asuhan keperawatan

10
Asuhan Keperawatan klien dengan epilepsi A. Pengertian Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007) Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000) Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik (anonim, 2008) B. Etiologi Penyebab pada kejang epilepsi sebagianbesara belum diketahui (Idiopatik) Sering terjadi pada: Trauma lahir, Asphyxia neonatorum Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia) Tumor Otak

Upload: fitriah-waw-odhe

Post on 15-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Askep

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan klien dengan epilepsi

A. Pengertian

Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007)

Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000)

Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik (anonim, 2008)

B. Etiologi

Penyebab pada kejang epilepsi sebagianbesara belum diketahui (Idiopatik) Sering terjadi pada:

Trauma lahir, Asphyxia neonatorum

Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf

Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol

Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)

Tumor Otak

kelainan pembuluh darah

(Tarwoto, 2007)

Page 2: Asuhan Keperawatan

C. Patofisiologi

Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-jutaneron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik sarafyang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saran di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.

D. Manifestasi klinik

Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan

Kelainan gambaran EEG

Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen

Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)

E. Klasifikasi kejang

Kejang Parsial

Parsial Sederhana

Gejala dasar, umumnya tanpa gangguan kesadaran Misal: hanya satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak Dengan gejala sensorik khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak umum/tdk nyaman

Page 3: Asuhan Keperawatan

Parsial Kompleks

Dengan gejala kompleks, umumnya dengan ganguan kesadaran. Dengan gejala kognitif, afektif, psiko sensori, psikomotor. Misalnya: individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, tetapi individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat

Kejang Umum (grandmal)

Melibatkan kedua hemisfer otak yang menyebabkan kedua sisi tubuh bereaksi Terjadi kekauan intens pada seluruh tubuh (tonik) yang diikuti dengan kejang yang bergantian dengan relaksasi dan kontraksi otot (Klonik) Disertai dengan penurunan kesadaran, kejang umum terdiri dari:

Kejang Tonik-Klonik

Kejang Tonik

Kejang Klonik

Kejang Atonik

Kejang Myoklonik

Spasme kelumpuhan

Tidak ada kejang

Kejang Tidak Diklasifikasikan/ digolongkan karena datanya tidak lengkap.

F.Pemeriksaan diagnostik

CT Scan

Untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral

Elektroensefalogram(EEG)

Untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan

Page 4: Asuhan Keperawatan

Magnetik resonance imaging (MRI)

Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.

G. Penatalaksanaan

Dilakukan secara manual, juga diarahkan untuk mencegah terjadinya kejang

Farmakoterapi

Anti kovulsion untuk mengontrol kejang

Pembedahan

Untuk pasien epilepsi akibat tumor otak, abses, kista atau adanya anomali vaskuler

Jenis obat yang sering digunakan

Phenobarbital (luminal).

Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas rendah.

Primidone (mysolin)

Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.

Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).

Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah DPH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis.

Tak berhasiat terhadap petit mal.

Efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah.

Carbamazine (tegretol).

Mempunyai khasiat psikotropik yangmungkin disebabkan pengontrolan bangkitan epilepsi itusendiri atau mungkin juga carbamazine memang mempunyaiefek psikotropik.

Page 5: Asuhan Keperawatan

Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan tingkahlaku.

Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguanfungsi hati.

Diazepam.

Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi.).

Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat. Sebaiknya diberikan i.v. atau intra rektal.

Nitrazepam (Inogadon).

Terutama dipakai untuk spasme infantil dan bangkitan mioklonus.

Ethosuximide (zarontine).

Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal

Na-valproat (dopakene)

Obat pilihan kedua pada petit mal

Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.

Obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.

Efek samping mual, muntah, anorexia

Acetazolamide (diamox).

Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan epilepsi.

Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.

ACTH

Seringkali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantil.

Page 6: Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWTAN

I.Pengkajian

Riwayat kesehatan

Riwayat keluarga dengan kejang

Riwayat kejang demam

Tumor intrakranial

Trauma kepal terbuka, stroke

Riwayat kejang

Berapa sering terjadi kejang

Gambaran kejang seperti apa

Apakah sebelum kejang ada tanda-tanda awal

Apa yang dilakuakn pasien setelah kejang

Riwayat penggunaan obat

Nama obat yang dipakai

Dosis obat

Berapa kali penggunaan obat

Kapan putus obat

Pemeriksaan fisik

Tingkat kesadaran

Abnormal posisi mata

Perubahan pupil

Gerakan motorik

Tingkah laku setelah kejang

Apnea

Page 7: Asuhan Keperawatan

Cyanosis

Saliva banyak

Psikososial

Usia

Jenis kelamin

Pekerjaan

Peran dalam keluarga

Strategi koping yang digunakan

Gaya hidup dan dukungan yang ada

Pengetahuan pasien dan keluarga

Kondisi penyakit dan pengobatan

Kondisi kronik

Kemampuan membaca dan belajar

Pemeriksaan diagnostik

Laboratorium

Radiologi

II. Diagnosa keperawatan

Resiko injury b/d aktivitas kejang

Resiko tinggi tidak efektif jalan nafas, pola nafas b/d kerusakan persepsi

Cemas b/d terjadinya kejang

Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan

III. Intervensi keperawatan

Page 8: Asuhan Keperawatan

1. Dx: resiko tinggi tidak efektif jalan nafas, pola nafas b/d kerusakan persepsi

Intervensi:

Mandiri

Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal.

Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang.

Tanggalkan pakaian pada daerah leher/abdomen.

Masukkan spatel lidah atau gulugan benda lunak sesuai dengan indiksi.

Lakukan penghisapan sesuai indikasi.

Kolaborasi

Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan pada fase posiktal.

Siapkan untukmelakukan intubasi, jika ada indikasi

2. Dx: Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan

Mandiri

Jelaskan kembali mengenai patofisiologi/ prognosis penyakit dan perlunya pengobata/penanganan dalam jangka waktu yang lama sesuai indikasi.

Tinjau kembali obat-obat yang didapat, penting sekali memakan obat sesuai petunjuk, dan tidak menghentikan pengobatan tanpa pengawasan dokter. Termasuk petunjuk untuk pengurasi dosis.

Berikan petunjuk yang jelas pada pasien untuk minum obat bersamaan dengan waktu makan, jika memungkinkan.

Diskusikan mengenai efek samping secara khusus, seperi mengantuk, hiperaktif, gangguan tidur, hipertrofi pada gusi, gangguan penglihatan, mual/muntah, ruam pada kulit, sinkope/ataksia, kelahiran yang terganggu dan anemia aplastik.

Page 9: Asuhan Keperawatan

Anjurkan pasien untuk menggunakan semacam gelang identifikasi/semacam petunjuk yang memberitahukan bahwa pasien adalah penderita epilepsi.

Tekankan perlunya untuk melakukan evaluasi yang teratur/melakukan pemeriksaan laboratorium yang teratur sesuai dengan indikasi, seperti darah lengkap harus diperiksa minimal dua kali dalam satu tahun dan munculnya sakit tenggorok atau demam.

Bicarakan kembali kemungkinan efek dari perubahan hormonal

Diskusikan manfaat dari kesehatan umum yang baik, seperti diet yang adekuat, istirahat yang cukup, latihan yang cukup dan hindari bahaya, alkohol, kefein dan obaat yang dapat menstimulasi kejang.

Tinjau kembali pentingnya kebersihan mulut dan perawatan gigi teratur.

Identifikasi perlunya penerimaan terhadap keterbatasan yang dimiliki, diskusikan tindakan keamanan yang diperhatikan saat mengemudi, menggunakan alat mekanik, panjat tebing, berenang, hobi dan sejenisnya