asrul sani, achdiat karta mihardja

7
SMA GONZAGA #22 Stephanus Bayu Pratomo XIS2 / 25 Nama : Asrul Sani Lahir: Rao, Pasaman, 10 Juni 1927 Meninggal: Jakarta, 11 Januari 2004, Pukul 22.15 WIB Istri: (1) Siti Nurani dan (2) Mutiara Sarumpaet Anak: Tiga putra, tiga putri, enam cucu Ayah: Sultan Marah Sani Syair Alamsyah, gelar Yang Dipertuan Rao Mapattunggal Mapatcancang Pendidikan: Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Indonesia (IPB) Dramaturgi dan sinematografi di University of Southern California, Amerika Serikat tahun 1955-1957 Sekolah Seni Drama di Negeri Belanda tahun 1951-1952 SLTP hingga SLTA di Jakarta SD di Rao, Sumatera Barat Karir Politik: Anggota DPR GR 1966-1971 mewakili Partai Nahdhatul Ulama Anggota DPR RI 1972-1982 mewakili PPP Pendiri : “Gelanggang Seniman Merdeka” Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI)

Upload: stephanus-bayu-pratomo

Post on 19-Jun-2015

314 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: asrul sani, Achdiat Karta Mihardja

XIS2 / 25

Nama : Asrul SaniLahir:

Rao, Pasaman, 10 Juni 1927Meninggal:

Jakarta, 11 Januari 2004, Pukul 22.15 WIB Istri:

(1) Siti Nurani dan (2) Mutiara SarumpaetAnak:

Tiga putra, tiga putri, enam cucuAyah:

Sultan Marah Sani Syair Alamsyah, gelar Yang Dipertuan Rao Mapattunggal MapatcancangPendidikan:

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Indonesia (IPB)Dramaturgi dan sinematografi di University of Southern California, Amerika Serikat tahun 1955-1957

Sekolah Seni Drama di Negeri Belanda tahun 1951-1952SLTP hingga SLTA di JakartaSD di Rao, Sumatera Barat

Karir Politik:Anggota DPR GR 1966-1971 mewakili Partai Nahdhatul Ulama

Anggota DPR RI 1972-1982 mewakili PPPPendiri :

“Gelanggang Seniman Merdeka”Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI)

Kegiatan Pergerakan:Lasjkaer Rakjat Djakarta, Tentara Pelajar di Bogor

Kegiatan Penerbitan:Menerbitkan “Suara Bogor”, redaktur majalah kebudayaan “Gema Suasana”, anggota redaksi

“Gelanggang”, ruang kebudayaan Majalah” Siasat”, dan wartawan Majalah “Zenith”

Page 2: asrul sani, Achdiat Karta Mihardja

XIS2 / 25

Konsep Kebudayaan:“Surat Kepercayaan Gelanggang”

Penghargaan:Tokoh Angkatan 45

Bintang Mahaputra Utama, tahun 2000Enam buah Piala Citra pada Festifal Film Indonesia (FFI)

Film Terbaik pada Festival Film Asia tahun 1970Karya Puisi:

“Tiga Menguak Takdir” bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin, “Surat dari Ibu”, “Anak Laut”, 19 buah puisi dan lima buah cerpen sebelum penerbitan antologi “Tiga Menguak Takdir” tahun 1950, lalu

sesudahnya tujuh buah puisi, enam buah cerpen, enam terjemahan puisi, tiga terjemahan drama, dan puisi-puisi lain yang dimuat antara lain di yang dimuat di majalah “Siasat”, “Mimbar Indonesia”, dan

“Zenith”.Karya Film:

“Titian Serambut Dibelah Tudjuh”, “Apa yang Kau Cari Palupi” “Monumen”, “Kejarlah Daku Kau Kutangkap”, “Naga Bonar”,. “Pagar Kawat Berduri”, “Salah Asuhan”, “Para Perintis Kemerdekaan”,

“Kemelut Hidup”Alamat Rumah:

Kompleks Warga Indah, Jalan Attahiriyah No. 4E, Pejaten, Kalibata, Jakarta Selatan

Contoh Puisi karya Asrul Sani :Surat dari ibu

karya Asrul Sani Pergi ke dunia luas anakku sayangPergi ke hidup bebasSelama angin masih angin guritanDan matahari pagi menyinar daun-daunanDalam rimba dan padang hijauPergi kelaut lepas anakku sayangPergi kealam bebasSelama hari belum petangDan warna senja belum kemerah-merahanMenutup pintu waktu lampauJika bayang telah pudar Dan elang laut pulang kesarangAngin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiriDan nahkoda sudah tahu pedomanBoleh engkau datang padakuKembali pulang anakku sayangKembali ke balik malamJika kapalmu telah rapat ketepiKita akan berceritaTentang cinta dan hidupmu pagi hari

Page 3: asrul sani, Achdiat Karta Mihardja

XIS2 / 25

Nama :Achdiat Karta Mihardja

Lahir :Cibatu, Garut, Jawa Barat, 6 Maret 1911 – sekarang

Istri :Suprapti

Menikah : Juli 1938

Anak :lima orang anak

Ayah: Kosasih Kartamiharja

Pendidikan: HIS (sekolah Belanda) di kota Bandung 1925

AMS-A Solo (Setara SMA) 1932Fakultas Sastra UI

Filsafat UI

Pekerjaan yang Pernah dilakukan:Guru Taman Siswa

Redaktur Balai Pustaka Kepala Jawatan Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya

Dosen Fakultas Sastra UI (1956-1961)Dosen Kesusastraan Indonesia pada Australian National University, Canberra (1961 hingga pensiun)Redaktur Harian Bintang Timur dan Majalah Gelombang Zaman (Garut), Spektra, Pujangga Baru,

Konfrontasi, dan Indonesia. Ketua PEN Club Indonesia,

Wakil Ketua Organisasi Pengarang Indonesia, Anggota BMKN,

Anggota Partai Sosialis Indonesia, dan Wakil Indonesia dalam Kongres PEN Club Internasional di Lausanne, Swiss (1951).

Page 4: asrul sani, Achdiat Karta Mihardja

XIS2 / 25

Karya – Karya :a. Cerpen

(1) Kesan dan Kenangan (kump. cerpen). 1960. Jakarta: Balai Pustaka.

(2) Keretakan dan Ketegangan (kump. cerpen).1956. Jakarta: Balai Pustaka.

(3) Belitan Nasib (kump. cerpen). 1975. Singapura: Pustaka Nasional.

(4) Pembunuh dan Anjing Hitam (kump. cerpen). Jakarta: Balai Pus

(5) “Pak Sarkam”. Poedjangga Baroe. No.5, Th. 13, 1951.

(6) “Buku Tuan X”. Poedjangga Baroe. No.7,8, Th. 4, 1953.

(7) “Salim, Norma, Sophie”. Prosa. No.2, Th. 1, 1953.

(8) “Sutedjo dan Rukmini”. Indonesia. No. 8,9, Th. 4, 1953.

(9) “Bekas Wartawan Sudirun”. Indonesia. Th. 4, 1953.

(10) “Si Ayah Menyusul”. Konfrontasi. No. 18, 1957.

(11) “Si Pemabok”.Varia. No. 104, Th. 3. 1960.

(12) “Latihan Melukis”. Budaya Jaya. No. 47, Th. 5. 1972.

b. Puisi

(1) “Pemuda Indonesia”. Gelombang Zaman, 2.1, (45), 2.

(2) “Bagai Melati”. Gelombang Zaman, 7.1(46), 2.

(3) “Bunga Bangsa”. Gelombang Zaman, 13.1 (46), 2.

(4) “O, Pudjangga”. Gelombang Zaman, 35.1, (46), 10.

c. Novel

(1) Atheis. 1949. Jakarta: Balai Pustaka.

(2) Debu Cinta Bertebaran. 1973. Malaysia: Pena Mas.

d. Drama

(1) Bentrokan dalam Asmara. 1952. Jakarta: Balai Pustaka.

(2) ‘Pak Dulah in Extremis”. Indonesia. No. 5, Tb. 10. 1959.

(3) “Keluarga R. Sastro” (drama satu babak). Indonesia. No. 8. Th.5. 1959.

e. Esai, antara lain

(1) Polemik Kebudayaan. 1948. Jakarta: Balai Pustaka.

(2) “Ada Sifat Tuhan dalam Diri Kita”. Pikiran Rakyat 28 Juni 1991.

(3) “Pengaruh Kebudayaan Feodal”. Sikap. Tb. ke-1, 13/X, 1948.

(4) “Bercakap-cakap dengan Jef Last”. Kebudayaan 10 Agustus 1950.

Page 5: asrul sani, Achdiat Karta Mihardja

XIS2 / 25

Resensi salah satu karyanya :ATHEIS

Novel yang merupakan satu-satunya karya Achdiat Karta Mihardja yang terbit di Indonesia ini mempunyai keberhasilan hampir di semua unsurnya. Tokoh Hasan yang sejak kecil sarat dengan pendidikan agama ternyata belum memegang teguh prinsip agama. Dia masih ragu-ragu dengan keberadaan Tuhan hingga akhirnya dia ikut terhasut dengan keyakinan tentang tidak adanya Tuhan kerena ikut pergaulan teman-temanya yang pada akhirnya menjadikan dia keluar dari ajaran agama dan mengingkari adanya Tuhan. Yang menarik dari tokoh tersebut adalah di akhir hayatnya dia bertobat dan kembali mengikuti ajaran agama, tetapi dia tidak dimaafkan oleh ayahnya dan pada akhirnya Hasan mati tertembak ketika ingin membalas dendam pada Anwar.

Latar di pedesaan sangat mendukung karakter tokoh utamanya karena pada umunya lingkungan di daerah pedesaan sangat penuh dengan nilai-nilai ajaran agama dan adat-istiadatnya masih kental dengan nilai-nilai agama serta kepolosan orang desa yang mudah terpengaruh dan dibujuk terhadap sesuatu hal yang baru dicerminkan dengan sangat bagus oleh penulis pada tokoh Hasan. Unsur lain yang juga menarik dari novel ini adalah penggunaan tiga sudut pandang sekaligus dan jarang dilakukan oleh penulis novel kebanyakan yaitu dalam novel ini menggunakan sudut pandang tokoh utama sebagai pelaku utama (first person participant), tokoh utama sebagai pelaku sampingan (first person non-participant), dan penggunaan sudut pandang orang ketiga (third person narrator) yang membuat cerita dalam novel tersebut terasa lebih bervariasi kerena pembaca diajak untuk mengetahui karakter masing-masing tokoh. Keseluruhan unsur tersebut sangat mendukung tema dan alur penceritaan tentang kepercayaan dan kesadaran diri tentang agama.

Nilai moral yang dapat kita ambil dari novel ini seperti yang diperlihatkan dalam tokoh Hasan. Dia adalah seorang anak yang sejak kecil telah belajar agama dan bersasal dari orang tua yang taat beribadah pula, tetapi setelah Rukmini meninggalkanya dia menjadi orang yang mengasingkan diri hingga pada akhirnya dia menemukan seseorang yang mempunyai karakter sama dengan Rukmini, yaitu Kartini. Mereka lalu menikah, tetapi dalam kehidupan rumah tangganya tidak pernah bahagia karena Kartini adalah orang yang bebas dan mempunyai pergaulan bebas. Sementara Hasan sudah terlanjur mengingkari ajaran agama dan tidak mengakui keberadaan Tuhan, tetapi dalam kejadian itu dia mulai sadar bahwa apa yang dilakukanya selama ini salah sehingga dia memutuskan untuk bercerai dengan Kartini dan pulang ke kampungnya untuk bertobat dan meminta maaf kepada ayahnya Kejadian tersebut mengajarkan pada kita bahwa kita harus pandai bergaul dengan orang lain dan jangan sampai kita salah pergaulan hingga pada akhirnya kita malah tersesat bahkan sampai mengingkari ajaran agama serta kita harus senantiasa berpegang teguh pada agama dan selalu meyakini dengan keberadaan Tuhan Semesta Alam. Nilai moral yang kedua adalah hendaknya kita mau memafkan kesalahan orang lain yang sudah bertobat. Jangan seperti tokoh ayah Hasan yang tidak mau memafkan kesalahan anaknya bahkan sampai ajal menjemputnya Manusia adalah tempat salah dan lupa. Setiap manusia pasti mempunyai kesalahan, tetapi suatu saat juga akan kembali ke jalan yang benar. Jika Tuhan saja maha pengampun, pengasih, dan penyayang, mengapa manusia tidak bisa, apalagi demi memaafkan anaknya sendiri.

Novel ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sastra Indonesia, karena kedudukanya dalam sastra Indonesia sangat penting, maka studi tentang penelitian novel ini masih sering dilakukan oleh para sarjana maupun peneliti, baik dalam bentuk buku, skripsi, artikel, dan bentuk karya yang lain.