asuhan keperawatan bph

14
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT (BPH) A. DEFINISI BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak. Kelenjar- kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai. B. ETIOLOGI Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap undangan(counter part). Oleh karena itu yang dianggap etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan endokrin. Namun menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 etiologi dari BPH adalah:

Upload: ztantri

Post on 27-Jun-2015

282 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN BPH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH

BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT (BPH)

A. DEFINISI

BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke arah

depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan

hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat

karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar

periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar

prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur

di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah

umum dipakai.

B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Prostat merupakan

alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap undangan(counter part).

Oleh karena itu yang dianggap etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan endokrin.

Namun menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 etiologi dari BPH adalah:

Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan keseimbangan testosteron dan

estrogen.o Ketidakseimbangan endokrin.

Faktor umur / usia lanjut.

Unknown / tidak diketahui secara pasti.

C. ANATOMI FISIOLOGI

Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck dan bagian

proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN BPH

rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar 4.4 cm- Tebal 2.6 cm. Secara embriologis terdiro dari 5 lobur:-

Lobus medius 1 buah- Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah- Lobus lateral 2

buahSelama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus posterior akan menjadi

saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena

terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan

seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan melintang uretra pada posterior

kelenjar prostat terdiri dari:

- Kapsul anatomis

- Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler- Jaringan kelenjar yang

terbagi atas 3 kelompok bagian:

o Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya

o Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai

adenomatus zone

o Di sekitar uretra disebut periuretral gland

Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis bersatu

membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja

prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada

orang tua biasanya mudah teraba.Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi

prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning

kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna

putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila

jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak

mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral

sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen

uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi

dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.

D. PATOFISIOLOGI

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN BPH

Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah Umumnya gangguan ini terjadi

setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar

dengan terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau

mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah.

Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju

lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk

mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang

menghasilkan trabekulasi di dalam kandung kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar

terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan

sanggup berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi

dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.Retensi

progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat

dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat

dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban

solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa

merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat

kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.Menurut

Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus

urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi

perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian

detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi

lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-

balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika

dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila

kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase

kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami

dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang

berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas

E. PATHWAY

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN BPH

Obstruksi uretra Penumpukan urin dlm VU Pembedahan/prostatektomiKompensasi otot

destrusorSpasme otot spincterMerangsang nociseptorHipotalamusDekompensasi otot

destrusorPotensi urinTek intravesikalRefluk urin ke ginjalTek ureter & ginjal meningkatGagal

ginjalRetensi urinPort de entrée mikroorganismekateterisasiLuka insisiResiko disfungsi

seksualNyeriResti infeksiResiko kekurangan vol cairanResiko perdarahan: resiko syok

hipovolemikHilangnya fungsi tbhPerub pola eliminasiKurang informasi ttg penyakitnyaKurang

pengetahuanHyperplasia periuretralUsia lanjutKetidakseimbangan endokrinBPH

F. MANIFESTASI KLINIS

Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai

gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:1. Penyempitan uretra yang menyebabkan

kesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,

hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan

Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencingc. Miksi

yang tidak puasd. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam

hari miksi harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)g. Massa pada

abdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk

mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badan

turunm. AnemiaKadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat

berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung

kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan pemeriksaan:

1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin

2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto

polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk,

ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN BPH

Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula

menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel,

tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).

3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak

dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior

kapsula prostat.

4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.

H. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalaha. Retensi kronik dapat

menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan

ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu

terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan

Pielonefritis

I. FOKUS PENGKAJIAN

Dari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post Prostatektomi dapat penulis

kelompokkan menjadi:

a) Data subyektif :

o Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.

o Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.

o Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan

o Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.

b) Data Obyektif:

o Terdapat luka insisi

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN BPH

o Takikardi

o Gelisah

o Tekanan darah meningkat

o Ekspresi w ajah ketakutan

o Terpasang kateter

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyamam: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter

2. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder

3. Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh

4. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée mikroorganisme melalui

kateterisasi

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya.

K. RENCANA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat

kenyamanan secara adekuat.

Kriteria hasil:

a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN BPH

b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi:

c. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta

penghilang nyeri.

d. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan

tekanan darah dan denyut nadi)

e. Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah

f. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)

g. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan

perawatan aseptik terapeutikg. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat

2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder.

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak mengalami retensi urin

Kriteria :

Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.

Intervensi :

a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril

b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup

c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab,

takikardi, dispnea)

d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah

menggunakan alat dan observasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau

jaringan

e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari kedua

post operasi)

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN BPH

f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000

ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih. Berikan latihan perineal (kegel training)

15-20x/jam selama 2-3 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk

melakukannya.

3. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan saluran ejakulasi, hilangnya

fungsi tubuh

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu mempertahankan fungsi seksualnya

Kriteria hasil :

Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan aktivitas secara optimal.

Intervensi :

a. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan

perubahannya

b. Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat

c. Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek

prostatektomi dalam fungsi seksual

d. Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah fungsi seksual

e. Beri penjelasan penting tentang:

f. Impoten terjadi pada prosedur radikal

g. Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali normal

h. Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk menghindari hubungan

seksual selama 1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.

4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée ikroorganisme melalui

kateterisasi

Tujuan :

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN BPH

Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari infeksi

Kriteria hasil:

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal

b. Tidak ada bengkak, aritema, nyeri

c. Luka insisi semakin sembuh dengan baik

Intervensi:

a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.

b. Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya sumbatan,

kebocoran)

c. Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan drainage

d. Monitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk menjamin

dressing

e. Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit,

perawatannya

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hari

Kriteria :

Secara verbal pasien mengerti dan mampu mengungkapkan dan mendemonstrasikan perawatan

Intervensi :

a. Motivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya tentang penyakit,

perawat

b. Berikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:

o Perawatan luka, pemberian nutrisi, cairan irigasi, kateter

o Perawatan di rumahc. Adanya tanda-tanda hemoragi