara lain :
1. Steroid
Pengobatan biasanya diawali dengan infus kortikosteroid, seperti metilprednisolon atau
prednisone. Infus trombosit dapat diberikan dalam situasi darurat seperti pendarahan dalam
upaya untuk segera menaikkan jumlah trombosit. Setelah jumlah trombosit meningkat ke
tingkat yang aman, suatu steroid oral seperti prednisone (1-2 mg / kg per hari), biasanya baru
diberikan. Kebanyakan kasus akan merespon selama minggu pertama pengobatan. Setelah
beberapa minggu terapi steroid oral, dosis secara bertahap akan berkurang. Namun, 60
sampai 90 persen pasien akan kambuh setelah dosis telah menurun di bawah 0,25 mg / kg per
hari dan kemudian berhenti. Penggunaan steroid yang berkelanjutan dapat menyebabkan
ketergantungan berat.
2. Anti-D
Strategi lain yang cocok untuk pasien dengan Rh-positif adalah dengan terapi Rho (D)
globulin imun (Anti-D), melalui intravena. Anti-D biasanya diberikan kepada perempuan Rh-
negatif selama kehamilan dan pada bayi dengan Rh-positif untuk mencegah sensitisasi
terhadap faktor Rh pada bayi baru lahir. Anti-D telah dibuktikan efektif pada beberapa pasien
ITP, tetapi mahal.
3. Agen steroid-sparing
Immunosuppresants seperti mycophenolate mofetil dan azathioprine menjadi lebih populer
untuk efektivitas penderita ITP. Dalam kasus refraktori kronis dimana kekebalan tubuh telah
terdeteksi, dapat menggunakan vincristine, sebuah agen kemoterapi. Namun, vincristine,
sebuah alkaloid tapak dara , dimana penggunaannya dalam mengobati ITP harus hati-hati,
terutama pada anak-anak. Immunoglobulin intravena (IVIG) juga termasuk salah satu terapi
untuk penderita ITP, tetapi lebih mahal karena obat ini akan berespon kurang lebih dalam
kurun waktu satu bulan dan dapat mencegah terjadinya perdarahan. Namun, dalam kasus ITP
dijadwalkan untuk operasi bagi pasien yang memiliki jumlah trombosit yang sangat rendah
dan berbahaya.
4. Thrombopoietin Reseptor Agonis
Thrombopoietin reseptor agonis adalah agen farmasi yang memperlakukan ITP dengan
merangsang untuk mengurangi kerusakan trombosit. Pada tahun 2011, produk di bawah ini
sudah tidak tersedia:
Romiplostim adalah thrombopoiesis merangsang peptida protein fusi-Fc (peptibody) yang
dikelola oleh injeksi subkutan . Pada tahun 2003 di bawah hokum USA, uji klinis
menunjukkan romiplostim efektif dalam mengobati ITP kronis, terutama pada pasien pasca
splenektomi. Romiplostim telah disetujui oleh Amerika Serikat Food and Drug
Administration (FDA) untuk pengobatan jangka panjang ITP kronis.
Eltrombopag adalah agen yang dikelola secara oral dengan efek yang mirip dengan
romiplostim. Ini juga telah ditunjukkan untuk meningkatkan jumlah trombosit dan penurunan
pendarahan dalam yang tergantung dengan dosis.
5. Operasi
Splenektomi dapat dianggap sebagai sasaran perusakan platelet biasanya akan ditemui
dalam limpa. Prosedur ini berisiko dalam kasus-kasus ITP karena kemungkinan
meningkatnya perdarahan yang signifikan selama operasi. Sebagaimana dicatat sebelumnya,
penggunaan splenektomi untuk mengobati ITP telah berkurang sejak pengembangan terapi
steroid dan obat farmasi lainnya.
6. Treatment lain
Transfusi Platelet
Paisen ITP yang mengalami perdarahan berat membutuhkan transfuse platelet untuk
meningkatkan jumlah platelet dalam darah dan perlu dirawat di rumah sakit. Beberapa pasien
memerlukan transfuse platelet sebelum dilakukan pembedahan.
Mengobati infeksi
Beberapa tipe infeksi dapat dengan mudah menurunkan jumlah platelet pasien. Jika pasien
ITP terkena infeksi yang menyebabkan plateletnya menurun, mengobati infeksi dapat
membantu meningkatkan jumlah platelet dan mengurangi resiko perarahan.
Jika pasien ITP mengkonsumsi obat yang dapat menurunkan jumlah platelet dan
menyebabkan perdarahan, menghentikan pengobatan kadang-kadang dapat membantu
meningkatkan jumlah platelet. Misalnya, aspirin dan ibuprofen contoh obat yang
menyebabkan penurunan fungsi platelet dan meningkatkan risiko perdarahan. Pasien ITP
sebaiknya tidak menggunakan obat tersebut.
Pemeriksaan
Dokter pertama kali akan memastikan terlebih dahulu bahwa jumlah platelet yang rendah
bukan disebabkan karena kondisi lain seperti HIV atau lupus, atau obat kimia (misalnya obat
kemoterapi atau aspirin). Dokter akan menanyakan riwayat medis, melakukan pemeriksaan
fisik dan tes darah.
Riwayat medis menginformasikan tentang :
- Tanda dan gejala perdarahan
- Penyakit yang diderita yang dapat menyebabkan penurunan jumlah platelet atau menyebabkan
perdarahan
- Pengobatan atau suplemen yang biasa dikonsumsi yang dapat menyebabkan perdarahan dan
penurunan jumlah platelet.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan melihat tanda dan gejala perdarahan dan
infeksi. Lalu dilakukan tes darah untuk mengetahui jumlah platelet dalam darah. Tes darah
ini meliputi :
- Perhitungan jumlah darah komplit. Tes ini menunjukkan perbedaan dari beberapa jenis sel
darah, termasuk platelet. Pada pasien ITP, jumlah sel darah merah dan putih normal.
- Apusan darah. Pada tes ini, beberapa tetes darah akan diletakkan di slide kemudian dilihat
melalui mikroskop lalu dilihat platelet dan sel darah yang lain.
- Beberapa laboratorium bisa melakukan tes untuk mengetahui antibody yang merusak platelet.
Jika tes darah menunjukkan hasil jumlah platelet yang rendah, dokter akan melakukan
tes lagi untuk memastikan diagnosis ITP. Misalnya, tes melalui sumsum tulang belakang
dapat digunakan untuk melihat sel yang besar yang membuat platelet terlihat normal. (sel
yang besar ini disebut megakaryocytes). Beberapa orang dengan ITP sedang, mempunyai
sedikit atau tidak ada tanda perdarahan. Dalam kasus yang seperti itu, mereka bisa
didiagnosis ITP hanya setelah tes darah dilakukan dan menunjukkan bahwa mereka
mempunyai jumlah platelet yang rendah.
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
SMRS (usia 10 tahun) anak di diagnosa SN di RSUP karyadi (keluhan waktu itu
bengkak di seluruh badan dirawat inap selama 7 hari kemudian pindah rawat di RSUP
Purwerejo ditangani oleh dokter anak selama 2 tahun, mendapat terapi tablet hijau yang
dosisnya makin lama makin berkurang, orang tua merasakan tidak ada perbaikan, anak justru
bertambah gemuk sehingga beralih obat ke dokter spesialis anak yang lain di diagnosa SN
diterapi mulai 2005- juli 2010. Dari spesialis anak dosis prednisolon 2-2-2 dosis terakhir 2 x
½ , evalusi proteinuria (+), tidak ada keluhan bengkak, moonface menurun, anak bisa
bertambah tinggi. 4 SMRS muncul bintik lebam dikulit, periksa ke SPPP diagnosa SN. AT
1000, AL 12170, Hb 13,5.pada saat HMRS (17 tahun),didiagnosa ITP, rambut rontok.
SMRS muncul lebam-lebam, Pasien kemerahan dan gusi berdarah. Pasien merasa lemas.
Pengkajian
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Prenatal :Selama hamil ibu kontrol rutin waktu hamil di bidan, tidak teratur minum vitamin selama hamil
b. Perinatal dan post natal :Ibu melahirkan sewktu berusia 23 tahun pervaginam di bidan, anak N langsung menangis. BBL 3100 gr. Anak N mendapatkan imunisasi lengkap di bidan
c. Penyakit yang pernah diderita : Umur 7 tahun anak di dianosa SN ( bengkak di seluruh badan)d. Hospitalisasi/tindakan operasi : Anak belum pernah diopersi sebelumnyae. Injuri/kecelakaan : Anak N mengatakan belum pernah mengalami kecelakaan sebelumnyaf. Alergi : Anak tidak mempunyai alergi makanan maupun obatg. Imunisasi dan tes laboratorium : Ibu mengatakan An. T sudah mendapatkan imunisasi lengkap di Puskesmas.
Imunisasi-jenis vaksin Diberikan berapa kali Umur pemberianBCG
Hepatitis BPolioDPT
Campak
1X1X6X5X1X
1 bulan2 bulan
0,2,4,6 bulan2,3,4 bulan
9 bulan
h. Pengobatan : Anak didiagnosa SN sejak usianya 10 tahun, anak selalu berobat rutin pada dokter
spesialis
anak.
Riwayat Keluarga
a. Sosial ekonomi :Pasien berasal dari keluarga yang cukup, ibu sebagai guru SMP penghasilan ± 2 juta perbulan, ayah sebagai karyawan swasta (percetakan) dengan penghasilan ± 1,5 juta perbulan
b. Lingkungan rumah : Pasien mengatakan lingkungan disekitar rumah bersih, rumah berlantai keramik, beratap genteng, dinding tembok, kamar mandi di dalam rumah, sumber air dari sumur
c. Penyakit keluarga :Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang sama (ITP) dalam kelurga,
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi.
- Pengkajian Pola Kesehatan Klien Saat Ini
Nutrisi
Sebelum masuk RS: anak makan 3 kali sehari, (nasi, ikan, sayur)Selama di rumah sakit: anak makan habis 1 porsi, 3kali sehari diit rumah sakit.
Cairan
Sebelum masuk RS: anak minum 4-5 gelas belimbing sehari berupa air putih.Selama di rumah sakit: anak minum ±1,5 L air mineral.Kebutuhan cairan pada pasien yang seharusnya adalah :Kebutuhan cairan:BB = 49 kgKebutuhan cairan untuk 20 kg pertama 1500ccJadi kebutuhan cairan dalam 24 jam adalah 1500+( (49-20)x 20 ml/kgBB/hr)= 2080 cc/24 jam
Aktivitas
Sebelum masuk rumah sakit pasien sekolah sampai siang kemudian bermain dengan teman-temannyaSelama di rumah sakit: anak lebih banyak berbaring di tempat tidur karena merasa lemas, namun anak terkadang terlihat duduk dan bisa ke kamar mandi sendiri dengan didampingi keluarganya.
Eliminasi
BAB : sebelum masuk RS: BAB setiap 2 kali sehari, feses padat, berwarna kuning.
BAK : baik sebelum maupun selama di rumah sakit tidak ada perubahan, BAK 5-6 kali sehari, BAK lancar, urin berwarna kekuningan
Kognitif dan Persepsi
Pendengaran : anak dapat mendengarkan suara gesekan jariPenglihatan : dapat melihat dengan baik tanpa menggunakan alat bantuPenciuman : tidak ada masalah dalam penciuman Taktil dan pengecapan : anak dapat merasakan sentuhan, dan bisa membedakan rasa
asin, manis
maupun pahit.
Pengkajian Fisik
a. Keadaaan umum : - Tingkat kesadaran : compos mentis - Nadi ; 90 X/mnt suhu; 36,8 0C RR ; 26 X/mnt TD: 125/90 mmHg - Respon nyeri : Berespon terhadap nyeri
- BB; 49 kg ,TB:168 cm, LLA ; 20 cm LK: 54 cmb. Kulit : Warna sawo matang, kulit teraba hangat, terlhat bintik-bintik merah
c. Kepala : bentuk kepala mesosepal, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat luka, rambut Nampak tampak bersih berwarna hitam tersebar merata.
d. Mata : - pupil : reaksi cahaya +/+, isokor kanan/kiri - conjunctiva : anemis - sclera : tidak ikterik
e. Telinga : kedua telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada luka, tidak ada cairan yang keluar dari kedua telinga
f. Hidung : pernafasan tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada mimisan, tidak ada gangguan penciuman
g. Mulut : mukosa bibir lembab,terdapat luka sariawan, tidak ada gangguan menelan, keadaan mulut bersih
h. Leher : tidak ada benjolan, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada nyeri menelan.
i. Dada : Pergerakan dada simetris, tidak ada ketinggalan gerak antara dada kanan dan kiri. Tidak ada luka, tidak ada nyeri, tidak terdapat penggunaan otot-otot tambahan pernafasan
j. Paru-paru : I: simetris kanan/kiri P: fremitus kanan/kiri
P: sonor, A: vesikuler di kedua paru
k. Jantung : Suara jantung reguler
l. Abdomen : tidak ada luka maupun bekas luka tidak ada nyeri tekan, warna kulit merata, peristaltic 10x/menit
m. Genetalia : anak tidak terpasang kateter, genitalia bersih.
n. Anus dan rektum : bersih, tidak terdapat hemoroido. Muskuleskeletal : akral hangat, nadi teraba, tidak terdapat pitting odema. Tidak ada nyeri,
Kekuatan otot:
p. Neurologi : GCS E4V5M6 Tidak ada kejang, tidak ada tremor, pasien dapat menyebutkan tempat, waktu, orang (orientasi baik)
Diagnosis Keperawatan, NOC, NIC
I. Dx : Risk For Injury (00035)
Domain 11 : Safety/Protection
Class 2 : Physical Injury
Definisi : Risiko injuri akibat dari kondisi lingkungan yang berhubungan dengan sumber-sumber adaptif
dan pertahanan.
Faktor risiko :
1. Profil darah yang tidak normal (trombositopenia)
2. Penyakit imun/autoimun
NOC
Blood Loss Severity
Definisi : Tingkat keparahan dari perdarahan internal/eksternal
Indikator : - Kehilangan darah yang bisa terlihat
- Pucat pada kulit dan membrane mukosa.
NIC
- Bleeding Precaution : menurunkan stimulus yang dapat mengakibatkan resiko perdarahan
pada pasien
5 55 5
Monitor pasien yang memiliki resiko perdarahan
Monitor tanda dan gejala perdarahan
Monitor tanda vital orthostatic, termasuk tekanan darah
Monitor pembekuan darah termasuk prothrombin time (PT), partial thromboplastin time
(PTT), fibrinogen, penurunan fibrin dan jumlah platelet jika diperlukan
Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan
Mengajarkan pasien dan atau keluarga akan tanda perdarahan dan tindakan yang tepat
Beritahu pasien untuk menghindari tindakan invasive
II. Dx. : Risk for infection
Domain 11 : Safety/ Protection
Class 1 : Infection
Definisi : Peningkatan resiko untuk diserang organism patogenik
Faktor risiko :
1. Imunitas yang diperoleh tidak adekuat
2. Pertahanan sekunder yang tidak adekuat (trombositopenia)
3. Malnutrition
NOC
1. Immune status
Definisi : daya tahan alami dan didapat terhadap antigen dari internal dan eksternal tubuh
Indicator : - Integritas kulit
- Integritas mukosa
2. Nutritional Status
Definisi : meningkatkan nutrisi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolism
Indicator : - intake nutrisi
- Intake makanan
- Intake cairan
- Intake energy
- Perbandingan antara berat/tinggi
3. Integritas jaringan : kulit dan membrane mukosa
Definisi : keutuhan struktur dan fungsi fisiologis yang normal pada kulit dan membrane
mukosa
Indicator : - Perfusi jaringan
- Integritas kulit
- Eritema
NIC
1. Perlindungan terhadap infeksi : Pencegahan dan deteksi dini akan infeksi pada pasien
yang mempunyai risiko
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
Monitor kerentanan pasien terhadap infeksi
Monitor angka granulosit,leukosit dan hasil yang berbeda
Pertahankan teknik aseptic terhadap pasien
Amati membran mukosa dan kulit terhadap kemerahan, suhu ekstrim dan drainase
Dorong pasien untuk istirahat cukup
Dorong intake cairan yang cukup
Monitor adanya perubahan energy
Ajarkan kepada pasien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi
2. Manajemen nutrisi : Membantu untuk memberikan intake makanan dan cairan yang
seimbang
Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi kalori secara cukup
Menganjurkan untuk makan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Memberikan pasien makanan tinggi protein, tinggi kalori, makananringan dan minuman yang
dapat dikonsumsi setiap saat, dika diperlukan
Monitor intake nutrisi dan kalori
3. Pertahanan kulit : Mengumpulkan dan menganalisis data dari pasien untuk mengatur
integritas kulit dan membrane mukosa
Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, temperature, ekstrimitas dan
drainase.
Monitor area kemerahan dan kerusakan pada kulit
Monitor kulit dan membrane mukosa terhadap perubahan warna dan lebam
Monitor warna kulit
Catat perubahan pada kulit dan membrane mukosa
III. Dx : Fatigue berhubungan dengan status fisik : status penyakit
Domain 4 : Activity/ Rest
Class 3 : Energy Balance
Definisi : Perasaan kelelahan/ keletihan berlebih yang terus menerus terjadi dan
menurunkan kapasitas kerja fisik dan mental. Tidak seperti biasanya
Batasan Karakteristik :
1. Tampilan yang menurun
2. Ketidakmampuan untuk mempertahankan tingkat aktivitas fisik seperti biasanya
3. Ketidakmampuan untuk mempertahankan kebiasaan rutin
4. Kekurangan energy
5. Keletihan
6. Mengungkapkan adanya kekurangan energy (lemas)
NOC
1. Energy conservation
Definisi :
Tindakan personal untuk mengatur energy dan aktifitas yang terus-menerus
Indikator :
- Keseimbangan aktivitas dan istirahat
- Gunakan tidur siang untuk mengembalikan energy
- Mempertahankan nutrisi yang adekuat
2. Daya tahan
Definisi : Kapasitas untuk melakukan aktifitas
Indikator : - penyimpanan energy setelah istirahat
- kelelahan
3. Nutritional status: Energy
Definisi : meningkatkan penyediaan nutrisi dan oksigen bagi sel tubuh
Indicator : - Stamina
- Daya tahan
- Perlawanan terhadap infeksi
NIC
1. Manajemen energi : pengaturan dalam penggunaan energi untuk suatu hal yang benar-benar
dibutuhkan atau untuk mencegah keletihan dan pengoptimalan fungsi
Menentukan keterbatasan aktivitas fisik pasien
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan aktivitasnya
Menentukan penyebab dari keletihan
Menentukan persepsi pasien/keluarga akan penyebab dari keletihan
Monitor masukan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber energy
Mengkonsultasikan dengan ahli gizi bagaimana untuk meningkatkan intake makanan
Menganjurkan pasien untuk meningkatkan istirahat dan membatasi aktivitas
2. Manajemen nutrisi : Membantu untuk memberikan intake makanan dan cairan yang
seimbang
Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi kalori secara cukup
Menganjurkan untuk makan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Memberikan pasien makanan tinggi protein, tinggi kalori, makanan ringan dan minuman yang
dapat dikonsumsi setiap saat, jika diperlukan
Monitor intake nutrisi dan kalori
3. Peningkatan tidur : memfasilitasi pola tidur/bangun yang teratur.
Menentukan pola tidur/aktivitas pasien
Memperkirakan pola tidur/bangun yang teratur pada rencana perawatan.
Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat pada saat sakit.
Menentukan efek dari pengobatan terhadap pola tidur.
Instruksikan pada pasien untuk memonitor tidurnya.
http://tricutami.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-itp-idiopathic.html