asuhan k ebidanan ibu bersalin pada ny. s g p a … · spontan pada tanggal 09 april 2016 pukul...
TRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. S
UMUR 36TAHUN UMUR KEHAMILAN
DENGAN PRESENTASI BOKONG DI RSU
ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
i
EBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. S
TAHUN UMUR KEHAMILAN 40 MINGGU
DENGAN PRESENTASI BOKONG DI RSU
ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Viani Amalina
NIM. B13138
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
EBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. SG1P0A0
MINGGU
DENGAN PRESENTASI BOKONG DI RSU
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny. S
G1P0A0 Umur 36 Tahun Umur Kehamilan 40 Minggu dengan Presentasi Bokong
di Rumah Sakit Umum Assalam Gemolong Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini
disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat
kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak. Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Dr. Wiwiek Irawati, M.Kes selaku Kepala Direktur RSU Assalam Gemolong
Sragen, yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam
mengambil data.
5. Ny. S dan keluarga yang telah bersedia menjadi pasien dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan studi
v
kasus selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Surakarta, Juni 2016
Penulis
vi
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, April 2016
Viani Amalina
B13138
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. S G1P0A0
UMUR 36 TAHUN UMUR KEHAMILAN 40 MINGGU
DENGAN PRESENTASI BOKONG DI RSU
ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
xiii + 135 halaman + 14 lampiran + 2 gambar
INTISARI
Latar Belakang : Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.Masalah
utama yang dapat menyebabkan kematian secara tidak langsung pada bayi dalam
persalinan pervaginam presentasi bokong adalah karena kelahiran bokong akan
menarik dan mendorong tali pusat masuk dalam panggul sehingga tali pusat dapat
tertekan.Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 Oktober
2015 di RSU Assalam Gemolong Kabupaten Sragen dari bulan Oktober 2014
sampai Oktober 2015 didapatkan jumlah ibu bersalin dengan bokong sebanyak 76
orang (9,8%).
Tujuan Studi Kasus : Mahasiswa mampu memperoleh pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan kebidanan ibu bersalin dengan presentasi bokong dengan
menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan menurut Varney serta
mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan praktek kasus nyata dilapangan
termasuk faktor pendukung dan penghambat.
Metodologi Penelitian : Jenis studi kasus menggunakan metode observasional
deskriptif, lokasi pengambilan studi kasus di RSU Assalam Gemolong Sragen,
subjek studi kasus Ny. S umur 36 tahun umur kehamilan 40 minggu dengan
presentasi bokong, waktu studi kasus dilaksanakan pada tanggal 09 April 2016
sampai dengan 11 April 2016, instrumen studi kasus menggunakan format asuhan
7 langkah Varney dan data perkembangan SOAP.
Hasil Studi Kasus : Evaluasi yang didapatkan dari asuhan yang telah
diberikan dari tanggal 09 April 2016 sampai dengan 11 April 2016 yaitu bayi lahir
spontan pada tanggal 09 April 2016 pukul 10.20 WIB, jenis kelamin laki-laki, BB
2950 gram, tidak ada kelainan kongenital, dan IMD berhasil dari pukul 10.20
WIB sampai dengan pukul 11.20 WIB. Pada ibu keadaan umum : baik, kesadaran
: composmentis, TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,4°C,
tidak ada masalah potensial yang muncul dan ibu dalam masa nifas normal.
Kesimpulan : Pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
yang ada dilahan.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu Bersalin, Presentasi Bokong
Kepustakaan : 39 literatur (Tahun 2007 – 2015)
vii
viii
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
INTISARI ....................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
CURICULUM VITAE ................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................... 5
1. Tujuan Umum ...................................................................... 5
2. Tujuan Khusus ..................................................................... 5
D. Manfaat Studi Kasus .................................................................. 6
1. Bagi Peneliti ........................................................................ 6
2. Bagi Profesi ......................................................................... 6
3. Bagi Institusi dan Instansi ................................................... 6
E. Keaslian Studi Kasus ................................................................. 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ............................................................................... 12
1. Persalinan ............................................................................ 12
2. PresentasiBokong ................................................................ 27
B. Teori Manajemen Kebidanan .................................................... 41
1. Pengertian ............................................................................ 41
xi
2. Proses AsuhanManajemenKebidanan ................................. 41
3. Data Perkembangan ............................................................. 75
C. Landasan Hukum ...................................................................... 76
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Kasus ................................................................................ 78
B. Lokasi Studi Kasus .................................................................... 79
C. Subjek Studi Kasus .................................................................... 79
D. Waktu Studi Kasus .................................................................... 79
E. Instrumen Studi Kasus ............................................................... 79
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 80
1. Data Primer .......................................................................... 80
2. Data Sekunder ..................................................................... 82
G. Alat-alat yang Dibutuhkan......................................................... 83
H. Jadwal Penelitian ....................................................................... 85
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus .......................................................................... 86
B. Pembahasan ............................................................................... 124
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 131
B. Saran .......................................................................................... 134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Mekanisme Persalinan ........................................................ 19
Gambar 2.2 Klasifikasi Presentasi Bokong ............................................. 27
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Pengambilan Kasus
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Pengambilan Kasus
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)
Lampiran 8. Lembar Observasi
Lampiran 9. Partograf
Lampiran 10. SAP Perawatan Payudara
Lampiran 11. SAP Kebutuhan Gizi Ibu Nifas
Lampiran 12. SAP ASI Eksklusif
Lampiran 13. Dokumentasi Studi Kasus
Lampiran 14. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di
Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Target global MDGs
(Millenium Development Goals) ke-5 adalah menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs ke-5
untuk menurunkan AKI adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan
sungguh-sungguh untuk mencapainya (Kemenkes RI, 2014). Penyebab
kematian ibu melahirkan di Indonesia, yaitu perdarahan (28%), eklampsia
(24%), infeksi (11%), abortus tidak aman (5%), partus lama atau macet (5%),
emboli (3%), komplikasi masa puerpureum (8%), dan sebab – sebab lain
(11%). Berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian
ibu melahirkan yakni : perdarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklampsia
dan infeksi (Kemenkes, 2013).
Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014
berdasarkan laporan dari kabupaten per kota sebesar 126,55 per 100.000
kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada
tahun 2012 sebesar 116,34 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2014).
2
Sedangkan AKI di Jawa Tengah pada tahun 2015 sebesar 437 kasus per
100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2015). Penyebab kematian ibu pada
tahun 2014 di wilayah Jawa Tengah, yaitu : infeksi (42,33%), perdarahan
(22,93%), hipertensi (28,10%), gangguan sistem peredaran darah (4,93%), dan
sebab-sebab lain (3,66%) (Dinkes Jateng, 2014).
Secara global, lima penyebab kematian ibu adalah perdarahan,
hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus, lama/ macet, dan abortus
(Kemenkes RI, 2014). Persalinan lama dikaitkan dengan his yang masih
kurang dari normal sehingga tahanan jalur lahir yang normal tidak dapat
diatasi dengan baik karena durasinya tidak terlalu lama, frekuensinya masih
jarang, tidak terjadi “koordinasi kekuatan, keduanya tidak cukup untuk
mengatasi tahanan jalan lahir tersebut. Situasi demikian masih dapat dikaitkan
dengan kemungkinan kelainan yang terjadi pada jalan lahir (terjadi
kesempitan jalan lahir, mengubah posisi dan kebutuhan janin intrauterine, ada
penghalang pada jalan lahir tulang atau lunak, ukuran janin besar sedangkan
pelvis normal sehingga terjadi disproporsi sefalopelvik, dan serviks kaku) atau
keadaan janinnya sekalipun dalam posisi membujur tetapi dijumpai kelainan
posisi bagian terendah, letak sungsang, ukuran janin terlalu besar dan bagian
terendah belum masuk PAP (disproporsi sefalopelvik, lilitan tali pusat,
kelainan pada janin tumor abdomen, anensefali, hidrosefalus)
(Manuaba, 2012). Kehamilanpresentasi bokong bila dibandingkan dengan
kehamilan presentasi kepala akan menghadapi risiko yang lebih besar baik
pada ibu maupun bayinya. Masalah utama yang dapat menyebabkan kematian
3
pada bayi dalam persalinan pervaginam presentasi bokong adalah karena
kelahiran bokong akan menarik dan mendorong tali pusat masuk dalam
panggul sehingga tali pusat dapat tertekan. Selain itu, kepala yang merupakan
bagian terbesar janin harus lahir paling akhir sehingga kemungkinan trauma
dan terjepitnya leher akibat kemacetan dapat menyebabkan perdarahan otak
(Feryanto& Fadlun, 2014).
Bidan sebagai provider di masyarakat harus mempunyai kompetensi
atau kemampuan yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dalam hal
mengidentifikasi ibu hamil yang mengalami kelainan, komplikasi, serta
penyulit kehamilan sehingga cepat mengambil keputusan sesuai standar
(Feryanto & Fadlun, 2014).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28
Oktober 2015 di RSU Assalam Gemolong Kabupaten Sragen dari bulan
Oktober 2014 sampai Oktober 2015 didapatkan jumlah ibu hamil yang
bersalin sejumlah 1272 orang. Dari jumlah tersebut ibu bersalin normal
sebanyak 494 orang ( 39%) dan jumlah ibu bersalin patologi 778 orang (61%).
Dari data persalinan patologi tersebut : ibu bersalin patologi dengan Ketuban
Pecah Dini (KPD) sejumlah 92 orang (11,8%), ibu bersalin patologi dengan
pre eklampsia berat (PEB) sejumlah 83 orang (10,7%), ibu bersalin patologi
dengan serotinus sejumlah 79 orang (10,1%), ibu bersalin patologi dengan
presentasi bokong sebanyak 76 orang (9,8%) terdiri dari persalinan
pervaginam/ spontan sejumlah 46 orang (60,5%) dan persalinan perabdominan
(Sectio Caesaria) sejumlah30 orang (39,5%), ibu bersalin patologi dengan pre
4
eklampsia ringan (PER) sejumlah 70 orang (9,0%), ibu bersalin patologi
dengan prematur sejumlah 67 orang (8,6%), ibu bersalin patologi dengan letak
lintang sejumlah 63 orang (8,1%), ibu bersalin patologi dengan persalinan kala
II lama sejumlah 59 orang (7,6%), ibu bersalin patologi dengan retensio
plasenta sejumlah 55 orang (7,1%), ibu bersalin patologi dengan eklampsia
sejumlah 50 orang (6,4%), ibu bersalin patologi dengan gemelli (janin ganda
atau kembar) sejumlah 49 orang (6,3%), ibu bersalin patologi dengan kasus
lain sejumlah 35 orang (4,5%).Berdasarkan uraian di atas angka kejadian
persalinan dengan presentasi bokong masih cukup tinggi, sehingga penulis
tertarik untuk melaksanakan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu
Bersalin pada Ny. S G1P0A0Umur 36 Tahun Umur Kehamilan 40 Minggu
dengan Presentasi Bokong di RSUAssalam Gemolong Sragen”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diambil rumusan
masalah yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. S
G1P0A0Umur 36 Tahun Umur Kehamilan 40 Minggu dengan Presentasi
Bokong di Rumah Sakit Umum Assalam Gemolong Sragen?”
5
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan
asuhan kebidanan ibu bersalin dengan presentasi bokong dengan
menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu :
1) Melaksanakan pengkajian yang terdiri dari data subjektif dan
objektif pada ibu bersalin dengan presentasi bokong.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada ibu bersalin dengan presentasi
bokong.
3) Menetapkan diagnosa potensial pada ibu bersalindengan
presentasi bokong.
4) Menetapkan tindakan segera pada ibu bersalindengan presentasi
bokong.
5) Merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh dan aman
pada ibu bersalin dengan presentasi bokong.
6) Melaksanakan perencanaan secara efisien pada ibu
bersalindengan presentasi bokong.
7) Melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada ibu bersalin yang
diberikan dan memperbaiki tindakan yang dipandang perlu.
6
b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan praktek
kasus nyata dilapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan presentasi bokong.
2. Bagi Profesi
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalin dengan presentasi
bokong.
3. Bagi Institusi dan Instansi
a. Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
b. Rumah Sakit
Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama pelayanan
kebidanan pada ibu bersalin dengan presentasi bokong.
7
E. Keaslian Studi Kasus
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan presentasi bokong pernah
dilakukan oleh :
1. Yunis Windyarti (2012), dari STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan
judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Ny. S G1P0A0 Umur 26
Tahun Usia Kehamilan 39 Minggu Lebih 6 Hari dengan Presentasi
Bokong di Rumah Sakit DKT Salatiga”. Data subjektif : ibu mengatakan
ini kehamilan yang pertama dan tidak pernah keguguran, ibu mengatakan
perutnya mulas, kenceng-kenceng, mengeluarkan lendir darah dari jalan
lahir, terasa nyeri pada punggung. Data objektif ibu : keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, TD : 110/ 70 mmHg, Nadi : 80x/ menit, Suhu :
37°C, Respirasi : 20x/ menit, kontraksi 4x dalam 10 menit lamanya 50
detik, intensitas kuat, DJJ : 144x/ menit, teratur, TFU Mc. Donald : 31
cm, TBJ : 3100 gram, hasil leopold I : TFU 3 jari dibawah processus
xifoideus, fundus teraba bulat dan keras serta melenting (kepala), leopold
II : bagian kanan teraba panjang keras seperti papan (punggung) janin dan
bagian kiri teraba bagian kecil janin (jari-jari, tangan), leopold III : bagian
terbawah teraba lunak dan tidak melenting (bokong), leopold IV : bagian
bawah masuk panggul 0/5 bagian. Diagnosa kebidanan yang ditegakkan :
Ny. S umur 26 tahun G1P0A0 hamil 39 minggu janin tunggal, hidup,
intrauterine, letak janin memanjang, punggung kanan, presentasi bokong,
bokong sudah masuk pintu atas panggul, inpartu kala II. Asuhan yang
dilakukan adalah mengobservasi his dan DJJ tiap 30 menit, mengajarkan
8
ibu teknik relaksasi dan nafas panjang saat ada kontraksi, menyiapkan
partus set, obat dan alat-alat yang digunakan dalam persalinan,
membimbing ibu meneran saat pembukaan lengkap dan ada kontraksi,
melakukan pertolongan persalinan dengan metode bracht. Hasil setelah
diberi asuhan kebidanan yaitu DJJ 140x/ menit, His 4x dalam 10 menit
lamanya 50 detik, intensitas kuat, tidak ada kelainan, dinding vagina licin,
portio tidak teraba, pembukaan lengkap, bayi lahir hidup, laki-laki, berat
badan lahir : 3100 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 33 cm,
lingkar dada 32 cm, apgar score 7-8-9, cacat (-), caput (-), anus (+).
2. Candra Arum Kusumawati (2015), dari Universitas Sebelas Maret dengan
judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Ny. G G4P2A1 Umur 27
Tahun Usia Kehamilan 39 Minggu dengan Presentasi Bokong di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Surakarta”. Data subjektif : ibu mengatakan ini
kehamilan yang keempat dan pernah keguguran 1 kali, ibu mengatakan
perutnya kenceng-kenceng semakin sering, ibu mengatakan merasa pegal
di punggungnya. Data objektif ibu : keadaan umum cukup, kesadaran
composmentis, TD : 120/ 80 mmHg, Nadi : 88x/ menit, Suhu : 36,7°C,
Respirasi : 22x/ menit, kontraksi 5x dalam 10 menit lamanya 45 detik,
intensitas kuat, DJJ : 140x/ menit, teratur, TFU Mc. Donald : 31 cm, TBJ
: 3000 gram, hasil leopold I : TFU 3 jari dibawah processus xifoideus,
fundus teraba bulat, keras dan melenting (kepala), leopold II : bagian
kanan teraba bagian kecil janin (ekstremitas) dan bagian kiri teraba
panjang, keras, datar seperti papan (punggung) janin, leopold III : bagian
9
terbawah teraba lunak dan tidak melenting (bokong), leopold IV : bokong
sudah masuk panggul,penurunan di Hodge III.Diagnosa kebidanan yang
ditegakkan : Ny. G umur 27 tahun G4P2A1 hamil 39 minggu janin tunggal,
hidup, intrauterine, letak janin memanjang, punggung kiri, presentasi
bokong, bokong sudah masuk pintu atas panggul, dalam persalinan kala I
fase aktif. Asuhan yang dilakukan adalah pemantauan kemajuan
persalinan ( DJJ, frekuensi danlamanya kontraksi uterus, nadi setiap 30
menit, pembukaan serviks,penurunan bagian terbawah janin, tekanan
darah dan temperatur suhu tubuh setiap 4 jam), pertolongan persalinan
presentasi bokong murni dengan metode bracht, hingga observasi 2 jam
pasca persalinan pada ibu maupun bayi. Hasil setelah diberi asuhan
kebidanan yaitu bayi dapat lahir pervaginam dengan teknik bracht dan
total perdarahan ±150 cc. Kondisi ibu dan bayi sehat.
Persamaan pada studi kasus ini adalah judul, jenis studi kasus dan
asuhan yang diberikan. Perbedaannya terletak pada lokasi, subjek dan
waktu studi kasus.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TeoriMedis
1. Persalinan
a. Pengertian
1) Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Winkjosastro, 2011).
2) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri)
(Nugraheny & Sulistyawati, 2013).
3) Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan
membran dari dalam rahim melalui jalan lahir
(Rohani, dkk, 2011).
11
b. Sebab-sebab Mulainya Persalinan
Menurut Rukmawati, dkk (2014), sebab-sebab mulainya persalinan
meliputi :
1) Penurunan hormon progesteron
Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan
otot rahim sensitif sehingga menimbulkan his.
2) Keregangan otot-otot
Otot rahim akan meregang dengan majunya kehamilan, oleh
karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya atau mulai persalinan.
3) Peningkatan hormon oksitosin
Pada akhir kehamilan hormon oksitosin bertambah sehingga
dapat menimbulkan his.
4) Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang peranan
dalam proses persalinan, oleh karena itu pada anencepalus
kehamilan lebih lama dari biasanya.
5) Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan dari desidua meningkat saat umur
kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap
umur kehamilan.
12
6) Plasenta menjadi tua
Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, villi corialis
mengalami perubahan sehingga kadar progesteron dan estrogen
menurun.
c. Tanda-tanda Persalinan
Menurut Marmi (2012), tanda-tanda persalinan meliputi :
1) Terjadi Lightening
Menjelang minggu ke-36, tanda primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
yang menyebabkan ibu merasakan :
a) Ringan dibagian atas, dan rasa sesaknya berkurang.
b) Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal.
c) Terjadinya kesulitan saat berjalan.
d) Sering kencing (follaksuria).
2) Terjadinya His Permulaan
Semakin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron
makin berkurang sehingga produksi oksitosin meningkat, dengan
demikian dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering, his
permulaan ini lebih sering disebut his palsu. Sifat his palsu,
antara lain :
a) Rasa nyeri ringan dibagian bawah.
b) Datangnya tidak teratur.
13
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda
kemajuan persalinan.
d) Durasinya pendek.
e) Tidak bertambah bila beraktivitas.
3) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
(Rohani, dkk, 2011).
4) Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin (Rohani, dkk, 2011).
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
bertambah, kadang bercampur darah (bloody show)
(Rohani, dkk, 2011).
d. Tanda dan gejala Persalinan (Inpartu)
Menurut Johariyah & Ningrum (2012), tanda dan gejala persalinan
(inpartu) meliputi :
1) Kontraksi uterus yang semakin lama semakin sering dan teratur
dengan jarak kontraksi yang pendek, yang mengakibatkan
perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit).
2) Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina.
3) Pada pemeriksaan dalam, dapat ditemukan :
a) Perlunakan serviks.
b) Penipisan dan pembukaan serviks.
4) Dapat disertai ketuban pecah.
14
e. Tahapan Persalinan
Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 kala atau fase menurut
Rohani (2011), yaitu :
1) Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala 1 dibagi menjadi 2 fase, yaitu :
a) Fase Laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung dalam 7-8 jam.
b) Fase Aktif : pembukaan serviks 4-10 cm. Berlangsung
selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase, yakni :
(1) Periodeakselerasi, berlangsung selama 2 jam
pembukaan menjadi 4 cm.
(2) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsungcepatmenjadi 9 cm.
(3) Periode deselerasi, berlangsung lambat, dalam 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
2) Kala II
Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara
berlangsung selama 2 jamdan pada multipara1 jam.
15
3) Kala III
Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban.Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
4) Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah
proses tersebut.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut Rukmawati, dkk (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan yaitu :
1) Power/ kekuatan
Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin
keluar. Kekuatan tersebut meliputi :
a) His/ kontraksi uterus.
b) Tenaga mengedan.
2) Passage/ jalan lahir
Passage atau jalan lahir dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Bagian keras : tulang panggul.
b) Bagian lunak : otot-otot dan ligament-ligament.
3) Passenger/ janin dan plasenta
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yakni :
16
a) Kepala janin.
b) Presentasi.
c) Letak.
d) Sikap.
e) Posisi janin.
Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka dia
dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin.
4) Psikologis
Keadaan fisiologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu
bersalin yang didampingi oleh suami dan orang yang dicintainya
cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar
dibanding dengan ibu bersalin tanpa pendamping. Ini
menunjukkan bahwa dukungan mental berdampak positif bagi
keadaan psikis ibu, yang berpengaruh terhadap kelancaran proses
persalinan.
5) Pysician/ penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk
memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian
maternal dan neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi
yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam
memberikan asuhan tidak terjadi.
17
g. Mekanisme Persalinan
Gerakan utama kepala janin pada proses persalinan menurut Asri &
Clervo (2012), meliputi :
Gambar 2.1 Mekanisme Persalinan
1) Engagement
Kepala masuk pintu atas panggul dengan sumbu kepala janin
dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitimus) atau
miring/ membentuk sudut dengan pintu atas panggul
(asinklitimus/ anterior/ posterior).
2) Desent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur pelvis
dengan hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga
penurunan kepala berlangsung lambat. Kepala turun ke dalam
18
rongga panggul, akibat : tekanan langsung dari his dari daerah
fundus ke arah daerah bokong, tekanan dari cairan amnion,
kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan
badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3) Flexion
Pada umumnya terjadi fleksi penuh/ sempurna sehingga sumbu
panjang kepala sejajar sumbu panggul untuk membantu
penurunan kepala selanjutnya. Kepala janin fleksi, dagu
menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter
oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-
bregmatikus (belakang kepala).
4) Internal rotation
Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya
kepala, putaran ubun-ubun kecil kearah depan (ke bawah simfisis
pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum
dengan diameter biparientalis. Putaran kepala (penunjuk) dari
samping ke depan atau kearah posterior (jarang) disebabkan : ada
his selaku tenaga/ gaya pemutar, dan ada dasar panggul beserta
otot-otot dasar panggul selaku tahanan. Bila tidak terjadiputaran
paksi dalam umumnya kepala tidak turun lagi dan persalinan
diakhiri dengan tindakan vacum ekstraksi.
19
5) Extension
Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi
setelah oksiput melewati bawah simpisis pubis bagian posterior.
6) External Rotation (Restitution)
Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah punggung
untuk menghilangkan torsi pada leher (putaran restitusi).
Selanjutnya putaran dilanjutkan sampai belakang kepala
berhadapan dengan tuber ischiadikum sefihak (putaran paksi
luar sebenarnya). Putaran paksi luar disebabkan ukuran bahu
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari PAP.
Setelah putaran paksi luar, yaitu bahu depan di bawah simfisis
menjadi hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan
menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak.
7) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, yaitu bahu depan di bawah simfisis
menjadi hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan
menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak : badan (toraks,
abdomen) dan lengan, pinggul depan dan belakang, tungkai dan
kaki.
20
h. Bentuk-bentuk persalinan
1) Berdasarkan definisi menurut Johariyah & Ningrum (2012),
adalah :
a) Persalinan Spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri.
b) Persalinan Buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c) Persalinan Anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan jalan rangsangan.
2) Berdasarkan cara persalinan Rohani, dkk (2011), adalah :
a) Partus biasa (normal) adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya
berlangsung dari 24 jam.
b) Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan per vaginam
dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan
operasi sectio caesaria (SC).
i. Penatalaksanaan persalinan
Penatalaksanaan asuhan persalinan sesuai Winkjosastro (2014) dan
Melina & Kuswanti (2014), meliputi :
21
1) Kala I
a) Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik ibu bersalin.
(1) Melakukan pemeriksaan abdomen.
(2) Melakukan pemeriksaan dalam (Vaginal Toucher).
(3) Mencatat dan mengkaji hasil anamesis dan pemeriksaan
fisik.
b) Melakukan pengenalan dini terhadap masalah dan penyulit.
c) Melakukan persiapan asuhan persalinan.
(1) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran.
(2) Mempersiapkan perlengkapan, bahan-bahan, dan obat-
obatan yang diperlukan.
(3) Mempersiapkan rujukan.
(4) Memberikan asuhan sayang ibu.
(5) Dukungan emosional.
(6) Mengatur posisi ibu.
(7) Pemberian cairan dan nutrisi.
(8) Menganjurkan/ membantu ibu mengosongkan kandung
kemih.
(9) Melakukan pencegahan infeksi.
d) Melakukan dokumentasi partograf.
(1) Pencatatan selama fase laten kala I persalinan.
(2) Pencatatan selama fase aktif kala I persalinan.
(3) Mencatat temuan pada partograf.
22
(4) Pencatatan pada lembar belakang partograf.
2) Kala II
a) Melihatadanya tanda persalinankala II.
b) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan.
c) Melakukan persiapan penolong persalinan.
(1) Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT).
(2) Memakai perlengkapan pelindung pribadi.
(3) Mempersiapkan tempat persalinan, peralatan dan bahan.
(4) Mempersiapkan tempat dan lingkungan untuk kelahiran
bayi.
(5) Mempersiapkan ibu dan keluarga.
(a) Melakukan asuhan sayang ibu.
(b) Membersihkan perineum ibu.
(c) Mengosongkan kandung kemih ibu.
(6) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus
selesai.
(7) Memberitahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap
dan meminta ibu meneran saat ada his.
(8) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
senyaman mungkin untuk meneran.
(9) Melakukan amniotomi (apabila selaput ketuban belum
pecah dan pembukaan sudah lengkap).
23
(10) Melakukan penatalaksanaan fisiologis kala II (setelah
terjadi pembukaan lengkap, memberitahu pada ibu
bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan
ia untuk meneran dan kemudian beristirahat diantara
kontraksi).
(11) Memberitahu dan membimbing ibu cara meneran yang
benar.
(12) Menolong kelahiran bayi.
(a) Melakukan pencegahan infeksi.
(b) Melahirkan kepala.
(c) Memeriksa lilitan tali pusat pada leher.
(d) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar.
(e) Melahirkan bahu.
(f) Melahirkan seluruh tubuh bayi.
(g) Melakukan pemeriksaan bayi baru lahir sepintas.
(h) Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk bersih.
(i) Meletakkan bayi pada perut ibu untuk Inisiasi
Menyusu Dini (IMD).
(13) Melakukan pemantauan kala II persalinan.
3) Kala III
a) Menjelaskan fisiologis persalinan kala III pada ibu.
b) Melakukan manajemen aktif kala III.
(1) Memberikan suntikan oksitosin.
24
(2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dan
dorsokranial.
(3) Melahirkan plasenta.
(4) Memeriksa kelengkapan plasenta.
(5) Melakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri.
(6) Mengobservasi kontraksi dan perdarahan.
(7) Memeriksa laserasi jalan lahir.
(8) Melakukan penjahitan.
4) Kala IV
a) Melakukan asuhan dan pemantauan pada kala IV.
(1) Observasi KU.
(2) Observasi kontraksi, kandung kemih, perdarahan, TFU
setiap 15 menit pada1 jam pertama dan 30 menit pada 2
jam pertama pasca persalinan.
(3) Observasi TTV setiap 1 jam sekali.
(4) Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini.
(5) Anjurkan ibu untuk makan dan minum.
(6) Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri.
(7) Lakukan pendokumentasian pada partograf.
2. PresentasiBokong
a. Pengertian
1) Presentasibokongmerupakan suatu letakdimana bokong bayi
merupakan bagian rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan
25
dimana janin terletak memanjang, dengan kepala di fundus
uteridanbokong berada di bagian bawah kavum uteri
(Fatmawati, dkk, 2014).
2) Presentasi bokong merupakan suatu keadaan dimana janin dalam
posisi membujur atau memanjang, kepala berada pada fundus
sedangkan bagian terendah adalah bokong (Sumarah, dkk, 2008).
3) Presentasi bokong adalah suatu keadaan yang terjadi bila bokong
atau tungkai janin sebagai bagian yang terendah di dalam panggul
ibu (Aminin, 2013).
b. Klasifikasi Presentasi Bokong
MenurutFeryanto& Fadlun (2012),terdapattigajenispresentasibokong,
yaitusebagaiberikut :
Gambar 2.2 Klasifikasi Presentasi Bokong
1) Presentasibokongmurni (frenk breech);
keduapahajaninberfleksidankeduatungkaiberekstensipadalutut.
26
2) Presentasibokong kaki/ lengkap (complete breech);
keduapahajaninberfleksidansatuataukedualututdifleksikan.
3) Presentasi kaki/ lutut (incomplete breech);
satuataukeduapahajaninberekstensidansatuataukedualututatau
kaki terletakdibawahpanggulataukeluardarijalanlahir.
c. Faktor Predisposisi Presentasi Bokong
MenurutFeryanto& Fadlun (2014), faktor predisposisi dari presentasi
bokongadalah :
1) Multipara.
2) Prematuritas, karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air
ketuban masih banyak dan kepala anak relative besar.
3) Hidramnion karena anak mudah bergerak.
4) Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam
pintu atas panggul.
5) Kelainan bentuk kepala yaitu : hidrosefalus dan anensefalus
karena keduanya dapat mempengaruhi bentuk fungsi atau
gerakan janin (kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas
panggul).
6) Penyebab lain seperti : anomali rahim, kehamilan ganda, panggul
sempit dan tumor pelvis.
d. Mekanisme Persalinan Presentasi Bokong
Garis pangkal paha masuk serong kedalam pintu atas panggul.
Pantat depan memutar kedepan setelah mengalami rintangan dari
27
otot-otot dasar panggul. Dengan demikian, dapat terjadi laterofleksi
badan untuk menyesuaikan diri dengan lengkungan panggul.
Pantat depan tampak lebih dahulu pada vulva dan dengan
trokanter depan sebagai hipoklion dan laterofleksi dari badan lahirlah
pantat belakang pada pinggir depan perineum disusul dengan
kelahiran pantat depan. Setelah bokong lahir, terjadi putaran paksi
luar agar punggung berputar sedikit kedepan sehingga bahu dapat
masuk pintu atas panggul dalam ukuran serong dari pintu atas
panggul. Sesudah bahu turun, terjadilah putaran paksi dari bahu
sampai ukuran bisakromial dalam ukuran muka belakang dari pintu
bawah panggul oleh karena itu punggung berputar lagi kesamping.
Pada saat bahu akan lahir, kepala dalam keadaan fleksi masuk
pintu atas panggul dalam ukuran melintang pintu atas panggul.
Kepala ini mengadakan putaran paksi sedemikian rupa hingga kuduk
terdapat dibawah simfisis dan dagu sebelah belakang. Berturut-turut
lahir pada perineum, seperti dagu, mulut, hidung, dahi, dan belakang
kepala (Rukmawati, 2014).
e. Tanda dan Gejala Presentasi Bokong
Menurut Rukmawati, dkk (2014), tanda dan gejala persalinan
presentasi bokong yaitu :
1) Pergerakan janin teraba oleh si ibu dibagian perut bawah dibawah
pusat dan ibu sering merasa ada benda keras (kepala) mendesak
tulang iga.
28
2) Pada pemeriksaan palpasi :
a) Akan teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus
uteri.
b) Punggung janin dapat diraba pada salah satu sisi perut dan
bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan.
c) Diatas simfisis, teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
3) Bunyi jantung terdengar pada punggung janin setinggi pusat.
f. Pemeriksaan diagnosis
1) Pemeriksaan Abdominal
Palpasi menurut Norma & Dwi (2013), yaitu :
Dengan perasat Leopold didapatkan :
a) Leoplod I :
Bagian fundus teraba keras, bulat, dan melenting (kepala).
b) Leopold II :
Menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi abdomen
dan bagian-bagian kecil berada pada sisi lain.
c) Leopold III :
Bagian terbawah teraba lunak, kurang melenting, sudah
masuk PAP.
d) Leopold IV :
Bokong sudah masuk PAP, divergen.
29
g. Penatalaksanaan Persalinan Presentasi Bokong
Menurut Manuaba, dkk (2012), pertolongan persalinan letak
sungsang memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan
komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi.
Berdasarkan jalan lahir yang dilalui, maka persalinan letak sungsang
menurut Marmi (2012), dibagi menjadi :
1) Persalinan Pervaginam
a) Persalinan spontan (spontaneous breech)
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri.
Cara ini disebut Bracht.Prosedur pertolongan persalinan
dengan metode brachtmenurut Saifuddin (2008), yaitu :
(1) Persetujuan tindakan medik.
(2) Persiapan sebelum tindakan.
(a) Ibu dalam posisi litothomi pada tempat tidur
persalinan.
(b) Mengosongkan kandung kemih, rektum serta
membersihkan daerah perineum dengan antiseptik.
(c) Menyiapkan instrumen (bahan dan alat), meliputi :
perangkat untuk persalinan, perangkat untuk
resusitasi bayi, uterotonika (ergometrin maleat,
oksitosin), anestesi lokal (lidokain 2%), cunam
piper (jika tidak ada, sediakan cunam panjang),
semprit dan jarum no. 23 (sekali pakai), alat-alat
30
infus, povidon iodin 10% dan perangkat episiotomi
dan penjahitan luka episiotomi.
(d) Persiapan untuk penolong, meliputi : pakai baju dan
alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata
pelindung, cuci tangan hingga siku dengan sabun
dibawah air mengalir, keringkan tangan dengan
handuk DTT, pakai sarung tangan DTT/ steril,
memasang duk (kain penutup).
(3) Melakukan tindakan pertolongan persalinan partus
sungsang.
(a) Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya
pembukaan, selaput ketuban dan penurunan bokong
serta kemungkinan adanya penyulit.
(b) Instruksikan pasien agar mengedan dengan benar
selama ada his (mengedan dengan benar : mulai
dengan menarik nafas dalam, katupkan mulut,
upayakan tenaga mendorong ke abdomen dan anus.
Kedua tangan menarik lipat lutut, angkat kepala dan
lihat ke pusar).
(c) Pimpin berulang kali hingga bokong turun ke dasar
panggul. Lakukan episiotomi saat bokong
membuka vulva dan perineum sudah tipis.
31
(4) Melahirkan bayi dengan cara Bracht :
(a) Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram
secara bracht (kedua ibu jari penolong sejajar
dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang
daerah panggul).
(b) Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses
keluarnya janin (bila terdapat hambatan pada
tahapan lahir setinggi scapula, bahu atau kepala
maka segera lanjut ke metode manual aid yang
sesuai).
(c) Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan
sebagian dada.
(d) Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus
scapula inferior tampak dibawah simfisis (dengan
mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung
janin didekatkan ke arah perut ibu tanpa tarikan)
disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
(e) Gerakan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung,
dahi dan kepala.
(f) Letakkan bayi diperut ibu, bungkus bayi dengan
handuk hangat, bersihkan jalan nafas bayi oleh
asisten, tali pusat dipotong.
32
(g) Setelah asuhan bayi baru lahir, berikan pada ibu
untuk laktasi/ kontak dini.
(5) Melahirkan bayi dengan cara Klasik :
(a) Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram
dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir.
(b) Tali pusat dikendorkan.
(c) Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu
tangan dan tarik ke atas. Dengan tangan kiri dan
menariknya ke arah kanan atas ibu, untuk
melahirkan bahu kiri bayi yang berada
dibelakang.Dengan tangan kanan dan menariknya
ke arah kiri atas ibu, untuk melahirkan bahu kanan
bayi yang berada dibelakang.
(d) Masukkan 2 jari tangan kanan/ kiri (sesuai letak
bahu belakang) sejajar dengan lengan bayi, untuk
melahirkan lengan belakang bayi. Bila tahap ini
sulit untuk melahirkan bahu belakang, maka
lakukan cara Muller (melahirkan bahu depan
terlebih dulu).
(e) Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki
ditarik ke arah bawah kontralateral dari langkah
sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi
depan dengan cara yang sama.
33
(6) Melahirkan bayi dengan cara Muller :
(a) Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan
menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti
klasik, ke arah belakang kontralateral dari letak
bahu depan.
(b) Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan
langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan
lengan belakang.
(7) Melahirkan bayi dengan cara Louvset :
(a) Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi
dengan kedua tangan.
(b) Memutar bayi 180 derajat ke arah yang berlawanan
ke kiri/ ke kanan.
(c) Beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan
dilahirkan secara klasik/ muller.
(8) Melahirkan bayi dengan cara Ekstraksi Kaki :
(a) Tangan kanan masuk secara obstetrik menelusuri
bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian
melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi, tangan yang
lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki
fleksi pergelangan kaki dipegang dengan 2 jari dan
dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
34
(b) Kedua tangan penolong memegang betis janin,
yaitu kedua ibu jari diletakkan dibelakang betis
sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain
didepan betis, kaki ditarik curam ke bawah sampai
pangkal paha lahir.
(c) Pegangan dipindah ke pangkal paha setinggi
mungkin dengan kedua ibu jari dibelakang paha,
sejajar sumbu panjang paha dan jari lain didepan
paha.
(d) Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai
trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha
dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas
hingga trokhanter belakang lahir. Bila trokhanter
telah lahir berarti bokong lahir.
(e) Sebaliknya bila kaki belakang dilahirkan terlebih
dahulu, maka yang akan lahir lebih dahulu ialah
trokhanter belakang dan untuk melahirkan
trokhanter depan makan pangkal paha ditarik terus
curam ke bawah.
(f) Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara klasik,
cara muller, cara louvset.
(9) Melahirkan bayi dengan cara Teknik Ekstraksi Bokong :
35
(a) Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian
kecil janin, dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
diletakkan dilipatan paha bagian depan. Dengan jari
ini lipatan paha/ crista illaka dikait dan ditarik
curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga-tenaga
tarikan ini, maka tangan penolong yang lain
mencekam pergelangan tangan tadi dan turut
menarik curam ke bawah.
(b) Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai
tampak dibawah simfisis, maka jari telunjuk
penolong yang lain mengkait lipatan paha ditarik
curam ke bawah sampai bokong lahir.
(c) Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara klasik,
cara muller, cara louvset.
(10) Melahirkan bayi dengan cara Mauriceau :
(a) Letakkan badan bayi diatas tangan kiri sehingga
badan bayi seolah-olah menunggang kuda.
(b) Satu jari dimasukkan dimulut dan 2 jari di maksila.
(c) Tangan kanan memegang/ mencengkram bahu
tengkuk bayi.
(d) Minta seorang asisten menekan fundus uteri.
(e) Bersamaan dengan adanya his, asisten menekan
fundus uteri, penolong persalinan melakukan
36
tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir
dibimbing jari yang dimasukkan untuk menekan
dagu/ mulut.
(11) Melahirkan bayi dengan cara Cunam Piper :
(a) Tangan dan badan bayi dibungkus kain steril,
diangkat ke atas, cunam piper dipasang melintang,
terhadap panggul dan kepala kemudian ditarik.
(12) Melakukan manajemen aktif kala III.
(a) Lahirkan plasenta secara spontan atau manual
apabila ada indikasi.
(b) Luka episiotomi/ robekan perineum dijahit.
(c) Beri uterotonika atau medikamentosa yang
diperlukan.
(d) Awasi kala IV.
(e) Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas.
(13) Melakukan dekontaminasi alat.
(14) Cuci tangan pascatindakan.
(15) Perawatan pascatindakan.
(a) Periksa kembali tanda vital pasien, segera buat
instruksi bila diperlukan (catat kondisi pasien dan
buat laporan tindakan dalam kolom yang tersedia).
37
(b) Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa
tindakan telah selesai dilaksanakan dan masih
memerlukan perawatan.
(c) Jelaskan pada petugas tentang perawatan, jadwal
pengobatan dan pemantauan serta gejala-gejala
yang harus diwaspadai.
b) Manual aid (partial breech extraction)
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu
dan sebagian lagi dengan tenaga penolong. Tahapan
prosedur manual aid adalah :
(1) Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan
tenaga ibu sendiri.
(2) Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga
penolong dengan cara klasik (Deventer), Mueller,
Louvset, Bickenbach.
(3) Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie),
Wajouk, Wid and Martin Winctel, Prague Terbalik,
Cunan Piper.
c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction)
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga
penolong.
2) Persalinan Perabdomen (Sectio Caesaria)
38
h. Komplikasi persalinan letak sungsang
Menurut Manuaba, dkk (2012), komplikasi persalinan letak
sungsang, yaitu :
1) Komplikasi pada ibu
Trias komplikasi ibu : perdarahan, robekan jalan lahir, infeksi.
2) Komplikasi pada bayi
a) Asfiksia bayi. Dapat disebabkan oleh :
(1) Kemacetan persalinan kepala : aspirasi air ketuban dan
lendir.
(2) Perdarahan atau oedema jaringan otak.
(3) Kerusakan pada medula oblongata.
(4) Kerusakan persendian tulang leher.
(5) Kematian bayi karena asfiksia berat.
b) Trauma Persalinan
(1) Dislokasi – fraktur persendian, tulang ekstremitas.
(2) Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung.
(3) Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang
dasar kepala; fraktur tulang kepala; kerusakan pada mata,
hidung atau telinga; kerusakan pada jaringan otak.
c) Infeksi dapat terjadi karena :
(1) Persalinan berlangsung lama.
(2) Ketuban pecah pada pembukaan kecil.
(3) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam.
39
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalahkebidanan yang
digunakan bidan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan,dalam rangkaian
atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus
pada pasien (Nugraheny & Sulistyawati, 2013).
2. Proses Asuhan Manajemen Kebidanan
a. Langkah pertama : Pengkajian Data
1) Data Subjektif
Biodata yang mencakup identitas pasien (Sulistyawati, 2009).
Menurut Norma & Dwi (2013), data subjektif meliputi :
a) Identitas pasien
(1) Nama Istri atau suami
Agar dapat mengenal klien dan tidak terjadi kekeliruan
dengan klien lainnya.
(2) Umur
Untuk mengetahui apakah umur ibu termasukrisiko tinggi
kehamilan atau tidak.
(3) Agama
Berhubungan dengan perawatan klien misal ada hal yang
dilarang oleh agama klien.
40
(4) Suku/Bangsa
Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh
pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan
(Nugraheny & Sulistyawati, 2013).
(5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pendidikan istri/ suami sebagai
dasar untuk memberikan konseling dalam asuhan kebidanan.
(6) Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat ekonomi keluargayang
berhubungan dengan kesejahteraan (nutrisi) dan untuk
mengetahui aktifitas pekerjaan ibu.
(7) Alamat
Agardapat mengenal klien dan tidak keliru dengan
klienlainnya.
b) Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan (Nugraheny & Sulistyawati, 2013). Keluhan
utamapada kasus ibu bersalin dengan presentasi
bokongmeliputiterasa ada kenceng-kenceng diperut dan
merasa ada benda keras (kepala) mendesak tulang iga
(Rukmawati, dkk, 2014).
41
c) Tanda-tanda persalinan
Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan yang ditanyakan ibu
berupa mulainya kontraksi, banyak frekuensi setiap 10 menit,
lamanya kontraksi, kekuatan kontraksi dan lokasi nyeri.
d) Riwayat menstruasi
(1) Menarche
Usia pertama kali mengalami menstruasi, wanita Indonesia
biasanya mengalami menarche sekitar mulai dari umur 12
tahun. Hal ini dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi,
bangsa, lingkungan, iklim dan keadaan umum
(Astuti, 2012).
(2) Siklus
Jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi
berikutnya, dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23
sampai 32 hari(Nugraheny & Sulistyawati, 2013).
(3) Lamanya
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan(Nugraheny & Sulistyawati, 2013).
(4) Banyaknya
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan (Nugraheny& Sulistyawati, 2013).
42
(5) Teratur atau tidak
Untuk mengetahui apakah haidnya teratur sesuai dengan
siklusnya.
(6) Sifat darah
Untuk mengetahui warna dan jenis darah yang dikeluarkan
saat haid.
e) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui gambaran mengenai suasana rumah tangga
pasangan serta kepastian mengenai siapa yang akan
mendampingi persalinan (Nugraheny & Sulistyawati, 2013).
f) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,
cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas
yang lalu (Astuti, 2012). Pada kasus ibu bersalin dengan
presentasi bokong biasanya terjadi pada ibu multipara
(Feryanto dan Fadlun, 2014).
g) Riwayat hamil ini
(1) HPHT
Tanggal hari pertama haid terakhir pasien untuk
memperkirakan kapan kira-kira bayi akan dilahirkan dan
untuk mengetahui usia kehamilannya (Astuti, 2012).
43
(2) HPL
Untuk mengetahui hari perkiraan lahirnya bayi, biasanya
ditambah 7 pada tanggal di kurangi 3 pada bulan dan
ditambah 1 pada tahun (Astuti, 2012).
(3) Keluhan-keluhan
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu selama
kehamilan ini. Keluhan selama kehamilan pada kasus ibu
bersalin dengan presentasi bokong, yaitu ibu merasa
penuhdi bagian atas dan gerakan janin terasa lebih banyak
di bagian bawah dan merasakan nyeri karena janin
menyepak-nyepak rectum
(Aminin, 2013 dan Oxorn & Forte, 2010).
(4) ANC
Untuk mengetahui berapa kali ibu memeriksakan
kehamilannya selama trimester I, II, III (Astuti, 2012).
(5) Penyuluhan yang pernah didapat
Untuk mengetahui pengetahuan apa saja kira-kira yang
telah didapat pasien dan berguna bagi kehamilannya
(Astuti, 2012).
(6) Imunisasi TT
Untuk melindungi bayi terhadap penyakit tetanus
neonatorum, imunisasi dapat dilakukan pada trimester I
44
atau trimester II pada kehamilan 3-5 bulan dengan interval
minimal 4 minggu (Astuti, 2012).
h) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui jenis KB apa yang dipakai ibu sebelum
hamil, sudah berapa lama ibu menggunakan KB tersebut, apa
yang ibu keluhkan selama menggunakan KB tersebut. Hal
tersebut untuk menilai risiko KB yang dipakai
(Norma & Dwi, 2013).
i) Riwayat penyakit
(1) Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit-penyakit
yang menyertai dan yang dapat mempengaruhi proses
persalinan (Astuti, 2012 dan Norma & Dwi, 2013).
(2) Riwayat penyakit sistemik
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami penyakit
jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi,
epilepsi dan lain-lain(Astuti, 2012).
(3) Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada pasien apakah dalam keluarganya ada
penyakit menular, jika ada anjurkan pasien untuk
menghindari langsung ataupun secara tidak langsung
bersentuhan fisik atau mendekati keluarga tersebut
sementara waktu agar tidak menular pada ibu hamil dan
45
janinnya. Dan tanyakan apa ada riwayat penyakit menular,
hal ini diperlukan untuk mendiagnosa apakah sijanin
berkemungkinan akan menderita penyakit tersebut atau
tidak (Astuti, 2012).
(4) Riwayat keturunan kembar
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga mempunyai
riwayat keturunan kembar atau tidak.
(5) Riwayat operasi
Untuk mengetahui apakah ibu sudah pernah melakukan
operasi atau belum.
j) Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau tidak ada antara
aktifitas dirumah dan selama berada di rumah sakit
(Norma & Dwi,2013). Pola kebiasaan sehari-hari, meliputi :
(1) Nutrisi
Untuk mendapatkan gambaran bagaimana pasien
mencukupi asupan gizinya selama hamil sampai dengan
masa awal persalinan
(Nugraheny dan Sulistyawati, 2013).
(2) Personal hygiene
Dikaji karena berhubungan dengan perawatan kebersihan
pasien(Nugraheny dan Sulistyawati, 2013).
46
(3) Eliminasi
Menggambarkan pada fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsitensi dan
bau, serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi,
warna, bau dan masalah. Pada kasus ibu bersalin dengan
presentasi bokong dicantumkan waktu terakhir buang air
besar dan buang air kecil (Norma& Dwi, 2013).
(4) Aktivitas
Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan ibu saat
sebelum hamil maupun selama hamil.
(5) Istirahat/tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien pada
siang hari dan malam hari.
(6) Psikososial budaya
Perasaan menghadapi persalinan ini, kehamilan ini
direncanakan atau tidak, jenis kelamin yang diharapkan,
dukungan keluarga, keluarga lain yang tinggal serumah,
pantangan makanan, kebiasaan adat istiadat dalam
kehamilan.
(7) Seksualitas
Untuk membantu pasien menangani keluhan saat
berhubungan seksual (Sulistyawati, 2009).
47
(8) Penggunaan obat-obatan, jamu atau rokok
Hal ini perlu ditanyakan karena secara langsung dapat
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan janin,dan
menimbulkan kelahiran dengan berat badan lahir rendah
bahkan dapat menimbulkan cacat bawaan atau kelainan
pertumbuhan dan perkembangan mental (Astuti, 2012).
2) Data objektif
Untuk melengkapi data kita dalam menegakan diagnosis, maka
kita harus melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang
dilakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2009).
a) Pemeriksaan umum/ status generalis
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan
(Nugraheny & Sulistyawati, 2013).Menurut Sulistyawati
(2009), keadaan umum pasien meliputi :
(a) Baik, adalah pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika
pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, serta secara baik pasien
tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.
(b) Lemah, adalah pasien dimasukkan dalam kriteria ini
jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang
48
baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien
sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
(2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien
(Nugraheny & Sulistyawati,2013). Menurut Astuti
(2012), klasifikasi kesadaran dibagi menjadi 6, yaitu :
(a) Composmentis, yaitu : kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya.
(b) Apatis, yaitu : keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya, acuh tak
acuh.
(c) Delirium, yaitu : gelisah, disorientasi (orang, tempat,
waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal.
(d) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu : kesadaran,
menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah
tertidur, namun, kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur
lagi, mampu memberi jawaban verbal.
(e) Stupor (soporocoma), yaitu : keadaan seperti tertidur
lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
49
(f) Coma (comatose), yaitu : tidak bisa dibangunkan,
tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak
ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
(3) Tanda-tanda vital
(a) Tekanan darah
Untuk mengetahui tekanan darah pada pasien.
Tekanan darah yang normal, yaitu :tekanan sistolik
antara 110sampai 140 mmHg dan tekanan diastolik
antara 70 sampai 90 mmHg (Astuti, 2012).
(b) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam
hitungan menit, frekuensi nadi normal 60-100
x/menit (Astuti, 2012).
(c) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan ibu.
Freakuensi pernafasan yang normal berkisar antara
16 sampai 24x/menit (Astuti, 2012).
(d) Suhu
Untuk mengetahui temperatur suhu tubuh ibu. Dalam
keadaan normal suhu badan berkisar 36,5ºCsampai
37,5ºC (Astuti, 2012).
50
(4) Tinggi badan
Pemeriksaan tinggi badan dilakukan saat pertama kali ibu
melakukan pemeriksaan untuk mengetahui ukuran
panggul ibu. Ukuran panggul ibu hamil sangat penting
untuk mengetahui apakah persalinan dapat dilakukan
secara normal atau tidak. Karena jika diketahui bahwa
tinggi badan ibu dianggap terlalu pendek, dikhawatirkan
memiliki panggul yang sempit dan juga dikhawatirkan
proses persalinan tidak dapat dilakukan secara normal,
dan hal ini harus dilakukan secara caesar. Seorang wanita
hamil yang terlalu pendek, yang tinggi badannya kurang
dari 145 cm tergolong resiko tinggi karena kemungkinan
besar persalinan berlangsung kurang lancar (Astuti,
2012).
(5) Berat badan
Untuk mengetahui apakah taksiran berat janin sesuai
dengan usia kehamilan atau tidak. Kenaikan berat badan
selama hamil normalnya ± 11 kg(Astuti, 2012).
(6) Lingkar lengan atas (LILA)
Untuk mendapatkan gambaran status gizi klien. Pada ibu
hamil pengukuran LILA merupakan deteksi dini Kurang
Energi Kronis (KEK). Ambang batas Lingkar Lengan
51
Atas (LILA) pada WUS dengan resiko KEK adalah 23,5
cm (Astuti, 2012).
b) Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan sistematis menurut Astuti (2012), meliputi :
(1) Kepala
(a) Rambut
Meliputi pemeriksaan kebersihan rambut, warna dan
mudah rontok atau tidak.
(b) Muka
Meliputi pemeriksaan simetris, oedema dan cloasma
gravidarum.
(c) Mata
Untuk mengetahui ada tidaknya oedema, warna
conjungtiva, dan warna sklera pada mata.
(d) Hidung
Untuk mengetahui adanya secret dan benjolan pada
hidung.
(e) Telinga
Untuk mengetahui kesimetrisan kanan dan kiri, tanda
infeksi dan serumen.
(f) Mulut/ gigi/ gusi
Untuk mengetahui adanya stomatitis, keadaan bibir,
karies pada gigi dan warna gusi.
52
(2) Leher
Untuk menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok
atau kelenjar limfe (Uliyah & Hidayat, 2008).
(3) Dada dan axilla
(a) Dada
Untuk menilai bentuk buah dada dan pigmentasi
puting susu (Uliyah & Hidayat, 2008).
(b) Mammae
Untuk mengetahui pembesaran normal atau tidak,
ada atau tidaknya tumor, kesimetrisan kanan dan kiri,
areola, keadaan puting susu, dan kolostrum.
(c) Axilla
Untuk mengetahui ada atau tidaknya benjolan di
ketiak, dan ada atau tidaknya nyeri tekan.
(4) Ekstremitas
Untuk mengetahui ada atau tidaknya varises, oedema
pada tangan dan kaki, reflek patella, dan pucat pada kuku
jari.
c) Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)
(1) Abdomen
(a) Inspeksi
Inspeksi dilakukan untuk menilai keadaan ada
tidaknya cloasma gravidarum pada muka/ wajah,
53
pucat atau tidak ada selaput mata, dan ada tidaknya
edema (Uliyah & Hidayat, 2008).
((1)) Pemeriksaan perut
Untuk menilai apakah perut membesar ke depan
atau ke samping, keadaan pusat, pigmentasi
linea alba, serta ada tidaknya striae gravidarum
(Uliyah & Hidayat, 2008).
((2)) Gerakan janin
Pemeriksaan gerakan janin bisa dilakukan
dengan cara dilihat. Untuk mengetahui berapa
kali janin bergerak dalam sehari dan berapa
lamanya janin bergerak dalam 1 jam
(Astuti, 2012).
(b) Palpasi
Untuk menentukan besarnyarahim
denganmenentukan usia kehamilan serta menentukan
letak anak dalam rahim (Uliyah & Hidayat,
2008).Pemeriksaan leopold pada kasus ibu bersalin
dengan presentasi bokong menurut Nugraheny dan
Sulistyawati (2013), meliputi :
((1)) Leoplod I :
Untuk mengetahui tinggi fundus uteri (TFU)
dan bagian janin yang ada di fundus. Pada kasus
54
ibu bersalin dengan presentasi bokong hasil
palpasi leopold I yaitu : bagian fundus teraba
keras, bulat, dan melenting (kepala)
(Norma & Dwi, 2013).
((2)) Leopold II :
Untuk menentukan letak janin, apakah
melintang atau memanjang, serta menentukan
bagian janin yang ada di sebelah kanan dan kiri
uterus. Pada kasus ibu bersalin dengan
presentasi bokong hasil palpasi leopold II yaitu
: menunjukkan punggung dan bagian-bagian
terkecil janin (Norma & Dwi, 2013).
((3)) Leopold III :
Untuk menentukan bagian terendah janin dan
menentukan apakah bagian terendah janin
sudah masuk pintu atas panggul (PAP) atau
belum. Pada kasus ibu bersalin dengan
presentasi bokong hasil palpasi leopold III
yaitu : bagian terbawah teraba lunak,kurang
melenting, sudah masuk PAP
(Norma & Dwi, 2013).
((4)) Leopold IV :
Untuk menentukan seberapa jauh masuknya
55
presentasi ke pintu atas panggul (PAP). Pada
kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong
hasil palpasi leopold IV yaitu : bokong sudah
masuk PAP, divergen (Norma & Dwi, 2013).
(c) Auskultasi
Pemeriksaan dilakukan menggunakan stetoskop
untuk mendengarkan bunyi jantunganak, bising tali
pusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta, serta
bising usus (Uliyah & Hidayat, 2008). Pada kasus
ibu bersalin dengan presentasi bokong DJJ umumnya
ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggidaripada
umbilikus, sedangkan bila telah terjadi engagement
kepala janin, suara jantung terdengar pada paling
keras di bawah umbilikus
(Melina & Kuswanti, 2014).
(2) Pemeriksaan panggul
Untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah
terdapat kelainan atau keadaan yang dapat menimbulkan
penyulit persalinan (Astuti, 2012).
Menurut Astuti (2012), menyatakanpemeriksaan panggul
meliputi:
56
(a) Distansia spinarum
Yaitu jarak antara spina iliaka anterior superior
kanan dan kiri, dengan ukuran normal 23 cm - 26
cm.
(b) Distansia kristarum
Yaitu jarak antara krista iliaka terjauh kanan dan kiri
dengan ukuran sekitar 26 cm – 29 cm.
(c) Konjugata eksterna (boudeloqe)
Yaitu jarak antara tepi atas simfisis dan prosesus
spinous lumbal ke V dengan ukuran normal sekitar
18 cm -20 cm.
(d) Lingkar panggul
Yaitu dari tepi atas simfisis pubis, mengelilingi ke
belakang melalui pertengahan SIAS ke ruas limbal v
dan kembali lagi ke simfisis melalui pertengahan
SIAS berakhir di tepi atas simfisis. Ukuran normal
sekitar 80 cm – 90 cm.Pada kasus ibu bersalin
dengan presentasi bokong terjadi pada panggul ibu
yang sempit (Feryanto& Fadlun, 2014).
57
(3) Anogenital
(a) Vulva Vagina
Untuk mengetahui ada atau tidaknya varices, luka,
kemerahan, nyeri dan pengeluaran pervaginam pada
vagina.
(b) Perinium
Untuk mengetahui ada atau tidaknya bekas luka, dan
lain-lain.
(c) Anus
Untuk mengetahui ada atau tidaknya haemorhoid,
dan lain-lain.
(d) Inspekulo
Untuk mengetahui keadaan vagina dan portio.
(e) Vaginal Toucher
Untuk menilai dan mengetahui pembukaan, kondisi
portio, kondisi ketuban, presentasi, posisi janin, dan
penurunan janin. Pada kasus ibu bersalin dengan
presentasi bokong didapat hasil pemeriksaan dalam
meliputi : teraba os.sacrum, tuber ischii, dan anus,
kadang-kadang kaki (Norma & Dwi, 2013).
58
d) Pemeriksaan penunjang
(1) Pemeriksaan laboratorium
Pada ibu hamil meliputi pemeriksaan urin untuk
mengetahui kadar protein dan glukosanya, pemeriksaan
darah untuk mengetahui golongan darah dan hemoglobin
(Hb) (Astuti, 2012).
(2) Pemeriksaan USG
Untuk menentukan letak posisi kepala dan bokong
berada dimana. Hasil USG pada kasus ibu bersalin
dengan presentasi bokong adalah terlihat kepala janin
berada pada bagian fundus dan bagian bokong berada di
simfisis (Melina & Kuswanti, 2014).
b. Langkah kedua : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar-
atas dasar data-data yang telah dikumpulkan
(Nugraheny &Sulistyawati, 2013).
a) Diagnosa kebidanan, dalam bagian ini yang disimpulkan oleh
bidan antara lain :
(1) Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang
berkaitan dengan kehamilannya (jumlah kehamilan).
(2) Umur ibu.
(3) Usia kehamilan (dalam minggu).
59
(4) Keadaan janin.
(5) Kala dan fase persalinan.
(6) Normal atau tidak normal.
Diagnosa yang ditegakkan pada kasus ibu bersalin dengan
presentasi bokong adalah Ny. X GPA umur x tahun umur
kehamilan x minggu, janin tunggal atau ganda, hidup atau mati,
intrauterine atau ekstrauterine, letak memanjang, punggung kanan
atau kiri, persentasi bokong(Norma & Dwi, 2013).
Data dasar :
b) Data Subjektif
Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong didapatkan data
subjektif pada ibu, yaitu :
(1) Ibu merasa perutnya terasa mules dan kenceng-kenceng
semakin sering (Nugraheny & Sulistyawati, 2013).
(2) Ibu merasa ada yang mendesak di tulang iga
(Rukmawati, 2014).
(3) Pada kasus pada ibu bersalin dengan presentasi bokong
biasanya terjadi pada ibu multipara
(Feryanto dan Fadlun, 2014).
(4) Ibu pernah melahirkan ... kali.
(5) Hari pertama haid terakhir tanggal ... ............... .....
60
c) Data Objektif
Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong didapatkan hasil
data objektif menurut Norma & Dwi (2013) meliputi :
(1) Keadaan umum : Baik
(2) Kesadaran : Composmentis
(3) TTV normal
(4) Leopold I : Bagian fundus teraba keras, bulat dan
melenting (kepala).
(5) Leopold II : Menunjukkan punggung dan bagian-bagian
Terkecil.
(6) Leopold III : Bagian terbawah teraba lunak, kurang
melenting, sudah masuk PAP.
(7) Leopold IV : Bokong sudah masuk PAP,divergen.
(8) DJJ : Paling jelas terdengar pada tempat
yang lebih tinggi dari pusat.
(9) Hasil VT : Teraba os.sacrum, tuber ischii, dan anus,
kadang-kadang kaki.
(10) Hasil USG : Terlihat kepala janin berada pada bagian
fundus dan bagian bokong berada di
simfisis(Melina & Kuswanti, 2014).
d) Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis (Nugraheny & Sulistyawati, 2013). Pada ibu bersalin
61
dengan presentasi bokong mengalami masalah cemas
(Winkjosastro, 2011).
e) Kebutuhan adalah dalam hal ini bidan menentukan kebutuhan
pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya
(Nugraheny & Sulistyawati, 2013). Pada ibu bersalin dengan
presentasi bokong membutuhkan dukungan emosional dan
psikologi dari suami maupun keluarga (Winkjosastro, 2011).
c. Langkah ketiga : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosis atau masalah yang
mungkin akan terjadi, berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi (Muslihatun, dkk, 2009). Diagnosa potensial yang
mungkin terjadi pada ibu bersalin dengan presentasi bokong adalah
pada ibu : partus macet dan after coming head dan pada bayi : asfiksia
(Norma & Dwi, 2013).
d. Langkah keempat : Melakukan Antisipasi/ Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain (Muslihatun, dkk, 2009). Antisipasi
masalah pertama yang dilakukan pada ibu bersalin dengan presentasi
bokong adalah kolaborasi dengan dokter SpOG untuk penatalaksanaan
persalinan sungsang posisi bokong murni dengan metode bracht,
kolaborasi dengan petugas perinatologi untuk melakukan resusitasi
bayi(Norma& Dwi, 2013).
62
e. Langkah kelima : Merencanakan Rencana yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh,
berdasarkanlangkah sebelumnya (Muslihatun, dkk, 2009).
Rencana asuhan pada ibu bersalin dengan presentasi bokong menurut
Norma & Dwi (2013), antara lain :
a) Kala I
(1) Beritahu kondisi janin dan kondisi ibu.
(2) Observasi tanda-tanda vital, DJJ, His, kemajuan persalinan.
b) Kala II, Kala III dan Kala IV menurut Saifuddin (2008), meliputi :
(1) Lakukan persetujuan tindakan medik.
(2) Lakukan persiapan sebelum tindakan.
(a) Ibu dalam posisi litothomi pada tempat tidur persalinan.
(b) Kosongkan kandung kemih, rektum serta membersihkan
daerah perineum dengan antiseptik.
(c) Siapkan instrumen (bahan dan alat), meliputi : perangkat
untuk persalinan, perangkat untuk resusitasi bayi,
uterotonika (ergometrin maleat, oksitosin), anestesi lokal
(lidokain 2%), cunam piper (jika tidak ada, sediakan
cunam panjang), semprit dan jarum no. 23 (sekali pakai),
alat-alat infus, povidon iodin 10% dan perangkat
episiotomi dan penjahitan luka episiotomi.
(d) Lakukan persiapkan untuk penolong, meliputi : pakai
baju dan alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata
63
pelindung, cuci tangan hingga siku dengan sabun
dibawah air mengalir, keringkan tangan dengan handuk
DTT, pakai sarung tangan DTT/ steril, memasang duk
(kain penutup).
(3) Lakukan tindakan pertolongan persalinan partus sungsang.
(a) Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya
pembukaan, selaput ketuban dan penurunan bokong serta
kemungkinan adanya penyulit.
(b) Instruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama
ada his (mengedan dengan benar : mulai dengan menarik
nafas dalam, katupkan mulut, upayakan tenaga
mendorong ke abdomen dan anus. Kedua tangan menarik
lipat lutut, amgkat kepala dan lihat ke pusar).
(c) Pimpin berulang kali hingga bokong turun ke dasar
panggul. Lakukan episiotomi saat bokong membuka
vulva dan perineum sudah tipis.
(4) Lahirkan bayi dengan cara Bracht, cara Klasik, cara Muller,
cara Louvset, cara Ekstraksi Kaki, cara Teknik Ekstraksi
Bokong, cara Mauriceau, cara Cunam Piper, atau dengan
SC (Sectio Caesaria).
(5) Lakukan manajemen aktif kala III.
(a) Lahirkan plasenta secara spontan atau manual apabila ada
indikasi.
64
(b) Luka episiotomi/ robekan perineum dijahit.
(c) Beri uterotonika atau medikamentosa yang diperlukan.
(d) Awasi kala IV.
(e) Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas.
(6) Lakukan dekontaminasi alat.
(7) Cuci tangan pascatindakan.
(8) Perawatan pascatindakan.
(a) Periksa kembali tanda vital pasien, segera buat instruksi
bila diperlukan (catat kondisi pasien dan buat laporan
tindakan dalam kolom yang tersedia).
(b) Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan
telah selesai dilaksanakan dan masih memerlukan
perawatan.
(c) Jelaskan pada petugas tentang perawatan, jadwal
pengobatan dan pemantauan serta gejala-gejala yang
harus diwaspadai.
f. Langkah kelima : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh berdasarkan langkah
sebelumnya(Nugraheny & Sulistyawati, 2013).
Pelaksanaan rencana asuhan pada ibu bersalin dengan presentasi
bokong menurut Norma & Dwi (2013), antara lain :
1) Kala I
65
a) Memberitahu kondisi ibu dan janin kepada keluarga pasien
bahwa ibu saat ini dalam proses melahirkan dengan kondisi
janin letak sungsang.
b) Mengobservasi tanda-tanda vital.
2) Kala II, Kala III dan Kala IV menurut Saifuddin (2008), meliputi :
a) Melakukan persetujuan tindakan medik.
b) Melakukan persiapan sebelum tindakan.
(1) Ibu dalam posisi litothomi pada tempat tidur persalinan.
(2) Mengosongkan kandung kemih, rektum serta
membersihkan daerah perineum dengan antiseptik.
(3) Menyiapkan instrumen (bahan dan alat), meliputi :
perangkat untuk persalinan, perangkat untuk resusitasi
bayi, uterotonika (ergometrin maleat, oksitosin), anestesi
lokal (lidokain 2%), cunam piper (jika tidak ada, sediakan
cunam panjang), semprit dan jarum no. 23 (sekali pakai),
alat-alat infus, povidon iodin 10% dan perangkat
episiotomi dan penjahitan luka episiotomi.
c) Melakukan persiapan untuk penolong, meliputi : pakai baju
dan alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata pelindung,
cuci tangan hingga siku dengan sabun dibawah air mengalir,
keringkan tangan dengan handuk DTT, pakai sarung tangan
DTT/ steril, memasang duk (kain penutup).
66
d) Melakukan tindakan pertolongan persalinan partus sungsang.
(1) Melakukan periksa dalam untuk menilai besarnya
pembukaan, selaput ketuban dan penurunan bokong serta
kemungkinan adanya penyulit.
(2) Menginstruksikan pasien agar mengedan dengan benar
selama ada his (mengedan dengan benar : mulai dengan
menarik nafas dalam, katupkan mulut, upayakan tenaga
mendorong ke abdomen dan anus. Kedua tangan menarik
lipat lutut, amgkat kepala dan lihat ke pusar).
(3) Pimpin berulang kali hingga bokong turun ke dasar
panggul. Melakukan episiotomi saat bokong membuka
vulva dan perineum sudah tipis.
e) Melahirkan bayi dengan cara Bracht :
(1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram secara
Bracht (kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang
paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul).
(2) Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya
janin. (bila terdapat hambatan pada tahapan lahir setinggi
scapula, bahu atau kepala maka segera lanjut ke metode
manual aid yang sesuai).
(3) Melonggarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan
sebagian dada.
67
(4) Melakukan hiperlordosis janin pada saat angulus scapula
inferior tampak dibawah simfisis (dengan mengikuti gerak
rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan ke arah
perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan
bayi.
(5) Gerakan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan
kepala.
(6) Meletakkan bayi diperut ibu, bungkus bayi dengan handuk
hangat, bersihkan jalan nafas bayi oleh asisten, tali pusat
dipotong.
(7) Setelah asuhan bayi baru lahir, berikan pada ibu untuk
laktasi/ kontak dini.
f) Melahirkan bayi dengan cara Klasik :
(1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dan
dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir.
(2) Tali pusat dikendorkan.
(3) Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan
tarik ke atas.Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah
kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu kiri bayi yang
berada dibelakang.Dengan tangan kanan dan menariknya
ke arah kiri atas ibu, untuk melahirkan bahu kanan bayi
yang berada dibelakang.
68
(4) Masukkan 2 jari tangan kanan/ kiri (sesuai letak bahu
belakang)sejajar dengan lengan bayi, untuk melahirkan
lengan belakang bayi. Bila tahap ini, sulit untuk melahirkan
bahu belakang maka lakukan cara Muller (melahirkan bahu
depan terlebih dulu).
(5) Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik
ke arah bawah kontralateral dari langkah sebelumnya untuk
melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang
sama.
g) Melahirkan bayi dengan cara Muller :
(1) Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik
kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik, ke arah
belakang kontralateral dari letak bahu depan.
(2) Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah
yang sama untuk melahirkan bahu dan lengan belakang.
h) Melahirkan bayi dengan cara Louvset :
(1) Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan
kedua tangan.
(2) Memutar bayi 180 derajat ke arah yang berlawanan ke kiri/
ke kanan.
(3) Beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan
secara klasik/ muller.
i) Melahirkan bayi dengan caraEkstraksi Kaki :
69
(1) Tangan kanan masuk secara obstetrik menelusuri bokong,
pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi
dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi
fleksi, tangan yang lain mendorong fundus ke bawah.
Setelah kaki fleksi pergelangan kaki dipegang dengan 2
jari dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
(2) Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua
ibu jari diletakkan dibelakang betis sejajar sumbu panjang
paha dan jari-jari lain didepan betis, kaki ditarik curam ke
bawah sampai pangkal paha lahir.
(3) Pegangan dipindah ke pangkal paha setinggi mungkin
dengan kedua ibu jari dibelakang paha, sejajar sumbu
panjang paha dan jari lain didepan paha.
(4) Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trokhanter
depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan
yang sama dielevasi ke atas hingga trokhanter belakang
lahir. Bila trokhanter telah lahir berarti bokong lahir.
(5) Sebaliknya bila kaki belakang dilahirkan terlebih dahulu,
maka yang akan lahir lebih dahulu ialah trokhanter
belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan makan
pangkal paha ditarik terus curam ke bawah.
(6) Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara klasik, cara
muller, cara louvset.
70
j) Melahirkan bayi dengan caraTeknik Ekstraksi Bokong :
(1) Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil
janin, dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan
dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipatan paha/
crista illaka dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk
memperkuat tenaga-tenaga tarikan ini, maka tangan
penolong yang lain mencengkram pergelangan tangan tadi
dan turut menarik curam ke bawah.
(2) Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak
dibawah simfisis, maka jari telunjuk penolong yang lain
mengkait lipatan paha ditarik curam ke bawah sampai
bokong lahir.
(3) Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara klasik, cara
muller, cara louvset.
k) Melahirkan bayi dengan cara Mauriceau :
(1) Letakkan badan bayi diatas tangan kiri sehingga badan
bayi seolah-olah menunggang kuda.
(2) Satu jari dimasukkan dimulut dan 2 jari di maksila.
(3) Tangan kanan memegang/ mencengkram bahu tengkuk
bayi.
(4) Minta seorang asisten menekan fundus uteri.
(5) Bersamaan dengan adanya his, asisten menekan fundus
uteri, penolong persalinan melakukan tarikan ke bawah
71
sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang
dimasukkan untuk menekan dagu/ mulut.
l) Melahirkan bayi dengan cara Cunam Piper :
(1) Tangan dan badan bayi dibungkus kain steril, diangkat ke
atas, cunam piper dipasang melintang, terhadap panggul
dan kepala kemudian ditarik.
m) Melakukan manajemen aktif kala III.
(1) Melahirkan plasenta secara spontan atau manual apabila
ada indikasi.
(2) Luka episiotomi/ robekan perineum dijahit.
(3) Memberi uterotonika atau medikamentosa yang
diperlukan.
(4) Mengawasi kala IV.
(5) Melakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas.
n) Melakukan dekontaminasi alat.
o) Cuci tangan pascatindakan.
p) Perawatan pascatindakan.
(1) Memeriksa kembali tanda vital pasien, segera buat
instruksi bila diperlukan (catat kondisi pasien dan buat
laporan tindakan dalam kolom yang tersedia).
(2) Memberitahukan pada pasien dan keluarganya bahwa
tindakan telah selesai dilaksanakan dan masih memerlukan
perawatan.
72
(3) Menjelaskan pada petugas tentang perawatan, jadwal
pengobatan dan pemantauan serta gejala-gejala yang harus
diwaspadai.
g. Langkah ketujuh : Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan
kepada pasien (Nugraheny & Sulistyawati, 2013).
Evaluasi yang diharapkan pada ibu bersalin dengan presentasi bokong,
menurut Rukmawati (2014), antara lain :
1) Bagi Ibu
a) Keadaan umum ibu baik.
b) Tanda-tanda vital normal.
c) Kontraksi uterus baik.
d) Perdarahan normal.
2) Bagi bayi
a) Bayi lahir dengan selamat dan sehat.
b) Bayi dapat bernafas dan menangis dengan spontan.
c) Keadaan bayi baik dan tidak ada kelainan.
d) Apgar Scorediatas batas normal.
3. Data Perkembangan
Menurut Rohani, dkk (2011), catatan SOAP terdiri atas empat langkah
yang disajikan dalam proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan yang
dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medik
73
sebagai catatan kemajuan. Pendokumentasian asuhan kebidanan
menggunakan pendekatan SOAP yaitu :
a. S (Subjectif)
Informasi atau data yang diperoleh dari apa yang dikatakan pasien
tersebut.
b. O (Objectif)
Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan
sewaktu melakukan pemeriksaan hasil laboratorium.
c. A (Assesment)
Kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subjektif atau objektif.
d. P (Planning)
Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan
yang telah dibuat.
C. Landasan Hukum
Bidan dalam melakukan penanganan pada ibu bersalin dengan
presentasi bokong harus melakukan kolaborasi karena menurutperan fungsi
dan kompetensi bidan menyebutkan bahwa dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatan memerlukan kolaborasi. Sesuai dengan PERMENKES
Nomor 1464/MENKES/PERIX/2010 Pasal 9 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi : pelayanan kesehatan ibu, pelayanan
kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
74
berencana. Sesuai PERMENKES Nomor 1464/MENKES/PERIX/2010Pasal
10 tentang pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan konseling pada masa
pra hamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan
normal, pelayanan ibu nifas, pelayanan ibu menyusui dan pelayanan konseling
pada masa antara dua kehamilan(Kepmenkes, 2010 dalam Walyani, 2014).
75
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Jenis studi yang digunakan adalah metode observasional deskriptif
dengan pendekatan studi kasus. Metode observasional deskriptif yaitu suatu
metode penelitian yang bertujuan untuk menerangkan ataumenggambarkan
masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu,
umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup
(pola hidup), dan lain-lain.Atau dengan kata lain, rancangan ini
mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat itu
(Hidayat, 2010). Studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah
dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan
menyertakan berbagai sumber informasi. Dilakukan secara mendalam tentang
individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan
sebagainya dalam waktu tertentu (Muhith, dkk, 2011).
Studi kasus yang digunakan penulis dalam membuat studi kasus ini
adalah dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh langkah Varney
dari pengkajian sampai dengan evaluasi dan data perkembangannya
menggunakan SOAP.
76
B. Lokasi Studi Kasus
Menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan
(Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini tempat pengambilan kasus dilakukan di
RSU Assalam Gemolong Sragen.
C. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah subjekyang dituju untuk diteliti oleh peneliti.
Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara tentang
unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran
peneliti(Arikunto, 2013). Subjek yang digunakan adalah ibu bersalin dengan
presentasi bokong.
D. Waktu Studi Kasus
Suatu penelitian sering kali memerlukan waktu yang lebih lama dari
yang telah ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi semua peneliti terutama
peneliti pemula untuk memperkirakan waktu yang diperlukan
(Nursalam, 2013). Studi kasus dilaksanakan pada tanggal 09 April 2016
sampai dengan 11 April 2016.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus merupakan alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Setiawan& Saryono, 2011).Pada studi kasus ini penulis
menggunakan instrumen berupa format asuhan kebidanan 7 langkah Varney
77
pada ibu bersalin untuk pengumpulan data dan data perkembangan
menggunakan SOAP.
F. Teknik Pengambilan Data
1. Data primer
Data yang diperoleh langsung dari responden yang menjadi objek dalam
studi kasus ini (Saryono, 2011).
Data Primer meliputi :
a. Pemeriksaan fisik
Priharjo (2007), menyatakan bahwa pemeriksaan fisik meliputi :
1) Inspeksi
Merupakan proses observasi dengan menggunakan mata. Inspeksi
dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan
dengan status fisik.Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi
bokong inspeksi dilakukan secara berurutan dari mulai dari
kepala sampai kaki(Norma & Dwi, 2013).
2) Palpasi
Dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode
ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ.
Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong pemeriksaan
palpasi dilakukan pada leopold I – IV.
78
Menurut Norma dan Dwi (2013), hasil palpasi pada kehamilan
presentasi bokong meliputi :
e) Leoplod I :
Bagian fundus teraba keras, bulat, dan melenting (kepala).
f) Leopold II :
Menunjukkan punggung dan bagian-bagian terkecil janin.
g) Leopold III :
Bagian terbawah teraba lunak, kurang melenting,sudah masuk
PAP.
h) Leopold IV :
Bokong sudah masuk PAP, penurunan di Hodge III.
3) Auskultasi
Merupakan metode pengkajian yang menggunakan stetoskop
untuk memperjelas pendengaran. Stetoskop digunakanuntuk
mendengarkan bunyi jantung, paru-paru, bising usus, serta untuk
mengukur tekanan darah dan denyut jantung. Pada kasus ibu
bersalin dengan presentasi bokong denyut jantung janin (DJJ)
paling jelas terdengarpada tempat yang lebih tinggi dari pusat
(Norma & Dwi, 2013).
4) Perkusi
Merupakan metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.Tujuan
perkusi untuk menentukan batas-batasorgan atau bagian
tubuhdengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat
79
adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan.Pada kasus ibu
bersalin dengan presentasi bokong pemeriksaan perkusi
digunakan untuk memeriksa reflek patella (Nugraheny &
Sulistyawati, 2013).
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden),
atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to
face) (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus presentasi bokong penulis
akan melakukan wawancara secara lisan dengan responden. Dalam
wawancara ini ditujukan pada ibu bersalin terutama pada ibu bersalin
dengan presentasi bokong dengan menggunakan pedoman format
asuhan kebidanan ibu bersalin.
c. Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari
perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2010).
2. Data sekunder
Data yang diperoleh lewatpihak lain, tidak langsung diperoleh oleh
peneliti dari subyek penelitiannya (Saryono, 2011).
80
Data sekunder diperoleh dari :
a. Status/ dokumentasi pasien.
Studi dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli
tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa, dan film
dokumenter(Hidayat, 2013). Pada kasus persalinan dengan presentasi
bokong diambil dari catatan rekam medik di RSU Assalam Gemolong
Sragen.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan
penelitian(Hidayat, 2010). Pada kasus presentasi bokong penulis
menggunakan bahan referensi dari tahun 2005 sampai 2015.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara
lain :
1. Alat dan bahan untuk wawancara meliputi :
a. Format pengkajian ibu hamil.
b. Buku tulis.
c. Bolpoin.
81
2. Alat dan bahan untuk observasi meliputi :
a. Stetoskop.
b. Tensimeter/ sphygnomanometer.
c. Thermometer.
d. Jam tangan.
e. Alat pengukur tinggi badan.
f. Timbangan berat badan.
g. Metlin LILA.
h. Hammer patella.
i. Doppler.
j. Metlin TFU Mc.Donald.
k. Jangkar panggul.
l. Handscoon.
m. Bengkok.
n. Bak instrumen.
o. Partus set.
p. Episiotomi set.
q. Peralatan untuk penjahitan (jarum, benang jahit, neil fodder, pinset
anatomis).
r. Kassa steril.
s. Baskom.
82
3. Alat dan bahan untuk dokumentasi meliputi :
a. Status atau catatan pasien.
b. Alat tulis.
H. Jadwal
Jadwal kegiatan merupakan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal studi kasus, sampai dengan penulisan laporan studi kasus.
(Notoatmodjo, 2012).Jadwal penelitian terlampir.
83
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY.SG1P0A0
UMUR 36 TAHUN UMUR KEHAMILAN 40 MINGGU
DENGAN PRESENTASI BOKONG DI RSU
ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Ruang : VK
Tanggal masuk: 09 April 2016
No. Register : 108586
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI
1. Nama : Ny. S Nama : Tn. N
2. Umur : 36 Tahun Umur : 39 Tahun
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Suku Bangsa : Jawa/indonesia Suku Bangsa : Jawa/indonesia
5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Kementiran RT 01 RW 02, Nganti, Gemolong
84
B. ANAMNESA (Data Subjektif)
Tanggal 09 April 2016
1. Keluhan utama pada waktu datang :
Ibu rujukan dari bidan dengan presentasi bokong. Hasil periksa dalam
oleh bidan yaitu pembukaan 6 cm, portio tipis, KK utuh, presentasi
bokong, penurunan Hodge III.
Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng, sesak pada dada, nyeri
pada pinggang yang menjalar ke perut bagian bawah, dan
mengeluarkan lendir darah dari jalan lahir.
2. Tanda-tanda Persalinan
Kontraksi sejak tanggal 09 April 2016 pukul 02.00 WIB.
Frekuensi 1 kali dalam 10 menit selama 10 detik, kekuatan lemah,
lokasi nyeri : pinggang menjalar ke perut bagian bawah.
3. Riwayat menstruasi
a. Menarche :Ibu mengatakan menstruasi pertama saat
usia 13 tahun.
b. Siklus : Ibu mengatakan jarak menstruasinya ± 28
hari.
c. Lama :Ibu mengatakan lama menstruasi ± 6 hari.
d. Banyaknya : Ibu mengatakan 2-3 kali ganti pembalut
dalamsehari selama mentruasi.
e. Teratur / tidak :Ibu mengatakan menstruasinya teratur.
f. Sifat darah :Ibu mengatakan darah menstruasinya
encer, berwarna merah dan tidak ada
gumpalan.
g. Dismenorhea : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri tekan
85
pada perut bagian bawah sampai
mengganggu aktifitas.
4. Riwayat Hamil Ini
a. HPHT :Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir
pada tanggal 02 juli 2015.
b. HPL :Ibu mengatakan perkiraan bayinya lahir
pada tanggal 09 April 2016
c. Gerakan janin : Ibu mengatakan gerakan janin mulai
dirasakan pada usia kehamilan 5 bulan dan
gerakannya lebih dari 5 kali dalam sehari.
d. Obat yang dikonsumsi
Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat yang diberikan oleh
bidan seperti tablet tambah darah dan vitamin.
e. Keluhan – keluhan pada :
Trimester I :Ibu mengatakan mual muntah pada pagi
hari dan pusing.
Trimester II :Ibu mengatakan mudah lelah, pegel-pegel
pada punggung.
Trimester III : Ibu mengatakan susah buang air besar.
f. ANC : Ibu mengatakan memeriksakan
kehamilannya sebanyak 16 kali secara
teratur.
Trimester I : 5 kali pada usia kehamilan 2 minggu, 4
minggu, 6 minggu, 8 minggu, 11 minggu.
Trimester II : 6 kali pada usia kehamilan 18 minggu, 20
minggu, 21 minggu, 24 minggu, 26
minggu, 28 minggu.
Trimester III : 5 kali pada usia kehamilan 32 minggu, 34
86
minggu, 37 minggu, 38 minggu, 40
minggu.
g. Penyuluhan yang pernah didapat
Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang tablet Fe,
kebutuhan gizi pada ibu hamil, tanda bahaya trimester I, tanda-
tanda persalinan, persiapan persalinan, posisi knee chest dan
senam hamil.
h. Imunisasi TT :Ibu mengatakan pernah mendapat
imunisasi TT sebanyak 2 kali.
TT 1 : Saat mau menikah (capeng).
TT 2 : Saat hamil umur 3 bulan.
i. Kekhawatiran khusus
Ibu mengatakan merasa cemas terhadap kehamilannya karena
posisi bayinya didalam rahim bokong berada dibawah.
5. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang :
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit seperti demam,
flu, batuk dan pilek.
b. Riwayat penyakit dahulu :
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit apapun
seperti : typhus, demam berdarah dan anemia.
c. Riwayat penyakit sistemik :
1) Jantung :Ibu mengatakan tidak pernah nyeri pada
dada bagian kiri, ada tidak berdebar-debar
dan tidak mudah lelah.
2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri tekan
87
pada pinggang dan tidak pernah sakit saat
BAK.
3) Asma :Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas.
4) TBC :Ibu mengatakan tidak pernah batuk dalam
waktu yang lama (lebih dari 2 minggu), dan
tidak pernah batuk sampai keluar darah dari
mulut.
5) Hepatitis :Ibu mengatakan tidak pernah terlihat
adanya perubahan warna kuning pada mata,
kuku dan kulit.
6) DM :Ibu mengatakan tidak sering lapar dan haus
pada malam hari, tidak pernah BAK lebih
dari 7-8 kali pada malam hari dan warna
urine tidak pernah berwarna seperti teh.
7) Hipertensi : Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak
pernah tinggi dan tidak pernah pusing yang
hebat dan menetap.
8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang yang
disertai keluar busa dari mulut.
9) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit lainnya seperti kanker dan
HIV/AIDS.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarganya maupun keluarga
suaminya tidak ada yang menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis dan epilepsy, penyakit menurun seperti jantung,
DM dan hipertensi dan penyakit menahun.
88
e. Riwayat Keturunan Kembar
Ibu mengatakan didalam keluarganya maupun keluarga
suaminya tidak ada riwayat keturunan kembar.
f. Riwayat Operasi
Ibu mengatakan belum pernah melakukan tindakan operasi
apapun.
6. Riwayat Perkawinan
a. Status perkawinan : Sah, kawin/ nikah : 1 kali
b. Kawin I : Menikah umur 36 tahun, dengan suami
umur 39 tahun. Lamanya 11 bulan, belum punya anak.
7. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
8. Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini kehamilan sekarang dan yang pertama.
9. Pola kebiasaan sehari – hari
a. Nutrisi
Selama Hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari
dengan porsi sedang, jenis sayur, lauk pauk
dan minum air putih, teh dan susu.
Sekarang : Ibu mengatakan terakhir makan pukul
08.00 WIB dengan porsi 4 sendok makan,
jenis nasi opor ayam dan minum teh hangat
1 gelas, air putih 1 gelas.
b. Eliminasi
Selama hamil : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari,
konsistensi lunak dan BAK 6-7 kali sehari,
warna kuning jernih, bau khas.
89
Sekarang : Ibu mengatakan terakhir BAB pada pukul
05.30 WIB, konsistensi lunak dan BAK
terakhir pada pukul 07.00 WIB, warna
kuning jernih, bau khas.
c. Aktivitas
Selama hamil : Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan
rumah seperti menyapu, ngepel, mencuci
baju, mencuci piring dan masak.
Sekarang : Ibu mengatakan aktivitas terakhirnya
adalah cuci piring.
d. Personal Hygiene
Selama hamil : Ibu mengatakan mandi, gosok gigi 2 kali
sehari, keramas 2 hari sekali, ganti baju 3
kali sehari.
Sekarang : Ibu mengatakan terakhir mandi, gosok gigi,
keramas dan ganti baju pada pukul 06.30
WIB.
e. Psikososial Budaya
1) Perasaan tentang kehamilan ini :
Ibu mengatakan merasa senang atas kehamilan ini.
2) Kehamilan ini direncanakan atau tidak :
Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan.
3) Jenis kelamin yang diharapkan :
Ibu mengatakan baik laki-laki maupun perempuan tidak
masalah yang penting sehat.
4) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini :
90
Ibu mengatakan keluarga mendukung kehamilan ini terutama
suami.
5) Keluarga lain yang tinggal serumah :
Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suami.
6) Pantangan makanan :
Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun.
7) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan :
Ibu mengatakan didalam keluarganya ada acara mitoni saat
usia kehamilan 7 bulan pada kehamilan pertama.
f. Penggunaan obat – obatan / Rokok :
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan obat-obatan lain
selain yang diberikan oleh bidan. Ibu tidak pernah merokok dan
suami tidak merokok.
C. PEMERIKSAAN FISIK (Data Objektif)
1. Status generalis
a. Keadaan Umum : Cukup
b. Kesadaran :Composmentis
c. TTV TD : 120/80 mmhg S : 37oC
N : 90 x/menit R : 22 x/menit
d. TB : 158 cm
e. BB sebelum hamil : 54 kg
f. BB sekarang : 65 kg
g. LLA : 28 cm
2. Pemeriksaan Sistemik
a. Kepala
91
1) Rambut :Bersih, warna hitam, tidak mudahrontok,
tidak berketombe.
2) Muka : Bersih, tidak oedema, tidak berjerawat,
tidak pucat.
3) Mata
a) Oedema : Tidak oedema.
b) Conjungtiva : Warna merah muda.
c) Sklera : Putih.
4) Hidung : Bersih, simetris, tidak adabenjolan.
5) Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen.
6) Mulut/ Gigi/ Gusi: Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada
caries, tidak berdarah.
b. Leher
1) Tumor : Tidak ada benjolan.
2) Pembesaran Kelenjar limfe :Tidak ada pembesaran.
3) Pembesaran Kelenjar Parotis :Tidak ada pembesaran.
4) Pembesaran Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran.
c. Dada dan Axilla
1) Mammae
a) Membesar : Membesar, normal.
b) Tumor : Tidak ada benjolan.
c) Simetris : Simetris kanan dan kiri.
d) Areola : Hiperpigmentasi.
92
e) Puting susu : Menonjol.
f) Kolostrum : Sudah keluar.
2) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan.
b) Nyeri : Tidak ada nyeri.
b. Tulang Belakang : Lordosis, tidak ada benjolan.
c. Ginjal : Tidak nyeri tekan.
d. Ekstremitas
1) Atas : Simetris, tidak oedema, terpasang infus
RL 20 TPM pada tangan kiri.
2) Bawah
a) Simetris : Simetris kanan dan kiri.
b) Varices : Tidak ada varices.
c) Oedema : Tidak ada oedema.
d) Reflek patella : Positif (+) kanan dan kiri.
e) Kuku : Warna merah muda, bersih, tidak
panjang.
3. Pemeriksaan Khusus Obstetri (Lokalis)
a. Abdomen
1) Inspeksi
a) Pembesaran perut : Sesuai dengan umur kehamilan.
b) Bentuk perut : Memanjang.
c) Linea Alba / Nigra : Linea nigra.
d) Strie Albican / Livide: Strie livide.
93
e) Kelainan :Tidak ada bekas operasi.
f) Pergerakan janin : Ada.
2) Palpasi
a) Pergerakan janin : Ada. Frekuensi 3 kali dalam 10
menit selama 35 detik.
b) Leopold I : TFU3 jari dibawah processus
xifoideus. Teraba bulat, keras,
melenting (kepala).
c) Leopold II
Kanan : Teraba keras, memanjang,datar
seperti papan(punggung).
Kiri : Teraba bagian-bagianterkecil
janin (ekstermitas).
d) Leopold III :Teraba bulat, lunak, tidak
melenting (bokong), bagian
terbawah janin tidak bisa
digoyangkan.
e) Leopold IV :Bagian terbawah janin sudah
masukpintu atas panggul
(divergen) penurunan 4/5 bagian.
f) TFU Mc. Donald : 30 cm
g) TBJ : (30 – 11) x 155 = 2945 gram
3) Auskultasi
DJJ : Puntum maximum: Diatasumbilikus sebelah kanan.
94
Frekuensi : 142x/ menit.
Teratur / tidak : Teratur.
b. Pemeriksaan Panggul
Pemeriksaan panggul tidak dilakukan.
c. Anogenetal
1) Vulva Vagina
a) Varices : Tidak ada varices.
b) Luka : Tidak ada luka.
c) Kemerahan : Tidak kemerahan.
d) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
e) Kelenjer Bartolini : Tidak adapembesaran.
f) Pengeluaran pervaginam : Lendir darah.
2) Perinium
a) Bekas Luka : Tidak ada
b) Lain – lain : Tidak ada
3) Anus
a) Haemorhoid : Tidak ada
b) Lain – lain : Tidak ada
4) Vagina Toucher
a) Pembukaan : 6 cm.
b) Portio : Tipis
c) Kulit ketuban : Utuh
d) Presentasi : Bokong
e) Posisi : Tuber ischii, os.sacrum,
95
kanan belakang, anus.
f) Penurunan : Hodge III
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
Leukosit : 4500 Mg/dL
Hb : 12,6 gr%
Golongan darah : B
HbsAg : (-) negatif
Protein Urine : (-) negatif
b. Pemeriksaan penunjang lain :
Hasil USG pada tanggal 18 Maret 2016 : UK 40 minggu, TBJ
2900 gram, letak plasenta sentralis, tampak posisi janin,
punggung kanan, terlihat kepala janin berada pada bagian fundus
bokong berada dibawah, air ketuban jernih.
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal 09 April 2016 Pukul 09.20 WIB
A. Diagnosa Kebidanan
Ny. S G1P0A0 umur 36 tahun hamil40 minggu, janin tunggal, hidup, intra
uterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi bokong, bagian
terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul (divergen) penurunan 4/5
bagian, inpartu kala I fase aktif dengan presentasi bokong murni.
Data Dasar
1) Ibu mengatakan bernama Ny.S umurnya 36 tahun.
2) Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dan belum pernah
keguguran.
96
3) Ibu mengatakan haid terakhir tanggal 02Juli 2015.
4) Ibu mengatakan hari perkiraan bayinya lahir tanggal 09 April 2016.
5) Ibu rujukan dari bidan dengan presentasi bokong. Hasil periksa dalam
oleh bidan yaitu pembukaan 6 cm, portio tipis, KK utuh, presentasi
bokong penurunan Hodge III.
6) Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng, sesak pada dada, nyeri pada
pinggang yang menjalar ke perut bagian bawah, dan mengeluarkan
lendir darah dari jalan lahir.
Data Objektif
1) Keadaan umum : Cukup
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV TD : 120/80 mmHg S : 37°C
N : 90 x/menit R : 22 x/menit
4) Palpasi
a) Pergerakan janin : Ada. Frekuensi 3 kali dalam 10 menit
selama 35 detik.
b) Leopold I : TFU3 jari dibawah processus xifoideus.
Teraba bulat, keras, melenting (kepala).
c) Leopold II
Kanan : Teraba keras, memanjang,datarseperti
papan(punggung).
Kiri : Teraba bagian-bagianterkeciljanin
(ekstermitas).
d) Leopold III :Teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong), bagian terbawah janin tidak
97
bisa digoyangkan.
e) Leopold IV :Bagian terbawah janin sudah masuk
pintu atas panggul (divergen) penurunan
4/5 bagian.
f) TFU Mc. Donald : 30 cm
g) TBJ : (30 – 11) x 155 = 2945 gram
h) DJJ : 142 x/menit
5) Vaginal Toucher
Pembukaan : 6 cm, portio : tipis, KK : utuh, presentasi : bokong,
posisi : tuber ischii, os.sacrum, kanan belakang, anus, penurunan :
Hodge III.
6) Ekstermitas
Atas : Terpasang infus RL 20 TPM di tangan kiri.
7) Pemeriksaan laboratorium
Hb : 12,6 gr%
HbsAg : (-) negatif
Protein urine : (-) negatif
8) Hasil USG
Hasil USG pada tanggal 18 Maret 2016 : UK 40 minggu, TBJ
2900 gram, letak plasenta sentralis, tampak posisi janin,
punggung kanan, terlihat kepala janin berada pada bagian fundus
bokong berada dibawah, air ketuban jernih.
B. Masalah
Ibu mengatakan merasa cemas terhadap persalinannya karena posisi
bayinya didalam rahim bokong berada dibawah.
98
C. Kebutuhan
1. Beri support mental terhadap ibu agartidak cemas.
2. Ajarkan pola nafas saat ada his atau kontraksi.
3. Beritahu keluarga untuk beri dukungan emosional dan psikologi pada
ibu.
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Pada ibu : partus macet dan after coming head.
Pada bayi : Terjadi afiksia.
IV. TINDAKAN SEGERA / ANTISIPASI
Kolaborasi :
a. Dengan dr.SpOG untuk penatalaksanaan persalinan sungsang posisi
bokong murni dengan metode bracht.
b. Dengan petugas perinatologi untuk melakukan resusitasi bayi.
V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal 09 April 2016 Pukul 09.25 WIB
1. Beritahu kondisi ibu dan janin kepada keluarga ibu.
2. Berikan penjelasan tentang tindakan pertolongan persalinan dengan
metode bracht yang akan dilakukan dan berikan informed consent kepada
keluarga.
3. Observasi TTV, DJJ dan His setiap 30 menit.
4. Berikan dukungan mental pada ibu agar ibu tidak cemas.
5. Posisikan ibu miring ke kiri untuk mengurangi rasa nyeri.
6. Anjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kenceng – kenceng untuk
mempersiapkan tenaga untuk mengejan.
99
7. Anjurkan keluarga ibu untuk siapkan ember, jarik serta pakaian ibu dan
bayi.
8. Siapkan partus set, obat-obatan essensial, tempat resusitasi bayi dan
masukan oksitosin ke spuit 3 cc.
9. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal 09 April 2016 Pukul : 09.30 WIB
1. Pukul 09.30 WIB :Memberitahu kondisi ibu dan janin kepada
keluarga bahwa ibu saat ini dalam proses
melahirkan dengan presentasi bokong.
2. Pukul 09.32 WIB : Memberi penjelasan tentang tindakan pertolongan
persalinan dengan metode bracht yang akan
dilakukan dan memberikan informed consent
kepada keluarga.
3. Pukul 09.34 WIB : Mengobservasi TTV, DJJ, dan His setiap 30 menit.
4. Pukul 09.37 WIB : Memberi dukungan mental pada ibu agar ibu tidak
cemas.
5. Pukul 09.39 WIB : Memposisikan ibu miring ke kiri untuk
mengurangi rasa nyeri pada perut dan massase
pada pinggang untuk mengurangi rasa nyeri pada
pinggang.
6. Pukul 09.41 WIB : Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat
tidak kenceng – kenceng untuk mempersiapkan
tenaga untuk mengejan.
7. Pukul 09.43 WIB : Menganjurkan keluarga ibu untuk menyiapkan
100
ember, jarik serta pakaian ibu dan bayi
8. Pukul 09.45 WIB : Menyiapkan partus set, obat-obatan essenial,
tempat resusitasi bayi dan memasukan oksitosin ke
spuit 3 cc.
9. Pukul 10.00 WIB : Melakukan pemeriksaan dalam.
VII. EVALUASI
Tanggal 09 April 2016 Pukul 10.00 WIB
1. Pukul 09.31 WIB : Ibu dan keluarga sudah mengetahui tentang hasil
pemeriksaan bahwa ibu sudah dalam persalinan
dengan presentasi bokong.
2. Pukul 09.33 WIB : Keluarga sudah diberikan penjelasan tentang
tindakan yang akan dilakukan dan informed
consent sudah ditandatangani oleh suami pasien.
3. Pukul 09.36 WIB : Hasil pemeriksaan pada lembar observasi.
Terlampir.
4. Pukul 09.38 WIB : Ibu sudah diberikan dukungan mental dan ibu
sudah tidak cemas.
5. Pukul 09.40 WIB : Posisi ibu sudah miring kekiri.
6. Pukul 09.42 WIB : Ibu bersedia untuk makan dan minum saat tidak
kenceng – kenceng
7. Pukul 09.44 WIB : Keluarga pasien bersedia menyiapkan ember, jarik,
serta pakaian ibu dan bayi.
8. Pukul 09.50 WIB : Partus set, obat – obatan essensial, tempat
resusitasi bayi dan oksitosin sudah disiapkan.
9. Pukul 10.00 WIB : Hasil VT :
a. Pembukaan : 10 m
101
b. Portio : Tidak teraba
c. KK : Sudah pecah pada pukul 09.58 WIB. Air ketuban
bercampur mekonium.
d. Presentasi : Bokong
e. Posisi : Tuber ischii, os.sacrum kanan belakang, anus.
102
DATA PERKEMBANGAN I
( KALA II )
Tanggal 09 April 2016 Pukul 10.00 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan perutnya kenceng – kenceng.
2. Ibu mengatakan seperti ingin BAB.
3. Ibu mengatakan merasa ingin mengejan.
Objektif
1. Kontraksi : 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik.
2. DJJ : 148 x/menit.
3. Tanda gejala kala II :
a. Dorongan ingin meneran.
b. Tekanan pada vulva dan anus.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva dan sfinger ani membuka.
4. VT
a. Pembukaan : 10 cm
b. Portio : Tidak teraba
c. KK : Sudah pecah pada pukul 09.58 WIB. Air ketuban
bercampur mekonium
d. Presentasi : Bokong
e. Posisi : Tuber ischii, os.sacrum kanan belakang, anus.
6. Terpasang infus RL 20 TPM ditangan kiri.
103
Assesment
Ny. S G1P0A0 umur 36 tahun umur kehamilan 40 minggu janin tunggal, hidup,
intrauterine, letak memanjang, punggung kanan, presentasi bokong, inpartu kala II
dengan presentasi bokong.
Planning
Tanggal 09 April 2016
1. Pukul 10.02 WIB : Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan
sudah lengkap dan ketuban sudah pecah.
2. Pukul 10.05 WIB : Memimpin persalinan
a. Memakai alat pelindung diri,mencuci tangan 6 langkah dan memakai
sarung tangan steril.
b. Memasang kain bersih/ jarik dan handuk bersih diatas perut ibu,
memasang kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
c. Menginstruksikan dan memposisikan ibu posisi litotomi. Kedua tangan
berada pada lipatan paha, lalu kaki ditarik ke arah dada dan dagu
menempel pada dada.
d. Menganjurkan ibu untuk meneran secara perlahan.
e. Melakukan episiotomi saat bokong membuka vulva dan perineum
sudah tipis.
f. Melahirkan bayi dengan metode Bracht.
1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram (kedua ibu jari
penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain
memegang daerah panggul).
2) Tidak melakukan intervensi, mengikuti proses keluarnya janin.
104
3) Melonggarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.
4) Melakukan hiperlordosis janin pada saat angulus scapula inferior
tampak dibawah simfisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior
yaitu punggung janin didekatkan ke arah perut ibu tanpa tarikan)
disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
5) Gerakan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi, dan kepala.
g. Meletakkan bayi diperut ibu, mengeringkan bayi dengan handuk
bersih, mengganti handuk, membungkus bayi dengan handuk bersih,
membersihkan jalan nafas bayi oleh petugas perinatalogi, tali pusat
dijepit, dipotong dan diklem.
h. Lalu memposisikan bayi seperti katak diatas dada ibu dengan kepala
diarahkan ke salah satu sisi, memasang topi bayi, menyelimuti bayi
dengan handuk bersih dan membiarkan bayi melakukan IMD selama 1
jam.
Evaluasi
Tanggal 09 April 2016
1. Pukul 10.20 WIB : Bayi lahir spontan pada tanggal 09 April 2016
pukul 10.20 WIB, jenis kelamin laki-laki,
menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit
kemerahan, BB 2950 gram, PB 48 cm, LK 32 cm,
LD 33 cm, LILA 11 cm, tidak ada kelainan
kongenital. Tali pusat bayi sudah dipotong dan
diklem. Bayi dalam proses IMD.
2. Pukul 10.21 WIB : Plasenta belum lahir.
105
DATA PERKEMBANGAN II
(KALA III)
Tanggal 09 April 2016 Pukul 10.21 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan lega dan senang atas kelahiran bayinya.
2. Ibu mengatakan perutnya mules.
Objektif
1. Bayi lahir spontan pada tanggal 09 April 2016 Pukul 10.20 WIB
2. Kontraksi Uterus : Baik, keras
3. TFU : Setinggi pusat.
4. Kandung Kemih : Kosong.
5. Plasenta belum lahir, tampak tali pusat didepan vulva.
6. Terpasang infus RL 20 TPM di tangan kiri.
Assement
Ny.S G1P0A0 umur 36 tahun inpartu kala III dengan riwayat presentasi bokong.
Planning
Tanggal 09 April 2016
1. Pukul 10.22 WIB : Melakukan penatalaksanaan manajemen aktif kala
III.
a. Melakukan palpasi uterus untuk memastikan
janin tunggal atau ganda.
106
b. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik
oksitosin di paha agar uterus berkontraksi
dengan baik.
c. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM
dipaha atas bagian luar dengan sudut 90°.
d. Mengosongkan kandung kemih
menggunakan kateter.
e. Memindahkan klem 5-10 cm dari vulva.
f. Tangan kanan memegang tali pusat dengan
klem berada diantara jari tengah dan jari
telunjuk. Tangan kiri berada pada simpisis.
g. Saat ada kontraksi/ his tangan kiri
mendorong segmen bawah rahim ke
belakang atas (dorsokranial) dan tangan
kanan melakukan penegangan tali pusat
terkendali.
h. Meminta ibu sedikit meneran sambil menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai,
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan
lahir. Tangan kiri tetap melakukan
(dorsokranial).
i. Saat plasenta muncul 2/3 bagian pada vulva,
lahirkan plasenta dengan kedua tangan
107
dengan cara memutar plasenta searah jarum
jam hingga selaput ketubat terpilin dan lahir.
j. Segera setelah plasenta lahir, mengajarkan
ibu dan keluarga untuk masase fundus uteri
selama 15 detik.
k. Memeriksa kelengkapan plasenta dengan
kassa steril. Membuka selaput pada plasenta,
menilai kotiledon dengan cara mengusap
kotiledon dengan kassa steril, lalu mengukur
panjang tali pusat dan berat plasenta.
l. Meletakan plasenta di wadah plasenta dengan
melepas klem.
2. Pukul 10.28 WIB : Memeriksa laserasi jalan lahir dan melakukan
penjahitan rupture derajat II.
3. Pukul 10.58 WIB : Memantau proses IMD pada bayi.
Evaluasi
Tanggal 09 April 2016
1. Pukul 10.22 WIB : Janin tunggal, oksitosin sudah disuntikkan,
kandung kemih sudah dikosongkan.
2. Pukul 10.25 WIB : Plasenta lahir lengkap secara spontan pada pukul
10.30 WIB, jumlah kotiledon 20, insersi tali pusat
sentralis, berat plasenta ± 500 gram, panjang tali
pusat ± 60 cm.
3. Pukul 10.28 WIB : Terdapat laserasi derajat II.
4. Pukul 10.55 WIB : Perineum sudah dijahit dengan teknik jelujur dan
108
subkutis dalam dengan benang catgut.
5. Pukul 11.00 WIB : Bayi dalam proses IMD dengan baik.
109
DATA PERKEMBANGAN III
(KALA IV)
Tanggal 09 April 2016 Pukul 11.00 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan lega karena bayi dan ari-arinya sudah lahir.
2. Ibu mengatakan merasa lemas dan lemah.
Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV TD : 110/70 mmHg S : 36,60C
N : 88 x/menit R : 20 x/menit
4. TFU : 2 jari dibawah pusat
5. Perineum : Rupture derajat II (sudah dijahit)
6. Kontraksi Uterus : Keras
7. Lochea : Rubra (warna merah kecoklatan)
8. PPV : ± 50 cc
9. Terpasang infus RL 20 TPM ditangan kiri.
Assesment
Ny. S P1A0 umur 36 tahun inpartu kala IV dengan riwayat persalinan presentasi
bokong.
110
Planning
Tanggal 09 April 2016
1. Pukul 11.00 WIB : Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi, kandung
kemih, dan PPV setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
2. Pukul 11.05 WIB : Membersihkan ibu, membantu ibu memakai
pakaian dan mendokumentasikan alat dan tempat.
3. Pukul 11.20 WIB : IMD pada bayi sudah berhasil.
4. Pukul 11.25 WIB : Menganjurkan keluarga untuk memberi makan dan
minum pada ibu agar segera cepat pulih kembali.
5. Pukul 11.30 WIB : Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup agar
ibu tidak kelelahan.
6. Pukul 11.33 WIB : Memberi ibu terapi obat :
a. Cefadroxil 2 x 1 500 mg
b. Metilergo 2 x 1 0,125 mg
c. Cester 1 x 1
7. Pukul 12.20 WIB : Ibu dipindah ke ruang nifas.
Evaluasi
Tanggal 09 April 2016
1. Pukul 11.04 WIB : Hasil observasi : Terlampir.
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV TD : 110/70 mmHg S : 36,6 °C
N : 88 x/menit R : 20 x/menit
d. Kontraksi Uterus : Baik, keras
111
e. PPV : ± 15cc
f. TFU : 2 jari dibawah pusat
g. Kandung kemih : Kosong
2. Pukul 11.15 WIB : Membersihkan ibu, membantu ibu memakai
pakaian dan mendokumentasikan alat dan tempat.
3. Pukul 11.20 WIB : IMD pada bayi sudah berhasil. Bayi dibedong.
4. Pukul 11.27 WIB : Keluarga bersedia untuk memberi makan dan
minum pada ibu.
5. Pukul 11.32 WIB : Ibu bersedia untuk istirahat cukup.
6. Pukul 11.34 WIB : Ibu sudah minum obat cefadroxil, metilergo dan
cester.
7. Pukul 12.25 WIB : Ibu sudah diruang nifas.
112
DATA PERKEMBANGAN IV
(Post Partum Hari ke-2)
Tanggal 10 April 2016 Pukul 12.25 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan sudah bisa miring ke kiri/ kanan dan berjalan pelan.
2. Ibu mengatakan sudah menyusui tapi ASInya belum lancar.
3. Ibu mengatakan merasa masih sakit dan nyeri pada jalan lahir yang
dijahit.
Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV TD : 120/80 mmHg S : 36,5°C
N : 88 x/menit R : 22 x/menit
4. TFU : 2 jari dibawah pusat
5. Kontraksi Uterus : Keras
6. Perineum : Luka bekas jahitan masih basah.
7. PPV : ±75 cc, warna merah kecoklatan (lokhea rubra).
8. Terpasang infus RL 20 TPM ditangan kiri.
Assesment
Ny. S P1A0 umur 36 tahun post partum hari ke-2 dengan riwayat persalinan
presentasi bokong.
113
Planning
Tanggal 10 April 2016
1. Pukul 12.30 WIB : Memberitahu pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Pukul 12.32 WIB : Memberi ibu KIE tentang perawatan payudara.
3. Pukul 12.40 WIB : Memberitahu ibu bawah nyeri pada perineumnya
itu karena luka pada perineumnya masih basah.
4. Pukul 12.45 WIB : Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri.
5. Pukul 12.50 WIB : Memberi ibu KIE tentang kebutuhan gizi ibu nifas.
6. Pukul 17.00 WIB : Memberi ibu terapi obat :
a. Injeksi IV :
Ceftriaxone 2 x 1 1 gram
b. Per oral :
Cefadroxil 2 x 1 500 mg
Metilergo 2 x 1 0,125 mg
Cester 1 x 1
Evaluasi
Tanggal 11 April 2016
1. Pukul 12.31 WIB : Ibu sudah mengetahui tentang hasil pemeriksaan.
2. Pukul 12.39 WIB : Ibu sudah paham dan mengerti tentang perawatan
payudara.
3. Pukul 12.44 WIB : Ibu sudah paham dan mengerti.
4. Pukul 12.49 WIB : Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan diri.
5. Pukul13.00 WIB : Ibu sudah paham dan mengerti tentang kebutuhan
114
gizi ibu nifas.
6. Pukul 17.05 WIB : Injeksi sudah diberikan melalui selang infus dan
ibu sudah minum obat cefadroxil, metilergo,
cester.
115
DATA PERKEMBANGAN V
(Hari ke-3 Post Partum)
Tanggal 11 April 2016 Pukul 12.25 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan sudah merasa sehat.
2. Ibu mengatakan ASInya sudah lancar.
Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV TD : 120/80 mmHg S : 36,4°C
N : 88 x/menit R : 22 x/menit
4. TFU : 2 jari dibawah pusat.
5. Kontraksi Uterus : Keras
6. PPV : ± 75 cc, warna merah kecoklatan (lokhea rubra)
7. Perineum : Luka bekas jahitan masih basah.
8. Terpasang infus RL 20 TPM ditangan kiri.
Assesment
Ny. S P1A0 umur 36 tahun post partum hari ke-3 dengan riwayat persalinan
presentasi bokong.
Planning
Tanggal 11 April 2016
1. Pukul 12.27 WIB : Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Pukul 12.30 WIB : Memberi ibu KIE tentang ASI Eksklusif.
116
3. Pukul 12.42 WIB : Memberitahu ibu dan keluarga ibu sudah sehat dan
dibolehkan pulang serta memberikan ibu nasehat
pulang seperti :
a. Mengingatkan ibu untuk menjaga kebersihan
diri.
b. Memberitahu ibu tanda bahaya masa infas. Jika
perineum ibu bernanah dan berbau maka segera
hubungi tenaga kesehatan terdekat.
c. Memberikan terapi obat yang dibawah pulang :
Cefadroxil X 2 x 1 500 mg
Metilergo X 2 x 1 0,125 mg
Cester XV 1 x 1
d. Mengajurkan ibu kontrol ulang 1 minggu
kemudian atau jika ada keluhan.
4. Pukul 12.50 WIB : Up infus pada ibu.
Evaluasi
Tanggal 11 April 2016
1. Pukul 12.29 WIB : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Pukul 12.41 WIB : Ibu sudah paham dan mengerti tentang ASI
Eksklusif.
3. Pukul 12.50 WIB : Ibu sudah paham dan mengerti. Obat sudah
diberikan. dan ibu bersedia untuk kontrol ulang 1
minggu kemudian atau jika ada keluhan.
4. Pukul 12.55 WIB : Infus sudah lepas dan ibu dalam masa nifas normal
tidak terjadi komplikasi apapun pada ibu.
117
B. PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan bagian dari Karya Tulis Ilmiah yang akan
membahas mengenai proses asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. S G1P0A0
umur 36 tahun umur kehamilan 40 minggu dengan presentasi bokong di RSU
Assalam Gemolong dengan menggunakan pendekatan manjemen kebidanan
menurut 7 langkah Varney, mulai dari pengkajian sampai evaluasi dengan ada
tidaknya kesenjangan antara teori yang didapat dengan praktek langsung
dilapangan yaitu sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada langkah ini meliputi data subjektif dan objektif. Keluhan utama
pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong meliputi terasa ada
kenceng-kenceng diperut dan merasa ada benda keras (kepala) mendesak
tulang iga (Rukmawati, dkk, 2014). Pada kasus ini didapatkan keluhan
utama ibu rujukan dari bidan dengan presentasi bokong. Hasil pemeriksaan
dalam oleh bidan yaitu pembukaan 6 cm, ketuban utuh, presentasi bokong,
penurunan 3/5 bagian, ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng, sesak
pada dada, myeri pada pinggang yang menjalar ke perut bagian bawah dan
mengeluarkan lendir darah dari jalan lahir pada tanggal 09 april 2016 pukul
09.00 WIB. Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong didapatkan
pemeriksaan leopold menurut Norma & Dwi (2013), yaitu : Leopold I :
bagian fundus teraba keras, melenting, bulat (kepala), Leopold II :
menunjukkan punggung dan bagian terkecil janin, Leopold III : bagian
terbawah teraba lunak, kurang melenting (bokong), sudah masuk PAP.
Leopold IV : bokong sudah masuk PAP (divergen) penurunan Hodge III.
Hasil pemeriksaan leopold yaitu leopold 1 : TFU 3 jari di bawah processus
xifoideus, teraba bulat, keras, melenting (kepala) ; leopold II : bagian kanan
: teraba keras, memanjang, datar seperti papan (punggung), bagian kiri :
teraba bagian – bagian terkecil janin (ekstermitas) ; leopold III : teraba
118
bulat, lunak, tidak melenting (bokong), bagian terbawah janin tidak bisa
digoyangkan ; leopold IV : bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas
panggul (divergen), penurunan 3/5 bagian. DJJ umumnya ditemukan
setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus, sedangkan bila telah
terjadi engagement kepala janin, suara jantung terdengar pada paling keras
di bawah umbilikus (Melina & Kuswanti, 2014). DJJ terdengar
diatasumbilikus sebelah kanan. Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi
bokong terjadi pada panggul ibu yang sempit
(Feryanto & Fadlun, 2014). Panggul ibu normal (gynekoid). Hasil
pemeriksaan dalam pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong
meliputi : teraba os.sacrum, tuber ischii, dan anus, kadang-kadang kaki
(Norma & Dwi, 2013). Hasil pemeriksaan dalam pada kasus ini meliputi :
portio : tipis, pembukaan : 6 cm, ketuban : belum pecah, presentasi :
bokong, posisi : tuber ischii, os.sacrum kanan belakang dan anus,
penurunan : hodge II. Hasil USG pada kasus ibu bersalin dengan presentasi
bokong adalah terlihat kepala janin berada pada bagian fundus dan bagian
bokong berada di simfisis (Melina & Kuswanti, 2014). Hasil USG pada
tanggal 18 Maret 2016 UK 40 minggu, TBJ 2900 gram, letak plasenta
sentralis, tampak posisi janin, punggung kanan, terlihat kepala janin berada
pada bagian fundus bokong berada dibawah, air ketuban jernih. Pada
langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus
yang ada dilahan yaitu pada pemeriksaan panggul, bahwa persalinan
dengan presentasi bokong bisa terjadi pada panggul yang normal
(gynekoid).
119
2. Interpretasi Data
Pada langkah ini interpretasi data terdiri dari penentuan diagnosa
kebidanan, penentukan masalah dan kebutuhan asuhan kebidanan ibu
bersalin dengan presentasi bokong. Diagnosa kebidanan yang ditegakkan
pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong adalah Ny. S GxPxAx
umur x tahun umur kehamilan x minggu, janin tunggal atau ganda, hidup
atau mati, intrauterine atau ekstrauterine, letak memanjang, punggung
kanan atau kiri, presentasi bokong (Norma & Dwi, 2013). Pada kasus ini
penulis mendapatkan diagnosa kebidanan Ny. S G1P0A0 umur 36 tahun
umur kehamilan 40 minggu, janin tunggal, intra uterin, letak memanjang,
punggung kanan, presentasi bokong, bagian terbawah janin sudah masuk
pintu atas panggul (divergen), penurunan 3/5 bagian, inpartu kala 1 fase
aktif dengan presentasi bokong murni. Pada ibu bersalin dengan presentasi
bokong mengalami masalah cemas (Winkjosastro, 2012). Masalah yang
didapatkan yaitu cemas terhadap persalinannya karena posisi bayinya di
dalam rahim bokong berada dibawah. Pada ibu bersalin dengan presentasi
bokong membutuhkan dukungan emosional dan psikologi dari suami
maupun keluarga (Winkjosastro, 2013). Kebutuhannya adalah memberi
support mental terhadap ibu agar tidak cemas, menganjarkan pola nafas
saat ada his atau kontraksi, memberitahu keluarga untuk memberi
dukungan emosional dan psikologi pada ibu. Pada langkah ini kedua ini
penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang
ada dilahan.
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada ibu bersalin dengan
presentasi bokong adalah pada ibu : partus macet dan after coming head
dan pada bayi : afiksia (Norma & Dwi, 2013). Pada kenyataannya kasus
pada Ny. S dengan presentasi bokong, tidak terjadi diagnosa potensial
karena adanya antisipasi yang tepat. Pada langkah ini penulis tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
120
4. Tindakan Segera
Antisipasi masalah pertama yang dilakukan pada ibu bersalin dengan
presentasi bokong adalah kolaborasi dengan dokter SpOg untuk
penatalaksanaan persalinan sungsang posisi bokong murni dengan metode
bracht, kolaborasi dengan petugas perinatologi untuk melakukan resusitasi
bayi (Norma & Dwi, 2013).
Sedangkan pada kasus ini tindakan segeranya adalah kolaborasi
dengan dr. SpOg untuk penatalaksanaan persalinan sungsang posisi bokong
murni dengan metode bracht, kolaborasi dengan petugas perinatologi untuk
melakukan resusitasi bayi. Tindakan segera pada kondisi ini sudah
dilakukan sehingga kondisi ibu dan janin membaik, persalinan lancar dan
bayi tidak mengalami asfiksia. Pada langkah ini penulis tidak menemukan
adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
5. Rencana Tindakan
Menurut Saifuddin (2008), perencanaan asuhan kebidanan ibu
bersalin dengan presentasi bokong yaitu beritahu kondisi janin dan kondisi
ibu, observasi tanda-tanda vital, DJJ, His, kemajuan persalinan, lakukan
persetujuan tindakan medik, lakukan persiapan sebelum tindakan, lakukan
tindakan medik, lakukan persiapan sebelum tindakan, lakukan tindakan
pertolongan persalinan partus sungsang, lahirkan bayi dengan Bracht, cara
Klasik, cara Muller, cara Louvset, cara Cunam Piper, atau dengan SC
( Sectio Caesaria ).
Sedangkan pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong penulis
dapat membuat perencanaan yaitu kondisi ibu dan janin kepada keluarga
ibu, berikan penjelasan tentang tindakan pertolongan persalinan dengan
metode bracht yang akan dilakukan dan diberikan informed consent kepada
keluarga, observasi TTV, DJJ dan His setiap 30 menit, berikan dukungan
mental pada ibu agar ibu tidak cemas, posisikan ibu miring kekiri untuk
mengurangi rasa nyeri, anjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak
kenceng-kenceng untuk mempersiapkan tenaga untuk mengejan, anjurkan
121
keluarga ibu untuk siapkan ember, jarik serta pakaian ibu dan bayi, siapkan
partus set, obat-obatan essensial, tempat resusitasi bayi dan masukkan
oksitosin ke spuit 3 cc, lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam. Pada
langkah ini penulis buat tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
yang ada dilahan.
6. Penatalaksanaan
Dalam teori menurut Saiffudin (2008), pada ibu bersalin dengan
preentasi bokong pelaksanaan sesuai rencana asuhan yang diberikan dan
dilakukan, melahirkan bayi dengan cara Bracht.
Pada kasus ini dilakukan pelaksanaan sesuai rencana asuhan yang
diberikan dan dilakukan tindakan pertolongan dengan metode bracht. Pada
langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada dilahan praktek.
7. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada ibu bersalin dengan presentasi
bokong, menurut Rukmawati (2014), antara lain : pada ibu keadaan umum
baik, tanda-tanda vital normal, kontraksi uterus baik, perdarahan normal.
Pada bayi lahir dengan selamat dan sehat, bayi dapat bernafas dan
menangis dengan spontan, keadaan bayi baik dan tidak ada kelainan, Apgar
Score diatas batas normal.
Pada kasus ini evaluasi yang didapatkan dari asuhan yang telah
diberikan dari tanggal 09 April 2016 sampai dengan 11 April 2016 yaitu :
bayi lahir spontan pada tanggal 09 April 2016 pukul 10.00 WIB, jenis laki-
laki, menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan, 2950 gram, PB
48 cm, LK 32 cm, LD 33 cm, LLA 11 cm, tidak ada kelainan kongenital
dan IMD berhasil dari pukul 10.20 WIB sampai dengan 11.20 WIB. Pada
ibu keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, TD : 120/80 mmHg,
N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,4 ˚C, kontraksi uterus : baik, keras,
PPV : ± 75 cc warna merah kecoklatan (lokhea rubra), TFU : 2 jari
dibawah pusat, kandung kemih : kosong dan ibu dalam masa nifas normal.
122
Pada langkah terakhir ini tidak ditemukan adanyan kesenjangan antara teori
dan kasus yang ada dilahan.
8. Pada kasus Ny. S bersalin dengan presentasi bokong mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi penulis menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada dilahan yaitu pada pemeriksaan panggul, bahwa
persalinan dengan presentasi bokong bisa terjadi pada panggul yang normal
(gynekoid).
123
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan studi kasus dan pembahasan pada asuhan kebidanan ibu bersalin
pada Ny.S G1P0A0 dengan presentasi bokong di RSU Assalam Gemolong
Sragen maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada langkah ini meliputi data subjektif dan objektif. Pada kasus ini
didapatkan keluhan utama ibu rujukan dari bidan dengan presentasi
bokong. Hasil pemeriksaan dalam oleh bidan yaitu pembukaan 6 cm,
ketuban utuh, presentasi bokong, penurunan 3/5 bagian, ibu mengatakan
merasa kenceng-kenceng, sesak pada dada, myeri pada pinggang yang
menjalar ke perut bagian bawah dan mengeluarkan lendir darah dari jalan
lahir pada tanggal 09 april 2016 pukul 09.00 WIB. Hasil pemeriksaan
leopold yaitu leopold 1 : TFU 3 jari di bawah processus xifoideus, teraba
bulat, keras, melenting (kepala) ; leopold II : bagian kanan : teraba keras,
memanjang, datar seperti papan (punggung), bagian kiri : teraba bagian –
bagian terkecil janin (ekstermitas) ; leopold III : teraba bulat, lunak, tidak
melenting (bokong), bagian terbawah janin tidak bisa digoyangkan ;
leopold IV : bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul
(divergen), penurunan 3/5 bagian. DJJ terdengar diatasumbilikus sebelah
kanan. Panggul ibu normal (gynekoid). Hasil pemeriksaan dalam pada
124
kasus ini meliputi : portio : tipis, pembukaan : 6 cm, ketuban : belum
pecah, presentasi : bokong, posisi : tuber ischii, os.sacrum kanan belakang
dan anus, penurunan : hodge III. Hasil USG pada tanggal 18 Maret 2016
UK 40 minggu, TBJ 2900 gram, letak plasenta sentralis, tampak posisi
janin, punggung kanan, terlihat kepala janin berada pada bagian fundus
bokong berada dibawah, air ketuban jernih.
2. Interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan Ny. S G1P0A0 umur 36
tahun umur kehamilan 40 minggu, janin tunggal, intra uterin, letak
memanjang, punggung kanan, presentasi bokong, bagian terbawah janin
sudah masuk pintu atas panggul (divergen), penurunan 3/5 bagian, inpartu
kala 1 fase aktif dengan presentasi bokong murni. Masalah yang didapatkan
yaitu cemas terhadap persalinannya karena posisi bayinya di dalam rahim
bokong berada dibawah. Kebutuhannya adalah memberi support mental
terhadap ibu agar tidak cemas, menganjarkan pola nafas saat ada his atau
kontraksi, memberitahu keluarga untuk memberi dukungan emosional dan
psikologi pada ibu.
3. Pada kasus Ny. S dengan presentasi bokong tidak terjadi diagnosa potensial
pada ibu yaitu partus macet dan after coming head dan pada bayi yaitu
asfiksia karena adanya antisipasi yang tepat.
4. Tindakan segera pada kasus ini adalah kolaborasi dengan dr.SpOg untuk
penatalaksanaan persalinan sungsang posisi bokong murni dengan metode
bracht, kolaborasi dengan petugas perinatologi untuk melakukan resusitasi
bayi.
125
5. Perencanaan asuhan yang diberikan yaitu beritahu kondisi ibu dan janin
kepada keluarga ibu, berikan penjelasan tentang tindakan pertolongan
persalinan dengan metode bracht yang akan dilakukan dan diberikan
informed consent kepada keluarga, observasi TTV, DJJ dan His setiap 30
menit, berikan dukungan mental pada ibu agar ibu tidak cemas, posisikan
ibu miring kekiri untuk mengurangi rasa nyeri, anjurkan ibu untuk makan
dan minum saat tidak kenceng-kenceng untuk mempersiapkan tenaga untuk
mengejan, anjurkan keluarga ibu untuk siapkan ember, jarik serta pakaian
ibu dan bayi, siapkan partus set, obat-obatan essensial, tempat resusitasi
bayi dan masukkan oksitosin ke spuit 3 cc, lakukan pemeriksaan dalam
setiap 4 jam.
6. Pada kasus ini dilakukan pelaksanaan sesuai rencana asuhan yang diberikan
dan dilakukan tindakan pertolongan persalinan presentasi bokong murni
dengan metode bracht.
7. Evaluasi yang didapatkan dari asuhan yang telah diberikan dari tanggal 09
April 2016 sampai dengan 11 April 2016 yaitu : bayi lahir spontan pada
tanggal 09 April 2016 pukul 10.00 WIB, jenis laki-laki, menangis kuat,
gerakan aktif, warna kulit kemerahan, 2950 gram, PB 48 cm, LK 32 cm,
LD 33 cm, LLA 11 cm, tidak ada kelainan kongenital dan IMD berhasil
dari pukul 10.20 WIB sampai dengan 11.20 WIB. Pada ibu keadaan umum
: baik, kesadaran : composmentis, TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, R :
22 x/menit, S : 36,4 ˚C, kontraksi uterus : baik, keras, PPV : ± 75 cc warna
126
merah kecoklatan (lokhea rubra), TFU : 2 jari dibawah pusat, kandung
kemih : kosong dan ibu dalam masa nifas normal.
8. Pada kasus Ny. S bersalin dengan presentasi bokong mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi penulis menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada dilahan yaitu pada pemeriksaan panggul, bahwa
persalinan dengan presentasi bokong bisa terjadi pada panggul yang normal
(gynekoid).
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah didapat maka penulis dapat
menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman nyata serta menambah
ketrampilan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan presentasi bokong.
2. Bagi Bidan
Menambah keterampilan dalam melaksanakan tindakan kebidanan pada
kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong dan diharapkan mampu
mendeteksi secara dini adanya kelainan letak dalam kehamilan.
127
3. Bagi Institusi dan instasi
a. Rumah sakit
Dapat meningkatkan sumber daya manusia atau tenaga kesehatan yang
berkualitas dalam memberikan pelayanan kebidanan pada ibu bersalin
dengan presentasi bokong.
b. Pendidikan
Dapat digunakan sebagai masukan, sumber bacaan atau referensi bagi
mahasiswa maupun pengajar untuk meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya di bidang persalinan.
4. Bagi Pasien
Dapat menambah pengetahuan ibu dan agar ibu lebih memeriksakan
kehamilannya secara rutin untuk deteksi dini kelainan letak janin pada
kandungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminin, F. 2013. Panduan Praktikum Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta :
Salemba Medika.
Amiruddin, R, & Hasmi. 2014. Determinan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta :
Trans Info Medika.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Asri, D & Clervo, C. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Yogjakarta : Nuha
Medika.
Astuti, Puji A. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).
Yogyakarta : Rohima Press.
Dinkes Jateng. 2014. Penyebab AKI di Jawa Tengah.
http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2014/. Diakses pada tanggal 23
November 2015.
Dinkes Jateng. 2015. Penyebab AKI di Jawa Tengah.
http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2015/. Diakses pada tanggal 23
November 2015.
Fatmawati, Ery, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Fauziyah, Yulia. 2012. Obstetri Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Feryanto, A & Fadlun. 2014. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta : Salemba
Medika.
Hidayat, A.A.A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
_____________. 2014. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Edisi
2. Jakarta : Salemba Medika.
Johariyah & Ningrum, E.W. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta : Trans Info Medika.
Kemenkes RI. 2013. Rencana Aksi Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu di
Indonesia. http://www.ran-pp-aki-2013-2015.com. Diakses pada tanggal18
November 2015.
Kemenkes RI. 2014. Info Datin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI. http://www.infodatin-ibu.com. Diakses pada tanggal 18 November
2015.
Kusumawati. 2015. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Ny. G G4P2A1 Umur 27
Tahun Usia Kehamilan 39 Minggu dengan Presentasi Bokong di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Surakarta. Tidak Dipublikasikan.
Manuaba, I.A.C, dkk. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Edisi
2. Jakarta : EGC.
Marmi. 2012. Intranatal Care Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Yogjakarta :
Pustaka Pelajar.
Melina, F & Kuswanti, I. 2014. Askeb II Persalinan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Muhith, A, dkk. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Muslihatun, W.N, dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
Norma, N & Dwi, M. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogjakarta : Nuha
Medika.
Notoatmodjo, S. 2012 Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nugraheny, E & Sulistyawati, A. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Oxorn & Forte W.R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : ANDI.
Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2.Jakarta : EGC.
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba
Medika.
Rukmawati, dkk. 2014. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung : Refika
Aditama.
Saifuddin , A.B. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendikia.
Setiawan, Ari & Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1
dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sumarah, dkk. 2008. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin). Yogjakarta : Fitramaya.
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
ANDI.
Uliyah, M. & Hidayat, A.A.A. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Walyani, E.S. 2014. Materi Ajar Lengkap Kebidanan Komunitas. Yogyakarta :
Pustaka Baru.
Windyarti. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Ny. S G1P0A0 Umur 26
Tahun Usia Kehamilan 39 Minggu Lebih 6 Hari dengan Presentasi
Bokong di Rumah Sakit DKT Salatiga. Tidak Dipublikasikan.
Winkjosastro, G.H. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Winkjosastro, G. H, dkk. 2014. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan
Normal. Revisi 5. Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik –
Kesehatan Reproduksi.