askep trauma ginjal

23
TRAUMA GINJAL A. Definisi Trauma ginjal adalah cedera yang mengenai ginjal yang memberikan manifestasi memar, laserasi, atau kerusakan pada struktur.(Arif Muttaqin, 2011). Cedera ginjal dapat terjadi secara: a. Langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang. b. Tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba didalam rongga retroperitoneum. (Basuki B. Purnomo, 2003). B. Etiologi Mekanisme cedera yang dapat menyebabkan injuri pada ginjal adalah sebagai berikut. a. Trauma penetrasi benda tajam (misalnya: luka tembak, luka tusuk atau tikam) menyebabkan trauma pada ginjal sehingga terjadi syok akibat trauma multisistem. b. Trauma tumpul (misalnya: jatuh, cedera atletik, kecelakaan lalu lintas, akibat Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 1

Upload: gina-iskandar

Post on 12-Dec-2014

545 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Trauma Ginjal

TRAUMA GINJAL

A. Definisi

Trauma ginjal adalah cedera yang mengenai ginjal yang

memberikan manifestasi memar, laserasi, atau kerusakan pada struktur.

(Arif Muttaqin, 2011).

Cedera ginjal dapat terjadi secara:

a. Langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang.

b. Tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat

pergerakan ginjal secara tiba-tiba didalam rongga

retroperitoneum.

(Basuki B. Purnomo, 2003).

B. Etiologi

Mekanisme cedera yang dapat menyebabkan injuri pada ginjal adalah

sebagai berikut.

a. Trauma penetrasi benda tajam (misalnya: luka tembak, luka tusuk

atau tikam) menyebabkan trauma pada ginjal sehingga terjadi syok

akibat trauma multisistem.

b. Trauma tumpul (misalnya: jatuh, cedera atletik, kecelakaan lalu

lintas, akibat pukulan) menyebabkan ginjal malposisi, dan kontak

dengan iga (tulang belakang).

c. Cedera iatrogenik (misalnya: prosedur endourologi, ESWL, biopsi

ginjal, prosedur perkutaneus pada ginjal)

d. Intraoperatif (misalnya diagnostik peritoneal lavage).

e. Lainnya (misalnya: penolakan transplantassi ginjal, melahirkan

[dapat menyebabkan laserasi spontan ginjal]).

(Arif Muttaqin, 2011).

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 1

Page 2: Askep Trauma Ginjal

C. Patofisiologi

Ginjal terletak di rongga retroperitonium dan terlindung oleh otot-

otot punggung di sebelah posterior dan oleh organ-organ intraperitoneal di

sebelah anteriornya. Karena itu cedera ginjal tidak jarang diikuti oleh

cedera organ-organ yang mengitarinya.

Adanya cedera traumatik, menyebabkan ginjal dapat tertusuk oleh

iga paling bawah sehingga terjadi konstitusi dan ruptur, fraktur iga atau

fraktur prosesus transversus lumbar vertebra atas dapat dihubungkan

dengan kontusi renal atau laserasi. Cedera dapat tumpul (jatuh, cedera

atletik, kecelakaan lalu lintas, akibat pukulan), dapat ditemukan jejas pada

daerah lumbal atau penetrasi (luka tembak, luka tusuk atau tikam) tampak

luka.

Kelalaian dalam menggunakan sabuk pengaman akan memberikan

reaksi goncangan ginjal didalam rongga retroperitoneum dan

menyebabkan regangan pedikel ginjal (batang pembuluh darah renal dan

ureter) sehingga menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis.

Robekan ini akan memacu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang

selanjutnya dapat menimbulkan trombosis arteri renalis beserta cabang-

cabangnya. Kondisi adanya penyakit pada ginjal seperti hidronefrosis,

kista ginjal, atau tumor ginjal akan memperberat suatu trauma pada

kerusakan struktur ginjal.

Klasifikasi Trauma Ginjal

a. Mekanisme dan keparahan cedera. Trauma renal dapat digolongkan

berdasarkan mekanisme cedera (tumpul versus penetrasi), lokasi

anatomis, atau keparahan cedera sebagai berikut.

a) Trauma renal minor (misalnya: contusio, hematoma, dan

beberapa laserasi minor parenkim ginjal).

b) Trauma renal mayor seperti laserasi mayor (kerusakan

pada sistem kaliks) dan fragmen parenkim ginjal, ruptur

kapsul ginjal akibat hematoma.

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 2

Page 3: Askep Trauma Ginjal

c) Trauma renal kritikal meliputi laserasi multiple yang parah

pada ginjal, laserasi berat, dan cedera pedikel ginjal (cedera

pada pembuluh darah ginjal).

(Brunner dan suddarth, 2001).

b. Klasifikasi trauma ginjal sebagai berikut.

a) Grade I : Kontusio ginjal, terdapat perdarahan di

ginjal tanpa adanya kerusakan jaringan, kematian jaringan

maupun kerusakan kaliks (kapsul ginjal masih utuh).

Hematuria dapat mikroskopik atau makroskopik. Pencitraan

normal.

b) Grade II : Hematoma subkapsular atau perirenal yang

tidak meluas, tanpa adanya kelainan parenkim.

c) Garade III : Laserasi ginjal tidak melebihi 1 cm dan

tidak mengenai pelviokaliks dan tidak terjadi ekstravasasi.

d) Grade IV : Laserasi lebih dari 1 cm dan tidak

mengenai pelviokaliks atau ekstravasasi urin. Laserasi yang

mengenai korteks, medulla, dan pelvio kaliks.

e) Grade V : Cidera pembuluh darah utama, avulsi

pembuluh darah yang mengakibatkan gangguan perdarahan

ginjal, laserasi luas pada beberapa tempat atau ginjal yang

terbelah.

(R.Sjamsuhidayat, Wim de jong., 2004)

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 3

Page 4: Askep Trauma Ginjal

D. Manifestasi Klinis

Cedera ginjal yang paling sering adalah kontusi, laserasi, ruptur

dan cedera pedikel renal atau laserasi internal kecil pada ginjal. Secara

fisiologis, ginjal menerima setengah dari aliran darah aorta abdominal,

oleh karena itu meskipun hanya terdapat laserasi renal yang kecil, namun

hal ini dapat menyebabkan perdarahan yang banyak (perdarahan masif).

Manifestasi klinis meliputi

a. Nyeri kolik renal (akibat bekuan darah/fragmen dari sitem

duktus kolektikus yang terobstruksi).

b. Distensi abdomen.

c. Hematuria.

Hematuria makroskopik atau mikroskopik merupakan tanda

utama cedera saluran kemih. Hematuria merupakan salah

satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk tindakan

selanjutnya. Pada trauma tumpul, hematuria mikroskopik

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 4

Page 5: Askep Trauma Ginjal

tanpa adanya syok tidak mememerlukan pencitraan apapun

kecuali tedapat trauma penyerta (intra abdominal atau

trauma deselerasi cepat) yang memungkinkan terjadinya

cedera vaskuler. Pada trauma tajam semua hematuria (gross

atau mikoskopik) memerlukan pencitraan. Derajat

hematuria tidak berbanding langsung dengan tingkat

kerusakan ginjal. Perlu diperhatikan bahwa bila tidak ada

hematuria, kemungkinan cedera berat, seperti putusnya

pedikel dari ginjal atau ureter dari pelvis ginjal tetap ada.

d. Massa di rongga panggul.

e. Ekimosis

f. Nyeri pada bagian punggung.

g. Hematoma di daerah pinggang .

h. Laserasi atau luka di abdomen lateral dan rongga panggul.

i. Tanda dan gejala hipovolemia.

j. Syok menyertai hemoragi yang harus segera di atasi. Bila

syok tidak diatasi atau berulang-ulang, penderita dengan

dugaan cedera intraabdomen memerlukan laparatomi

segera.

k. Fraktur tulang iga terbawah sering menyertai cedera ginjal.

Bila hal ini ditemukan sebaiknya diperhatikan juga keadaan

paru apakah terdapat hematotoraks atau pneumotoraks dan

kemungkinan ruptur limpa.

E. Penatalaksanaan Medis

a. Konservatif

a) Tindakan ini ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini

dilakukan observasi status ginjal dengan pemeriksaan kondisi

lokal (tanda-tanda vital), kemungkinan adanya penambahan

massa di pinggang, adanya pembesaran lingkar perut,

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 5

Page 6: Askep Trauma Ginjal

penurunan kadar hemoglobin darah, hematokrit dan

perubahan warna urine pada pemeriksaan urine serial.

Pasien trauma minor agar dianjurkan tirah baring sampai

hematuria hilang. Infus intravena mungkin diperlukan karena

perdarahan retroperitoneal dapat menyebabkan reflek ileus

paralitik. Medikasi antimikrobial dapat diresepkan untuk

mencegah infeksi akibat hematoma perirenal atau urinoma

(sebuah kista yang mengandung urin) pasien harus dievaluasi

dengan sering selama hari-hari pertama setelah cedera untuk

mendeteksi nyeri panggul dan abdominal, spasme otot, serta

bengkak di panggul.

Jika selama observasi didapatkan adanya tanda-tanda

perdarahan atau kebocoran urine yang menimbulkan infeksi,

harus segera dilakukan tindakan operasi.

b) Pasien dengan cedera major dapat ditangani secara

konservatif, jika cedera tidak terlalu parah. Jika kondisi

pasien dan asal cederanya tidak dapat ditangani secara

konservatif maka dapat dilakukan operasi.

b. Operasi

a) Trauma ginjal major dengan tujuan untuk menghentikan

perdarahan. Selanjutnya mungkin perlu dilakukan

debridement, reparasi ginjal (berupa renorafi atau

penyambungan vaskuler) atau tidak jarang harus dilakukan

nefrektomi parsial bahkan nefrektomi total karena kerusakan

ginjal yang sangat berat.

b) Trauma ginjal kritikal dan kebanyakan cedera penetrasi

memerlukan bedah eksplorasi akibat tingginya insidens

keterlibatan organ lain dan seriusnya komplikasi yang terjadi

jika cedera tidak ditangani. Ginjal yang rusak harus diangkat

(nefrektomi).

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 6

Page 7: Askep Trauma Ginjal

c) Komplikasi dini pasca operatif (dalam 6 bulan) mencakup

perdarahan ulang, abses, sepsis, ekstravasasi urin, dan

pembentukan fistula. Komplikasi lain mencakup

pembentukan batu, infeksi kista, aneurisma vaskuler, dan

hilangnya fungsi renal.

F. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian Fokus

a) Biodata klien.

b) Riwayat penyakit

(a). Keluhan utama atau alasan utama mengapa ia datang

ke dokter atau ke rumah sakit atau kemana klien

meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya.

(b).Kaji keluhan nyeri secara PQRST: lokasi, karakter,

durasi, dan hubungannya dengan urinasi, faktor-

faktor yang memicu rasa nyeri dan yang

meringankannya.

(c). Riwayat infeksi trauma urinarius:

Terapi atau perawatan rumah sakit yang

pernah dialami untuk menangani infeksi

traktus urinarius.

Adanya gejala panas atau menggigil.

Sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaan

kateter urine dan hasil- hasil pemeriksaan

diagnostik renal atau urinarius.

(d).Gejala kelainan urinasi seperti disuria, inkontinensia.

(e). Riwayat penyakit masa lalu, misalnya batu ginjal,

Dm, hipertensi, dll.

(f). Kaji pemakaian obat-obatan, alkohol, merokok

sebelumnya.

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 7

Page 8: Askep Trauma Ginjal

(g).Kaji pengaruh cedera terhadap respon psikologis

klien.

c) Pemeriksaan fisik

(a). Inspeksi

Pemeriksaan secara umum, klien terlihat sangat

kesakitan oleh adanya nyeri kolik ginjal. Pada status

lokalis biasanya didapatkan adanya jejas pada

pinggang atau punggung bawah. Terihat tanda

ekimosis dan laserasi atu luka di abdomen lateral dan

rongga panggul. Pemeriksaan urine output didapatkan

adanya hematuria.

Pada trauma ruptur pedikel, klien sering kali datang

dalam keadaan syok berat dan terdapat heatoma yang

makin lama makin membesar.

(b).Palpasi

Didaptkan adanya massa pada rongga panggul. Nyeri

tekan pada regio kostovertebra.

(c). Auskultasi

Auskultasi kuadran atas abdomen dilakukan untuk

mendeteksi bruit (suara vaskuler yang dapat

menunjukkan stenosis pembuluh arteri renal).

b. Pemeriksaan Diagnostik

a) IVP : memberikan konfirmasi cepat trauma ginjal, guna menilai

tingkat kerusakan ginjal dan melihat keadaan ginjal kontralateral

yaitu caranya dengan menyuntikan zat kontras dosis tinggi ± 2

ml/kg/bb.

Indikasi : luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal.,

cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria

makroskopik., dan cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 8

Page 9: Askep Trauma Ginjal

tanda hematuria mikroskopik dengan disertai syok.

b) USG Ginjal : untuk menentukan lokasi cedera. Dengan

menggunakan USG diharapkan dapat menemukan adanya

kontusio parenkim ginjal atau hematoma subkapsuler dan robekan

kapsul ginjal.

c) CT scan : pemeriksaan ini dilakukan jika pemeriksaan IVP belum

bisa menerangkan keadaan ginjal (misalkan pada ginjal non

visualized). Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya robekan

jaringan ginjal, ekstravasasi kontras yang luas, adanya nekrosis

jaringan ginjal dan pada organ lainnya.

c. Diagnosa Keperawatan

a) Aktual/risiko syok hipovolemik berhubungan dengan pengeluaran

darah masif pada arteri renal.

b) Nyeri berhubungan dengan robekan pada abdomen dan ginjal.

c) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan pada

ginjal.

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 9

Page 10: Askep Trauma Ginjal

d. Perencanaan Tindakan Perawatan

DIAGNOSA

KEPERAWATAN/DATA

PENUNJANG

TUJUAN/KRITERIA RENCANA TINDAKAN RASIONAL

Aktual/risiko syok

hipovolemik berhubungan

dengan pengeluaran darah

masif pada arteri renal.

Tujuan : dalam waktu 1X24

jam gangguan volume dan

syok hipovolemi teratasi.

Kriteria evaluasi :

- Klien tidak mengeluh

pusing.

- Membran mukosa

lembab.

- Turgor kulit normal.

- TTV dalam batas

normal.

- CRT < 3 detik.

- Urine > 600 ml/hari.

Mandiri

- Monitoring status cairan (turgor kulit,

membran mukosa, urine output).

- Kaji perdarahan dalam.

- Auskultasi tekanan darah, bandingkan

kedua lengan, ukur dalam keadaan

- Jumlah dan tipe cairan pengganti

ditentukan dari keadaan status cairan.

- Penurunan volume cairan

mengakibatkan menurunnya produksi

urine, monitoring yang ketat pada

produksi urine <600 ml/hari karena

merupakan tanda-tanda terjadinya syok

hipovolemik

- Perdarahan harus dikendalikan.

- Hipotensi dapat terjadi pada

hipovolemik yang memberikan

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 10

Page 11: Askep Trauma Ginjal

- Laboratorium : nilai

hematokrit dan protein

serum meningkat.

- BUN/kreatinin menurun.

berbaring, duduk, atau berdiri bila

memungkinkan.

- Kaji warna kulit, suhu, sianosos, nadi

perifer, dan diaforesis secara teratur.

- Pantau frekuensi jantung dan irama.

Kolaborasi

- Pertahankan pemberian cairan

intravena.

- Pembedahan perbaikan

manifestasi sudah terlibatnya sistem

kardiovaskuler untuk melakukan

kompensasi mempertahankan tekanan

darah.

- Mengetahui adanya pengaruh

peningkatan perifer.

- Perubahan frekuensi dan irama jantung

menunjukkan komplikasi disritmia.

- Jalur yang paten penting untuk

pemberian cairan cepat dan

memudahkan perawat dalam melakukan

kontrol intake dan output cairan.

- Pembedahan ditujukan pada trauma

ginjal major dengan tujuan untuk segera

menghentikan perdarahan. Selanjutnya

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 11

Page 12: Askep Trauma Ginjal

mungkin perlu dilakukan debridement,

reparasi ginjal (berupa renorafi atau

penyambungan vaskuler) atau tidak

jarang harus dilakukan nefrektomi

parsial bahkan nefrektomi total karena

kerusakan ginjal yang sangat berat.

Nyeri berhubungan dengan

robekan pada abdomen dan

ginjal.

Tujuan : nyeri dapat

terkontrol.

Kriteria hasil :

- Nyeri menurun sampai

tingkat yang dapat

diterima oleh klien atau

sampai klien tidak

mengalami nyeri.

- Suhu tubuh normal

Mandiri

- Kaji intensitas nyeri, perhatikan lokasi

dan karakteristik.

- Bedrest dan berikan tindakan untuk

memberikan rasa nyaman seperti posisi

yang nyaman, mengelap bagian

punggung pasien, mengganti alat tenun

yg kering setelah diaforesis, memberi

minim hangat, lingkungan yg tenang

dgn cahaya yg redup dan sedatif ringan

jika dianjurkan berikan pelembab pada

- Hasil pengkajian membantu evaluasi

derajat ketidaknyamanan dan

ketidakefektifan analgesik atau

menyatakan adanya komplikasi.

- posisi yang nyaman dapat membantu

meminimalkan nyeri dan tindakan

tersebut akan meningkatkan relaksasi.

Pelembab membantu mencegah

kekeringan dan pecah-pecah di mulut

dan bibir.

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 12

Page 13: Askep Trauma Ginjal

kulit dan bibir.

- Kompres air hangat.

Kolaborasi

- Berikan analgesik sesuai dengan

resep.

- Kompres air hangat dapat mengurangi

rasa nyeri karena air hangat

memvasodilatasi vaskuler.

- Analgesik membantu mengontrol

nyeri dengan memblok jalan rangsang

nyeri. Nyeri pleuritik yang berat sering

kali memerlukan analgetik narkotik

untuk mengontrol nyeri lebih efektif.

Gangguan eliminasi urine

berhubungan dengan

kerusakan pada ginjal

Tujuan : eliminasi urine

cukup atau kembali normal.

- Monitor intake dan output urine.

- Monitor paralisis ileus (bising usus).

- Inspeksi dan bandingkan setiap

- hasil monitoring memberikan informasi

tentang fungsi ginjal dan adanya

komplikasi. Contohnya infeksi dan

perdarahan.

- Gangguan dalam kembalinya bising usus

dapat mengindikasikan adanya

komplikasi, contoh peritonitis, obstruksi

mekanik.

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 13

Page 14: Askep Trauma Ginjal

specimen urine.

- Lakukan kateterisasi bila diindikasikan.

- Pantau posisi selang drainase dan

kantung sehingga memungkinkan ridak

terhambatnya aliran urine.

- berguna untuk mengetahui aliran urine

dan hematuria

- kateterisasi meminimalkan kegiatan

berkemih pasien yang kesulitan berkemih

manual.

- hambatan aliran urine memungkinkan

terbentuknya tekanan dalam saluran

perkremihan, membuat resiko kebocoran

dan kerusakan parenkim ginjal.

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 14

Page 15: Askep Trauma Ginjal

e. Evaluasi Keperawatan

a) Gangguan volume dan syok hipovolemi teratasi.

b) Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima oleh klien atau

sampai klien tidak mengalami nyeri.

c) Eliminasi urine cukup atau kembali normal.

Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal| 15