aspek sosial budaya dalam kesehatan

21
BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN SOSIAL DAN BUDAYA Aspek sangat luas cakupannya yang meliputi aspek kehidupan manusia dan kebudayaan yang dihasilkan. Aspek sosial diantaranya antropologi, sosiologi, dan Psikologi sosial. Antropologi mempelajari kebudayaan secara khusus seperti wujud, unsur-unsur, dan aspek- aspek. Sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik gejala-gejala sosial (hubungan antar manusia, struktur sosial, proses-proses sosial, perubahan sosial). Psikologi sosial merupakan aspek perilaku sehubungan dengan kelompok sosialnya. Aspek sosial budaya dalam perilaku kesehatan timbul ketika kalangan medis mulai mengarah ke “community medicine”, mencangkup kesehatan mental, kesehatan fisik, dan kesehatan sosial. Tujuan pembangunan sosial memberikan kesempatan pada masyarakat untuk hidup wajar mental, fisik, dan sosial menuntut peran ilmu sosial yang lebih besar untuk ikut memecahkan masalah kesehatan. Upaya kesehatan memuat usaha-usaha terencana untuk merubah tingkah laku individu, kelompok, dan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pendidikan. Tujuan pendidikan kesehatan adalah merubah perilaku ke arah yang menguntungkan kesehatan. Perilaku adalah aktivitas manusia yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang resultante antara faktor internal dan eksternal dari

Upload: cintya-adianti

Post on 15-Jul-2016

193 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

makalah aspek budaya dalam kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SOSIAL DAN BUDAYA

Aspek sangat luas cakupannya yang meliputi aspek kehidupan manusia dan kebudayaan yang dihasilkan. Aspek sosial diantaranya antropologi, sosiologi, dan Psikologi sosial. Antropologi mempelajari kebudayaan secara khusus seperti wujud, unsur-unsur, dan aspek-aspek. Sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik gejala-gejala sosial (hubungan antar manusia, struktur sosial, proses-proses sosial, perubahan sosial). Psikologi sosial merupakan aspek perilaku sehubungan dengan kelompok sosialnya.

Aspek sosial budaya dalam perilaku kesehatan timbul ketika kalangan medis mulai mengarah ke “community medicine”, mencangkup kesehatan mental, kesehatan fisik, dan kesehatan sosial. Tujuan pembangunan sosial memberikan kesempatan pada masyarakat untuk hidup wajar mental, fisik, dan sosial menuntut peran ilmu sosial yang lebih besar untuk ikut memecahkan masalah kesehatan. Upaya kesehatan memuat usaha-usaha terencana untuk merubah tingkah laku individu, kelompok, dan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pendidikan. Tujuan pendidikan kesehatan adalah merubah perilaku ke arah yang menguntungkan kesehatan. Perilaku adalah aktivitas manusia yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang resultante antara faktor internal dan eksternal dari fisik, psikis, sosial individu. Perilaku merupakan fungsi dari sikap, norma, kebiasaan, dan harapan individu yang berupa tindakan nyata yang dapat diamati indera bahkan dapat dipelajari dan merupakan tindak lanjut pengetahuan, sikap, dan niat seseorang terhadap suatu obyek.

Perilaku kesehatan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya di mana individu tersebut hidup. Seperti contoh, petugas kesehatan perlu mengetahui aspek sosial budayanya agar usaha pendidikan yang dilakukan berhasil. Untuk itu, dapat dijelaskan definisi dari sosial dan budaya adalah sebagai berikut.

Page 2: Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan

1. Sosio atau Masyarakat

Manusia merupakan makhluk yang dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri, cenderung hidup berkelompok. Menurut Koentjaraningrat (1990) dalam bukunya Pengantar Antropologi menyatakan bahwa manusia adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengna sistema adat istiadat tertetnu yang sifatnya berkesinambungan, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Sebagai makhluk social, manusia cenderung untuk berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Gilin dan Gillin (1954) dalam bukunya Culture Sociology menjelaskan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang besar yang mempunyai kebebasan, sikap, tradisi, dan perasaan persatuan yang sama. Konsep ini menjelaskan kepada kita bahwa kelompok manusia yang besar terkait konsep masyarakat suatu bangsa, misalnya masyarakat Indonesia, masyarakat Malaysia, masyarakat Inggris dan masyarakat Negara lain.

Defisini masyarakat yang diuraiakan di atas tampaknya masih terlalu luas dan abstrak untuk kita pahami. Agar kita lebih mengerti secara mendalam tentang defisini masyarakat, kita perlu mengetahui unsure masyarakat. Secara sederhana, Koentjaraningrat (1990) membagi unsure masyarakat ke dalam dua bagian yaitu kesatuan social dan pranata social. Kesatuan social merupakan bentuk, susunan dan kesatuan individu yang berinteraksi dalam kehidupan masyarakat yang meliputi kerumunan, golongan dan kelompok. Pranata social adalah kumpulan berbagai norma dan segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Berbagai norma tersebut memberi petunjuk bagi tingkah laku individu yang hidup di masyarakat. Dengan mengerti unsure masyarakat, kita akan lebih paham makna yang terkandung dalam definisi kebudayaan.

2. Kebudayaan

Dalam pengertian yang terbatas banyak orang yang memberikan defisini kebudayana sebagai bangunan indah, candi, tari-tarian, seni suara, dan seni rupa. Kebudayaan diartikan sebagai kesenian. Ada pula yang memberikan definisi kebudayaan sebagai hasil dan cipta, karsa dan rasa. Sebenarnya kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta budhaya, bentuk jamak dari budhi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan diartikan sebagai hal yang bersangkutan dengan akal.

Page 3: Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan

Menurut Koentjaraningrat (1990), terdapat sekitar 160 definisi kebudayaan yang telah berhasil dikumpulkan oleh A. L. Kroeber dan C. Kluckhohn. Sebanyak 160 definisi kebudayaan tersebut kemudian dianalisis, dicari latar belakangnya, prinsip dan intinya, kemudian di klasifikasikan ke dalam berbagai tipe definisi. Hasil pengertian kebudayaan tersebut kemudian dikumpulkan menjadi sebuah buku yang diberi judul Culture, A Critical Review of Concepts and Definition.

Berbagai unsure universal yang pasti didapatkan di semua kebudayan di dunia adalah system religi, system dan organisasi masyarakat, system pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, teknologi, dan peralatan. Dalam hal ini unsure budaya di bagian atas dan deret merupakan unsure yang lebih sukar berubah jika dibandingkan dengna unsure-unsur yang disebut kemudian di bagian abwah dan deret. Namun, hal ini hanya dalam garis besarnya saja karena ada kalanya sub-sub unsure dan suatu unsure lebih sukar diubah bila dibandingkan dengan sub-unsur dan suatu unsure yang tercantum di atasnya.

2.2 TEORI SOSIAL BUDAYATeori sosial budaya adalah sebuah teori yang muncul dalam psikologi

yang terlihat pada kontribusi penting bahwa masyarakat membuat untuk perkembangan individu. Teori ini menekankan interaksi antara orang-orang mengembangkan dan budaya di mana mereka tinggal. Kebudayaan : suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1986). Kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu :

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-norma, peraturan dsb. Merupakan wujud dari ide kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Letaknya ada di dalm pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan bersan gkutan itu hidup. Dikenal den gan adat istiadat atau sering berada dalam karangan dan buku-bukuu hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan. Saat ini kebudayaan ideal lebih banyak tersimpan dalam disk, arsip, koleksi microfilm dan microfish, kartu komputer, silinder dan pita komputer.

2. Wujud Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas tindakan berpola dari manusia dari masyarakat, disebut juga sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yanbg berinteraksi,

Page 4: Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan

berhub ungan, bergaul yang berdasarkan adat tata kelaku an. Sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobserv asi, difoto dan didokumentasi.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut kebudayaan fisik, dan tak memerlukan banyak penjelasan. Merupakan seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan d an karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi, komputer, dapat diraba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi, komputer, pabrik baja, kapal, batik sampai kancing baju dan sebagainya.

a. Kebudayaan Rumah SakitMempunyai premis budaya rumah sakit Kesehatan itu sangat penting,

nyawa sangat berharga, perlu berbagai upaya yangharus dilakukan oleh Rumah sakit untuk menyelamatkan nyawa pasien, contoh: rumah sakit berbau karbol palkaian putih-putih bersih.

b. Sub Kebudayaan Pasien: tidak enak menjadi pasien, harus bayar, tidak gratis sama

sekali. Etiologi penyakit :- Naturalistik memerangi penyakit ke dokter ke rumah sakit- Personalistik, disebabkan oleh roh-roh jahat, ke dukun dulu

Di Luar Negeri- Lebih enak menjadi pasien, sambil dirawat dapat makan teratur, tempat

rekreasi, dibayar asuransi- Persepsi tentang sehat dan sakit- Public pain/menyatakan yang profesional, sekolah mahal

c. Birokrat Rumah SakitTuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad

ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkemban gan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.

d. Konsep dalam Transcultural Nursing

Page 5: Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan

Budaya adalah norma atau aturan tindak an dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan,keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merup akan kebiasaan manusia sebagai anggota kemunitas setempat. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keselurahan hasil budi dan karyan ya dan sebuah rencana untuk melakukan kegiatan tertentu. Karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut : (1) Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis, (2) budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan, (3) budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.

Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi.

2.3 PENGARUH BUDAYA PADA KESEHATAN DAN PERILAKU KESEHATAN

Budaya mengartikan apa yang baik dan buruk, serta apa yang sehat dan tidak sehat. Secara langsung budaya mempengaruhi kebiasaan sehari-hari. Menurut Foster (1987), aspek budaya yang dapat memengaruhi kesehatan seseorang antara lain adalah tradisi, sikap fatalism, nilai, ethnocentrism, dan unsure budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi. Terdapat beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negative terhadap kesehatan masyarakat.1. Sikap Fatalistis

Sikap fatalistis dalam masyarakt mampu memengaruhi status kesehatan. Beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang

Page 6: Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan

beragama Islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan dan sakit atau mati itu adalah takdir sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit atua menyelamatkan seseorang dan kematian. Sika pseperti ini perlu dihindari karena hal ini memberi kesan bahwa kita merasa tidak berdaya.

2. Pengaruh Sikap Ethnocentris terhadap Perilaku KesehatanSikap ethnocentris adlaah sikap yang memandang kebudayaan sendiri

paling baik jika dibandingakn kebudayan lain. Etnosentrisme merupakan sikap atau pandangan yg berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yg meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Seperti contoh di bidang kesehatan, Seorang perawat/dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak. Selain itu, budaya yang diajarkan sejak awal seperti budaya hidup bersih sebaiknya mulai diajarkan sejak awal atau anak-anak karena nantinya akan menjadi nilai dan norma dalam masyarakat.

Contoh lainnya yaitu orang Barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya dan selalu beranggapan bahwa kebudayaan yang paling maju, merasa superior terhadap budaya dan masyarakat yang sedang berkembang. Tetapi di sisi lain, semua anggota dan budaya lainnya menganggap bahwa apa yang dilakukan secara alamiah adalah yang terbaik. Menurut pandangan kaum relativitas tidak benar menilai budaya lain menggunakan kacamata budaya sendiri, karena kedua budaya tersebut berbeda. Oleh karena itu, sebagai perawat kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa perawat adalah orang yang paling pandai, paling mengetahui tentang masalah kesehatan dan merasa pendidikan perawat lebih tinggi dan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikutsertakan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Dalam hal ini memang perawat lebih menguasai tentang masalah kesehatan tetapi masyarakta lebih mengetahui keadaan dirinya.

3. Pengaruh Perasan Bangga pada Status Kesehatan Bangga terhadap budaya boleh berlaku pada semua orang. Hal tersebut

berkaitan dengan sikap ethnocentris. Di Surabaya, penulis melakukan ebrbagai upaya perbaikan gizi di kelurahan Wonokusumo tahun 2008, masalah yang ditemukan penulis masih banyak masyarakat yang enggan membawa bayinya ke Posyandu untuk dilakukan penimbangan dan diberikan makanan tambahan, padahal pemerintah bersama Puskesmas dan

Page 7: Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan

diberikan makanan tambahan, padahal pemerintah bersama Puskesmas memiliki program perbaikan gizi. Setelah dilakukan pendekatan dengan keluarga, baru diketahui bahwa terdapat anggapan bahwa kalau anaknya dibawa ke posyandu dan ditimbang mereka menganggap anaknya seperti beras yang ditimbang.

4. Pengaruh Norma terhadap Perilaku Kesehatan

Norma merupakan aturan atau ketentuan yg mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yg sesuai dan diterima oleh masyarakat. Terjadi perbedaan norma (sebagai standar untuk menilai perilaku) antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Masyarakat menetapkan perilaku yang normal (normatif) serta perilaku yang tidak normatif. Contohnya, Bila wanita sedang sakit, harus diperiksa oleh dokter wanita.

Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya, norma yang berlaku di masyarakat sangat memengaruhi perilaku kesehatan dan anggota masyarakat yang mendukung norma tersebut. Misalnya upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena adanya norma yang melarang hubungan antara dokter sebagai pemberi pelayanan dengan ibu hamil sebagai pengguna pelayanan. Maslaah tersebut juga terjadi pada masyarakat yang beragama Islam di Indonesia pada awal program KB diperkenalkan kepada masyarakat. Di daerah Serpong sekitar tahun 1976, akseptor KB menurun pada Puskesmas yang pelayanan KB-nya ditangani oleh seorang dokter spesialis obsteri ginekologi pria.

5. Pengaruh Nilai Kebudayaan terhadap Perilaku Kesehatan Masyarakat Indonesia terdiri dari macam-macam suku bangsa yang

mempunyai perbedaan dalam memberikan nilai pada satu obyek tertentu. Nilai kebudayaan ini memberikan arti dan arah pada cara hidup, persepsi masyarakat terhadap kebutuhan dan pilihan mereka untuk bertindak. Contoh: - Wanita sehabis melahirkan tidak boleh memakan ikan karena ASI akan

menjadi amis- Di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru. Penyakit ini

menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus. Penderita

Page 8: Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan

hanya terbatas pada anak-anak dan wanita. Setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tradisi kanibalisme

Terdapat perilaku kesehatan yang menguntungkan dan merugikan bidang kesehatan. Perilaku yang merugikan kesehatan, misalnya adanay penilaian yang tinggi terhadap beras putih meskipun masyarakat mengetahui bahwa beras merah lebih banyak mengadung vitamin B1 jika dibandingkan dengan beras putih. Masyarakat lebih memberikan nilai yang tinggi bagi beras putih, karena mereka menilai beras putih lebih enak dan lebih bersih. Contoh lain, masih banyaknya petugas kesehatan yang merokok meskipun mereka mengetahui bagaimana bahaya merokok terhadap tubuh. Mereka memberikan nilai tinggi untuk perilaku merokok karena rokok memberikan kenikmatan, karena bahaya merokok tidak dapat segera dirasakan.

6. Pengaruh Proses Sosialisasi Unsur Budaya terhadap Perilaku Kesehatan

Pada tingkat awal proses sosialisasi, seorang anak diajarkan bagaiaman cara makan, bahan makanan apa yang dapat dimakan, cara buang air kecil dan besar, dan kebiasaan lain. Kebiasaan tersebut akan terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan tua. Kebiasaan tersebut sangat memengaruhi perilaku kesehatan dan sulit untuk diubah. Misalnya, manusia yang biasa makanan nasi sejak kecil, akan sulit untuk diubah kebiasan makannya setelah dewasa. Oleh karena itu, upaya menganjurkan masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang beraneka ragam harus dimulai sejak kecil.

7. Pengaruh Konsekuensi Dan Inovasi Perilaku Kesehatan

Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu dinamis. artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya. Seorang petugas kesehatan jika akan melakukan perubahan perilaku kesehatan harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan yang benar.

Suatu proses perubahan akan menghasilkan sebuah konsekuensi. Apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan pada masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi

Page 9: Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan

apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis factor yang berpengaruh pada perubahan dan berusaha untuk memprediksi perubahan yang terjadi. Misalnya, masyarakat menggunakan kayu untuk memasak sehingga dapur penuh dengan asap dan mengakibatkan banyak ibu yang sakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas atau ISPA. Menyadari keadaan tersebut akan membahayakan kesehatan penduduk, perawat bersama ahli teknik berkolaborasi menciptakan cerobong asap. Setelah diterapkan ternyatatimbul konsekuensi dan akibat yang sebelumnya tidak dipeikirkan. Di rumah penduduk menjadi banyak semut putih, padahal semut tersebut mati terkena asap. Adanya cerobong asap menyebabkan populasi semut putih semakin banyak sehingga semakin banyak uang yang dikeluarkan untuk perbaikan rumahnya. Oleh karena itu, ide cerobong asap tidak bisa diterima bukan karena masyarakat yang kolot, ketidaktahuan manfaat cerbong asap, biaya cerbong asap yang murah tapi karena kerugian pemasang cerobong asap lebih tinggi daripada keuntungannya (Foster, 1978).

8. Persepsi Masyarakat terhadap Sehat Dan Sakit Masyarakat mempunyai batasan sehat atau sakit yang berbeda dengan

konsep sehat dan sakit versi sistem medis modern (penyakit disebabkan oleh makhluk halus, guna-guna, dan dosa).

9. Kepercayaan Kepercayaan dalam masyarakat sangat dipengaruhi tingkah laku

kesehatan, beberapa pandangan yang berasal dari agama tertentu kadang-kadang memberi pengaruh negatif terhadap program kesehatan. Sifat fatalistik atau fatalism adalah ajaran atau paham bahwa manusia dikuasai oleh nasib. Seperti contoh, orang-orang Islam di pedesaan menganggap bahwa penyakit adalah cobaan dari Tuhan, dan kematian adalah kehendak Allah. Jadi, sulit menyadarkan masyarakat untuk melakukan pengobatan saat sakit.

10. PendidikanMasih banyaknya penduduk yang berpendidikan rendah, petunjuk-

petunjuk kesehatan sering sulit ditangkap apabila cara menyampaikannya tidak disesuaikan dengan tingkat pendidikan khayalaknya.

Berikut merupakan cara budaya memengaruhi kesehatan, yaitu :a. Budaya berhubungan dengan kebiasaan atau praktik sosial yang

diambil dalam penambahan atau pengurangan risiko.

Page 10: Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan

Contoh: dalam pemilihan makanan (ada vegetarian, gaya diet mediteranian), metode dalam memasak, mutilasi kelamin wanita, dan sejarah pengikatan kaki di China.

b. Budaya berhubungan dengan tipe intervensi yang dapat diterima.Contoh: variasi kadar penerimaan pengobatan tradisional barat, termasuk ketergantungan terhadap penyembuhan diri sendiri dan penyembuhan tradisonal.

c. Budaya berhubungan dengan respon terhadap penyakit danintervensinyaContoh: perbedaan budaya dalam tindak lanjut, kepatuhan terhadap pengobatan, penerimaan terhadap hasil yang merugikan.

d. Budaya berkaitan dengan respons terhadap gejala, seperti tingkat urgensi mengenali gejala-gejala, mencari perawatan, serta mengkomunikasikan gejala.Contoh: perbedaan budaya dalam mencari perawatan.

2.4 PENGARUH SOSIAL TERHADAP KESEHATAN DAN PERILAKU KESEHATAN

Sehat sering diartikan sebagai efisiensi social untuk dapat melakukan peran dan fungsi dalam masyarakat. Ketika seorang individu sehat secara otomatis indivdu tersebut akan mampu beremansipasi dalam melaksanakan hak dan kewajibannya di masyarakat. Sebaliknya, ketika individu terganggu status kesehatannya, emansipasi dalam melaksanakan hak dan kewajibannya di masyarakat juga akan terganggu. Kondisi ini dapat merugikan masyarakt sehingga dengan status kesehatannya tersebut individu diharapkan dapat mencapai kepuasaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada beberapa aspek social yang memengaruhi status kesehatan, di antaranya:1. Umur

Semakin bertambah umur seorang individu, pola penyakit yang dialami juga akan mengalami pergeseran. Jika dilihat dari golongan umur, maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan umur. Misalnya, di kalangan balita banyak yang menderita penyakit infeksi, sedangkan pada golongan usia lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker dan lainnya.

Page 11: Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan

2. Jenis Kelamin Kecenderungan penyakit terkadang dipengaruhi oleh jenis kelamin

individu. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat beberapa jenis penyakit yang hanya diderita oleh jenis kelamin tertentu. Misalnya, di kalangan wanita lebih banyak menderita penyakit kanker payudara, sedangkan pada laki-laki banyak yang menderita kanker prostat. Selain itu Wanita cenderung lebih sering memeriksakan kesehatan ke dokter dari pada laki-laki.

3. PekerjaanTerdapat hubungan antar jenis pekerjaan dengan pola penyakit

tertentu. Misalnya, petani mempunyai pola penyakit yang berbeda dengan pola penyakit pekerja di industry. Di kalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang dilakukan di sawah dengna lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja di industry, misalnya di pabrik tekstil, banyak yang menderita penyakti saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.

4. Sosial EkonomiUmumnya Masyarakat yang berpenghasilan rendah menunjukkan

angka kesakitan yang lebih tinggi, angka kematian bayi dan kekurangan gizi.Keadaan social ekonomi juga dipengaruh pada pola penyakit dan berpengaruh pada kematian. Misalnya, angka kematian akan lebih tinggi di kalangan golongan yang status ekonominya rendah dibandingkan dengan mereka dari golongan status ekonomi tinggi. Demikian pula obesitas, lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, tetapi malnutrisi lebih banyak ditemukan di kalangan masyarakat yang status ekonominya rendah.

Menurut Foster (1978), identifikasi individu kepada kelompok berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.

1. Pengaruh Konsep Diri (Self Concept) terhadap Perilaku Kesehatan Konsep diri pada diri kita ditentukan oleh tingkatan kepuasaan atau

ketidakpuasaan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain. Konsep diri merupakan factor yang penting dalam kesehatan karena hal ini memengaruhi perilaku masyarakat dan juga perilaku petugas kesehatan.

2. Pengaruh Image Kelompok terhadap Perilaku Kesehatan Tampilan (image) seorang individu sangat dipengaruhi oleh image

kelompok. Misalnya, anak seorang perawat akan terpapar oleh organisasi

Page 12: Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan

keperawatan dan orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan keperawatan dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi perawat. Jadi Perilaku anak cenderung merefleksikan dari kondisi keluarganya.

3. Pengaruh Identifikasi Individu kepada Kelompok Sosialnya terhadap Perilaku Kesehatan

Identifikasi individu kepada kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan keamanan psikologis dan kepuasaan dalam pekerjaan. Identifikasi tersebut dinyatakan dalam keluarga besar di kalangan kelompok teman, kelompok kerja desa yang kecil dan kelompok lain.

Page 13: Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Erda, Dimas. 2014. Implementasi Sosial dan Budaya pada Asuhan Keperawatan. (Online). Available : https://ithinkeducation.wordpress.com/page/3/. (6 Maret 2015)

Mashudi, Sugeng.2012.Sosiologi Keperawatan.Jakarta:EGC.

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Perkasa.

Sunjaya, Desny. 2014. Aspek Sosial Budaya dalam Kesehatan. (Online).Available : https://www.academia.edu/9725129/Aspek_Sosial_Budaya_dalam_Kesehatan. (6 Maret 2015)

Wulandari, Feliza dkk. 2014. Ilmu Perilaku dan Sosial dan Kesehatan Masyarakat.

(Online).

Available:https://www.academia.edu/8526739/Hubungan_Ilmu_Sosial_dan_Per

ilaku_dengan_Kesehatan_Masyarakat .(6 Maret 2015 )

Burhanudin,2007. (http://nurs1ng.wordpress.com transkultural-nursing) Diakses 20 Mei 2011, pukul 14.00

Dahlan, S. 2008 (http://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi) Diakses 19 Mei 2011, pukul 15.00Fahran. A. 2010 (http://organisasi.org/definisi-pengertian-sosiologi-objek-tujuan-pokok-

bahasan-dan-bapak-ilmu-sosiologi) Diakses 18 Mei 2011, pukul 13.00Gunawan, Wahid. 2009 (http://www.docstoc.com/docs/6850304/Teori-teori-Keperawatan)

Diakses !8 Mei 2011, pukul 14.00