asuhan keperawatan

12
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS A. Definisi Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Noer, 2003). Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI, 2001). Diabetes mellitus adalah penyakit yang sering dijumpai sebagai akibat dari defisiensi insulin atau penurunan efektivitas insulin (Brooker, 2001). B. Klasifikasi 1. Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1) Kekerapan DM Tipe 1 di negara barat + 10% dari DM Tipe 2. Di negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanyatimbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balig. Tetapi adajuga yang timbul dimasa dewasa. 2. Diabates Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2) DM Tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ketujuh kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa. 3. Diabetes Melitus Tipe Lain Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM. 4. Diabetes Melitus Gestasional Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar. Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring

Upload: dery-laskar-kahadari

Post on 11-Jul-2015

264 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN

DIABETES MELLITUS A. Definisi

Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena

adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Noer, 2003).

Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh

akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan

(FKUI, 2001). Diabetes mellitus adalah penyakit yang sering dijumpai sebagai akibat dari defisiensi insulin

atau penurunan efektivitas insulin (Brooker, 2001).

B. Klasifikasi

1. Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1)

Kekerapan DM Tipe 1 di negara barat + 10% dari DM Tipe 2. Di negara tropik jauh lebih

sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanyatimbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada

masa akil balig. Tetapi adajuga yang timbul dimasa dewasa.

2. Diabates Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2)

DM Tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin

sering setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ketujuh kekerapan diabetes mencapai 3

sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa.

3. Diabetes Melitus Tipe Lain

Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi sel beta, defek genetik

kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi,

sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM.

4. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis ini

sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan

benar.

Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik

sebagai patokan penyaring

Page 2: Asuhan keperawatan

DM BUKAN DM BELUM PASTI DM

Kadar glukosa darah

sewaktu

Flasma vena <110 >200

Darah kapiler <90 >200

Kadar glukosa darah puasa

Plasma vena <110 >126

Darah kapiler <90 >110

C. Patofisiologi

Dalam proses metabolisme,insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas

memasukkan glukosa ke dalam sel. Insulin adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh sel beta di

Pankreas.

1). Pankreas

Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang lambung. Di dalamnya terdapat

kumpulan sel yang disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta. Sel beta mngeluarkan

hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa darah. Selain sel beta ada juga srl alfa yang

memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya dengan insulin yaitu meningkatkan kadar

glukosa darah. Juga ada sel delta yang mngeluarkan somastostatin.

2). Kerja Insulin

Insulin diibaratkan sebagai anak kunci untuk membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel,

untuk kemudian di dalam sel, glukosa itu dimetabolismekan menjadi tenaga.

3). Patofisiologi DM Tipe 1

Mengapa insulin pada DM Tipe 1 tidak ada? Ini disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul

reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini

menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody).

Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya

sel beta.

Page 3: Asuhan keperawatan

4). Patofisiologi DM Tipe 2

Pada DM Tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi reseptor insulin yang

terdapat pada permukaan sel kurang. Reseptor inulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu

masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun

anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa

yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam darah

akan meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM Tipe 1. Perbedaanya

adalah DM Tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,juga kadar insulin tinggi atau normal.

Keadaan ini disebut resistensi insulin.

Faktor-faktor yang banyak berperan sebagai penyebab resistensi insulin:

1). Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)

2). Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat

3). Kurang gerak badan

4). Faktor keturunan (herediter)

D. Etiologi

1. Virus dan Bakteri

Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme

infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga,

virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel

beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan

menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.

2. Bahan Toksik atau Beracun

Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron

(rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang

berasal dari singkong.

3. Genetik atau Faktor Keturunan

Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga

penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan

dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM

Page 4: Asuhan keperawatan

merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi

penderita sesungguhnya,sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk

diwariskan kepada anak-anaknya.

E. Gambaran Klinik

Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sering kencing terutama malam hari,

banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada

keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi

kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di atas

4 kg.Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka

mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa kesehatan diemukan kadar glukosa

darahnya tinggi.

F. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan dengan adanya gejala khas DM berupa poliuria,

polidipsia, lemas,dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikemukakan oleh pasien

adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria,serta pruritus dan vulvae

pada pasien wanita. Jika keluhan dan gejala khas, ditemukannya pemeriksaan glukosa darah

sewaktu yang >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Umumnya hasil

pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang baru satu kali saja abnormal belum cukup untuk

diagnosis klinis DM.

Kalau hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO diperlukan untuk

konfirmasi diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya

diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar

glukosa pernah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM, baik pada 2 pemeriksaan yang

berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal pada saat pemeriksaan yang sama.

Cara pemeriksaan TTGO :

Tiga hari sebelumnya makan seperti biasa

Kegiatan jasmani cukup, tidak terlalu banyak

Puasa semalam, selama 10-12 jam

Page 5: Asuhan keperawatan

Glukosa darah puasa diperiksa

Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum

selama / dalam waktu 5 menit

Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban

glukosa

Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

G. Komplikasi

Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu timbul beberapa

bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap diabetes mellitus.

a. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus

Dua komplikasi akut yang paling penting adalah reaksi hipoglikemia dan

koma diabetik.

1). Reaksi Hipoglikemia

Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-

tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Penderita koma hipoglikemik

harus segera dibawa ke rumah sakit karena perlu mendapat suntikan glukosa 40% dan infuse

glukosa. Diabetisi yang mengalami reaksi hipoglikemik (masih sadar), atau koma hipoglikemik,

biasanya disebabkan oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau

penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.

2). Koma Diabetik

Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam

tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul

adalah:

Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan

yang besar)

Minum banyak, kencing banyak

Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi

cepat dan dalam, serta berbau aseton

Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan

penderita koma diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit

Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus

Page 6: Asuhan keperawatan

Komplikasi kronik DM pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh

darah di seluruh bagian tubuh (angiopati diabetik). Untuk

kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2 :

Makroangiopati (makrovaskular)

Mikroangiopati (mikrovaskular)

Walaupun tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak

terjadi sekaligus bersamaan.

H. Penatalaksanaan

a. Obat Hipoglikemik Oral 1). Pemicu sekresi insulin:

Sulfonilurea

Glinid

2). Penambah sensitivitas terhadap insulin:

Biguanid

Tiazolidindion

Penghambat glukosidase alfa

b. Insulin

c. Pencegahan komplikasi

Berhenti merokok

Mengoptimalkan kadar kolesterol

Menjaga berat tubuh yang stabil

Mengontrol tekanan darah tinggi

Olahraga teratur dapat bermanfaat :

Mengendalikan kadar glukosa darah

Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)

Membantu mengurangi stres

Trinoval Yanto Nugroho

page-5-

Memperkuat otot dan jantung

Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL)

membantu menurunkan tekanan darah

Memperkuat otot dan jantung •

Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL) •

Membantu menurunkan tekanan darah

MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).

Pengkajian pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999) meliputi :

a. Aktivitas / Istirahat

Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

Tanda : penurunan kekuatan otot.

Page 7: Asuhan keperawatan

b. Sirkulasi

Gejala : ulkus pada kaki, penyembuhan lama, kesemutan/kebas pada

ekstremitas.

Tanda : kulit panas, kering dan kemerahan.

c. Integritas Ego

Gejala : tergantung pada orang lain.

Tanda : ansietas, peka rangsang.

d. Eleminasi

Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nakturia

Tanda : urine encer, pucat kering, poliurine.

e. Makanan/cairan

Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet, penurunan

berat badan.

Tanda : kulit kering/bersisik, turgor jelek.

f. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : nyeri pada luka ulkus

Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat hati-hati.

g. Keamanan

Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi

h. Penyuluhan / pembelajaran

Gejala : faktor risiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang lamba.

Penggunaan obatseperti steroid, diuretik (tiazid) : diantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa

darah).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan

data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999)

adalah :

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik, berlebihan diare, mual,

muntah, masukan dibatasi, kacau mental.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan

oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status hipermetabolisme,

pelepasan hormon stress.

3) Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar

gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.

4) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin,

peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.

5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi

informasi / tidak mengenal sumber informasi.

Page 8: Asuhan keperawatan

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi

masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994).

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan

yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).

Intervensi dan implementasi keperawatan pada pasien dengan diabetes

mellitus (Doenges, 1999) meliputi :

1). Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastric, berlebihan (diare, muntah)

masukan dibatasi (mual, kacau mental).

Tujuan : Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.

Kriteria Hasil : - pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan kriteria ; pengeluaran

urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi perifer jelas, turgor kulit baik,

pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab atau basah.

Intervensi / Implementasi :

Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah

ortestastik.

R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

Kaji pola napas dan bau napas.

R : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan kompensasi alkosis

respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.

Kaji suhu, warna dan kelembaban kulit.

R : Demam, menggigil, dan diaferesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi. Demam dengan kulit

yang kemerahan, kering, mungkin gambaran dari dehidrasi.

Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.

R : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi

yang adekuat.

Pantau intake dan output. Catat berat jenis urine.

R : memeberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi

ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

Ukur berat badan setiap hari.

R : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya

dalam memberikan cairan pengganti.

Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai indikasi

R : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan

cairan dan respon pasien secara individual.

Page 9: Asuhan keperawatan

2). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin, penurunan masukan

oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status hipermetabolisme,

pelepasan hormon stress.

Tujuan : berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal

dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

Trinoval Yanto Nugroho

page-7-

Kriteria Hasil :

pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyalahgunaan

zat, penurunan jumlah intake ( diet pada status nutrisi).

mendemonstrasikan

perilaku,

perubahan

gaya

hidup

untuk

meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi / Implementasi :

Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi

R : Mengetahui pemasukan makan yang adekuat.

Tentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan dengan

makanan yang dapat dihabiskan pasien.

R : Mengindentifikasi penyimpangan dari kebutuhan.

Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung,

mual,muntah, pertahankan puasa sesuai indikasi.

R : mempengaruhi pilihan intervensi.

Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat

kesadaran, dingin/lembab, denyut nadi cepat, lapar dan pusing.

R : secara potensial dapat mengancam kehidupan, yang harus dikali

dan ditangani secara tepat.

Kolaborasi dalam pemberian insulin, pemeriksaan gula darah dan diet.

R : Sangat bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah

Kriteria Hasil :

pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyalahgunaan

zat, penurunan jumlah intake ( diet pada status nutrisi).

mendemonstrasikan

perilaku,

perubahan

gaya

hidup

untuk

meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi / Implementasi :

Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi

R : Mengetahui pemasukan makan yang adekuat.

Tentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan dengan

makanan yang dapat dihabiskan pasien.

R : Mengindentifikasi penyimpangan dari kebutuhan.

Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung,

mual,muntah, pertahankan puasa sesuai indikasi.

Page 10: Asuhan keperawatan

R : mempengaruhi pilihan intervensi.

Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat

kesadaran, dingin/lembab, denyut nadi cepat, lapar dan pusing.

R : secara potensial dapat mengancam kehidupan, yang harus dikali

dan ditangani secara tepat.

Kolaborasi dalam pemberian insulin, pemeriksaan gula darah dan diet.

R : Sangat bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah.

3). Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar

gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Kriteria Hasil :

mengindentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk

mengurangi potensial infeksi.

pertahankan lingkungan aseptik yang aman.

Intervensi / Implementasi

Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam,

kemerahan, adanya pus pada luka , sputum purulen, urin warna keruh

dan berkabut.

R : pasien masuk mungkin dengan infeksi yang biasanya telah mencetus keadaan ketosidosis atau dapat

mengalami infeksi nosokomial.

Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang

baik, setiap kontak pada semua barang yang berhubungan dengan

pasien termasuk pasien nya sendiri.

R : mencegah timbulnya infeksi nosokomial.

Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan

infus, kateter folley, dsb).

R : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik

bagi pertumbuhan kuman.

Pasang kateter / lakukan perawatan perineal dengan baik.

R : Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih.

Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Masase

daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering

dantetap kencang (tidak berkerut).

R : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada

penigkatan risiko terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi dan infeksi.

Posisikan pasien pada posisi semi fowler.

R : memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang,

menurunkan terjadinya risiko hipoventilasi.

Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.

R : penenganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

Trinoval Yanto Nugroho

page-8-

4). Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin,

peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.

Tujuan : Rasa lelah berkurang / Penurunan rasa lelah

Page 11: Asuhan keperawatan

Kriteria Hasil : - menyatakan mapu untuk beristirahat dan peningkatan

tenaga.

mampu menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.

Menunjukan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam

aktivitas.

Intervensi / Implementasi :

Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas. Buat jadwal

perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang

menimbulkan kelelahan.

R : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan

aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

Berikan aktivitas alternatif denagn periode istirahat yang cukup / tanpa

terganggu.

R : mencegah kelelahan yang berlebihan.

Pantau tanda-tanda vital sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.

R : mengidentifikasi tingkat aktivitas yang ditoleransi secara fisiologi.

Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat

dan sebagainya.

R : dengan penghematan energi pasien dapat melakukan lebih banyak

kegiatan.

Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

sesuai kemampuan / toleransi pasien.

R : meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai

tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.

5). Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi/tidak

mengenal sumber informasi.

Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur

dan proses pengobatan.

Kriteria Hasil :

melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari

suatu tindakan.

memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam

regimen perawatan.

Intervensi / Implementasi :

Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

R : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan

keluarga tentang penyakitnya.

Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya

sekarang.

R : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan

keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.

Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.

R : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.

Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang

telah diberikan.

R : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta

menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

Page 12: Asuhan keperawatan

D. EVALUASI

stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan

kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001). Evaluasi yang

diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :

1. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.

2. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

3. Infeksi tidak terjadi

4. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah

5. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan

proses pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA -

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta. -

Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan

dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta.

-

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC : Jakarta. -

Effendy, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta. -

FKUI. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid.II Ed.3. FKUI : Jakarta. -

Haznam. 1991. Endokrinologi. Angkasa Offset : Bandung -

Noer, Sjaifoellah H.M., dkk. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, cetakan

keenam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta -

Soegondo S, dkk. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu,

cetakan keenam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta