asuhan keperawatan
DESCRIPTION
asdTRANSCRIPT
Asuhan Keperawatan
Senin, 27 Mei 2013
ASKEP Apendisitis
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
berkatNya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis” .
Kami dapat menyelesaikan makalah ini karena adanya bantuan dari berbagai pihak yang
telah memberikan dukungan dan bimbingan kepda kami.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun sehingga makalah
ini menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Manado, 3 Mei 2013
Tim penulis
DAFTAR ISIBAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangB. Tujuan penulisanC. Manfaat penulisanD. Sistematika penulisanBAB IITINJAUAN PUSTAKAA. PengertianB. KlasifikasiC. EtiologiD. Anatomi fisiologiE. PatofisiologiE. Manifestasi klinisF. Pemeriksaan penunjangG. PenatalaksaanH. PrognosisI. PathwayBAB IIIPENUTUPA. KesimpulanB. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-
15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di
bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk berbentuk kerucut, lebar pada
pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab
rendahnya insiden apendisitis pada usia itu.
Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga
umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu
sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan
berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing
ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan. Apendisitis kronik disebabkan fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa, dan infiltrasi
sel inflamasi kronik.
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang.
Namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100
kasus tiap 100.000 populasi menjadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin
disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang berubah menjadi makanan
kurang serat. Menurut data epidemologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat
pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka
ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya antara wanita dan
laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda rationya
menjadi 3:2, kemudian angka yang tinggi ini menurun pada pria.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah diperoleh gambaran secara teoritis
dalam merawat pasien dengan apendisitis.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Mampu menguasai konsep teori penyakit apendisitis.
b. Mampu mengidentifikasi data-data yang perlu dikaji pada klien dengan apendisitis.
c. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan apendisitis.
d. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan klien dengan apendisitis.
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan apendisitis.
f. Mampu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan apendisitis.
g. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan apendisitis.
C. Manfaat penulisan
Bagi Mahasiswa
Sebagai informasi dasar untuk mengenal penyakit apendisitis
Bagi Masyarakat
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit apendisitis
D. Sistematika penulisan
Pada Bab I dalam makalah ini dibahas tentang latar belakang, tujuan, manfaat serta
sistematika penulisan dari makalah ini. Dalam Bab II mengenai isi dari materi yang dibahas.
Dan Bab III didalamnya terdapat kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum
tepat dibawah katup ileocecal (Brunner dan Sudarth, 2002).
Appendisitis adalah suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang
berlokasi dekat katup ileocecal (Long, Barbara C, 1996).
Apendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering (Arif Mansjoer dkk, 2000).
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus
ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim,
2007).
B. Klasifikasi
Apendisitis terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Apendisitis akut, dibagi atas:
a. Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
b. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas:
a. Apendisitis kronis fokalis atau parsial, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
b. Apendisitis kronis obliteritiva, yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
C. Etiologi
Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang
bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya hiperplasia jaringan
limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi mukosa
merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. Namun ada beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya:
a. Faktor sumbatan
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang diikuti
oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan limfoid sub mukosa,
35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan
oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada
bermacam-macam apendisitis akut diantaranya; fekalith ditemukan 40% pada kasus
apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan
90% pada kasus apendisitis akut dengan ruptur.
b. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut. Adanya
fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan memperberat infeksi,
karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur didapatkan
terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu
Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang
menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob<10 span="">
c. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ, apendiks
yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang mudah terjadi
apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan dalam keluarga terutama
dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya fekalith dan mengakibatkan obstruksi
lumen.
d. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa kulit
putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai risiko lebih tinggi dari Negara yang
pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya terbalik. Bangsa kulit putih
telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi serat. Justru Negara berkembang
yang dulunya memiliki tinggi serat kini beralih ke pola makan rendah serat, memiliki risiko
apendisitis yang lebih tinggi.
e. Faktor infeksi saluran pernapasan
Setelah mendapat penyakit saluran pernapasan akut terutama epidemi influenza dan
pneumonitis, jumlah kasus apendisitis ini meningkat. Namun, hati-hati karena penyakit
infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan seperti gejala permulaan apendisitis
D. Anatomi fisiologi
Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis. Appendiks
terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian
posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial
dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3
tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat. Posisi apendiks berada pada
Laterosekal yaitu di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding
abdomen (Harnawatiaj,2008). Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Ukuran panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan
bersifat basa mengandung amilase dan musin. Pada kasus apendisitis, apendiks dapat terletak
intraperitoneal atau retroperitoneal. Apendiks disarafi oleh saraf parasimpatis (berasal dari
cabang nervus vagus) dan simpatis (berasal dari nervus thorakalis X). Hal ini mengakibatkan
nyeri pada apendisitis berawal dari sekitar umbilicus (Nasution,2010).
Saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara
aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana
memiliki/berisi kelenjar limfoid. Apendiks menghasilkan suatu imunoglobulin sekretoar yang
dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue), yaitu Ig A. Imunoglobulin ini
sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi, tetapi jumlah Ig A yang dihasilkan oleh
apendiks sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah Ig A yang dihasilkan oleh organ
saluran cerna yang lain. Jadi pengangkatan apendiks tidak akan mempengaruhi sistem imun
tubuh, khususnya saluran cerna (Nasution,2010).
E. Patofisiologi
Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh
lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir)
setiap harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke
sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian
terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas
dinding apendiks, sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe,
sehingga mengakibatkan timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di
sekitar umbilikus (Mansjoer 2005).
Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum
setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut
dengan apendisitis supuratif akut (Faradillah 2009).
Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang
disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika
dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada
dalam keadaan perforasi (Faradillah 2009).
E. Manifestasi klinis
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah
dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. 3 anamnesa penting
yakni:
1) Anoreksia biasanya tanda pertama.
2) Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian menjalar
ketempat appendics yang meradang (parietal). Retrosekal/nyeri punggung/pinggang.
Postekal/nyeri terbuka.
3) Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.
Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya:
1) Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak)
Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, Demam bisa
mencapai 37,8-38,8° Celsius, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit
sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini,
bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja.
2) Penyakit Radang Usus Buntu kronik
Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi
nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul.
Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan
berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu
nyeri pd titik Mc Burney (titik tengah antara umbilicus dan Krista iliaka kanan).
Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri
terhadap usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya
akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih.
Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau
tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik. (Anonim,
2008)
F. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan
darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil
diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.
2. Pemeriksaan darah
Akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada kasus
dengan komplikasi. Pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat.
3. Pemeriksaan urine
Untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. pemeriksaan ini sangat
membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu
ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendisitis.
4. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografi
ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan
pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta
perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.
5. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis. pemeriksaan ini
dilakukan terutama pada anak-anak.
6. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama pada
wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan
diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.
7. Barium enema
Suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus. Pemeriksaan
ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan
juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.
8. Laparoscopi
Suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam abdomen,
appendix dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh
anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix
maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendix.
G. Penatalaksaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan
Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan
Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan
Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen
bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep
Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik
maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang
akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan
kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena
banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan
anastesi.
H. Prognosis
Prognosis pada semua fase apendisitis sangat baik, tingkat mortalitas kurang dari 1%. Hal ini
dikarekan diagnosis awal dan tata laksana yang di lakukan dengan baik.
I. Pathway
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pengertian diatas dapat simpulkan bahwa apendiks adalah termasuk ke dalam
salah satu organ sistem pencernaan yang terletak tepat dibawah dan melekat pada sekum
yang berfungsi sebagai imun. Apendisistis merupakan inflamasi akut pada apendiks yang
disebabkan oleh fekalit (massa keras dari feces), tumor atau benda asing di dalam tubuh,
namun ulserasi mukosa oleh parasit E.
Histolytica juga dapat menyebabkan apendisitis. Gaya hidup individu pun dapat
menyebabkan terjadinya apendisitis, kebiasaan individu mengkonsumsi makanan rendah
serat dapat menyebabkan konstipasi yang akan menyebabkan meningkatnya tekanan
intraluminal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa dan terjadilah apendisitis.
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memahami konsep dasar penyakit
apendisitis yang berguna bagi profesi dan orang sekitar kita.
Bagi masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk menambah
pengetahuan tentang penyakit apendisitis.
DAFTAR PUSTAKABrunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. Jakarta: EGC.Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi, edisi 2. Jakarta: EGC.Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 9 . Jakarta: EGC.Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 6. Jakarta: EGC.Rothrock, J.C. (2000), Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: EGC.Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi. Jakarta: EGC.Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, volume 2. Jakarta: EGC.Sylvia A Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 4 buku. Jakarta: EGC.
Diposkan oleh Eva Maria Keljombar di 22.16 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Visitors
44436
Mengenai Saya
Eva Maria Keljombar Lihat profil lengkapku
De La Salle Universitty Manado
Beranda
Arsip Blog
2013 (8) o Mei (6)
ASKEP Keperawatan Jiwa 1-Perilaku Anak dan Remaja ASKEP Apendisitis ASKEP Diare ASKEP Hirschsprung ASKEP CA Kolon (Kanker Kolon) ASKEP Konstipasi (Sistem Pencernaan)
o Maret (2)
Menjadi seorang perawat itu kebanggan! Bisa menolong dan menyembuhkan orang-orang disekitar kita. NURSE are angels on earth.
My WidgetTemplate Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.