askep tb paru
TRANSCRIPT
LAPORAN UTAMA
TB PARU
A. Definisi
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai
focus primer dari ghon ( Hood Alsagaff, th 1995. hal 73)
B. Etiologi
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan
lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang
menyukai daerah yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang
tinggi kandunagn oksiginnya yaitu daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi
prediksi pada penyakit Tuberkulosis
C. PatofisiologiInfeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis. Bakteri
menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembangbiak dan terlihat
bertumpuk. Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area
dari paru- paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah
ke bagian tubuh lain ( ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru
(lobus atas). Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melalui aksi fagositosis (menelan
bakteri), sementra limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil
dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat
dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasaya timbul
dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri
Interaksi antara M. Tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal
infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang di sebut granuloma. Granuloma
1
terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti
dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa.
Bagian tengah dari massa tersebut di sebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas
makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang
penampakannya sepeti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi
dan akhirnya membentuk jaringan kolagen kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan
menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau
bakteri yang sebelumya tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus ii, ghom
tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam
bronkus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk
jaringan parut. Paru – paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan
timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat
yaitu saluran pernafasan , saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada
kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara ( airbone ) yang cara
penularannya dengan droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi
sebelumnya .( Sylvia.A.Price.1995.hal 754 )
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan
dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak
dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin
kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang
kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta
berkembangbiak di paru-paru. ( dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2 )
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa
muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah
bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar
getah bening dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan
lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan
alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan
2
adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru
atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan.
Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada
alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala
pneumonia akut. Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar
getah bening regional, sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi
lebih panjang dan yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang
dikelilingi oleh limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi
lesi primer paru yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks
ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang
kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi
pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain
paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.
(Sylvia.A Price:1995;754)
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan dan dapat
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan bronkus
rongga. Bahan perkijauan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijauan dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak lepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi
tempat peradangan aktif.(Syilvia.A Price:1995;754)
Batuk darah (hemaptoe) adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan
trakea dan saluran nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada
batuk darah masif yaitu 600-1000cc/24 jam.Batuk darah pada penderita TB paru
disebabkan oleh terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding
kapitas.(Hood Al sagaff dkk:1995;85-86).
3
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala
Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak adalah :
1. Demam : subfebril, febril ( 40-41derajat C) hilang timbul.
2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang
/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulenta
(menghasilkan sputum)
3. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise : nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot
6. Anorexia
7. Letih
8. Berkeringat di malam hari
9. Lemah
10. Berat badan turun
E. Komplikasi Tuberckulosis
Komplikasi yang Sering terjadi pada penderita stadium lanjut menurut Depkes (2005):
a. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
c. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau retraktif) pada paru.
d. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolapsspontan
karena kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian,ginjal dan
sebagainya.
f. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
4
F. Penatalaksanaan
a. Penyuluhan
b. Pencegahan
1. Pemeriksaan kontak yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita tuberculosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes
tuberculin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberculin positif, maka
pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang.
Bila masih negative, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi
konversi hasil tes tuberculin dan diberikan kemoprofilaksis.
2. Mass Chest X-ray yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompok-kelompok
populasi tertentu misalnya:
1. karyawan rumah sakit/ Puskesmas/ balai pengobatan
2. penghuni rumah tahanan
3. siswa siswi pesantren.
3. Vaksinasi BCG
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/Kg BB selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih
sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu
pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan
bagi kelompok berikut:
1. bayi di bawah lima tahun dengan hasil tes tuberculin positif karena resiko
timbulnya TB milier dan meningitis TB
2. Anak dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil tes tuberculin positif
yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular.
3. Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberculin dari negative
menjadi positif
4. penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat imunosupresif
jangka panjang
5. penderita diabetes mellitus
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberculosis
kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun di tingkat rumah sakit oleh
5
petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya perkumpulan
pemberantasan tuberculosis paru Indonesia – PPTI).
c. Pengobatan tuberculosis paru
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain mengobati, juga untuk
mencegah kematian, kekambuhan, reisitensi terhadap OAT, serta memutuskan
mata rantai penularan. Untuk penatalaksanaan pengobatan tuberculosis paru,
berikut ini adalah beberapa hal yang penting untuk diketahui:
Mekanisme Kerja Obat anti tuberculosis (OAT):
1. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat
1. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin ® dan
Streptomisin (s)
2. Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid
INH)
2. Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)
1. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid
2. Intraselular, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan
Isoniazid. Untuk very slowly growing bacilli, digunakan Pirazinamid (Z)
3. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas
bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.
4. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam para
amino salisilik (PAS), dan sikloserine.
5. Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid dalam
keadaan telah terjadi resistensi sekunder
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi dua fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yaitu Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid,
Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004)
6
Strategi penanggulangan TB dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short
Course (DOTSC) Yang terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politios berupa dukungan para pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan sputum secara mikroskopik langsung,
sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan
kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek di bawah pengawasan
langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO), khususnya dalam dua bulan
pertama di mana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku
d. Pemberian obat-obatan:
1. OAT (obat anti tuberculosis)
1. Isoniazid (INH)
Dosis: 5 mg/Kg, PO
Efek samping: peripheral neuritis, hepatitis, dan hipersensitivitas
2. Ethambutol Hydrocloride (EMB)
Dosis:
Dewasa: 15 mg/Kg PO, untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg/Kg
BB/ hari selama 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/Kg BB/hari.
Anak: 6-12 tahun: 10-15 mg/Kg BB/hari
efek samping: optic neuritis (dapat sampai menjadi buta) dan skin rash.
3. Rifampin/ Rifampicin (RFP)
Dosis: 0 mg/Kg BB/ hari PO
Efek samping: hepatitis, reaksi demam, purpura, nausea, vomiting.
Pyrazinamide (PZA)
Dosis: 15-30 mg/Kg BB PO
Efek samping: Hiperurikemia, hepatotoksisitas, skin rash, artralgia, dan
distress gastrointestinal.
2. Bronkodilator
7
3. Ekspektoran
4. OBH (Obat batuk hitam)
5. Vitamin
e. Fisioterapi dan rehabilitasi
f. Konsultasi secara teratur
G. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan
yaitu :
1). Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,
tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah
kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang
lain. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 1)
2). Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada,
keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong
penderita untuk mencari pengonbatan.
3). Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi
pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
4). Riwayat penyakit keluarga
8
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang
menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
5). Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan
sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan
pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain (dr.
Hendrawan Nodesul, 1996).
6). Pola fungsi kesehatan
a). Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang
berdesak – desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan
tinggal dirumah yang sumpek. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996)
b).Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu
makan menurun. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
c). Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam
miksi maupun defekasi
d).Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu
aktivitas. (Marilyn. E. Doegoes, 1999)
e). Pola tidur dan istirahat
9
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat. (Marilyn. E.
Doenges, 1999)
f). Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena
penyakit menular. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
g).Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan.
h).Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi
dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
i). Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan
berubah karena kelemahan dan nyeri dada.
j). Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan
terhadap pengobatan. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 23)
k).Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan
terganggunya aktifitas ibadah klien.
7). Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
10
a). Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
b). Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan
napas yang tertinggal, suara napas melemah.
Palpasi : Fremitus suara meningkat. (Hood Alsogaff, 1995. Hal 80)
Perkusi : Suara ketok redup. (Soeparman, DR. Dr. 1998. Hal 718)
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan
yang nyaring.
c). Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
d). Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
(DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)
e). Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
(DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)
f). Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan
keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
g). Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
h). Sistem genetalia
11
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa
suatu koplek kelenjar getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat di
apeks dan segmen posterior lobus atas paru – paru atau pada segmen superior lobus
bawah. (Dr. dr. Soeparman. 1998). Hal 719).
Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc
tidak bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukkan
kostofrenikus. Pada effusi pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300
cc, frenicocostalis tampak tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk
memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral
dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit
(Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
b. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah
Adanya kurang darah, ada sel – sel darah putih yang meningkatkan serta laju
endap darah meningkat terjadi pada proses aktif. (Head Al Sagaff. 1995. Hal
91).
b. Sputum
Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat pada
penderita tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada pagi hari. (DR. Dr.
Soeparman dkk, 1998. Hal 719, Barbara. T. long. Long. Hal 447, th 1996).
c. Test Tuberkulosis
Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami
infeksi atau belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang diberikan yaitu : Old
tuberkulosis (OT) dan Purifled Protein Derivative (PPD) yang diberikan dengan
12
sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24 – 26, dengan cara mecubit daerah lengan atas
dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan dosis 0,0001 mg/dosis atau 5 tuberkulosis
unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika diameter 10 mm atau lebih reaksi
antara 5 – 9 mm dianggap meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan diketahui
selama 48 – 72 jam tuberkulosis disuntikkan. (DR. Dr. Soeparman, 1998, hal 721,
Sylvia. A. price, 1995, hal 755, Barbara. C. long, 1996, hal 446).
Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :
a. Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Transudat Eksudat
Kadar protein dalam effusi 9/dl < 3 > 3
Kadar protein dalam effusi < 0,5 > 0,5
Kadar protein dalam serum
Kadar LDH dalam effusi (1-U) < 200 > 200
Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016
Rivalta Negatif
Positif
Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan
juga cairan pleura :
13
- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit
infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma
- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis
adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).
b. Analisa cairan pleura
- Transudat : jernih, kekuningan
- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan
- Hilothorax : putih seperti susu
- Empiema : kental dan keruh
- Empiema anaerob : berbau busuk
- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah
c. Perhitungan sel dan sitologi
Leukosit 25.000 (mm3):empiema
Banyak Netrofil : Pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB paru
Banyak Limfosit : Tuberculosis, limfoma, keganasan.
Eosinofil meningkat : Emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan jamur
Eritrosit : Mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan
tampak kemorogis, sering dijumpai pada pankreatitis
atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000 (mm3
menunjukkan infark paru, trauma dada dan keganasan.
Misotel banyak : Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa disingkirkan.
Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan dapat
ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi
karena akumulasi cairan pleura lewat mekanisme
obstruksi, preamonitas atau atelektasis (Alsagaff Hood,
1995 : 147,148)
d. Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo cocclis, E-
coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan
terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 % .
I. Diagnosa Keperawatan
14
Dan Diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana keperawatan sebagai
berikut :
a. Diagnosa keperawatan pertama : ketidakefektifan pola pernapasan yang
sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk.
1. Tujuan : pola nafas efektif
2. Kriteria hasil :
- klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif
- frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16 – 20
kali/menit)
- dipsnea berkurang
3. Rencana tindakan
a). Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori
pernapasan : catat setiap peruhan
b). Kaji kualitas spotum : warna, bau, knsistensi
c). Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam
d). Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler
tinggi.
e). Bantu dan ajakan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam
sampai 4 jam.
f). Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat - obatan
4.Rasional
a). Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya sekret
15
b). Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan pengobatan
selanjutnya.
c). Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas
d). Membantu mengembangkan secara maksimal
e). Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar
f). Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret
dan memperbesar ukuran lumen trakeobroncial
b. Diagnosa keperawatan kedua : perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
yang sehubungan dengan anoreksia, keletihan atau dispnea.
1. Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas
tanda malnutrisi
2. Kriteria hasil
- Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat
- Berat badan stabil dalam batas yang normal
3. Rencana tindakan
a). Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa
oral, riwayat mual / muntah atau diare.
b). Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak
c). Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik
d). Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan
e). Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan
karbohidrat.
f). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet.
16
4. Rasional
a). Berguna dalam mendefenisikan derajat / wasnya masalah dan pilihan
indervensi yang tepat.
b). Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan / kekuatan khusus.
Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masakan diet.
c). Berguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan cairan
d). Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk
pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
e). Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu /
legaster.
f). Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk
kebutuhan metabolik dan diet.
c. Diagnosa keperawatan ketiga : potensial terhadap tranmisi infeksi yang
sehubungan dengan kurangnya pengtahuan tentang resiko patogen.
1. Tujuan : klien mengalami penurunan potensi untuk menularkan penyakit
seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk
mengubah tes kulit positif.
2. Kriteria hasil :
klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang ditunjukkan
oleh kegagalan kontak klien.
3. Rencana tindakan.
a). Identifikasi orang lain yang berisiko. Contah anggota rumah, sahabat.
17
b). Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan
hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat.
c). Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi
pernafasan.
d). Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang
tuberkulasis.
e). Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
f). Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan Depertemen Kesehatan
lokal.
4. Rasional
a). Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk mencegah
penyebaran infeksi
b). Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi
c). Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan membuang
stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular
d). Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola
hidup dan menghindari insiden eksaserbasi
e). Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi
pada adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi
dapat berlanjut sampai 3 bulan
f). Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk
menurunkan penyebaran infeksi
18
d. Diagnosa keperawatan keempat : kurangnya pengetahuan yang berhungan dengan
kuranganya impormasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di
rumah.
1. Tujuan : klien mengetahui pengetahuan imformasi tentang penyakitnya
2. Kriteria hasil :
Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai perawatan
diri.
3. Rencana tindakan
a) Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan,
lingkungan, media yang terbaik bagi klien.
b) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis,
nyeri dada, demam, kesulitan bernafas.
c) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan
pengobatan lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain.
d) Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah.
e) Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab
pertanyaan secara nyata.
f) Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan
contoh jadwal obat.
g) Evaluasi kerja pada pengecoran logam / tambang gunung, semburan pasir.
4. Rasional
a) Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada
tahapan individu.
19
b) Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat
yang memerlukan evaluasi lanjut.
c) Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah
penghentian obat sesuai perbaikan kondisi klien.
d) Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan
meningkatkan kerjasama dalam program.
e) Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi /
peningkatan ansietas.
f) Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sejumlah
besar informasi. Pengulangan penguatkan belajar.
g) Terpajan pada debu silikon berlebihan dapat meningkatkan resiko silikosis,
yang dapat secara nagatif mempengaruhi fungsi pernafasan.
e. Diagnosa keperawatan kelima : ketidakefektifan jalan nafas yang sehubungan
dengan sekret kental, kelemahan dan upaya untuk batuk.
1. Tujuan : jalan nafas efektif
2. Kriteria hasil :
- klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan
- klien dapat mempertahankan jalan nafas
- pernafasan klien normal (16 – 20 kali per menit)
3. Rencana tindakan :
a) Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan
kedalaman penggunaan otot aksesori
b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.
20
c) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan
latihan untuk nafas dalam.
d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea.
e) Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada
kontraindikasi.
f) Lembabkan udara respirasi.
g) Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan
kortikosteroid.
4. Rasional.
a) Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronkhi, mengi
menunjukkan akumulasi sekret / ketidakmampuan untuk membersihkan
jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan
dan peningkatan kerja penafasan.
b) Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental
diakbatkan oleh kerusakan paru atau luka brongkial dan dapat memerlukan
evaluasi lanjut.
c) Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya
pernapasan. Ventilasi maksimal meningkatkan gerakan sekret kedalam
jalan napas bebas untuk dilakukan.
d) Mencegah obstruksi /aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak
mampu mengeluaran sekret.
e) Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret
membuatnya mudah dilakukan.
f) Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu pengenceran sekret.
21
g) Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan ukuran
kemen percabangan trakeobronkial berguna padu adanya keterlibatan luas
dengan hipoksemia.
f. Diagnosa keperawatan keenam : potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas
sehubungan dengan penurunan permukaan efektif paru dan kerusakan membran
alveolar – kapiler.
1. Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal
2. Kreteria hasil :
- Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea
- Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan
- Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan
GDA dalam rentang normal
3. Rencana tindakan
a) Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya
pernapasan terbatasnya ekspansi dinding dada
b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan
warna kulit, termasuk membran mukosa
c) Tujukkan / dorong bernapas bibir selama ekshalasi
d) Tngkatkan tirah bang / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri
sesuai keperluan
e) Awasi segi GDA / nadi oksimetri
f) Berikan oksigen tambahan yang sesuai
22
4. Rasional
a) TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia
sampai inflamasidifus luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai
dispnea berat sampai distress pernapasan
b) Akumulasi sekret . pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi
organ vital dan jarigan
c) Membuat, sehingga tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps
membantu menyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau
menurtunkan napas pendek
d) Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan pernapasan
dapat menurunkan beratnya gejala
e) Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan
PaCO2 menunjukan kebutuhan untuk intervensi / perubahan program
terapi
f) Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap
penurunan ventilasi atau menurunya permukaan alveolar paru.
g. Diagnosa keperawatn ketujuh : Gangguan pemenuhan tidur dan istirahat
sehubungan dengan sesak napas dan nyeri dada.
1. Tujuan : kebutuhan tidur terpenuhi
2. Kriteria hasil :
23
- memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur
- Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat
- Tanda – tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada
3. Rencana tindakan
a) kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit
b) Observasi efek abot – obatan yang dapat di derita klien
c) Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita
d) Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.
e) Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman
4. Rasional
a) Untuk mengetahui sejauh mana gangguan tidur penderita
b) Gangguan psikis dapat terjadi bila dapat menggunakan kartifosteroid
temasuk perubahan mood dan uisomnia
c) Untuk mengetahui apa penyebab gangguan tidur penderita
d) Memudahkan klien untuk bisa tidur
e) Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderita
untuk tidur.
24
ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2013, pukul 18.00 WIB
Tanggal masuk ruangan : 17 Maret 2013
Ruang : Melati 3
1. Identitas Klien:
Nama : Ny. I
No.RM : 01-01-25-01
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaa : PNS
Suku : Jawa
Bahasa : Jawa, Indonesia
Alamat : Tegalmulyo, Sumulan Klaten
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : -
Umur : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Suku : -
Bahasa : -
Alamat : -
no.telepon : -
3. Keluhan Utama : Sesak napas
P : Sesak muncul ketika batuk
Q : Sesak napas seperti terhimpit, disertai nyeri dada
R : Sesak di rasakan di dada, nyeri dirasakan di dada
25
S : Skala nyeri dada yang dirasakan 6 (dari skala 0-10)
T : Nyeri dirasakan setelah batuk
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh batuk 1 minggu ketika di rumah disertai sesak napas. Sebelumnya,
gejala batuk ini telah dirasakannya selama ± 1 bulan. Kemudian klien datang sendiri
ke RSDM Surakarta pada tanggal 17 maret 2013 di IGD klien mendapat injeksi
ketorolak 1g/12jam dan mendapatkan infus RL 20tpm . kemudian klien dirawat inap
di Ruang Melati 3 .
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien sudah pernah di rawat di RSDM Surakarta pada 21 oktober 2012 selama satu
minggu. Setelah itu klien kembali pulang kerumah karena sudah tidak sesak nafas
lagi.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Genogram
Keterangan :
26
: Menikah
: Klien: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal Serumah
7. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum:
TD:120/ 70 mmHg
N: 84 bpm
S:36,50C
RR: 24 rpm
b. Kesadaran: E4V5M6 (Komposmentis)
c. Kepala
Inspeksi : Persebaran rambut merata, warna rambut hitam, sedikit berminyak
Palpasi : Klien tidak mengeluh adanya nyeri tekan
d. Mata
Inspeksi : Warna konjungtiva anemis, sclera putih, dilatasi pupil normal antara
kanan dan kiri
Palpasi : Tidak ada nyeri
e. Hidung
Inspeksi : Tidak ada lesi, persebaran bulu hidung tidak terlalu lebat, secret sedikit
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
f. Mulut
Inspeksi :tidak ada lesi, perdarahan maupun bengkak. Jumlah gigi utuh, lidah
berwarna putih
g. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan.
Palpasi : teraba vena jugularis
h. Dada dan Paru
Inspeksi : Tidak ada lesi, bengkak, pengembangan dada kanan dan kiri sama
Palpasi : Taktil fremitus kanan dan kiri teraba lemah
Perkusi : Suara resonan antara paru kanan dan kiri
Auskultasi: Suara ronkhi
i. Jantung
Inspeksi : Tidak ada lesi/ pembengkakan
27
Palpasi : Tidak teraba ictus cordis, denyut nadi perifer melemah
Perkusi : Batas jantung klien normal
Auskultasi : Suara jantung normal (lup-dup), tidak terdengar suara jantung
tambahan (S2-S3)
j. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi/ pembengkakan
Auskultasi : Suara bising usus: 12 kali/ menit
Perkusi : Suara lapang abdomen pekak
Palpasi : Ada nyeri tekan, terasa sebah dibagian lambung
k. Genitalia
Inspeksi : klien mengatakan tidak ada keluhan pada genitalianya
l. Ekstremitas atas
Inspeksi : Terpasang infuse di tangan kanan
Palpasi : Tidak terasa nyeri
Turgor kulit: baik
Pitting edema: normal (<2 detik)
kekuatan otot: kekuatan otot tangan kanan 3, kekuatan otot tangan kiri 4
m. Ekstremitas bawah
Inspeksi : tidak ada pembengkakan, lesi, luka.
Palpasi : tidak terasa nyeri tekan 3 4
Turgor kulit: baik 4 4
Pitting edema: normal (< 2 detik)
Kekuatan otot: kekuatan otot 4 (kaki kanan dan kaki kiri sama)
Keterangan: 0 = kontraksi otot tidak terdeteksi
1 = Kejapan yang hampir tidak terdeteksi atau bekas kontraksi
dengan observasi atau palpasi
2 = pergerakan aktif bagian tubuh dengan mengeliminasi gravitasi
3 = pergerakan aktif hanya melawan gravitasi dan tidak melawan
tahanan
4 = pergerakan aktif melawan graviatsi dan sedikit tahanan
5 = pergerakan aktif melawan tahanan penuh tanpa adanya
kelelahan otot (kekuatan otot normal)
28
8. Pengkajian Fungsional :
a. Oksigenasi
RR klien: 20 rpm, saat dikaji klien mengeluh sesak napas, klien tidak terpasang
alat bantu pernapasan.
b. Nutrisi dan cairan
Sebelum sakit
Makan:
1) frekuensi : 3 kali sehari
2) Jumlah : setiap makan 1 porsi
3) jenis : nasi+sayur+lauk
4) waktu : pagi, siang, sore
5) Pantangan : tidak ada
Minum
1) Jumlah : ± 2 liter/ hari
2) jenis : Air putih dan teh
3) waktu : Pagi, siang, sore, malam
4) masalah : Klien mengatakan tidak ada keluhan
Sesudah dirawat
Makan:
6) frekuensi : 3 kali sehari
7) Jumlah : Setiap makan 1/2 porsi
8) jenis : Bubur, nasi+sayur+lauk
9) waktu : Pagi: bubur, siang, sore, Malam: nasi+sayur+lauk
Minum
5) Jumlah : ± 1liter/ hari
6) jenis : air putih
29
7) waktu : pagi, siang, sore, malam
8) masalah : klien mengatakan tidak ada keluhan
c. Eliminasi
Sebelum sakit:
BAB
1) Frekuensi :1-2 kali/ hari
2) Konsistensi : padat
3) warna : kuning kecoklatan
4) Masalah :klien mengatakan tidak mengeluh adanya masalah BAB
BAK
1) frekuensi : 4-5 kali/ hari
2) warna : jernih kekuningan
3) Masalah : tidak ada masalah
Sesudah dirawat
BAB
5) Frekuensi :0-1 kali/ hari
6) Konsistensi : padat
7) warna : kuning kecoklatan
8) Masalah : klien mengatakan tidak mengeluh adanya masalah BAB
BAK
4) frekuensi : 3-4 kali/ hari
5) warna : jernih kekuningan
6) Masalah : tidak ada masalah
d. Termoregulasi
Saat dikaji tanggal 17 maret, suhu tubuh klien 36,50C. Kemudian saat dikaji
tanggal 18 maret, suhu tubuh meningkat menjadi 40,20C.
30
e. Aktivitas latihan/ mobilisasi
Aktivitas sebelum dirawat 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Toileting
Tingkat mobilitas ditempat tidur
Berpindah
Kemampuan ROM
Berjalan
Aktivitas sesudah dirawat 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Toileting
Tingkat mobilitas ditempat tidur
Berpindah
Kemampuan ROM
Berjalan
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Menggunakan alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan perawat
4 : Ketergantungan/tidak mampu
f. Seksualitas
Klien sudah menikah. Klien mengatakan mempunyai dua anak.
31
g. Psikososial
1. Stress dan koping
Klien mengatakan jika bosan beliau mengajak ngobrol anak dan suaminya
2. Konsep diri
Gambaran diri : Optimis dengan kondisi tubuh
Ideal diri : Menerima diri
Harga diri : Klien menerima dengan kondisi dan kemampuan tubuhnya
Identitas : Klien sebagai seorang ayah
h. Rasa Aman dan Nyaman (pengkajian sesak napas yang dirasakan)
P : Sesak muncul ketika habis batuk
Q : Sesak napas seperti terhimpit, disertai nyeri dada
R : Sesak di rasakan di dada, terasa nyeri di dada kiri
S : Skala sesak dan nyeri dada yang dirasakan 6 (dari skala 0-10)
T : Sesak napas dirasakan ketika batuk
i. Spiritual
Klien beragama islam. Klien mengatakan bahwa kegiatan sholat sehari-hari di
rumah sakit sedikit terganggu karena sesak napas dan nyeri yang di rasakan oleh
klien.
j. Higiene
1. Sebelum sakit:
Mandi : 2 kali/ hari
Gosok gigi : 2 kali/ hari
memotong kuku: 2 minggu sekali
Keramas : 2 hari sekali
32
2. Sesudah dirawat:
Mandi : 2 kali/ hari dengan bantuan ibu untuk memandikan
Gosok gigi : 2 kali/ hari
Memotong kuku : Selama dirawat di rumah sakit, klien belum pernah
memotong kukunya
Keramas : Selama dirawat, klien mengatakan jarang untuk keramas.
k. Istirahat dan tidur
1. Sebelum sakit
Tidur malam: Mulai tidur kira-kira jam 9 malam, bangun tidur jam 05 pagi
Tidur siang : 2-3 jam
2. Selama dirawat
Tidur malam : 6 – 7 jam
Tidur siang : 1-2 jam
l. Aktualisasi diri
Selama di rumah sakit, klien mengatakan aktivitasnya sangat terbatas. Klien hanya
bisa menghibur diri dengan cara menonton tv.
m. Rekreasi
Klien mengatakan, selama di rumah sakit, kebutuhan rekreasinya terganggu.
Biasanya klien dapat berjalan-jalan atau berbincang dengan tetangga sekarang
tidak dapat di lakukan oleh klien
n. Kebutuhan belajar
Klien mampu memahami kondisi fisiknya saat ini, yaitu sedang sakit. Klien
memahami dan mematuhi pengobatan dan perawatan selama di rumah sakit.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium, bahan : sputum, tanggal 21 maret 2013
Jenis pemeriksaan Hasil
1. Pengecatab gram Ditemukan leukosit 1-5/CPB epitel 0,2/
33
LPB
2. Pengecatan BTA dari Sputum S : -
P : Negatif
S : -
3. Pengecatan BTA dari bahan lain -
4. Lan-lain -
Pemeriksaan Radiology tanggal 22 maret 2013
RD0116 – MSCT Thorak / Abdomen atas / Abdomen bawah pelvis dengan kontras
- Tampak lesi hiperdens densitascairan pada hemothoraks kiri
- Tampak perselubungan dengan airbronchogram di lobus posterobasal
- Tidak tampak massa di kedua paru, mediastinum, pleura
- Tampak pembesaran KGB paratracheal kanan dengan ukuran 2,3 cm
- Tampak massa solid, batas tegas, tepi ireguler di caput pankreas ukuran 34, 1 x
49, 2 diserati dilatasi dictuspankreaticus
- Gaster tampak dilatasi
- Hepar ukuran membesar, densitas parenkim normal, tidak tamapak nodul/ kista/
massa, IHBD/ EHBD noemal, vena porta/ vena hepatica normal
- Lien ukuran normal, densitas parenkim normal, tampak kalsifikasi di pole tengah
- Ginjal kanan dan kiri normal, densitas pada parenkim normal, tidak tampak
ekstasis sistem pelviocaliceal, tidak tampak batu / kista/ massa
- Tampak kalsifikasi di dinding pembuluh darah
Kesimpulan
- Massa di caput pancreas dengan pembesaran KGB paratracheal kanan
- Hepatomegali
- Efusi pleura kiri yang yang sebagian mengalami organisasi disertai keradangan di
paru kiri lobus inferior segmen posterobasal
- Kalsifikasi pole tengah lien
- Aorthosclerosis
- Tindak tampak massa dikedua paru/ mediastinum/ pleura
34
Pemeriksaan laboratorium, bahan : darah, tanggal 23 Maret 2013
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal Kesan (meningkat/
menurun)
Rasional
Bilirubin total 0,04 0,00 – 1,00 Meningkat
Bilirubin direk 0,20 0,00 – 0,30 Normal
Bilirubin Inderek 0,20 0,00 – 0,70 Normal
Serologi
Tumor Kanker
CEA
(umum/usus)
98,97 <3 Meningkat
(A -19-9) 4 <37 Normal
Pemeriksaan hematologi, tanggal: 23 ,Maret 2013
Jenis
Pemeriksaan
Hasil Nilai normal Kesan
(meningkat/
menurun)
Rasional
Hemoglobin 11,5 12,0-15,6 Menurun Penurunan Hb
dibawah 12,
menunjukkan
anemia
Hematokrit 38 33-45 Normal
Leukost 7,8 4,5-11,0 Normal
Trombosit 265 150-450 Normal
Eritrosit 4,08 4,10-5,10 Menurun Terjadi
penurunan
distribusi
oksigen dari
paru-paru ke
jaringan tubuh,
serta penurunan
35
pengangkutan
CO2 dari
jarinbgan tubuh
ke paru-paru
olkeh Hb
Gol darah O
Gula darah
sewaktu
121 60-140 Normal
SGOT 18 0-35 Normal
SGPT 110 0-45 Meningkat Mengindikasikan
adanya masalah
pada hati, sel
otot, jantung,
pancreas dan
ginjal. SGPT
meningkat
biasanya terjadi
karena adanya
kerusakan hati.
Kreatinin 1,2 0,6-1,1 Meningkat Mengindikasikan
adanya gangguan
fungsi ginjal
Ureum 29 <50 Normal
Natrium 136 136-145 Normal
Kalium 3,8 3,3-5,1 Normal
Clorida 104 98-106 Normal
HBsAg Non reaktif
Pemeriksaan Laboratorium, bahan darah arteri : 23 maret 2013
Pemeriksaan
Analisis Gas Darah
Hasil Nilai Normal Kesan
(meningkat/
menurun)
36
PH 7,454 7,350 – 7, 450 Meningkat
BE 1,3 -2 - +3 Normal
PCO2 36, 7 27. 0 – 41. 0 Normal
PO2 66, 6 83. 0 - 108 Menurun
Hematokrit 29 37 - 50 Normal
HCO3 25, 5 21,0 – 28, 0 Normal
Total CO2 23,4 19,0 – 24, 0 Normal
O2 Saturasi 93,5 94,0 – 98,00 Menurun
Pemeriksaan paru dengan bronchoscopy, tanggal 26 maret 2013
- Plika Vokalis : Intak
- Trakea : Orificium terbuka, mukosa licin, tidak hiperemesis
- BUKA, LAKA, LMKA, LBKA : Orificium terbuka, mukosa licin, tidak
hiperemeis dengan sekresi mukus banyak
- BUKA LAKI : Orificium terbuka, mukosa licin, tidak hiperemesis, dengan
sekresi mukus banyak
- LBKI stenosis kompresi tidak total, alat bronkoskopi masih bisa masuk
dilakukan bilasan
Kesimpulan
Sterosis kompresi di LBKI dilakukan bisalan
10. terapi
Jenis
Terapi
Dosis Rute Indikasi dan cara
kerja
Kontraindikasi Efek
samping
Peran
Perawat
Codein 3X1
(10
mg/ 8
jam)
Oral Indikasi:
Antitusif,
digunakan untuk
terapi
simptomatis batuk
non produktif
Cara kerja codein
adalah dengan
Asma bronchial,
emfisema paru-
paru, trauma
kepala, TIK
meningkat,
alkoholisme
akut, setelah
operasi saluran
a. Dapat menimbulkan ketergantungan
b. Mual, muntah, idiosinkrasi, pusing, sembelit
Memberik
an obat
dengan
cara
memberi
tahu dois,
waktu dan
cara
37
menekan pusat
batuk di medulla
oblongata
empedu c. Depresi pernafasan terutama pada penderita asma, depresi jantung dan syok
minum
obat yang
tepat
Vit B6
(Piridoksi
na
hidroklor
ida
1X10
0 mg
Oral Indikasi:
mencegah dan
mengobati
defisiensi vit B6,
untuk gangguan
metabolic,
piridoksin +
isoniazid dapat
mencegah neuritis
perifer.
Klien dengan
sejarah
sensitivitas pada
vitamin,
hipersensitivitas
terhadap
piridoksin
Kegelisahan
, kelemahan
kaki, sakit
kepala,
kejang
Paraceta
mol
500
mg
Oral Menghilangkan
rasa sakit dan
penurun panas
Gagal ginjal,
hati
Reaksi
kulit,
hematologis
, reaksi
alergi yang
lain
Injeksi:
Asam
tranexam
at
500
mg/ 8
jam
IV Indikasi:
untuk fibrinolosis
local, ex:
epistaksi,
prostaktetomi,
konisasi serviks
Edema
angioneurotonik
a. gangguan gastrointestinal, mual, muntah, anoreksia, pusing, ekstantema dan sakit kepala
38
herediter
Pendarahan
abnormal sesudah
operasi
Pendarahan
sesudah operasi
gigi dan penderita
hemophilia
Aktivitas
antiplasminik(me
nghambat
aktivitas dari
aktifator
plasmonogen dan
plasmine.
Aktivitas
hemostatis
(mencegah
degradasi fibrin,
pemecahan
trombosit,
peningkatan
kerapuan vaskuler
dan pemecahan
faktor koagulasi,
berefek untuk
mengurangi
waktu perdarahan
dan lamanya
perdarahan.
dapat timbul pada pemberian secara oral
b. Dengan injeksi yang cepat dapat menyebabkan pusing dan impotensi
Vit K 10
mg/ 8
Indikasi: untuk
mencegah atau
Kegagalan hepar
parah biasanya
39
jam mengatasi
perdarahan akibat
defisiensi vit K.
cara kerja:
meningkatkan
biosintesis
beberapa faktor
pembekuan darah
yang berlangsung
di hati.
menyebabkan
kehilangan
sintesis protein
dan diathesis
hemorlogika
yang tidak
tersepon vit K.
Ranitidin 50
mg/ 8
jam
IV Pada SSP:
sakit kepala,
rasa tidak
enak badan,
mengantuk,
insomnia,
vertigo,
kebingunga
n mental,
agitasi,
depresi
mental dan
halusinasi.
Pada GI:
konstipasi,
mual,
muntah,
nyeri dan
ketidaknya
manan pada
perut
Pada
40
dermatologi
s: demam,
ruam
Metoclop
ramid
5 mg/
8 jam
Indikasi:
meringankan
(mengurangi
symptom diabetic
gastroparesis akut
dan yang kambuh
kembali),
mengurangi mual,
muntah metabolic
karena obat
sesudah operasi,
rasa terbakar yang
berhubungan
dengan refluks
esofagitis.
Cara kerja:
meningkatkan
tonus dan
amplitude pada
kontraksi
lambung,
merelaksasi
sfingter pylorus
dan bulbus
duodenum, serta
meningkatkan
peristaltic dari
duodenum dan
jejunum sehingga
Penderita
gastrointestinal
hemorage,
obstruksi
mekanik atau
perforasi.
Penderita
pheochromocyto
ma, penderita
yang sensitive
terhadap obat
ini, penderita
epilepsy atau
klien yang
menerima obat-
obatan yang
dapat
menyebabkan
reaksi
ekstrapiramidal
Efek SSP:
kegelisahan,
kantuk,
kelelahan,
kelemahan
Efek
kardiovasku
lar:
hipotensi,
hipertensi
supraventrik
ular,
takikardia,
bradikardia
Efek
gastrointesti
nal: mual,
gangguan
perut
terutama
diare
Efek ginjal:
sering
buang air,
inkontinensi
a
Alergi:
gatal-gatal
41
dapat
mempercepat
pengosongan
lambung dan
usus.
Intravena
NaCl
0,9%
20
tpm
Ceftazidi
me
1
gram/
12
jam
IV Indikasi: untuk
mengobati infeksi
bakteri tertentu
Reaksi
hipersensiti
vitas
(urticaria,
pruritus,
ruam)
Efek CNS:
encephalop
haty jika
dosis tinggi
Donperid
one
1
tablet
(10
mg)
Oral Indikasi: sindrom
dyspepsia
fungsional, mual,
muntah akut
Cara kerja:
merupakan
antagonis dari
dopamine.
Pemberian per
oral dapat
meningkatkan
pengosongan
lambung dan
menambah
Penderita yang
hipersensitivitas
pada
domperidone
Penderita
dengan
prolaktinoma
tumor hipofise
yang
mengeluarkan
proklatin
Tidak boleh
digunakan jika
serangan
Merangsang
peningkatan
kadar
prolaktin
plasma
yang dapat
menyebabk
an galaktore
dan
ginekomasti
a.
Reaksi
alergi (rash,
urtikaria)
42
tekanan pada
sfingter
esophagus bagian
bawah pada orang
sehat.
motilitas
lambung dapat
membahayakan
seperti adanya
pendarahan,
obstruksi
mekanik, atau
perforasi
gastrointestinal
R/H/Z/E
(Rifampi
sin, INH,
Pirazina
mide,Eta
mbutol)
450/
300/
1000/
1000
Oral Indikasi:
Rifampisin:
untuk TBC,
sebagai antibiotic.
cara kerja:
membunuh
bakteri yang
menyebabkan
infeksi dengan
menonaktifkan
enzim bakteri
(RNA
polymerase).
Isoniazid (INH),
Indikasi:
mengobati infeksi
bakteri
tuberculosis.
Pirazinamid:
tuberculosis paru.
cara kerja:
membunuh
kuman yang
Rifampisin:
Hipersensitifitas
terhadap
golongan obat
ini, penyakit
kuning
(jaundice),
severe hepatic
disease.
Isoniazid:
Menghambat
biosisntesis
asam mikolat
yang merupakan
unsure penting
dinding sel
mikobakterium.
Isoniazid
menghilangkan
sifat tahan asam
dan menurunkan
jumlah lemak
yang terekstrasi
Rifampisin
:
Efek pada
lambung
usus, fungsi
hati
abonormal,
sakit
kuning,
demam,
gejala flu,
perubahan
pada fungsi
ginjal,
reaksi kulit,
urin dahak
dan air mata
berwarna
kemerahan.
Isoniazid:
mual,
muntah,
anoreksia,
43
berada dalam sel
dengan suasana
asam.
Indikasi
etambutol: terapi
kombinasi TB
dengan obat lain,
sesuai regimen
pengobatan jika
diduga ada
resistensi. cara
kerja: menekan
pertumbuhan
kuman TB yang
telah resisten
terhadap isoniazid
dan streptomisin,
menghambat
sintesis RNA
pada kuman yang
sedang
membelah.
oleh
mikobakterium.
Parazinamid:
hipersensitifitas
terhadap
pirazinamid,
penyakit hati,
kehamilan.
letih,
malaise,
gangguan
saluran
pencernaan,
demam,
ruam,
ikterus,
pusing,
gangguan
BAK,
kekurangan
Vit B6.
Parazinami
d:
hepatotoksis
itas, anemia
skleroblasti
k,
intoleransi
saluran
pencernaan,
ulkus
peptikum,
disuria,
demam,
urtikaria.
etambutol:
gangguan
penglihatan,
buta warna
dan
44
penyempita
n lapang
pandang.
11. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
DS:
klien mengatakan sering
merasa ingin batuk dan
susah mengeluarkan dahak
DO:
Batuk tidak efektif
Suara napas ronkhi
Adanya penurunan bunyi
napas
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Sekresi yang tertahan
DS:
Klien mengatakan sesak
napas ketika setelah batuk
DO: RR : 13 rpm
Ketidakefektifan pola
pernapasan
menurunnya ekspansi
paru karena nyeri dada
DS:
Klien mengatakan bahwa ia
mudah lelah ketika
beraktifitas.
Klien mengatakan badannya
pegal-pegal
DO:
Konjungtiva anemis, bibir
pucat, kulit berkeringat
Keletihan Status penyakit
12. Diagnosa Keperawatan
45
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
b. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru
c. Keletihan berhubungan dengan status penyakit
13. Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
berhubungan dengan
sekresi yang tertahan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 4X24 jam, jalan
napas klien bersih dan
efektif dengan criteria
hasil:
klien menyatakan bahwa batuk berkurang atau
Kaji fungsi pernapasan, seperti bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman serta penggunaan otot napas tambahan.
Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/ batuk efektif
berikan klien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu klien untuk batuk dan
46
hilang, tidak ada sesak dan secret berkurang
suara napas normal (vesikuler)
frekuensi napas 16-20 kali per menit
tidak ada dispnea
latihan napas dalam. bersihkan secret dari
mulut dan trakea; pengisapan sesuai keperluan
pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/ hari kecuali kontraindikasi.
Ketidakefektifan pola
pernapasan yang
berhubungan dengan
menurunnya ekspansi
paru
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 4X24 jam, pola
napas klien kembali
efektif, dengan criteria
hasil:
Klien mampu melakukan batuk efektif
Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada pada batas normal, pada pemeriksaan rontgen dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, dan bunyi napas terdengar jelas.
Mandiri:
Identifikasi faktor penyebab
kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea, sianosis, dan perubahan tanda vital
Berikan posisi fowler/ semifowler tinggi dan miring pada sisi yang sakit, bantu klien latihan napas dalam dan batuk efektif
auskultasi bunyi napas kaji pengembangan dada
dan posisi trachea
Keletihan berhubungan
dengan status penyakit
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 4X24 jam, klien
menunjukan
peningkatan energy
dengan criteria hasil:
kapasitas untuk mempertahankan aktivitas
status nutrisi baik
Kaji dampak keletihan pada kualitas hidup
Management Energi: Pantau bukti adanya
keletihan fisik dan emosi yang berlebihan pada klien
pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardia, distritmia, dispnea, diaphoresis, pucat,
47
frekuensi napas) Pantau dan catat pola
tidur klien dan jumlah jam tidurnya
Pantau lokasi dan tingkat ketidaknyamanan atau nyeri selama bergerak/ beraktivitas
Penyuluhan:
Ajarkan klien dan orang terdekat untuk mengenali tanda dan gejala keletihan yang memerlukan pengurangan aktiviats
ajarkan pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah keletihan
14. Implementasi
No Diagnosa
keperawatan
Waktu Implementasi (tambahkan
kolaborasi)
Respon
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
berhubungan
dengan sekresi
yang tertahan
26-3-2013 Memonitor TTV
Observasi klien saat batuk,
batuk tidak produkti
Mengajari batuk efektif
S : Klien tidak pusing
O :
TD:120/ 70 mmHg
N: 84 bpm
S:36,50C
RR: 24 rpm
S : Klien mengatakan
48
27-3-2013
28-3-2013
29-3-2013
Memonitor TTV
Mengkaji batuk klien
Memonitor TTV klien
Memonitor KU , TTV
akan berusaha
melakukannya
O : Klien terlihat
berusaha untuk
melakukan batuk
efektif
S : Klien mengtakan
tidak lemas dan
pusing
O :
TD:120/ 80 mmHg
N: 90 bpm
S:36,50C
RR: 21 rpm
S : Klien mengatakan
masih sering batuk
O : Klien terlihat batuk
S : Klien terlihat tidak
lemas
O :
TD:120/ 70 mmHg
N: 92 bpm
S: 36 0C
RR: 25 rpm
S : Klien mengatakan
sedikit pusing
namun badannya
49
tidak terasa lemas
O :
TD:120/ 70 mmHg
N: 84 bpm
S:36,50C
RR: 24 rpm
Ketidakefektifan
pola pernapasan
yang berhubungan
dengan
menurunnya
ekspansi paru
26-3-2013
27-3-2013
Mengkaji frekuensi napas
Mengubah posisi fowler
pada klien
Melatih cara napas dalam
pada klien
S : Klien mengatakan
sedikit sesak
O :
Memberi oksigen
kepada klien
RR : 22 rpm
S : Klien mengatakan
posisinya kurang
nyaman
O :
Klien terlihat tidak
nyaman dengan
posisinya
Membantu klien
mengubah posisinya
menjadi semi fowler
S : Klien mengatakan
akan berlatih cara
nafas dalam
O : Klien terlihat
bersedia untuk
berlatih nafas dalam
50
28-3-2013
29-3-2013
Mengevaluasi dengan
memonitor RR
Mengkaji TTV klien
, Pantau RR : 20 rpm.
pasien tidak mengeluh
sesak napas
Memantau TTV
S : Klien mengatakan
agak sesak
O :
Klien terlihat sedikit
sesak
RR : 20 rpm
S : Klien sudah tidak
pusing
O :
TD:120/ 80 mmHg
N: 90 bpm
S:360C
RR: 22 rpm
S : Klien mengatakan
tidak pusing
TD:120/ 80 mmHg
N: 92 bpm
S:360C
RR: 22 rpm
Keletihan
berhubungan
dengan status
penyakit
26-3-2013 Menganjurkan klien
untuk meminimalisir
aktivitas, menganjurkan
klien untuk reposition
untuk mengurangi
ketidaknyamanan (pegal)
karena tidur.
S : Klien mengatakan
badanya pegal-pegal
O :
Menganjurkan
klien untuk
mengatur posisi
Klien terlihat
melakukan apa
yang di anjurkan
perawat
51
27-3-2013
28-3-2013
29-3-2013
Menganjurkan klien
untuk meningkatkan
asupan cairan (minum)
dan makan untuk
meningkatkan energy
klien
Mengkaji kemampuan
beraktivitas klien
Menganjurkan klien
untuk mempertahankan
asupan nutrisi dan
cairan, menghindari
makanan dari luar rumah
sakit.
Mengkaji TTV klien
Mengkaji asupan makan
dan klien
S : Klien mengatakan
makan 3x/hari habis
½ porsi
O :Klien menghabiskan
½ porsi
S : Klien mengatakan
tidak dapat
beraktifitas
O : Klien terlihat
melakukan aktifitas
sendiri seperti
mandi, makan, BAK
dan BAB tanpa
bantuan orang lain
S : Klien mengatakan
paham
O : Klien terlihat
mengerti apa yang
di anjukkan oleh
perawat
S : Klien mengatakan
tidak lemas dan
pusing
O :
TD:120/ 80 mmHg
N: 92 bpm
S:360C
52
Mengkaji aktivitas yang
dikerjakan klien
RR: 22 rpm
S : Klien mengatakan
makan 3x/hari habis
½ porsi
O : Klien terlihat
menghabikan ½ porsi
bubur
S : Klien mengatakan
melakukan aktifitas
sendiri tanpa bantuan
O : Klien terlihat
melakukan aktifitas
seperti mandi,
BAK,BAB, ganti
baju, makan dan
sholat sendiri tanpa
bantuan
53
1. Evaluasi
Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Harian Evaluasi Kumulatif
26 Maret 2013 27 Maret 2013 28 Maret 2013 29 Maret 2013
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
berhubungan
dengan sekresi
yang tertahan
S:
klien mengatakan
bisa berlatih batuk
efektif
O:
Terlihat pucat,
TTV: TD: 120/70
mmHg,
N: 89bpm,
RR : 20 rpm,
S: 36,50C
A:
masalah teratasi
sebagian
S:
Klien mengatakan
sudah tidak batuk lagi
O:
TD: 120/80,
N: 100,
S: 36,20C.
RR : 21rpm
A:
Masalah teratasi
sebagian, namun
muncul masalah
keperawatan baru
(keletihan)
S:
Klien mengatakan batuk
lagi
O:
Dahak berwarna putih
TD: 120/70,
N: 84 bpm,
RR:20rpm,
S: 36 0C.
A:
Masalah muncul
P:
Dilakukan intervensi
latihan batuk efektif dan
S:
Klien mengatakan lemas. klien
mengatakan frekuensi batuknya
berkurang (<3 kali/ hari)
O:
TD: 120/ 70,
N: 100
S: 36,50C,
RR: 20 rpm
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Teruskan intervensi kolaborasi
54
P:
Lanjutkan
intervensi (monitor
TTV, latih batuk
efektif, nafas
dalam)
P:
Pantau KU dan TTV
kolaborasi dalam
pemberian obat
pemberian obat
Ketidakefektifan
pola pernapasan
yang berhubungan
dengan
menurunnya
ekspansi paru
S:
Klien mengatakan
mengatakan masih
sesak di bagian
dada kiri
O:
16 rpm
A: masalah belum
teratasi
P:
lanjutkan
kolaborasi obat
dan pantau TTV
S:
Klien mampu untuk
merubah posisi fowler
ketika merasa sesak
napas
O:
RR: 20rpm
A:
Masalah teratasi
P: Pertahankan
intervensi untuk
mempertahankan pola
S:
klien merasa lebih enak,
tidak sesak napas.
O:
RR: 20 rpm
A: masalah teratasi
P: -
S :
Klien
55
napas klien
Keletihan
berhubungan
dengan status
penyakit
S :
Klien mengeluh
lemas dan habis
muntah 2 kali
O :
Klien terlihat
lemas, lelah, pucat,
konjungtiva
anemis, kekuatan
otot menurun
Ektremitas bawah :
3 dan ektremitas
atas 3
TD : 110/80
N : 100bpm
RR : 21 rpm
S : 36 oC
A :
S:
Klien mengatakan
masih lemah, makan
cuma sedikit, karena
mual
O:
Klien terlihat pucat,
konjungtiva anemis
TD: 120/70
N:92 bpm
RR:20rpm
S: 36 0C.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Melanjutkan intervens
S:
Klien mengatakan masih
sedikit lemas namun sudah
tidak begitu mual
O:
Keadaan pucat, lemas.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Pantau terus TTV, KU,
dan asupan nutrisi dan
cairan, aktivitas
S:
Klien mengatakan keadaan lebih
membaik, namun masih lemas.
Klien makan hanya ½ porsi
karena terkadang masih terasa
mual
O:
TD: 120/80 mmHg
S: 36,50C
RR: 20 rpm
N: 94 bpm
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi memantai
asupan nutrisi dan cairan
56
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Dongoes, Marilynn E, Mary Frances M, Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untuk Prenecanaan dan Pendokumentasian Perawatan Klien.
Jakarta:EGC
Price, Sylvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses –Proses PenyakitEdisi 6.Jakarta:EGC
Somantri, imam. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Somantri, irman. 2007. Asuhan Keperwatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakata : Salemba Medika
William, and Willkins. 2011. Nursing The Series For Clinical Excelence Memahami
Berbagai Macam Penyakit. Jakarta Barat: PT Indeks
Widjajanti, Nuraini. Obat-obatan. Kanisius
58