aspek sosial budaya dan lingkungan

15
Tanggal: Kamis, 26 Nov 2015 Dosen:Uding Sastrawan, SP Kelas : MAB D-1 Praktikum ke-10 LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN BISNIS “Menganalisis Aspek Sosial, Budaya dan Lingkungan (Usaha Budidaya Polikultur Rumput Laut Ikan Bandeng) Muara Gembong Bekasi” Disusun Oleh : Rice Alfani (J3J113085)

Upload: ricealfani

Post on 14-Apr-2016

103 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

polikultur rumput laut dan ikan bandeng

TRANSCRIPT

Page 1: Aspek Sosial Budaya Dan Lingkungan

Tanggal: Kamis, 26 Nov 2015 Dosen:Uding Sastrawan, SP

Kelas : MAB D-1 Praktikum ke-10

LAPORAN PRAKTIKUM

PERENCANAAN BISNIS“Menganalisis Aspek Sosial, Budaya dan Lingkungan

(Usaha Budidaya Polikultur Rumput Laut Ikan Bandeng)

Muara Gembong Bekasi”

Disusun Oleh :

Rice Alfani (J3J113085)

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN AGRIBISNIS

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

Page 2: Aspek Sosial Budaya Dan Lingkungan

ASPEK SOSIAL BUDAYA DAN LINGKUNGAN

A. PENDAHULUAN

Tantangan yang paling mendasar bagi pengelolaan sumberdaya

perikanan wilayah Kecamatan Muara Gembong saat ini adalah bagaimana

memanfaatkan potensi yang ada sehingga memberikan kontribusi untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan tanpa harus

merusakaspek sosial, budaya ,dan lingkungan. Wilayah pesisir yang

berbatasan langsung dengan perairan laut telah banyak mengalami

permasalahan sosial, degradasi/tekanan lingkungan berupa pencemaran,

kelebihan tangkap (overfishing), kerusakan mangrove, degradasi pantai,

pengguanaan bahan/alat tangkap yang tidak sesuai dan lain-lain dapat

mengakibatkan kelestarian sumberdaya terganggu, bahkan jika terus berlanjut

akan mengakibatkan kepunahan yang akan merugikan semua pihak.

B. ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA

Masyarakat pesisir Kecamatan Muara Gembong secara sosio-kultur

merupakan suatu kelompok masyarakat yang akar budayanya pada mulanya

dibangun atas panduan antara budaya maritim laut, pantai dan berorientasi

pasar. Potensi konflik dalam masyarakat pesisir terkait dengan pola

kepemilikan dan penguasaan terhadap sumberdaya alam.

Masyarakat pesisir Kecamatan Muara Gembong hampir sama dengan

Pesisir Utara lainnya, umumnya menggunakan bahasa campuran antara

Bahasa Sunda dengan Bahasa Jawa yang dipakai secara

bersama-sama/campuran atau ”Jawareh”. Dalam kesehariannya masyarakat di

pesisir Kecamatan Muara Gembong bekerja sebagai nelayan, bakul ikan atau

untuk membiayai kehidupan dan meyekolahkan anak-anaknya.

Unit Budidaya harus bisa memberikan kontribusi dari segi sosial dan

budaya sekitar lokasi budidaya yaitu bagi pembangunan kesejahteraan lokasi

sekitar usaha budidaya yaitu di Kecamatan Muara Gembong Kabupaten

Bekasi. Budidaya polikultur rumput laut dengan ikan bandeng akan

memberikan dampak sosial dan budaya yaitu dari segi:

a. Kondisi kehidupan sosial budaya masyarakat.

Page 3: Aspek Sosial Budaya Dan Lingkungan

b. Penambahan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar

c. Memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya industri turunan dari

budidaya rumput laut dan ikan bandeng

d. Memicu budaya konsumsi masyarakat sekitar yaitu pola konsumsi

perikanan.

e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan massyarakat.

f. Tanggung jawab sosial usaha budidaya terhadap masyarakat.

Maka dari itu, sebagai pembudidaya akan dilakukan strategi-strategi

yang diharapkan mampu merangkul masyarakat dalam pelaksanaan usaha

budidaya nantinya. Berikut strategi yang akan diterapkan sebagai upaya

memberikan dampak positif terhadap interaksi sosial budaya masyarakat

sekitar lokasi budidaya:

a. Membangun pola budidaya yang tidak mencemari lingkungan sekitar

yang dapat mengakibatkan hubungan dengan masyarakat menjadi

terganggu.

b. Mellibatkan masyarakat sekitar dalam proses budidaya. Contohnya

merekrut tenaga kerja dari masyarakat sekitar.

c. Turut serta dalam kegiatan kebudayaan masyarakat sekitar dan turut serta

berpartisipasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

d. Membangun kerjasama dengan pembudidaya ataupun pelaku usaha

sejenis dalam upaya menciptakan interaksi positif antar pelaku usaha.

e. Memberikan pelatihan bagi masyarakat sekitar maupun kelompok

budidaya lain sebagai edukasi yang akan diberikan kepada masyarakat.

f. Turut serta menjaga kelestarian lingkungan pesisir di Muara Gembong.

g. Dalam upah tenaga kerja langsung pada kegiatan pemanenanan dalah

sekitar Rp 200,-/kg sehingga jika dalam 1 ton pengangkutan mereka dapat

membawa pulang uang sebesar Rp 200.000,-. Jam kerja yang tidak

terbatas membuat mereka bebas untuk terus bekerja selama mereka

mampu dan masih ada yang bisa dikerjakan. Sistem pembayaran kepada

pekerja ini dilakukan secara borongan dan tidak mengenal kerja lembur.

Page 4: Aspek Sosial Budaya Dan Lingkungan

C. ASPEK LINGKUNGAN

Aspek lingkungan merupakan aspek dimana usaha budidaya dinilai

tidak mengganggu lingkungan sekitar usaha budidaya maupun tidak

mengganggu ekosistem atau ekologis dari budidaya itu sendiri. Dalam usaha

budidaya polikultur rumput laut dengan ikan bandeng, hal yang menjadi

sensitif bagi aspek lingkungan yaitu tambak yang berfungsi sebagai media

utama dalam budidaya harus berkonsepkan ramah lingkungan sehingga tidak

mengganggu ekosistem makhluk hidup, lingkungan hidup maupun

masyarakat sekitar lokasi tambak.

Berikut ini konsep pedoman tambak dengan berasaskan pada pola

budidaya yang ramah lingkungan:

- Tambak harus dibuat di wilayah dengan lingkungan yang sesuai untuk

budidaya. Pembangunan tambak tidak boleh membawa dampak yang

merugikan bagi keanekaragaman hayati, habitat yang secara ekologis

rawan dan fungsi ekosistem. Diperlukan pula kejelasan status tanah secara

hukum agar tambak tidak dibangun di wilayah sabuk hijau atau yang

diperuntukkan sabuk hijau.

- Rehabilitasi tambak dan pasokan air harus dilakukan sedemikian rupa

agar tidak mengkibatkan kerusakan lingkungan, termasuk di antaranya

risiko pencemaran asam sulfat dan rusaknya sistem pasokan air. Desain

tambak harus diupayakan agar memadukan wilayah penyangga, misalnya

habitat alam bakau, dengan kolam-kolam tambak. Demikian pula teknik

dan rekayasa yang diterapkan harus dapat meminimalkan erosi,

pencemaran asam sulfat dan salinasi selama proses konstruksi, rehabilitasi

dan operasi. dilaksanakan.

- Rehabilitasi sistem pasokan air harus dilaksanakan sedemikian rupa agar

dapat menjamin cukupnya persediaan air dan sistem penyaluran yang

diperlukan. Kehati-hatian juga sangat diperlukan agar tidak terjadi

perembesan air tambak ke wilayah pertanian agrikultur, jika jarak

keduanya berdekatan. Demikian pula dampak lokasi yang terkait dengan

pembuangan limbah cair dan padat harus diminimalkan.

- Pencarian benih dari alam dan sistem hatchery benih rumput laut maupun

Page 5: Aspek Sosial Budaya Dan Lingkungan

bandeng harus dilakukan dengan cara yang tidak merusak. Sebaliknya

perlu dilakukan praktek hatchery yang dapat meningkatkan kualitas

benih.

- Pakan dan menajemen pemberian pakan harus dilakukan sedemikian rupa

agar dapat memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara efisien. Pakan

dan pupuk harus dimanfaatkan secara efisien agar dapat mempertahankan

kesuburan tambak dan tidak menyebabkan degradasi kualitas air atau

berdampak negatif pada kesehatan atau keamanan pakan udang atau ikan

yang dibudidayakan.

- Risiko penyakit terhadap budidaya harus diminimalkan melalui

penebaran benih yang sehat. Karena mengurangi risiko serangan penyakit

dengan tetap berpegang pada upaya menjaga kualitas lingkungan.

- Penggunaan bahan kimia yang cenderung menimbulkan residu atau

ancaman terhadap lingkungan harus dihindari. Meskipun antibiotik tidak

biasa dipergunakan di dalam pertambakan tradisional, pengunaan bahan-

bahan kimia untuk persiapan tambak sering dilakukan dan untuk itu harus

dicarikan alternatif solusinya dan selanjutnya dimasyarakatkan.

- Rehabilitasi dan operasi tambak harus dilakukan agar dapat memberi

manfaat bagi masyarakat setempat dan pemerintah provinsi. Rehabilitasi,

selain memang sangat diperlukan untuk mata pencaharian masyarakat di

wilayah pesisir, juga harus dilakukan agar dapat memaksimalkan

lapangan pekerjaan dan keuntungan sosial bagi masyarakat serta dapat

mengindarkan terjadinya konflik sosial.

a. Teknologi Budidaya Tambak Ramah Lingkungan

Budidaya tambak ramah lingkungan adalah :

1. Tidak membuang efluen tambak secara langsung sehingga tidak

menimbulkan perubahan terhadap fungsi dan daya dukung

lingkungan (lahan dan perairan) di kawasan pesisir.

2. Dapat memanfaatkan sumberdaya lahan secara efisien.

3. Tidak menimbulkan kontaminasi bahan atau jasad yang

membahayakan kelangsungan usaha maupun fungsi lingkungan.

Page 6: Aspek Sosial Budaya Dan Lingkungan

Pengembangan teknologi budidaya ramah lingkungan memiliki arti

strategis pada tiga hal yaitu :

1. Mengendalikan kerusakan fungsi lingkungan pada kawasan budidaya.

2. Melindungi kelangsungan usaha budidaya dengan dukungan

lingkungan yang optimal untuk operasional budidaya.

3. Menjaga citra baik produk budidaya dalam perdagangan, sehingga

terhindar dari penolakan konsumen.

b. Upaya Pengelolaan Lingkungan

1. Wajib AMDAL

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian

mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan

di Indonesia.

AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan

akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.

Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek Abiotik, Biotik,

dan Kultural. Dalam Kepmen Lingkungan Hidup no 17 tahun 2001,

secara garis besar bidang yang wajib memiliki AMDAL yaitu bidang

perikanan dan pertanian. Oleh karena itu dalam usaha budidaya polikultur

rumput laut dengan ikan bandeng yang akan dijalankan harus sesuai

dengan ketentuan AMDAL.

2. Pemanfaatan dan pengelolaan manggrove

Tanaman Mangrove sangat penting dalam ekosistem perairan laut

atau muara. Pada umumnya dalam membangun tambak sebagai usaha

budidaya selalu mengabaikan mangrove sebagai penjaga ekosistem.

Oleh karena itu, dalam usaha budidaya yang akan dilaksanakan,

mangrove akan ditanam disekitar tambak sebagai upaya pengendalian

ekosistem sehingga berdampak baik pada lingkungan.

Page 7: Aspek Sosial Budaya Dan Lingkungan

Fungsi mangrove yaitu sebagai green belt, sehingga tambak harus

berada pada lokasi minimal 130 kali selisih pasang tertinggi dan surut

terendah diukur dari garis pantai surut terendah.  Hal ini berdasarkan

pada Peraturan Pengganti UU No. 19 Tahun 2004Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999  Tentang Kehutanan. 

Ratifikasi Konvensi Ramsar tentang Lahan Basah

(Wetlands) melalui Keppres dan dialog akuakultur bahwa

membatasi agar tambak yang dibuka sebelum tahun 1999, melakukan

penanaman mangrove minimal 50% dari lahan kawasan tambak yang

ada.  Sedangkan yang dibuka setelah 1999 harus dapat membuktikan

tambak tersebut tidak merusak hutan mangrove.

Penanaman mangrove di kawasan tambak dapat meningkatkan

produksi serta pengelolaan lingkungan yang lebih ramah lingkungan.

Mangrove menjadi filter terhadap buangan unsur atau senyawa

nitrogen (N) dan phosfat (P) yang dapat mengganggu kesehatan dan

pertumbuhan udang.  Meskipun buangan N dan P pada tambak udang

tradisional sangat kecil, tetapi dengan adanya mangrove di tambak

akan mempercepat netralisir bahan beracun tersebut.  Air buangan dari

tambak ke laut juga tidak akan mencemari perairan.

Mangrove dapat menangkap partikel halus lumpur sehingga

menjaga air tetap bersih serta  juga membantu membentuk adanya

struktur tanah baru pada sistem perakarannya.

3. Penanganan Limbah dan Pengelolaan Air Buangan Tambak (Effluent)

Air buangan tambak (Effluent) adalag air yang keluar/dikeluarkan

melalui pintu air tambak secara periodik saat penggantian air maupun

pengurasan tambak saat panen. Pada umumnya air buangan tambak

merupakan air yang kualitasnya sudah menurun dari sifat alamiahnya atau

sudah tidak terpakai lagi uttuk budidaya.

Secara fisik, bahan-bahan yang terkandung dalam air buangan tambak

Page 8: Aspek Sosial Budaya Dan Lingkungan

dapat dibedakan menjadi :

1. partikel tersuspensi

2. koloid

3. terlarut.

Pengelolaan air buangan tambak (effluent) adalah salah satu upaya

untuk mencapai produksi bersih dalam usaha budidaya. Air buangan

tambak (effluent) tergolong limbah yang mengandung bahan bernilai

nutrisi tinggi (protein, lemak, dan karbohidrat) yang mudah terdegradasi

menghasilkan nutrien. Oleh karena itu ada peluang untuk

memanfaatkannya melalui proses didaur ulang (recycle dan reuse).

Beban limbah tambak yang terbuang melalui effluent ternyata sangat

besar, disamping nutrien juga terdapat padatan tersuspensi dan lumpur

encer (sludge). Ini menunjukkan bahwa penggunaan jasad seperti bakteri

pengurai untuk mengeliminir limbah organik sepertinya tidak mungkin.

Untuk itu diperlukan petakan (tandon) pengendapan dan tempat

penampungan effluent. Oleh karena itu, salah satu upaya agar air

buangan dapat disebut ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan

model dan perlakuan tandon effluent dapat mengikuti kriteria sebagai

berikut:

1. Tambak dengan teknologi intensif dan super intensif sistem

tertutup agar menerapkan tandon resirkulasi,

dimana effluent dikembalikan ke tandon pasok untuk

mendapatkan perlakukan ulang dan seterusnya dialirkan ke petak

tambak. Sistem ini juga sesuai untuk lokasi tambak yang rawan

pencemaran.

2. Tambak dengan teknologi madya dan sederhana dapat

menerapkan tandon sistem limpasan. Pada sistem

ini effluent terlebih dahulu ditampung pada tandon buang atau

hamparan tertentu dan seterusnya bagian permukaan air secara

perlahan akan mengalir ke saluran buang.

Page 9: Aspek Sosial Budaya Dan Lingkungan

3. Adapun fungsi tandon adalah :

a. Sebagai tempat untuk mempersiapkan air yang berkualitas

baik sebelum dimasukkan ke dalam petakan pemeliharaan. 

b. Sebagai tempat mengendapkan limbah.

4. Pengendalian Lingkungan

1) Penggunaan Biosecurity

Mencegah masuk dan keluarnya penyakit.

2) Penggunaan Biofilter

Memelihara organisme hidup sebagai penyaring polutan yang

tersuspensi poluta.

3) Penggunaan Probiotik

Sebagai pengendali biologis dan meningkatkan resistensi rumput

laut dan ikan bandeng terhadap penyakit.

5. Pengawasan Terhadap Limbah Dari Luar

Sebagai pembudidaya perlu diwaspadai limbah yang akan

mencemari proses budidaya yaitu limbah dari masyarakat atas

pembuangan sampah sembarangan, limbah irigasi yang tercemar.

Maka dari itu, selain menciptakan budidaya yang ramah lingkungan,

wajib juga untuk mengawasai limbah yang datangnya dari luar

budidaya.

Page 10: Aspek Sosial Budaya Dan Lingkungan