aspek liumor dalam wacana mesem sithik - core · taksa tersefjut digunakan untuk memunculkan aspek...

11
ASPEK lIUMOR DALAM WACANA MESEM SITHIK Oleh: Siti Mulyani Abstrak Ordng dapat tertawa antara lain karena adanya rangsangan pada indera pe/1dengar atau indera penglihatan. Rangsangan pada indera pendengar atau penglihatan tersebut dapat dilakukan dengan memperde/1garkanatau memperlihatkan sesuatu yang lucu. Sesuatu yang lucu dapat berupa kata-kata yang merupakan bentuk lingual yang taksa sehingga 4apat merangsang munculnya kelucuan. Hal itu tampak pada wacana A(esem Sithik yang dengan memanfaatkan bentuk lingual yang taksa tersefJutdigunakanuntuk memunculkanaspek kelucuan. Ketaksaan yang dimanfaatkan untuk memunculkan kelucuan pada wacana A(esem Sithik berupa pemaknaan satuan lingual tertentu yang berbeda a~aumenyimpang dengan makna yang diketahui oleh lawan tutur. Dari data ,yang terkumpul dapat diketahui bahwa satuan-satuan lingual yang diberi makna menyimpang berupa : nek turu piye 'kalau tidur bagaimana~ Melly 'Melly', kaya Pak Joko 'seperti Pak Joko'. ketiban kambil 'kejatuhankelapa~dannontonfilm 'melihatfilm'. A. Pendahulu~ Manusi~ sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari memerlukan b4hasa untuk menyampaikan gagasan atau perasaannya. Dalam pemakai~lmya itu harnsjelas dengan memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan yang harus dipenuhi itu diantaranya harns menghindari bentuk- bentuk tuturan yang mengandung ketaksaan, karena hal itu dapat menghambat proses interpreta~ituturan dan memunculkan kebingungan petutur. Namun jJntuk mencapai tujuan tertentu, persyaratan itu dilanggar atau disimpang~an. sebagai contoh untuk menutupi kenyataan sosial yang pahit atau untuklmenutupi pelanggaran moral maka dipakailah suatu bentuk lingual yang taksa, sehingga menghambat proses interpretasi tuturan bagi petutur. Hal itu itampak pada contoh kalimat berikut : Pada musim kering seperti ini banyak daerah yang rawan pangan. Kalimat tersebut digunakan untuk menutupii kenyataan sosial yang pahit yaitu adanya masyarakat di daerah tertentu rang kekurangan pangan, namun hanya dikatakan sebagai rawan pangan. IPemakaian bentuk lingual rawan pangan merupakan salah satu wujud reka)1asasemantik untuk mengaburkan permasalahan. Dengan 65 ---

Upload: vuongthien

Post on 08-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASPEK lIUMOR DALAM WACANA MESEM SITHIK - CORE · taksa tersefJut digunakan untuk memunculkan aspek kelucuan. Ketaksaan yang dimanfaatkan untuk memunculkan kelucuan pada wacana A(esem

ASPEK lIUMOR DALAM WACANA MESEM SITHIK

Oleh: Siti Mulyani

AbstrakOrdng dapat tertawa antara lain karena adanya rangsangan pada

indera pe/1dengar atau indera penglihatan. Rangsangan pada inderapendengar atau penglihatan tersebut dapat dilakukan denganmemperde/1garkanatau memperlihatkan sesuatu yang lucu. Sesuatu yanglucu dapat berupa kata-kata yang merupakan bentuk lingual yang taksasehingga 4apat merangsang munculnya kelucuan. Hal itu tampak padawacana A(esem Sithik yang dengan memanfaatkan bentuk lingual yangtaksa tersefJutdigunakanuntukmemunculkanaspek kelucuan.

Ketaksaan yang dimanfaatkan untuk memunculkan kelucuan padawacana A(esem Sithik berupa pemaknaan satuan lingual tertentu yangberbeda a~aumenyimpang dengan maknayang diketahui oleh lawan tutur.

Dari data ,yang terkumpul dapat diketahui bahwa satuan-satuan lingualyang diberi makna menyimpang berupa : nek turu piye 'kalau tidurbagaimana~ Melly 'Melly', kaya Pak Joko 'seperti Pak Joko'. ketibankambil 'kejatuhankelapa~dannontonfilm 'melihatfilm'.

A. Pendahulu~Manusi~ sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari

memerlukan b4hasa untuk menyampaikan gagasan atau perasaannya.Dalam pemakai~lmya itu harnsjelas dengan memenuhi beberapa persyaratan.Persyaratan yang harus dipenuhi itu diantaranya harns menghindari bentuk-bentuk tuturan yang mengandung ketaksaan, karena hal itu dapat menghambatproses interpreta~ituturan dan memunculkan kebingungan petutur.

Namun jJntuk mencapai tujuan tertentu, persyaratan itu dilanggaratau disimpang~an. sebagai contoh untuk menutupi kenyataan sosial yangpahit atau untuklmenutupi pelanggaran moral maka dipakailah suatu bentuklingual yang taksa, sehingga menghambat proses interpretasi tuturan bagipetutur. Hal itu itampak pada contoh kalimat berikut : Pada musim keringseperti ini banyak daerah yang rawan pangan. Kalimat tersebut digunakanuntuk menutupii kenyataan sosial yang pahit yaitu adanya masyarakat di

daerah tertentu rang kekurangan pangan, namun hanya dikatakan sebagairawan pangan. IPemakaian bentuk lingual rawan pangan merupakan salahsatu wujud reka)1asasemantik untuk mengaburkan permasalahan. Dengan

65

---

Page 2: ASPEK lIUMOR DALAM WACANA MESEM SITHIK - CORE · taksa tersefJut digunakan untuk memunculkan aspek kelucuan. Ketaksaan yang dimanfaatkan untuk memunculkan kelucuan pada wacana A(esem

66

demikian ada kesempatan untuk berkelit bagi orang yang seharusnya

proses pem bodohan atau penipuan terhadap masyarakat.

Selain pemakaian bentuk lingual yang taksa seperti tersebut di atas,dapat juga digunakan untuk memunculkan aspek kelucuan sehingga dapatmengakibatkan tawa atau senyum petutur. Hal itu tampak pada wacana berikut101.

Em bos : We Iha ta Gel, ana cab kanibal !

'We Iha Gel, itu ada anak sebagai kanibal !'

Bugel :Ana wong mangan wong? Endi ta ?

'Ada orang makan orang? Mana?

Embos :Kae Iholungguhkursinengteras!'Itu Ihoduduk di kursi di teras!'

Bugel :Woo... ana bocah nyusu ibuneje diarani kanibal !

'Woo... ada anak menyusu ibunya dikirakanibal !'

Dalam wacana tersebut di atas mengandung kata kanibal yangmenurut Kamus Urnurn Bahasa Indonesia berarti orang )iang suka makandaging manusia. Seorang balita yang sedang menyusu ibunya di teras olehEmbos diasumsikan sebagai seorang anak yang memakan ~bunya, sehinggadinamai kanibal. Pemakaian yang demikian itu I memunculkanketidaksejajaran antara yang diasumsikan Bugel dengan Embos. Hal itudisengaja untuk memunculkan aspek kelucuan, sehingga petutur akan ter1awaatau tersenyum.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengap memanfaatkanaspek kebahasaan dapat merangsang seseorang untuk tertawa atau palingtidak tersenyum. Pemanfaatan aspek kebahasaan untuk me",-bangkitkan tawaatau senyum seseorang tampak dalam tesis Widjayanti (1998 : 168) yangmenyebutkan bahwa aspek kebahasaan dapat dimanfaatkan dalam wacanalawak Jawa Timuran. Aspek tersebut berupa ketaksaan leksikal dan ketaksaangramatikal. Kataksaan leksikal terdiri atas homonimi dan po~isemi.Ketaksaangramatikal meliputi frasa amfiboli, peribahasa, sinekKloke, sinooimi,hiponimi, dan implikatur. Di samping itu juga ditemukan adanya

DIKSI. VO/.8No. 19 Januari 2001

Page 3: ASPEK lIUMOR DALAM WACANA MESEM SITHIK - CORE · taksa tersefJut digunakan untuk memunculkan aspek kelucuan. Ketaksaan yang dimanfaatkan untuk memunculkan kelucuan pada wacana A(esem

67

penyimpangan fqnologis yang bersifat dialektal.Selain dalam wacana lawak, humor berbahasa Jawa pun dapat

nampak dalam ~acana karikatur. Keunikan bahasa Jawa yang terkandungdalam karikatur ~ang dapat menimbulkan kelucuan, diantaranya disebabkanoleh adanya pemberian bentuk panjang yang tidak lazim dari suatu singkatan,adanya homonilt;li,adanya makna kata yang disimpangkan, dan juga adanyaperubahan letak satuan lingual (Mulyani, 1986:82)

Berdasa~kan uraian tersebut di atas dapatlah diketahui bahwa humoryang dimunculkim dalam setiap media bersifat unik. Pemakaian baha~ Jawadalam humor m~mpunyai kekhasan terkait dengan pemakaian bahasa yangbertumpu pada Istruktur bunyi atau bentuk ujaran dengan makna ujarantersebut. Hal itu dapat terjadi karena sifat-sifat yang dimiliki bahasa,diantaranya vagilesness, inexplicitness, ambiguity, context-dependent, danmisleadingness ~Alstondalam Aminuddin, 1988: 19). Bahasa memiliki sifatvaguesness kare~a makna yang terkandung di dalam suatu bentuk kebahasaanpada dasamya hflIlyamewakili realitas yang diacunya. Ambiguity berkaitandengan ciri ke~ksaan makna dari suatu bentuk kebahasaan. Akibat lebihlanjut dengan adanya kekaburan dan ketaksaan adalah terjadinyainexplicitness, bahasa seringkali tidak mampu secara eksak, tepat danmenyeluruh me}vujudkan gagasan yang direpresentasikannya. Selain itu,pemakaian suatq bentuk sering kali berpindah-pindah makna sesuai dengankonteks gramaak, sosial, serta konteks situasional dalam pemakaian,sehingga juga rflengalami context-dependent. Dari adanya sejumlah sifatbahasa tersebut~ bahasa sering mengandung misleadingness sehubungandengan keberadc,\annyadalam komunikasi, misalnya pemyataan : "Wahdiasudah parah I" Itu dapat dimaknai 'Dia penyakitnya sudah parah'. Sementarayang dimaksud~ mungkin 'Nilai dia sangat jelek' atau 'Dia amat bandel dansulit dinasihati'. J\danya kenyataan-kenyataan seperti itu sering dimanfaatkanpemakai bahasa untuk menciptakan kelucuan dalam kehidupan sehari-hari.

Bertitik Itolak dari uraian di atas, tulisan ini ingin mengkaji humoryang termuat d~lam majalah Djaka Lodang (DL), salah satu wacana yangmemang bertujuan untuk memancing tawa atau paling tidak senyum pembacadimuat dalam JiIbrik Mesem Sithik. Dengan kata lain, karya yang dimuatdalam rubrik ini merupakan karya penulis yang bertujuan untukmembangkitkani tawa atau senyum. Tulisan ini akan memaparkan. masalah :

Aspek Humor do/am Wacana Mesem Sithik...(Siti Mu/yani)

--_ .J - -

Page 4: ASPEK lIUMOR DALAM WACANA MESEM SITHIK - CORE · taksa tersefJut digunakan untuk memunculkan aspek kelucuan. Ketaksaan yang dimanfaatkan untuk memunculkan kelucuan pada wacana A(esem

-- ---

68

bagaimanakah wujud satuan lingual yang merupakan bentu~ taksa yang dapat." " " ...

Sithik ? Lebih lanjut tulisan ini bertujuan untuk memap~rkan pemakaianbentuk lingual yang taksa yang dapat digunakan sebagai sarana untukmemunculkan aspek kelucuan.

B. Hakikat Humor

Humor merupakan sesuatu yang lucu dan menggelikan, merupakansuatu rangsangan dapat berupa verbal maupun non-verbal !yang berpotensimembangkitkan tawa atau senyum. Claire dalam Rustono (1998: 45)berpendapat bahwa humor dapat membuat orang tertawa apabila mengandungsatu atau lebih dari keempat unsur, yaitu; kejutan, sesuatu yangmengakibatkan malu, ketidakmasukakalan, dan sesuatu ;yang membesar-besarkan masalah. Keempat unsur itu dapat terlaksana mdlalui rangsanganverbal yang berupa kata-kata atau satuan-satuan bahasa yang sengaja dikreasisedemikian rupa oleh para pelakunya. Lebih lanjut Goenoprawira (1984: 5)menyebutkan bahwa orang membuat humor mempunyai tujuan pokok yaitumerangsang orang tertawa atau tersenyum. Orang dapat tertawa melaluirangsangan empat panca indera, yaitu; (1) indera pembau, hal ini dilakukandengan memberi gas gelak (nitrogenoksidull N20), (2) indera perasa (kulit)dilakukan dengan menggelitik bagian tubuh yang peka, (3) indera penglihatandengan memperlihatkan sesuatu yang lucu, dan (4) indera pendengar dalamhal ini dilakukan dengan memperdengarkan sesuatu yang lucu. Kata-katayang dapat merangsang munculnya kelucuan dapat disalurk~ melalui tulisan,seperti humor tulis, dan kartun, dan dapat pula disalurkan s~cara lisan sepertilawak.

Adanya kata-kata yang dapat membangun humor itu karena kelucuandan banyaknya peluang yang terbuka terkait dengan makna k!ata-kata terstDut.Kenyataan itu dapat terjadi antara lain oleh karena :(1) makqa kata itu sendirisamar (kabur) , tanpa konteks suatu kata tidak jelas maknanya, (2) adanyasatuan bahasa yang memilikj makna ganda (polisemi), dan (3) struktur kosakata (Ullmann, 1972: 195 - 197).Dengandemikianuntukdapatmemahamisuatu bentuk lingual perlu diketahui faktor-faktor yang m~lingkupi bentuklingual tersebut.

DIKSI. Vol.8 No.19 Januari 2001

Page 5: ASPEK lIUMOR DALAM WACANA MESEM SITHIK - CORE · taksa tersefJut digunakan untuk memunculkan aspek kelucuan. Ketaksaan yang dimanfaatkan untuk memunculkan kelucuan pada wacana A(esem

69

Terkaitdengan faktor-faktor yang menentukan dalam memahami suatubentuk ujaran, Hymes dalam Wardhaugh (1988: 238 - 241) menyebutkandengan SPEAKING sebagai akronim dari faktor-faktor ituyang terdiri dari : (1)Setting and scene yang terkait dengan latar tempat, waktu, budaya sertalingkungan fisik tuturan berlangsung, (2) Participant atau peserta tutur yangterdiri dari pembibara-pendengar, pengirim-penerima, (3) Ends atau tujuantutur yang menunjuk pada hasil atau tujuan personal yang diusahakan olehpartisipan, (4) Act sguence atau urutan tuturan yaitu rangkaian tindakan yangmenunjuk pada bentuk dan isi aktual dari apa yang dikatakan, (5) Key I warnaemosi penutur menunjuk padapenyampaianpesankhusus, (6) InstrumentalitiesI sarana yaitu"alatbantu yang menunjuk pada saluran, (7) Norm of Interactionand Interpretation I apa saja yang biasa dibicarakan dalam masyarakat itumenunjuk padaperilaku tertentu dan kesopanan yang terdapat padapembicaraan dan tergantung pada bagaimana hal ini dipandang oleh seseorangyang tidak menerimanya, dan (8)Genreataujenis wacana, menunjukpada tipeujaran.

c. Humor dalam Wacana MesemSithik

. Data pada tulisan ini adalah wacana humor pada rubrik Mesem Sithikyang mengandung bentuk lingual yang taksa yang dapat merangsang tawaatau senyum. Bentuk tersebut dibandingkan dengan pemakaiannya dalamsituasi yang wajar, dari pembandingan tersebut ditemuklan adanyapenyimpangan.

Salah satu contoh wujud penyimpangan yang dimanfaatkan olehpenulis rubrik Mesem Sithik untuk memunculkan aspek kelucuan ialahmemanfaatkan sifat kataksaan yang dimiliki oleh bahasa. Ketaksaan yangdimunculkan oleh penulis rubrik Mesem Sithik dilakukan denganmemanfaatkan adanya suatu bentuk lingual yang dapat diberi makna lebih darisatu. Hal itu tampak pada data berikut ini.

Wacana 1

+ Wongwungkuknek turupive ...

'Orang bongkokkalau tidur bagaimana... '

Kowe ki nek ngenyek mbok aja banget-banget, karepmu rak nek nglekarkaya prahu

'Kaniu kal~umenghinajangan keterlaluan, maksudmu kalau terlentang

Aspek Humor cia/am Wacana Mesem Silhik...(Sili Mulyani)

---- - --- -

Page 6: ASPEK lIUMOR DALAM WACANA MESEM SITHIK - CORE · taksa tersefJut digunakan untuk memunculkan aspek kelucuan. Ketaksaan yang dimanfaatkan untuk memunculkan kelucuan pada wacana A(esem

70

seperti perahu

!oo..:! Lan nekmmngnJlmgkrung ... ngonotalsa wa~al(U...

ya... ?Dan kalau miring melengkung ... begitu kan sara bisa...'+ Nek turu ya merem kok goblokmu kuwi Iho...

'Kalau tidurya terpejam kamu itubodohnya ...'

Hoo... benerning prek ...

'00... betul tetapi masa bodoh...

+ Wongkalah ki ya ngono kuwi

'Kalau orang kalah ya seperti itu ...' (DL. No. 1060 :35~Waeana di atas meneerminkan pereakapan orang sebaya yang akrab,

hal itu terlihatdari ragam bahasayang digunakan ialah bahasaJawaNgoko danadanya pronomina I kowe 'kamu' dan juga muneulnya uplpatangoblokmu'kamu bodoh'. Lebih lanjutwaeana tersebut mengandung bentuk lingual nek

turu piye 'kalau tidur bagaimana' yang dituturkan oleh ~+) dengan tujuanmemuneulkan kelueuan, ujaran tersebut dalam tuturan wajar bermaknabagaimanakah posisi badan orang kalau sedang tidur. D~n oleh (-) bentuktuturan tersebut diasumsikan sebagai bentuk tuturan ya11jgwajar sehinggamengaeu pada posisi badan/ tubuh seseorang kalau seda

¥tidur, misalnya

terlentang, telungkup, atau miring. ltulah yang menyebab an adanya reaksiyang berupa: "Kowe ki nek ngeyek mbok aja banget-bange , karepmu rak neknglekar kayaprahu too... ?"Kamu kalau menghina orangj~gan keterlaluan,maksudmu kalau terlentang akan seperti perahu kan ...f Lan nek miringnjingkrung... 'Dan kalau miring melengkung...'. Posisi tiduryang semaeam ituitu (-) dianggap lueu. Namun, oleh (+) bentuk ujaran tersebut sengajadisimpangkan dengan mengaeu hanya pada aktivitas mata <j)rangyang sedangtidur. Tentunya orang tidur matanya pasti terpejam. Hal itu ~ilakukan oleh (+)dengan tujuan untuk memuneulkan aspek kelueuan. ltu merupakan suatukejutan bagi (-) sehingga muneullah reaksi (-) yang berupa : "Hoo... benerningprek... "Hoo... benartetapimasa bodoh...'''.Wacana2

Ita: WiapaMel/v mau dolan rene?

'Wi apakah tadiMel/v bermain ke sini?'

Awi :Ora ki, Ihawong kawit mau durung anakii-iksing rdne kok !

DIKSl, VoI.8No./9 Januari 200/

Page 7: ASPEK lIUMOR DALAM WACANA MESEM SITHIK - CORE · taksa tersefJut digunakan untuk memunculkan aspek kelucuan. Ketaksaan yang dimanfaatkan untuk memunculkan kelucuan pada wacana A(esem

71

'Tidak, sejak tadi belum anaanak anjing yang ke sini !Ita: Kirike mbahmu Kuwi !Mel/vadhikukok!

'Anak anjing nenekmu itu !Mel/v adik saya kok !'Awi : Oooadhimutaa.

'Oooadikmu ...'

Ita: Dhasar sableng !

'Dasarsableng!' (DLNo.1060: 35)

Wacana di atas merupakan percakapan dua orang anak sebaya yangbertetangga yang' akrab, hal itu terlihat dari pemakaian ragam bahasa danbentuk sapaan yang digunakan yaitu bahasa Jawa Ngoko dan sapaan berupapenggalan nama tersapa dalam ujarannya. Dalam ujaran wajar bentuk lingualdo/an 'bermain' biasanya merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manusia,dan jika aktivitas itu dilakukan oleh sorang anak dalam waktu yang relatiflama, maka anggota keluarganya akan mencarinya. Dari wacana di atas dapatdiketahui bahwa Ita menanyakan apakah adiknya Melly tadi bermain ketempat Awi. Namun dalam menanggapi pertanyaan Ita tersebut Awimenyimpangkan makna Melly, wujud penyimpangan itu tampak dalampemaknaan Melly dengan nama anak anjing. Sebetulnya aktivitas bermainuntuk binatang dalam masyarakat Jawa diberi istilah saba bukan dolan. Hal itudilakukan Awi dengan tujuan untuk membangkitkan kelucuan, bagi Itapemaknaan yang dilakukan Awi merupakan kejutan dan mungkinmengakibatkan rasa malu. Sehingga Ita memberikan reaksi berupa: "Kirikembahmu kuwi ! 'Anak anjing punya nenekmu itu !' Melly adhiku kok !"Mellyadikku !' ".

Wacana3

Ibu : Mbok aku dijak dolan-dolan ta, Pak. Plesiran. Kaya Pak Joko kaeIho, sayang

'Ajaklahsaya pergi-pergi, Pak. Rekreasi. Seperti Pak Joko itu Iho,sayang

banget karo BuJoko, pendheak Minggu mesthi dijak piesiran.

sekali dengan Bu Joko, setiap Minggu pasti diajak berekreasi'

Bapak: Tenan? Ibu ora pa-pa yen akukaya PakJoko !

'Benar? Ibu tidak apa-apa kalau sayaseperti PakJoko!

Aspek Humor do/am Wacana Mesem Sithik...(Siti Mulyani)

---

Page 8: ASPEK lIUMOR DALAM WACANA MESEM SITHIK - CORE · taksa tersefJut digunakan untuk memunculkan aspek kelucuan. Ketaksaan yang dimanfaatkan untuk memunculkan kelucuan pada wacana A(esem

- -- - -

72

Ibu : Yara pa-pa ta. Malah senengyen BapakisakL{yaPdkJoko!

'Ya tlPakJoko !

Bapak: Yawis, yen ngono Minggu ngarep aku tak ngejakdolan BuJoko ...

'Va sudah, kalau begitu Minggu depan saya akan QIengajakrekreasiBu Joko ...

Ibu :!!!?(DLNo.17:19)

Wacana 3 di atas rnenggambarkan percakapan su~i isteri, dimanaisteri tersebut rnenginginkan sering diajak rekreasi suarpinya setiap hariMinggu. Hal itu tampak dari satuan lingual yang berbentUkkL{yaPakJoko.Pak Joko setiap hari Minggu rnengajak isterinya pergi ~kreasi. Sehinggakalau suarninya dapat berbuat seperti Pak Joko ia akan sem~ngsekali, karenasesuai dengan keinginannya. Namun oleh sang suami satuan lingualI

berbentuk kL{yaPakJoko rnaknanya disimpangkan dengan lJ1ernaknaisebagaisuatu perbuatan yang berupa rnengajak rekreasi Bu Joko ~tiap hari Minggu.Terbukti dengan tanggapannya yang berupa : "Ya wis, ytfn ngono Minggungarep aku tak ngejak do/an Bu Joko 'Va sudah, kalau begitu Minggu depansaya akan rnengajak rekreasi Bu Joko' ". Hal tersebut sang,t berbeda denganrnaksud sang isteri rnegeluarkan tuturan yang berupakL{yaItzkJoko, sehinggahal itu rnerupakan kejutan bagi sang isteri. Penyimpangan rnakna yangdilakukan oleh bapak tadi bertujuan untuk rnernbangkitkan ~wa atau senyum.

apa-apa.~a an saya senangI

au tl~p apa!seperh

Wacana4

Rina: Rus, wingi si Toni ketiban /cambi/ning oraapa-apa. Ampuh tenan ya no

'Rus, kernarin Tonikeiatuhan ke/apatetapi tidak apa-apa. Hebatya ou'

Rus :Tenan paRin

'Apa benar Rin ?'

Rina: Tenan.lha wong kam bile wis parutan kok !

'Benar, karena kelapanya sudah diparut !'

Rus : Dhasar kowe ki cah seneng ndobos. Sernprul ki !

'Dasar karnu anak yang suka bercanda. Sernprul !' (~L No.1 060: 35)

Wacana (4) di atas rnenggambarkan percakapan d~ orang ternan yang

DIKSl, VO/.8No.19 Januari 2001

Page 9: ASPEK lIUMOR DALAM WACANA MESEM SITHIK - CORE · taksa tersefJut digunakan untuk memunculkan aspek kelucuan. Ketaksaan yang dimanfaatkan untuk memunculkan kelucuan pada wacana A(esem

73

,dah akrab, hal itu tampak pada pilihan kode yang digunakan dalam~rcakapan tersebut yaitu bahasa Jawa Ngoko dan juga pemakaian sapaan~nganmenyingkat nama dari masing-masing peserta tutur. Sebagai contohturan itu berupa :"Rus, wingi si Toniketiban kambil ning ora apa-apa. 'Rus,~marinToni kejatuhan kelapa tetapi tidak apa-apa. Ampuh tenan ya ... Hebati...' ". Satuan lingual yang berupaketihan kamhi! tersebutjika digunakanllam tuturan wajar biasanya mempunyai makna kejatuhan kelapa dari pohonm kelapanya masih utuh terbungkus sabut. Sehingga kalau ada orang yang~jatuhankelapa seperti itu akan menyebabkan luka serius. Hal semacam ituga ditangkap oleh Rus, sehingga dia menyangsikan informasi awal yangberikan Rina yang beI1Upasi Toni ketihan kamhi! ning ora apa-apa 'Toni~jatuhankelapa tetapi tidak apa-apa'. Namun dalam wacana tersebut, bentukdi oleh Rina maknanya disimpangkan dari makna dalam tuturan yang wajar.etihan kamhi! dalam wacana di atas dimaknai kelapa yang sudah diparur danasanya dalam kehidupan sehari-hari dalam suatu keluarga tidakemerlukan kelapa parut dalam jumlah yang banyak, sehingga kalau kelapalfUt tersebut menjatuhi orang tidak akan menimbulkan luka. Pemaknaan!tihankamhi!yang dila~kan oleh Rina tersebut merupakan kejutan bagi Rusmjuga bertujuan untuk menimbulkan tawa atau senyum.

Wacana 5

Pras :Pur, sesuk Min~gu ta ?Melu nonton film ya ?'Pur, besuk hari Minggu kan ? Ikut melihat film ya ?

Puma: Yahwis.jam pira?

'Vasudahlah. Jam berapa ?'

Pras : Jam sanga esUk!

'Jam sembilan pagi !'

Puma: Filmejuduleapa?

'Judul filmnya.apa?'

Pras :Si"Unyil"nengTV

'Si "Unyil" di TV'Puma: Dhasar bokek I

'Dasartidak punya uang !' (DLNo.1 059: 35)

Dalam tuturan yang wajar ajakan untuk melihat film dengan

pek Humor dalam Wacana Mesem Sithik...(Siti Mulyani)

Page 10: ASPEK lIUMOR DALAM WACANA MESEM SITHIK - CORE · taksa tersefJut digunakan untuk memunculkan aspek kelucuan. Ketaksaan yang dimanfaatkan untuk memunculkan kelucuan pada wacana A(esem

--

74

menentukan hari dan jam tayangnya biasanya film yang akan dilihat itu

mengeluarkan uang dahulu untuk membeli tiket. Namun dalam wacana di atasbentuk lingual nonton film sengaja disimpangkan oleh Pras dengan tujuanuntuk memancing tawa atau senyum. Wujud penyimpangan itu berupa ajakanuntuk melihat film Unyil dengan menentukan hari dan j~nya, padahal jamtayang film Unyil di TV itu sudah diketahui oleh umum. I/Ial itu merupakansesuatu yang dibesar-besarkan danjuga merupakm keju~ bagi Pur. KarenaPuma berasumsi ketika diajak melihat film itu diajak untuklmelihat film yangditayangkan di gedung film.

D. Simp ulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapatlah diambil simpulansebagai berikut. Rubrik Mesem Sithik merupakan rubrik yang disediakan olehmajalah Djaka Loda,ng bagi penulis untuk menyampa~kan pendapatnyatentang sesuatu yang terkait dengan humor. Sehingga diharapkan parapembaca rubrik tersebut akan tertawa atau paling tidak tersenyum. Untukmerangsang tawa atau senyum para pembaca, penulis ru~rik Mesem Sithikmemanfaatkan sifat ketaksaan bahasa. Ketaksaan yang dimanfaatkan tersebutberupa pemaknaan satuan lingual tertentu yang berbedal atau menyimpangdengan makna yang diketahui oleh lawan tutur. Satuan-satuan lingual yangdiberi makna menyimpang, dari data yang terkumpul berQpa ;nek turu piye'kalau tidur bagaimana', Melly 'Melly', cah kanibal 'anak Itanibal',kaya PakJoko 'seperti Pak Joko', ketiban kambil 'kejatuhan kelapa', dan nonton film'melihattilm'. .

DAFfAR PUSTAKA

Aminuddin. 1988.Semantik. Pengantar Studi tentang makn~. Bandung : SinarBarn

Goenoprawiro, Soesanto. 1984. Lawak, Teori dan Prak~k Beserta Liku-likunya. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan KebudayaanDirektorat Jendral Kebudayaan Proyek penelitian dan PengkajianKebudayaan Nusantara

DIKSI. Vo/.S No.19 Januari 2001

Page 11: ASPEK lIUMOR DALAM WACANA MESEM SITHIK - CORE · taksa tersefJut digunakan untuk memunculkan aspek kelucuan. Ketaksaan yang dimanfaatkan untuk memunculkan kelucuan pada wacana A(esem

75

Mulyani, Siti. 11986.Pemakaian Bahasa Jawa dalam karikatur. SkripsiProgram ~arjana

Poerwadarminta" W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. jakarta: PNBalai pustaka

Rustono. 1998. tmplikatur Percakapan sebagai Penunjang PengungkapanHumordi dalam Wacana Humor Verbal Lisan BerbahasaIndonesi~. Jakarta: Disertasi Program Pascasarjana

Sudaryanto. 199~. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. PengantarPenelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta:Duta Wa(fanaUniversity Press

Ullmann, Stephtfn. 1972. Semantic An Introduction to The Science ofMeaning, Oxford: Basil Blackwell

Wardhaugh, Ronald. 1974.An Introduction to Sosiolinguistics. Oxford: BasilBlackwell

Widjajanti, Aniu,.. 1998. Wacana Lawak dalam Ludruk. Yogyakarta: Tesis

pada Pro~ram pascasarjana UGM

Aspek Humor da/am Wacana Mesem Sithilc...(Siti Mu/yani)

--