asma pada ibu hamil

Upload: riadwi

Post on 08-Jan-2016

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan kasus

TRANSCRIPT

Nama Peserta: dr. Ria Evasari Pratiwi

Nama Wahana: RS Islam Pondok Kopi, Jakarta

Topik: Asma eksaserbasi akut sedang pada G1P0A0 hamil 28 minggu

Tanggal (Kasus): 01 Agustus 2015

Nama Pasien: Ny. DNo RM: 77-96-10

Tanggal Presentasi:Nama Pendamping: dr. Slamet Budiarto,MHKes.

Tempat Presentasi:

Obyektif Presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi: Wanita hamil, berusia 17 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak sore hari sebelum masuk rumah sakit, disertai batuk. Sesak napas timbul tiba-tiba saat pasien sedang menyapu rumah. Pasien merasa sesak napas sehingga membuat pasien tidak nyaman berbaring dan memilih duduk disertai rasa dahak yang terkumpul di leher dan merasa lemas, pasien masih dapat berbicara beberapa kata. Pasien meminum obat salbutamol namun keluhan tidak membaik. Pasien mengaku sedang hamil 7 bulan. Hari pertama haid terakhir tanggal 15-01-2015. Sebelumnya pasien memiliki riwayat asma sejak kecil, serangan asmanya timbul jika pasien kelelahan, biasanya 1-2x/bulan. Pasien biasa berobat ke puskesmas dan diberikan obat salbutamol.

Tujuan : Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan asma eksaserbasi akut serangan sedang pada wanita hamil dalam kompetensi dokter umum.

Bahan Bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara Membahas: Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos

Data PasienNama: Ny. DNo Registrasi:

Nama Klinik: UGDTelpon:Terdaftar Sejak: 01-08-2015

Data Utama dan Bahan Diskusi

1. Diagnosis / Gambaran KlinisAsma eksaserbasi akut sedang pada G1P0A0 hamil 28 minggu.

2. Riwayat PengobatanPasien sudah minum obat salbutamol namun keluhan tidak membaik

3. Riwayat Kesehatan / PenyakitPasien mengatakan memiliki riwayat Asma sejak kecilRiwayat alergi obat disangkal.

4. Riwayat KeluargaPasien mengatakan nenek pasien memiliki riwayat AsmaRiwayat tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, alergi obat disangkal

5. Riwayat PekerjaanIbu rumah tangga

6. Lain-lain:

Daftar Pustaka

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Konsensus Asma : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia. Jakarta, 2008.2. Global Initiative for Asthma. At A Glance Asthma : Management Reference. 2009.3. Idrus Alwi, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Edisi ke 5. Jakarta: Internal Publishing. 2012.4. Kazzi,Amin Antoine dan Marachelian,Araz. 2004. Pregnancy, Asthma. www.emedicine.com/emerg/topic476.htm. Accessed on: 1/09/2015.5. Busse,William W. dkk. 2004. Managing Asthma During Pregnancy: Recommendations for Pharmacologic Treatment. www.nhlbi.nih.gov/health/prof/lung/asthma/astpreg.htm. Accessed on: 1/09/2015.6. Krohner RG. Asthma and Pregency. Available from: http://www..ramanathaus.com/ASTHMA %20AND PREGENCY.htm. Accessed on: 1/09/2015.7. Halls G, Crump T. Medical disorder in the pregrant patient. Available from http://www.thrombosis.consult.com . Accessed on: 1/09/2015.

Hasil Pembelajaran

Mendiagnosis Asma eksaserbasi akut sesuai kompetensi sebagai dokter umum2. Mewaspadai pasien dengan keluhan sesak nafas3. Mendiagnosis asma dengan derajat serangan ringan, sedang, berat4. Mekanisme/patofisiologi asma5. Klasifikasi asma beradasarkan berat serangan, gejala maupun dalam masa pengobatan6. Tatalaksana asma dalam kompetensi dokter umum7. Edukasi tentang penyakit yang diderita pasien dan motivasi pasien beserta keluarga

1. Subyektif Pasien datang datang ke IGD RSI Pondok Kopi dengan keluhan sesak napas sejak sore hari sebelum masuk rumah sakit, disertai batuk. Sesak napas timbul tiba-tiba saat pasien sedang beraktivitas. Pasien merasa sesak napas sehingga membuat pasien tidak nyaman berbaring dan memilih duduk disertai rasa dahak yang terkumpul di leher dan merasa lemas, pasien masih dapat berbicara beberapa kata. Pasien meminum obat salbutamol namun keluhan tidak membaik. Pasien mengaku sedang hamil 7 bulan. Hari pertama haid terakhir tanggal 15-01-2015.Sebelumnya pasien memiliki riwayat asma, serangan asmanya timbul jika pasien kelelahan, biasanya 1-2x/bulan. Pasien biasa berobat ke puskesmas dan diberikan obat salbutamol.

ObjektifHasil pemeriksaan fisik didapatkan:Keadaan umum: Tampak sakit sedangKesadaran:Compos mentis (E4V5M6)Tekanan Darah : 110/70 mmHgNadi : 100x/menitNafas : 28x/menitSuhu : 36,5C

Kepala:Deformitas , normocephaliMata:Cekung -, konjungtiva anemis -/-, pupil isokor, refleks cahaya +/+Telinga:MAE +/+, serumen +/+, sekret -/-Hidung:Septum nasi di tengah, sekret +/+Mulut:Mukosa oral dan lidah keringTenggorokan:Faring hiperemis, T1/T1Leher:Trakea teraba di tengah, yidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, massa Thorax : Tidak ada deformitas ataupun jejas. Simetris kanan dan kiriJantung : BJ I/II regular, gallop (-), murmur (-)Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/- ,wheezing +/+ (ekspirasi)Abdomen : Supel (+), bising usus (+), timpani (+), nyeri tekan (-)Ekstremitas : akral tidak hangat, edema pada keempat ekstremitas (-)Status Neurologi : dalam batas normalPemeriksaan penunjang :Pemeriksaan LabPEMERIKSAANNilai Normal01-08-2015

9.37

Hematologi Rutin

Hb11.5 - 14.510.6 L

Leukosit5.0 - 11.0 X 10314.6 H

Hematokrit37 %32 L

Trombosit150-400 X 103236000

Diff Count

Basofil0.0 - 1.00.3

Eosinofil 1.0 - 3.02.5

Neutrofil37.0-72.082.4 H

Limfosit20.0-40.08.3 L

Monosit2.0-8.06.5

2. AssessmentDiagnosis asma pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat di seluruh dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan peningkatan hiperesponsif saluran napas sehingga memicu episodik berulang berupa mengi (wheezing), sesak napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightness), dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkalibersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan. Pada individu yang rentan, gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang bervariasi derajatnya. Penggunaan eksaserbasi menunjukkan serangan asma yang sudah kronik muncul kembali dan dalam beberapa waktu sebelumnya serangan tidak terjadi Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain alergen, virus, iritanyang dapat menginduksi respons inflamasi akut yang terdiri atas reaksi asma tipe cepat dan pada sejumlah kasus diikuti reaksi asma tipe lambat. Berbagai sel juga terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik.Sel tersebut ialah limfosit T, eosinofil, makrofag, sel mast,sel epitel, fibroblast dan otot polos bronkus.Faktor pencetus asma dibedakan menjadi pemicu asma (trigger) dan penyebab asma (inducer). Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Trigger dianggap menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik. Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun, saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan. Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan. Inducer dianggap sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat melalui kontak dengan kulit. Pada pasien dikatakan bahwa cuaca dingin dan debu menjadi faktor yang sering menimbulkan serangan asma.Dianosis asma ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Selain penegakan diagnosis asma, tanyakan juga mengenai frekuensi serangan asma untuk menentukan klasifikasi asma. Gejala, tanda, dan faktor risiko yang mengarah ke diagnosis asma, diantaranya: Mengi saat ekspirasi Riwayat: batuk lebih berat saat malam, mengi berulang, sulit bernapas, dada seperti diikat Timbul atau semakin berat saat malam hari Gejala semakin berat pada musim tertentu Riwayat eksim, keluarga ada riwayat asma atau atopi Semakin berat saat terpapar faktor risiko (alergen): tungau, debu, hewan, jamur, bahan kimia aerosol, asap rokok, biomass fuel, perubahan tungau, obat (aspirin), olahraga, infeksi pernapasan, stress emosional. Perbaikan setelah pemberian anti-asmaPemeriksaan fungsi paru untuk mengkonfirmasi diagnosis:1. SpirometriMenilai hambatan aliran udara dan reversibilitas. Jika peningkatan FEV1 12% dan 200cc setelah pemberian bronkodilator, hasilnya reversibel. Pemeriksaan bertujuan untuk menegakkan diagnosis, menilai derajat berat asma dan pemantauan. Dilakukan pada saat awal, setelah stabil pasca tatalaksana eksaserbasi, dan berkala setiap 1-2 tahun untuk mengetahui perjalanan penyakit. Spirometri hanya dilakukan pada pasien diatas 5 tahun.2. PEF (peak expiratory flow)Menegakkan diagnosis dan monitoring. Idealnya, hasil PEF dibandingkan dengan hasil PEF yang dilakukan pasien sendiri setiap harinya dengan peak flow meter. Diagnosis asma, jika didapatkan hasil: Peningkatan 60cc/menit setelah inhalasi bronkodilator atau 20% dibandingkan PEF sebelum pemberian bronkodilator. Atau variasi diurnal, PEF 20% (dengan 2x pembacaan setiap harinya).3. Pemeriksaan tambahan lainnyaSkin test dengan mengukur IgE spesifik di serum untuk menentukan ada alergi dan identifikasi faktor risiko.Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang, semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan.Berat penyakit asma diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis sebelum pengobatan dimulai.Pada umumnya penderita sudah dalam pengobatandan pengobatan yang telah berlangsung seringkali tidak adekuat.Dipahami pengobatan akan mengubah gambaran klinis bahkan faal paru, oleh karena itu penilaian berat asma pada penderita dalam pengobatan juga harus mempertimbangkan pengobatan itu sendiri.

Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis

Klasifikasi derajat berat serangan asma akutPada pasien serangan asma eksaserbasi akut dengan derajat serangan sedang dikarenakan pasien terdapat wheezing pada inspirasi dan ekspirasi namun posisi dapat duduk, berbicara mampu beberapa kata, dan frekuensi nafas serta nadi dalam batas normal.Efek Asma Terhadap KehamilanAsma khususnya jika berat pada kenyataannya dapat berpengaruh pada kehamilan. Menurut Clark, dkk (1993) dua penelitian besar epidemiologi mengatakan bahwa asma berpotensi memberikan efek yang merugikan, diikuti dengan peningkatan insidensi lahir premature, BBLR, kematian perinatal, dan preeklamsi, gangguan tekanan darah ini disertai dengan bocornya protein pada urine ibu dan sangat potensial untuk terjadinya kerusakan ginjal, otak, hepar, dan mata. Lehrer, dkk (1993) melaporkan bahwa wanita asma memiliki insidensi dua koma lima kali lipat dari kehamilan menimbulkan hipertensi.Komplikasi yang dapat mengancam hidup yaitu pnemothorax, pnemomediatinum, akut cor pulmonale, cardiac aritmia, kelelahan otot dengan respiratory arrest.Efek Kehamilan Terhadap AsmaPengaruh kehamilan terhadap perjalanan klinis asma, bervariasi dan tidak dapat diduga. Dispnea simtomatik yang terjadi selama kehamilan, yang mengenai 60%-70% wanita hamil, bisa memberi kesan memperberat keadaan asma. Wanita yang memulai kehamilan dengan asma yang berat, tampaknya akan mengalami asma yang lebih berat selama masa kehamilannya dibandingkan dengan mereka yang dengan asma yang lebih ringan. Sekitar 60% wanita hamil dengan asma akan mengalami perjalanan asma yang sama pada kehamilan-kehamilan berikutnya. Gluck& Gluck menyimpulkan bahwa peningkatan kadar IgE diperkirakan akan memperburuk keadaan asma selama kehamilan, sebaliknya penderita dengan kadar IgE yang menurun akan membaik keadaannya selama kehamilan.Eksaserbasi serangan asma tampaknya sering terjadi pada trimester III atau pada saat persalinan, hal ini menimbulkan pendapat adanya pengaruh perubahan faktor hormonal, yaitu penurunan progesteron dan peningkatan prostaglandin, sebagai faktor yang memberikan pengaruh. Pada persalinan dengan seksio sesarea resiko timbulnya eksaserbasi serangan asma mencapai 18 kali lipat dibandingkan jika persalinan berlangsung pervaginam

3. PlanMedikamentosaIGD1. O2 3 liter/menit2. Nebulizer farbivent3. IVFD AseringRuanganInstruksi dr. Sp. P:1. IVFD Asering + aminophilin 1 amp/8 jam2. Eksta aminophilin 5 cc diencerkan dengan 5 cc NaCl 0,9 % bolus IV pelan-pelan3. Nebulizer Ventolin : pulmicort 1:14. Salbutamol tab 2 mg 2 x 15. mucopect syr 3 x 1 C

MedikamentosaNon Medikamentosa1. Komunikasi-Informasi-Edukasi kepada keluarga pasien mengenai keadaan pasien2. Posisi semifowler3. Observasi tanda vital4. O2 nasal kanul 3ltr/mnt5. Raber Sp. OG

12