asuhan keperawatan hiv
DESCRIPTION
tugas mandiriTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
HIV
(Human Immunodeficiency Virus)
Konsep Dasar Medis
A. Definisi
HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel – sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut sel T-4 atau disebut juga sel CD-4.
Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menularkan orang lain.
HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah RNA (asam ribonukleat) yang dibungkus oleh suatu matriks yang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh, materi genetik ini perlu diubah menjadi DNA (asam deoksiribonukleat), diintegrasikan ke dalam DNA inang, dan selanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan protein. Protein-protein yang dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru.
B. Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
.
C. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi
sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
D. Tanda dan gejala
- Gejala Klinisgejala klinis dari HIV/ dibagi atas beberapa fase.a. Fase awal Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.b. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek. c. Fase akhir Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. - gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi): a. Gejala mayor : Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis Demensia/ HIV ensefalopati b. Gejala minor : Batuk menetap lebih dari 1 bulan Dermatitis generalisata Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang Kandidias orofaringeal Herpes simpleks kronis progresif Limfadenopati generalisata Retinitis virus Sitomegalo
E. Penatalaksanaan1. Aspek Medis meliputi :a. Pengobatan Suportif.
Penilaian gizi penderita sangat perlu dilakukan dari awal sehingga tidak terjadi hal hal yang berlebihan dalam pemberian nutrisi atau terjadi kekurangan nutrisi yang dapat menyebabkan perburukan keadaan penderita dengan cepat. Penyajian makanan hendaknya bervariatif sehingga penderita dapat tetap berselera makan. Bila nafsu makan penderita sangat menurun dapat dipertimbangkan pemakaian obat Anabolik Steroid. Proses Penyedian makanan sangat perlu diperhatikan agar pada saat proses tidak terjadi penularan yang fatal tanpa kita sadari. Seperti misalnya pemakaian alat-alat memasak, pisau untuk memotong daging tidak boleh digunakan untuk mengupas buah, hal ini di maksudkan untuk mencegah terjadinya penularan Toksoplasma, begitu juga sebaliknya untuk mencegah penularan jamur.
b. Pencegahan dan pengobatan infeksi Oportunistik.
Meliputi penyakit infeksi Oportunistik yang sering terdapat pada penderita infeksi HIV 1) ToksoplasmosisSangat perlu diperhatikan makanan yang kurang masak terutama daging yang kurang matang. Obat : TMP-SMX 1 dosis/hari.2) CMVVirus ini dapat menyebabkan Retinitis dan dapat menimbulkan kebutaam. Ensefalitis, Pnemonitis pada paru, infeksi saluran cernak yang dapat menyebabkan luka pada usus. Obat : Gansiklovir kapsul 1 gram tiga kali sehari.3) JamurJamur yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah jamur Kandida. Obat : Nistatin 500.000 u per hari Flukonazol 100 mg per hari.
c. Pengobatan Antiretroviral (ARV)1) Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat2) Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV disebut “HAART” (Highly Active Anti Retroviral therapy)3) Kombinasi ARV lini pertama pasien naïve (belum pernah pakai ARV sebelumnya) yang dianjurkan : 2NRTI + 1 NNRTI.4) Terapi seumur hidup, mutlak perlu kepatuhan karena resiko cepat terjadi resisten bila sering lupa minum obat.
2. Aspek Psikologis, meliputi :a. Perawatan personal dan dihargaib. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-masalahnyac. Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannyad. Tindak lanjut medise. Mengurangi penghalang untuk pengobatanf. Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka
3. Aspek Sosial.Seorang penderita HIV setidaknya membutuhkan bentuk dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal:a. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan diperhatikanb. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehatc. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu barang dalam mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007)Dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. House (2006) membedakan empat jenis dimensi dukungan social :a. Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap pasien dengan HIV yang bersangkutanb. Dukungan PenghargaanTerjadi lewat ungkapan hormat / penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain c. Dukungan InstrumentalMencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang, kepada penderita HIV AIDS yang membutuhkan untuk pengobatannyad. Dukungan InformatifMencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.
F. Pencegahan
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian resiko infeksinya secara umum dapat diabaikan.
1. Hubungan seksual Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung antarindividu yang
salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual adalah modus utama infeksi HIV di dunia. Selama hubungan seksual, hanya kondom pria atau kondom wanita yang dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV dan penyakit seksual lainnya serta kemungkinan hamil. Bukti terbaik saat ini menunjukan bahwa penggunaan kondom yang lazim mengurangi resiko penularan HIV sampai kira-kira 80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat ini lebih besar jika kondom digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan. 2. Kontaminasi cairan tubuh terinfeksi
Wabah HIV di Afrika Sub-Sahara tahun 1985-2003. Pekerja kedokteran yang mengikuti kewaspadaan universal, seperti mengenakan sarung tangan lateks ketika menyuntik dan selalu mencuci tangan, dapat membantu mencegah infeksi HIV.3. Penularan dari ibu ke anak
Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretrovirus, bedah caesar, dan pemberian makanan formula mengurangi peluang penularan HIV dari ibu ke anak (mother-to-child transmission, MTCT). Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan mudah, terjangkau, berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui anak mereka. Namun demikian, jika hal-hal tersebut tidak dapat terpenuhi, pemberian ASI eksklusif disarankan dilakukan selama bulan-bulan pertama dan selanjutnya dihentikan sesegera mungkin. Pada tahun 2005, sekitar 700.000 anak di bawah umur 15 tahun terkena HIV, terutama melalui penularan ibu ke anak; 630.000 infeksi di antaranya
terjadi di Afrika. Dari semua anak yang diduga kini hidup dengan HIV, 2 juta anak (hampir 90%) tinggal di Afrika Sub Sahara.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Tes Laboratorium Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV) 2) Tes antibody serum Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa3) Tes blot western Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)4). Tes Lainnya
a. Sinar X dada Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain
5) Tes HIV Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot, dilakukan
untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien. Namun demikian, periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang dapat dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan antibodinya belum dapat terdeteksi. Meskipun metode-metode tersebut tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV.
H. Komplikasi 1. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.2. Neurologik a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)3. Gastrointestinal a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan Diare.4. Respirasi Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas. 5. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.6. Sensorik a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaanb. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,
progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap
aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.
b. Sirkulasi
Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada cedera.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer,
pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
c. Integritas ego
Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga, pekerjan,
gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd),
mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah, dan depresi.
Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah,
menangis, kontak mata yang kurang.
d. Eliminasi
Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram
abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang
sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam
jumlah, warna, sdan karakteristik urine.
e. Makanan/cairan
Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan, mual/muntah.
Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat badan yang progresif.
Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus
hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan
perubahan warna, edema.
f. Hygiene
Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam
banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
g. Neurosensori
Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan
ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/
konsentrasi menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman
penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan
paling awal).
Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai
demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi
psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas,
harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan
otot, dan gaya berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri umu /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri
dada pleuritis.
Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan. Penurunan
rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang
sakit.
i. Pernapasan
Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai dari
sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak
pada dada.
Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas
adventius. Sputum :kuning
j. Keamanan
Gejala : riwayat jath, terbakar, pingsan, luka yang lambat penyembuhannya.
Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering atau berulang. Riwayat penyakit
defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah,
peningkatan suhu intermitetn/memuncak; berkeringat malam.
Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema, eksantem,
psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola warna mla,; mudah terjadi
memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Rectum, luka-luka
perianal/abses,.timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area
tubuh/lebih (leher, ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot,
perubahan pada gaya berjalan.
k. Seksualitas
Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual
deang pasangan yang positif HIV, pasangan seksual mltipel, aktivitas seksual
yang tidak terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk
melakukan hubungan seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Menggunakan pil pencegah kehamilan.
Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia : manifestasi kulit(mis.
Kutil, herpes)
l. Interaksi social
Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya
pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian,
teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak
terorganisasi.
m. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan perilaku beresiko
tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV). Penggunaan/ penyalahgunaan obat-
obatan IV, sast ini merokok, penyalahgunaan alcohol.
Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan keuangan, obat-
obatan/tindakan, perawatan kulit/luka, peralatan/bahan, transpotasi, belanja
makanan dan persiapan ; perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.
B. Diagnos Keperawatan
a. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan cara pencegahan penularan HIV.
c. Isolasi social berhubungan dengan mudahnya transmisi atau proses penularan
penyakit.
C. Rencana keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan
Keseimbangan
Cairan dan
Elektrolit b.d
diare berat
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan,
infeksi bisa pada klien
bisa diatasi dengan
kriteria hasil :
Tidak ada demam
dan bebas dari
pengeluaran / sekresi
purulen dan tanda-
tanda lain dari kondisi
infeksi.
- Bisa mencapai
masa penyembuhan
luka / lesi.
Pantau tanda-tanda
vital
Indikator dari
volume cairan
sirkulasi.
Catat peningkatan suhu
dan durasi demam.
Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diaforesis yang berlebihan.
nj Kaji tugor kulit, membran mukosa, dan rasa haus
Indikator tidak langsung dari status cairan.
Timbang berat badan
sesuai indikasi.
Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukan penggunaan otot, fluktuasi tiba-tiba menunjukan status hidrasi.
Pantau pemasukan oral dan memasukan cairan
Mempertahankan keseimbangan
sedikitnya 2500 ml/ hari.
Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu
cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membran mukosa.
Mungkin dapat mengurangi diare
Kolaborasi : Berikan cairan/ elektrolit melalui selang pemberi makanan/ IV.
Mungkin diperlukan untuk mendukung/ memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak adekuat, mual/ muntah terus menerus.
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis: Hb/ Ht, Elektolit serum/urine, BUN/ Kreatinin.
Bermanfaat dalam memperkirakan kebutuhan cairan.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antiemetik, Antidiare, Antiseptik
Mengurangi insiden muntah, menurunkan jumlah dan keenceran fases, membantu
mengurangi demam dan respons hipermetabolisme, menurunkan kehilangan cairan tak kasatmata.
2 Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan cara
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
Klien diharapkan bisa
mengetahui
pencegahan
penularan HIV,
dan kebutuhan
pengobatan.
bagaimana
pencegahan penularan
HIV, dan juga pasien
bisa memulai
perubahan gaya hidup
yang perlu, dan ikut
serta dalam aturan
perawatan.
Instruksikan pasien,
keluarga, teman,
tentang rute penularan
HIV.
Berikan informasi
penatalaksanaan gejala
yang melengkapi
aturan medis, misal
pada diare intermiten
gunakan lomotil
sebelum pergi
kekegiatan sosial.
Dorong aktivitas atau
latihan pada tingkat
yang dapat ditoleransi
pasien.
Pngetahuan
tentang penularan
penyakit
membantu
mencegah
penyabaran
penyakit, dan
mencegah rasa
takut.
Memberikan
pasien peningkatan
kontrol, atau
mengurangi risiko
rasa malu dan
meningkatkan
kenyamanan.
Merangsang
pelepasan endorfin
pada otak,
meningkatkan rasa
sejahtera
Memberi
kesempatan untuk
Tekankan perlunya
melanjutkan
perawatan kesehatan
dan evaluasi.
Tekankan pentingnya
istirahat yang adekuat
mengubah aturan
untuk memenuhi
kebutuhan
perubahan
individual.
Mencegah atau
mengurangi
kepenatan,
meningkatkan
kemampuan
3 Isolasi social
berhubungan
dengan
mudahnya
transmisi atau
proses penularan
penyakit.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Klien bisa
menunjukkan
peningkatan perasaan
harga diri dan
berpartisifasi dalam
aktivitas atau program
pada tingkat
kemampuan/hasrat.
Kaji pola interaksi
social yang lazim.
Dorong adanya
hubungan yang aktif
dengan orang terdekat
Waspadai gejala-
gejala
verbal/nonverbal,
misalnya menarik diri,
putus asa, perasaan
menetapkan dasar
untuk intervensi
individual.
Membantu
memamntapkan
partisifasi pada
hubungan sosial.
Dapat mengurangi
kemungkinan
upaya bunuh diri.
Indikasi bahwa
putus asa dan ide
untuk bunuh diri
sering muncul ;
ketika tanda-tanda
ini diketahui oleh
pemberi
perawatan, pasien
kesepian. Tanyakan
kepada klien apakah
pernah berfikir untuk
bunuh diri.
umumnya ingin
bicara mengenai
perasaan ingin
bunuh diri,
terisolasi dan putus
asa.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu:
a. Tindakan Mandirib. Tindakan Observasic. Tindakan Health educationd. Tindakan kolaborasi
E. Evaluasi
Tahapan evaluasi merupakan prose menentukan sejauh mana tujuan dicapai,sehingga dalam mengevaluasi aktifitas tindakann keperawatan,perawat perlu mengetahui kreteria ini harus dapat diukur dan diamati. Agar kemajuan perkembangan keperawatan klien dapat diketahui.
PENYIMPANGAN KDM
HIV
(Human Immunodeficiency Virus)
DAFTAR PUSTAKA
Heri.”Asuhan Keperawatan HIV/AIDS”,(Online),
(http://mydocumentku.blogspot. com/2012/03/asuhan-keperawatan-
hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)
Istiqomah, Endah.”Asuhan Keperawatan pada Klien dengan HIV/AIDS”,
(Online) ,(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-
pada-klien-dengan.html, diakses 20 Oktober 2012)
Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media
Sculapius
Marilyn , Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta :
EGC
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis
Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC
UGI.2012.”Diet Penyakit HIV/AIDS”,(Online),(http://ugiuntukgiziindonesia.
blogspot.com/2012/05/diet-penyakit-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “J”1. Pengkajian
I. Identitas Nama : Ny.Y Jenis kelamin : Perempuan Umur : 34 tahun Status perkawinan : Belum menikah Pendidikan : SD Suku/Bangsa : Indonesia Alamat : pengayoman Pekerjaan : WTS (wanita tuna susila)
II. Keluhan Utama : Diare
III. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang : P : Ny.Y diare sudah 1 bulan yg lalu, sebelumnya sudah dibawa ke puskesmas terdekat dan sudah diberikan oralit serta obat diare tp smpai saat ini tdk sembuh, sehingga dibawa ke RS
Q : diare sering muncul dg feses yg encer disertai mukus. Timbulnya tiba2. Sehari hampir 6-7 kali keluar masuk WC
R : diare pada sistem pencernaannya S : diare sangat mengganggu pekerjaan dan segala aktivitasnya selama 1bulan terakhir ini
T : diare muncul hampir setiap hari. Mulai pagi hingga pagi lagi. Riwayat Penyakit Dahulu : Ny.Y sering mengalami mual nyeri lambung Riwayat Penyakit Keluarga : ibunya telah meninggal karena AIDS
IV. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum :
• Tampak lelah • Konjungtiva anemis • BB menurun • Kulit kering • Mukosa mulut pucat
TTV : • S : 38 celcius (normal 36,5 – 37,5 celcius) • N : 110 x/menit ( 60 – 100 x/menit) • TD : 90/60 mmHg (100 -140, 60 – 90 mmHg) • RR : 16 x/menit (16 – 20 x/menit)
V. Body System
B1 (Breathing/Pernafasan) • Ny.Y tampak mudah lelah • Napasnya terkadang memendek • Terkadang batuk B2 (Blood/darah) • Konjungtiva Ny.J tampak anemis • Tekanan darah hipotensi (90/60 mmHg) • Nadi takikardi (110 x/menit B3 (Brain/otak) • Terdapat herpeszooster • Dan neuropati perifer • Biasanya pada klien HIV tingkat kesadarannya apatis - B4 (Bladder/kandung kemih) Ny.J merasakan rasa terbakar saat miksi - B5 (Bowel/usus) • Ny.J diare sudah 1bulan tdk sembuh • BB menurun • Turgor kulit buruk - B6 (Bone/tulang) • Ny.Y merasakan nyeri panggul • Terlihat lelah.
VI. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium a. Tes Enzim – Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Tujuan : mengidentifikasi spesifik untuk HIV, dimana tes ini tidak menegakkan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukan seseorang terinfeksi atau pernah terinfeks, orang yang didalam darahnya mengandung antibody HIV disebut seropositif b. Westeren Blot AssayTujuan : mengenali antibody HIV dan memastikan seropositif HIV
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS: Ny.Y mengeluh diare sudah 1 bulan tdk sembuh Do:
TTV :S : 380CN : 110x/menit TD : 90/60 mmHg RR : 16 x/menit
konjungtiva anemis Tampak lelah BB menurun Turgor buruk Mukosa mulut pucat
Invasi mikroorganisme ke saluran pencernaan
Infeksi saluran pencernaan
Peningkatan flora normal dalam kolon
Peningkatan peristaltic kolon
Mal absorbsi
Diare
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Kulit kering Pemeriksaan lab :
Na 98 mmol/LK 2,8 mmol/LCl 110 mmol/L
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
2. Diagnosa keperawatanGangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat 3. Rencana Intervensi dan Implementasi keperawatan
Diagnosa : Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat Tujuan : Diare berkurang atau hilang dan dapat mempertahankan hidrasi Kriteria Hasil :Dalam waktu 1x24 jam :- Membran mukosa lembab,- turgor kulit membaik,- tanda-tanda vital stabil - klien terlihat segar- BB perlahan naik
Tgl/Jam
INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI
13-12-1108.00
Pantau tanda-tanda vital
Indikator dari volume cairan sirkulasi.
memantau tanda-tanda vital.
Catat peningkatan suhu dan durasi demam.
Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diaforesis yang berlebihan.
Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam.
Kaji tugor kulit, membran mukosa, dan rasa haus
Indikator tidak langsung dari status cairan.
mengkaji tugor kulit, membran mukosa, dan rasa haus.
Timbang berat badan sesuai indikasi.
Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukan penggunaan otot, fluktuasi tiba-tiba menunjukan status hidrasi
menimbang berat badan sesuai indikasi.
Pantau pemasukan oral dan memasukan
Mempertahankan keseimbangan cairan,
memantau pemasukan oral dan memasukan cairan
cairan sedikitnya 2500 ml/ hari.
mengurangi rasa haus, dan melembabkan membran mukosa.
sedikitnya 2500 ml/ hari.
Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.
Mungkin dapat mengurangi diare
menghilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.
Kolaborasi : Berikan cairan/ elektrolit melalui selang pemberi makanan/ IV.
Mungkin diperlukan untuk mendukung/ memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak adekuat, mual/ muntah terus menerus.
memberikan cairan/ elektrolit melalui selang pemberi makanan/ IV.
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis: Hb/ Ht, Elektolit serum/urine, BUN/ Kreatinin.
Bermanfaat dalam memperkirakan kebutuhan cairan.
Memantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis: Hb/ Ht, Elektolit serum/urine, BUN/ Kreatinin.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antiemetik, Antidiare, Antiseptik
Mengurangi insiden muntah, menurunkan jumlah dan keenceran fases, membantu mengurangi demam dan respons hipermetabolisme, menurunkan kehilangan cairan tak kasatmata.
Memberikan obat-obatan sesuai indikasi: Antiemetik, Antidiare, Antiseptik
4. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien - S : Ny.Y mengatakan masih diare,tetapi sehari 3 x keluar masuk WC- O : TTV sebagian dalam normal• TD : 90/60 mmHg• N : 105 x/mnt • RR : 16 x/mnt
• S : 37 celcius - Konjungtiva anemis - Ny.J masih terlihat lelah - Membran mukosa lembab- turgor kulit masih buruk- kulit klien masih terlihat kering- BB naik 1kg A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi