asuhan keperawatan ibu pada masa postnatal normal dan bermasalah

Upload: noviani-hendayani-purnama

Post on 10-Oct-2015

144 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN IBU PADA MASA POSTNATAL NORMAL DAN BERMASALAHOLEH : NS. NUNUNG NURHAYATI, S. KEPSTIKEP PPNI JAWA BARAT

KONSEP NIFAS (PUERPERIUM)1. Pengertian Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu (Sarwono Prawihardjo. 2002 : 122).Periode pasca partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organorgan reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan. (Bobak, Lowdermilk, & Jensen. 2004 : 492).Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nifas adalah masa antara persalinan sampai kembalinya organ organ reproduksi pada keadaan normal sebelum kehamilan dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru yang terjadi selama enam minggu.2. Periode NifasMenurut Nelson dan May (1986 : 889) periode post partum dibagi menjadi tiga yaitu : Periode Immediate Post Partum : Dimulai setelah persalinan sampai 24 jam pertama post partum, dimana hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara drastis. Periode Early Postpartum : Terjadi setelah 24 jam post partum sampai akhir minggu pertama sesudah melahirkan dimana resiko bahaya sering terjadi pada ibu post partum. Periode Late Post Partum : Terjadi mulai minggu kedua sampai minggu keenam, setelah melahirkan terjadi perubahan secara bertahap 3. Adaptasi Fisiologis Ibu Post partuma. Sistem PernapasanPada ibu post partum, fungsi pernafasan kembali pada keadaan seperti sebelum hamil dalam enam bulan setelah persalinan. Setelah uterus kosong diafragma menurun, frekuensi nafas akan menurun sampai keadaan normal seperti sebelum hamil.b. Sistem Kardiovaskuler Volume Darah : Pada ibu post partum, kehilangan darah sekitar 300 400 ml sewaktu melahirkan bayi tunggal pervaginam dan jumlahnya akan meningkat dua kali selama melahirkan dengan sectio caesaria. Curah Jantung : Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat selama masa kehamilan. Setelah melahirkan keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit. Pada ibu post partum selama 72 jam pertama setelah bayi lahir volume plasma yang hilang lebih besar dari pada sel darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah berhubungan dengan peningkatan hematokrit pada hari ketiga sampai hari ketujuh post partum. Batas normal volume sel darah merah dapat dikaji setelah 8 minggu post partum. Faktor faktor pembekuan fibrinogen tetap meningkat selama masa puerperium. Leukositosis normal terjadi pada 10 sampai 12 hari pertama setelah melahirkan nilai leukosit antara 20,000 dan 25,000 / mm merupakan hal yang umum. Varises dan Edema : Varises pada ekstremitas bawah yang berkembang selama kehamilan akan berkurang sedikit demi sedikit setelah kelahiran. Edema pada ekstremitas atau bagian tubuh lain juga akan menghilang.c. Sistem PencernaanKebanyakan ibu post partum akan sangat lapar dan haus setelah pulih dari analgesik, permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang dikonsumsi. Transportasi fekal masih lambat dikarenakan masih adanya hormon estrogen dan progesteron yang beredar di dalam tubuh ibu yang menyebabkan motilitas usus menurun.d. Sistem Reproduksi Payudara : Pada ibu post partum, perubahan tejadi terutama kelenjar dan alveolus mammae dan lemak. Pada lobus terdiri dari lobuli dan acini yang menghasilkan air susu. Setelah placenta lahir LTH dengan bebas merangsang laktasi. Lobus posterior hipofisis merangsang pengeluaran oksitosin untuk menghasilkan air susu. Pada hari ketiga post partum mammae menjadi keras dan nyeri dan hal ini adalah awal dari pembentukan air susu. Uterus => Involusi : Involusi adalah proses kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan yang dimulai segera setelah pengeluaran plasenta melalui kontraksi otot uterus. Perubahan ini terjadi karena proses hormon oksitosin serta rangsangan dari refleks hisap dan reflek telan bayi bereaksi terhadap kontraksi otot uterus dan berlangsung selama 7 10 hari. Bayi Baru Lahir, Tfu Setinggi Pusat (1000 Gram) Uri Lahir, Tfu 2 Jari Bawah Pusat (750 Gram) 1 Mg, Tfu Pertengahan Pusat Simfisis (500 Gram) 2 Mg, Tfu Tidak Teraba Di Atas Simfisis (350 Gram) 6 Mg, Tfu Bertambah Kecil (50 Gram) 8 Mg, Tfu Sebesar Normal (30 Gram) Lochea : Lochea merupakan pengeluaran cairan pervaginam setelah melahirkan. Lochea ini berupa cairan yang berkomposisi jaringan endometrium, darah dan sel darah putih. Karakteristik lochea dapat di lihat dalam tabel berikut :NoTypeWarnaDurasiKomposisi

1Lochea rubraMerah dan hitam1 - 3 hariDarah, fragmen-fragmen decidua dan mukus

2Lochea sanguinolentaMerah 3-7 hariDarah dan lendir

3Lochea serosaMerah muda atau coklat 7 - 14 hariDarah lama (old blood), serum, leukosit dan debris jaringan

4Lochea albaCairan kuning sampai bening10 - 14 hari (mungkin berakhir dalam 6 minggu)Kebanyakan desidua, sel epitel, mukus serum dan bakteri, serta jumlah leukosit yang tinggi

5Lochea purulentaBerbau busukLebih dari dua mingguSeperti nanah

Serviks : Pada ibu post partum serviks menjadi lunak, kemudian serviks akan menutup setelah melahirkan namun penutupan ini tidak sempurna seperti keadaan sebelum hamil. Pada daerah serviks tampak edema, namun itu harus hilang dalam waktu singkat setelah melahirkan. Bila pasien mengeluh adanya perdarahan banyak pervaginam dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, maka perawat sudah harus curiga terhadap ruptur daerah serviks atau vagina. Vulva dan Vagina : Pada ibu post partum, pembukaan vagina akan nampak membesar sehingga rugae akan tidak tampak, lalu dinding vagina seperti lembut dan licin. Rugae ini akan tampak kembali pada bentuk semula setelah 3 atau 4 hari melahirkan, walaupun kadang masih tampak pada introitus (pintu vagina) bengkak dan kemerahan sampai pada beberapa minggu masa nifas. Peran perawat yaitu mengkaji keluhan yang ditampilkan pada ibu. Perineum : Keadaan perineum post partum akan menjadi kendor karena sebelumnya teregang oleh tekanan dari bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke 5 perineum sudah kembali ke keadaan sebelumnya.

e. Sistem PerkemihanPada ibu post partum, distensi berlebih pada kandung kemih adalah hal yang umum terjadi karena peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan dan memar di jaringan sekitar uretra. Kandung kemih yang penuh menggeser uterus dan dapat menyebabkan pendarahan post partum, distensi kandung kemih akan menyebabkan retensi urine. Pengosongan kandung kemih yang adekuat umumnya kembali dalam 5 7 hari setelah terjadi pemulihan jaringan yang bengkak dan memar. Diuresis terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. f. Sistem EndokrinPada ibu post partum, keadaan plasma hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Keadaan estrogen dalam plasma menurun sampai 10 % dari nilai ketika hamil dalam waktu tiga jam setelah persalinan, tingkat terendah kira - kira terjadi pada hari ketujuh. Penurunan terpenting estrogen disertai dengan onset pemenuhan payudara pada kira kira hari ketiga post partum. Setelah plasenta lahir, prolaktin dengan bebas dapat merangsang laktasi. Hisapan bayi akan meningkatkan prolaktin.g. Sistem PernafasanPada ibu post partum, ketidaknyamanan neurologis akibat kehamilan akan mereda setelah persalinan. Rasa baal dan kesemutan periodik pada jari wanita hamil seringkali hilang setelah persalinan.Sakit kepala pada post partum mungkin disebabkan oleh berbagai perubahan kondisi, termasuk hipertensi akibat kehamilan, stress dan akibat kebocoran cairan cerebrospinal ke dalam ruang ekstradural selama jarum epidural diletakkan di tulang punggung untuk anestesi.h. Sistem MuskuloskeletalAdaptasi sistem muskuloskeletal yang terjadi selama kehamilan akan kembali seperti semula pada periode post partum ini. Sendi akan kembali stabil seperti semula minggu ke 6 8 setelah persalinan. Kulit abdomen akan kehilangan elastisitasnya setelah proses persalinan mungkin dikarenakan janin yang besar atau janin yang kembar sehingga elastisitas otot abdomen akan berkurang, hal ini biasa dinamakan diastasis rectus abdominalis.i. Sistem IntegumenKloasma selama kehamilan biasanya menghilang pada akhir kehamilan. Hiperpigmentasi areola dan linea nigra mungkin tidak akan menghilang sempurna setelah proses persalinan. Striae gravidarum (garis melintang) pada daerah payudara, perut dan pada daerah paha mungkin akan luntur tetapi tidak akan menghilang.Pada 24 jam pertama suhu bisa meningkat menjadi 38 0C. Hal tersebut perlu diperhatikan adanya infeksi post partum. Pada hari ketiga atau keempat post partum ketika payudara dipenuhi air susu, temperatur akan meningkat selama kurang lebih satu jam akibat meningkatnya vaskularisasi. Jika peningkatan temperatur lebih dari beberapa jam perlu dipertimbangkan adanya infeksi post partum.j. Sistem ImunitasTidak ada perubahan yang berarti dalam sistem imunitas maternal yang terjadi selama periode post partum. Ibu memerlukan vaksinasi rubella untuk pencegahan terhadap Rh isoimunisasi.

ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU POSTPARTUMDalam menerima peran sebagai orang tua, ibu menjalani suatu proses yang terdiri dari tiga tahap (Neeson and May, 1992 : 894), yaitu :1. Fase Taking In atau Fase Dependent (Periode Tingkah Laku ketergantungan)Fase ini terjadi pada hari ke 1 dan ke 2, klien memfokuskan pada dirinya sendiri dan tergantung pada orang lain. Klien tidak menginginkan kontak dengan bayinya. Tingkah laku klien mungkin pasif dan ketergantungan. Klien memerlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosionalnya.2. Fase Taking Hold atau Dependen Independent (Periode Tingkah Laku Mandiri dan Ketergantungan)Pada fase ini berlangsung pada hari ketiga dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima. Kekuatan klien meningkat, klien merasa lebih nyaman, klien lebih memperhatikan diri sendiri dan bayinya. Klien lebih mandiri, berinisiatif untuk melakukan aktifitas guna merawat diri sendiri dan lebih memperlihatkan fungsi tubuhnya serta keinginan untuk belajar tentang perawatan diri dan bayinya.3. Fase Letting Go atau Fase Independent (Periode Kemandirian Dalam Peran Baru)Dimulai sekitar minggu ke 5 sampai minggu ke 6 setelah kelahiran. Klien merasa bahwa bayinya adalah bagian dari dirinya yang tak terpisahkan, klien mendapat peran dan tanggung jawab baru. Terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan diri sendiri dan bayinya.

KONSEP SECTIO CAESARIA1. PengertianSectio caesaria adalah cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Rustam Mochtar. 1998: 117).Kelahiran sesaria adalah alternatif dari kelahiran vagina bila keadaan ibu dan atau janin terganggu (Doengoes. 1998 : 339). Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono Prawihardjo. 2005: 863).Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sectio caesaria adalah tindakan pembedahan melalui insisi pada dinding abdomen atau vagina dan dinding uterus untuk melahirkan janin.2. IndikasiIndikasi dilakukannya tindakan sectio caesaria adalah disproporsi kepala panggul / CPD / FPD, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak, plasenta praevia, partus lama (prolonged labor), partus tak maju (obstructed labor), kehamilan multiple atau gestasi (uterus sangat distensi), tumor atau neoplasma yang menghambat pelvis / jalan lahir, janin besar, gawat janin, malpresentasi janin (Rustam Mochtar. 1998 : 118).3. Jenis-Jenis Operasi Caesariaa. Sectio Caesaria Transperitonealis Sectio caesaria klasik (korporal) : Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kirakira sepanjang 10 12 cm dengan ujung bawah diatas batas pliko vesika urinaria. Sectio caesaria ismika (profunda) : Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah uterus kirakira 10 cm.b. Sectio Caesaria EkstraperitonealisDilakukan tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.4. Komplikasi Infeksi puerperal (nifas) Ringan: dengan kenaikan suhu beberapa hari saja. Sedang: dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung. Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Perdarahan, disebabkan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka, atonia uteri. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang (Rustam Mochtar. 1998 : 121).

5. Dampak Sectio Caesarea Terhadap Kebutuhan Dasar ManusiaDampak Terhadap Sistem Tubuha. Sistem PernafasanPada klien post partum yang dilakukan sectio caesaria corporal dengan anesteri epidural pada 6 jam pertama bisa terjadi akumulasi sekret di jalan nafas menyebabkan peningkatan produksi mukus. Bunyi nafas ronchi jika terdapat sekret pada jalan nafas, bunyi vesikuler pada area paru jika tidak ada akumulasi sekret, frekuensi nafas 16 24 x / menit.b. Sistem KardiovaskulerPada persalinan sectio caesaria, ibu kehilangan darah 500 1000 ml. Komplikasi utama dari perdarahan akut adalah hipotensi ortostatik atau pusing yang dapat terjadi ketika berdiri karena sistem vaskular tidak cukup volumenya untuk mencapai ke otak.c. Sistem PencernaanPada ibu post partum dengan sectio caesaria akan terjadi penurunan kerja peristaltik usus akibat efek anestesi dan ibu selama 6 jam pertama, tidak dibolehkan makan untuk mengurangi resiko aspirasi. Perubahan sistem gastrointestinal pada ibu nifas dengan sectio caesaria transperitoneal profunda yaitu lemahnya peristaltik usus akibat anestesi yang menekan saraf yang mempersarafi sistem saraf, penekanan saraf tersebut akan mempengaruhi kekuatan otot abdominal sehingga otot abdominal menjadi lemah. Setelah terbebas dari efek anestesi umum klien dapat makan tanpa kesulitan akibat mual dan muntah selama periode ini.d. Sistem Perkemihanlbu yang mengalami anestesi umum akan mengakibatkan hilangnya sensasi pada area bladder sampai anestesinya hilang. Kateter sudah dapat dilepas dari vesika urinaria setelah 12 jam setelah operasi atau yang lebih baik lagi pada keesokan harinya setelah operasi.e. Sistem IntegumenIbu post operasi sectio caesaria trans profunda ditemukan luka insisi 10 cm yang secara normal jahitan kulit diangkat pada hari keempat setelah pembedahan.Dampak Psikologis : cemas, kegagalan, perasaan kehilangan, kemarahan, perasaan tidak mampu.6. Manajemen Medisa. Therapi Obat Untuk wanita dengan ukuran tubuh rata rata dapat disuntikan intramuskuler 75 mg meperidin setiap 3 jam sekali bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit, atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin. Jika ibu berukuran tubuh kecil, dosis meperidin yang diberikan adalah 50 mg, atau jika ukuran tubuhnya besar dosis yang tepat adalah 100 mg meperidin. Obatobat antiemetik, misalnya prometasin 25 mg biasanya diberikan bersamasama dengan pemberian preparat narkotik.b. Therapi Cairan dan DietPedoman umum pemberian 3 liter larutan termasuk Ringer Laktat, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam berikutnya. Meskipun demikian, jika urine output dibawah 30 ml / jam pasien harus dievaluasi kembali. Bila tidak ada manipulasi intra abdomen yang ekstensif atau sepsis, pasien harus sudah dapat cairan per oral satu hari setelah pembedahan. Jika tidak, pemberian infus boleh diteruskan paling lambat pada hari kedua setelah operasi, sebagian besar pasien sudah dapat menerima makanan biasa.c. LaboratoriumSecara rutin hematokrit diukur pada pagi hari setelah operasi. Hematokrit tersebut harus dicek lagi bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau bila terdapat oliguria atau kedaan lain yang menunjukan hipovolemi.

KONSEP PLACENTA PRAEVIA1. Pengertian Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Masjoer, Arif. 1999 : 276)Plasenta previa adalah plasenta yang terletak sangat dekat atau pada ostium internum, normalnya plasenta tertanam di korpus uteri (Cunningham, F. Gary. 1995 : 846).Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud placenta praevia adalah plasenta yang letaknya menutupi jalan lahir.2. EtiologiMasih banyak penyebab plasenta previa yang belum diketahui atau belum jelas. Adapun faktor faktor etiologi plasenta praevia adalah sebagai berikut : Umur dan paritasUsia lebih dari 35 tahun lebih sering terjadi.Lebih sering terjadi pada paritas tinggi, karena endometrium tidak sempat tumbuh.Pada usia muda, dimana endometrium belum matang. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang ulang, bekas operasi, kuretase, dan manual plasenta. Endometrium belum siap menerima hasil konsepsi (belum matur), jika perkawinan dan hamil dalam usia muda (kurang dari 25 tahun). Tumor tumor ; seperti mioma uteri, polip endometrium. Kadang kadang pada malnutrisi3. KlasifikasiMenurut penulis buku buku Amerika Serikat, plasenta previa dibagi dalam bentuk klinis : Plasenta Previa Totalis : Menutupi seluruh osteum uteri internum pada pembukaan 4. Plasenta Previa Partialis : Menutupi sebagian osteum uteri internum. Plasenta Previa Marginalis (letak rendah): Apabila tepi plasenta berada sekitar pinggir osteum uteri internum 3 4 cm diatas pinggir pembukaan, tidak teraba pada pemeriksaan dalam.4. PatofisiologiPerdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.5. Gejala Klinis Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri dan berulang. Bagian terendah (kepala) masih tinggi, tidak dapat mendekati pintu atas panggul. Kelainan letak janin, terjadi karena ukuran panjang rahim berkurang.

A Plasenta previa marginalisB Plasenta previa totalisC Plasenta previa partialis. Sumber : (Rustam Moctar. 1998 : 271) Placenta Normal

6. Komplikasi Prolaps tali pusat. Prolaps plasenta. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan. Robekan robekan jalan lahir karena tindakan. Perdarahan post partum. Infeksi karena perdarahan yang banyak. Bayi prematur atau lahir mati.7. Terapia. Terapi aktif Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang menyebabkan kematian ibu dan atau janin. Pervaginam, indikasi untuk plasenta lateralis atau marginalis bila keadaan ibu dan janin memungkinkan. Sectio caesaria, indikasi untuk plasenta previa totalis. b. Terapi PasifApabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat badan janin di bawah 2500 gram, maka kehamilan masih dapat dipertahankan dengan istirahat dan pemberian obat obatan seperti spasmolitika, progestin, atau progesterone.

KONSEP GAWAT JANIN1. PengertianGawat janin adalah suatu keadaan dimana janin tidak mendapatkan O2 yang cukup, sehingga akan mengalami hipoksia. Keadaan ini dapat terjadi kronik maupun akut. (Sarwono Prawiroharjo 2005 : 354).Gawat janin adalah suatu keadaan bahaya yang relatif dari janin yang secara serius dapat mengancam kesehatan janin (Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi 1994 : 211).Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gawat janin adalah suatu keadaan dimana janin tidak mendapatkan oksigen di dalam rahim.2. Etiologi Gawat janin dalam persalinan bisa terjadi karena disebabkan oleh adanya: Partus yang lama Ruptur uteri : Kontraksi uterus yang terus menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak ke plasenta. Prolapsus : tali pusat akan tertekan antara kepala anak ke plasenta. Pemberian obat bius terlalu banyak. Pendarahan banyak misalnya pada plasenta previa dan solutio plasenta. Postmaturitas.Adapun janin yang berisiko tinggi untuk mengalami kegawatan adalah: Janin yang pertumbuhannya terhambat. Janin dari ibu dengan diabetes mellitus. Janin dengan kelainan letak. Janin dengan kelainan bawaan atau infeksi.3. Tanda Dan Gejala Adanya Gawat Janin Denyut jantung janin abnormal Denyut jantung janin (frekuensi lebih dari 160 / menit atau kurang dari 120 x / menit). Bradikardi (denyut jantung janin kurang dari 100 x / menit), yang terjadi pada saat berkontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukkan adanya kegawatan pada janin. Takhikardi (DJJ lebih dari 160 x / menit) dapat merupakan reaksi terhadap adanya : Demam pada ibu Obat-obatan yang menyebabkan takhikardi (misalnya obat tokolitik) Amnionitis Keluarnya mekonium kental merupakan tanda janin dalam keadaan asfiksia. Janin akan mengadakan pernafasan intra uteri dan bila dilakukan pemeriksaan akan terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Gerakan janin menurun. Klien mengalami kegagalan dalam pertambahan berat badan dan uterus tidak bertambah besar. Air ketuban hijau kental 4. Data Diagnosis Pada Gawat Janin Pemantauan denyut jantung janin. Peta gerakan janin, gerakan janin yang berkurang merupakan tanda dari gawat janin. Ultrasonografi, pengukuran diameter biparietal dapat mengungkapkan bukti dini diri retardasi pertumbuhan intra uteri, gerakan nafas janin, aktifitas janin dan volume cairan ketuban.

KONSEP ANEMIA1. PengertianSeorang ibu hamil disebut anemia bila nilai hemoglobin kurang dari 11 mg / dL atau nilai hematokrit kurang dari 33 % selama trimester kedua dan ketiga kehamilan. Anemia ringan bila nilai hemoglobin adalah 11 mg / dL, tidak mengancam tetapi merupakan indikasi kurang dari status nutrisi yang optimal.Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang paling umum terjadi selama kehamilan, mempengaruhi 15 % - 50 % wanita hamil. Keadaan ini diidentifikasikan sebagai anemia fisiologis pada keadaan kehamilan.2. EtiologiPenyebab anemia meliputi : malnutrisi, kurang Fe, kehilangan darah banyak, penyakit kronis; misalnya TBC, cacing tambang, malaria, HIV.

3. PatofisiologiKadar hemoglobin untuk wanita hamil biasanya adalah 13,5 gr / dL. Namun, kadar hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan berkisar 11,6 gr / dL selama akibat pengenceran darah ibu karena peningkatan volume plasma. Ini disebut sebagai anemia fisiologi dan merupakan keadaan yang normal selama kehamilan.Selama kehamilan, zat besi tidak dipenuhi secara adekuat dalam makanan sehari - hari. Zat dalam makanan seperti susu, teh, dan kopi menurunkan absorbsi besi. Selama kehamilan tambahan zat besi diperlukan untuk meningkatkan sel - sel darah merah ibu dan transfer ke janin untuk penyimpanan dan produksi sel - sel darah merah.4. Manifestasi KlinisTanda - tanda defisiensi anemia zat besi adalah kadar hemoglobin di bawah 10,5 gr / dL meliputi kuku jari tangan rapuh, bibir pecah - pecah, lidah yang lembek, dan merah. Ibu dengan anemia sel sabit mengalami keadaan yang sangat sakit.5. Macam-Macam Anemia Anemia defisiensi besi, disebabkan oleh kurang masuknya zat besi karena terlalu banyak zat besi yang keluar, misalnya karena pendarahan. Anemia megaloblastik, disebabkan defisiensi asam folat atau B 12. Anemia hypoplastik, disebabkan karena sum - sum tulang kurang mampu membuat sel - sel darah baru. Anemia hemolitik, disebabkan karena penghancuran / pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.6. Pembagian Anemia Anemia ringan Hb 9 10 gr % Anemia sedang Hb 7 8 gr % Anemia berat Hb kurang dari 7 gr %7. Pengaruh Anemia Pengaruh anemia terhadap kehamilan : Keguguran, partus prematurus, insersia uteria dan partus lama, ibu lemah, atonia uteri dan menyebabkan perdarahan, syok dan infeksi intra partum dan dalam nifas. Pengaruh anemia terhadap janin : Keguguran, kematian janin dalam kandungan, kematian janin waktu lahir, prematuritas, dapat terjadi cacat bawaan dan cadangan zat besi kurang.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PARTUS PREMATURUS DENGAN SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI PLACENTA PRAEVIA TOTALIS + GAWAT JANIN + ANEMIAProses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis dan terus menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien dimulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisa data, dan penentuan masalah), diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan keperawatan, pelaksanaan, penilaian tindakan keperawatan. (Zaidin Ali, 1997 : 69).Proses keperawatan adalah proses yang terdiridari 5 tahap: (1) pengkajian keperawatan, (2) identifikasi analisis masalah (diagnosa keperawatan), (3) Perencanaan, (4) implementasi, (5) evaluasi. (Doengoes, 1998 : 2).Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001 :17).Pengumpulan data merupakan proses yang berisikan status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan perawatannya juga hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya (Nursalam, 2001 : 17).

Diagnosa KeperawatanDiangnosa keperawatan menurut NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) adalah penilaian klinik mengenai respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat. Berdasarkan hasil studi kepustakaan dari berbagai literatur, didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul menurut Marilyn E. Doengoes, yaitu : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi / peningkatan anggota keluarga, krisis situasi (Intervensi pembedahan, komplikasi fisik yang mempengaruhi pengenalan / interaksi, kebanggaan diri negatif). Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek efek anestesi, efek efek hormonal, distensi kandung kemih / abdomen. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan. Resiko injuri berhubungan dengan fungsi biokimia atau regulasi (Hipotensi ortostatik, adanya HKK atau eklamsi), efek efek anestesi, tromboemboli, profil darah abnormal (anemia, sensitifitas terhadap rubella, inkompatibilitas Rh), trauma jaringan. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak, penurunan Hb, prosedur invasive, dan / atau peningkatan pemajanan lingkungan, pecah ketuban lama., malnutrisi. Gangguan eliminasi : konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis rektus, kelebihan analgetik atau anestesi, efek efek progesteron, dehidrasi, diare prapersalinan, kurang masukan, nyeri perineal / infeksi). Kurangnya pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi : berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber sumber. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma / diversi mekanis, efek efek hormonal (perpindahan cairan dan / atau peningkatan aliran plasma ginjal), efek efek anestesi. Gangguan pemenuhan ADL : perawatan diri berhubungan dengan efek efek anestesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik. Perencanaan KeperawatanPerencanaan (intervensi) merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan dimana, tujuan atau hasil ditentukan dan intervensi dipilih. (Doengoes, 1998 : 81).ImplementasiImplementasi merupakan tahap keempat dari proses kepaerawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah dilakukan (Doengoes, 1998 : 105).EvaluasiEvaluasi memuat kriteia keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Adapun sasaran evalusi adalah sebagai berikut: Proses asuhan keperawatan berdasarkan kriteria atau rencana yang telah disusun. Hasil tindakan keperawatan berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah dirumuskan dalam rencana evaluasi (Zaidin Ali, 2001 : 85).