askep keluarga dengan tb paru

39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Meskipun pada tahun 2007 mulai terjadi penurunan insiden TBC, Indonesia adalah negara kelima terbesar dengan masalah TBC di dunia (2009). Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Tahun 2007 total kasus TB 528.000 dan tahun 2008 sebanyak 429.730 kasus. Diperkirakan setiap tahun 430.000 kasus baru TBC dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit 1

Upload: hary-arya

Post on 11-Aug-2015

1.363 views

Category:

Documents


47 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Keluarga Dengan TB Paru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,

perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia

bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000

kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Meskipun pada tahun

2007 mulai terjadi penurunan insiden TBC, Indonesia adalah negara kelima

terbesar dengan masalah TBC di dunia (2009). Survei prevalensi TBC yang

dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa

prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut

laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun

2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256

kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus

baru. Tahun 2007 total kasus TB 528.000 dan tahun 2008 sebanyak 429.730

kasus.

Diperkirakan setiap tahun 430.000 kasus baru TBC dimana sekitar 1/3

penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit

atau klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku

unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000

per tahun. Penyakit TB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar

karena TB merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar di Indonesia.

Pengobatan TBC harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus

walaupun pasien telah merasa lebih baik atau sehat. Pengobatan yang terhenti

ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resistendan TBC akan sulit

untuk disembuhkan dan membutuhkan waktu yang lebih lama maka butuh

keterlibatan anggota keluarga untuk mengawasi dan jika perlu menyiapkan

obat. Dukungan keluarga penderita sangat dibutuhkan untuk menuntaskan

pengobatan agar benar-benar tercapai kesembuhan

1

Page 2: Askep Keluarga Dengan TB Paru

Banyaknya kasus TB paru dan masih rendahnya angka penyembuhan,

kasus kambuh dan kegagalan pengobatan dan resistensi kuman karena kurang

disiplinnya pasien dalam minum obat maka penulis berkeinginan untuk

menyusun makalah asuhan keperawatan keluarga dengan TBC.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah “bagaimanakah asuhan

keperawatan keluarga dengan penyakit TBC?”

C. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan TBC

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui konsep tahap perkembangan

2. Mengetahui tinjauan medis TBC meliputi pengertian, etiologi,

manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis

3. Mengetahui ciri-ciri klien TBC dengan melakukan pengkajian

keperawatan

4. Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan TBC

5. Mengetahui tindak lanjut intervensi dalam evaluasi keperawatan

pada klien TBC

6. Mengetahui konsep proses keperawatan keluarga

2

Page 3: Askep Keluarga Dengan TB Paru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tahap Perkembangan

Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-

individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-

turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun

tahap-tahap perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam Friedman (1998)

adalah :

a. Tahap I : keluarga pemula

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru

dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang

intim.

b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak

Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.

c. Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah

Dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika

anak berusia lima tahun.

d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah

Dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk

sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.

e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja

Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama

enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak

meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di

rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.

f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

Ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir

dengan “rumah kosong,” ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap 3

Page 4: Askep Keluarga Dengan TB Paru

ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak

yang belum menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh

tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak -anak untuk kehidupan

dewasa yang mandiri.

g. Tahap VII : orangtua usia pertengahan

Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat

pensiun atau kematian salah satu pasangan.

h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun,

hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya

meninggal. Sedangkan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia

sekolah menurut Duvall dan Miller, Carter dan McGoldrik dalam Friedman

(1998) yaitu :

1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah

dan mengembangkan hubungan dengan teman seba ya yang sehat

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

3) Kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

B. Konsep Masalah Kesehatan

2.2.1 Definisi

TBC adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan

oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk

kedalam tubuh manusia melalui udara (pernafasan) kedalam paru-paru,

kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain

melalui penyebaran darah, kelenjar limfe, saluran pernafasan, penyebaran

langsung ke organ tubuh lain (Sylvia Anderson 1995 : 753)

2.2.2 Etiologi

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan

bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam

(BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal

4

Page 5: Askep Keluarga Dengan TB Paru

24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi

nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut

sebagai Koch Pulmonum (KP).

2.2.3 Tanda dan Gejala

a. Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak lebih dari 3 minggu.

b. Demam ringan, tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40 410C.

c. Sesak nafas

d. Nyeri dada

e. Batuk darah

f. Badan terasa lemas

g. Kehilangan nafsu makan

h. Berat badan turun

i. Rasa kurang enak badan (malaise)

j. Berkeringat malam padahal tidak ada kegiatan.

k. Penatalaksanaan

2.2.4 Cara Penularan

Droplet Nucles yang merupakan partikel 1-10 mikron, dikeluarkan oleh

penderita penyakit TBC dengan cara batuk-batuk, bersin, bicara, penderita

meludah ke tanah kemudian kuman tersebar ke udara. Oleh karena itu

penyakit ini disebut “Airbone Infection”. Orang dapat terinfeksi kalau

droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.

2.2.5 Patofisiologi

Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi.

Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli,tempat dimana mereka

berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri dalam sistem imun tubuh

dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neurofil & makrofagi) menelan

banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis melisis (menghancurkan) basil

dan jaringn normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat

dalam alveoli akan terjadi gangguan pertukaran gas karena sputum 5

Page 6: Askep Keluarga Dengan TB Paru

menumpuk akan menutupi jalan nafas, dan sputum bergerak maju ke

bronkus, maka akan terjadi ganguan jalan nafas. (Brunner & Suddart, 2002 :

585).

2.2.6 Komplikasi

a. Pneumonia (radang parenkim paru)

b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)

c. Pneumotorak (adanya udara dan gas dalam rongga selaput dada)

d. Empiema

e. Lasingitis

f. Menjalar ke organ lain (spt, usus)

2.2.7 Penatalaksanaan

Pengobatan untuk individu dengan TB aktif memerlukan waktu lama karena

basil resisten terhadap sebagian besar antibiotic dan cepat bermutasi apabila

terpajan antibiotic yang semula masih efektif. Saat ini terapi untuk pasien

dengan infeksi aktif adalah kombinasi empat obat dan berlangsung paling

kurang 9 bulan dan biasanya lebih lama. Apabila pasien tidak berespons

terhadap obat-obatan tersebut, maka obat dan protocol pengobatan lain akan

dicoba. Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberculin positif setelah

sebelumnya negative biasanya mendapat antibiotic selama 6-9 bulan untuk

membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil

total.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KELUARGA: TAHAPAN KELUARGA DENGAN TBC

6

Page 7: Askep Keluarga Dengan TB Paru

A. DATA UMUM

1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Ibu S

2. Umur KK : 29 tahun

3. Alamat : Jalan kaca piring II/33 RT.01 RW.03,

kelurahan patrang

4. Pekerjaan KK : Penjahit

5. Pendidikan KK : SD

6. Komposisi keluarga :

No Nama Jenis

Kelamin

Hub.

Dg KK

Umur Pendidikan Agama Pekerjaan keterangan

1 An. E P anak 5 th TK Islam - Imunisasi

lengkap

2 Tn. Su L adik 22 th SMP Islam Buruh

bangunan

-

Genogram:

7

Bpk. S (22 th)

Bpk. Y (..th) Ibu K (…th)

Ibu S (29 th)

Page 8: Askep Keluarga Dengan TB Paru

Keterangan :

: laki-laki : laki-laki meninggal

: perempuan sakit : perempuan meninggal

: perempuan : cerai

7. Tipe Keluarga: keluarga single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu

orang tua (ibu) dengan anak karena proses ditinggalkan.

8. Suku Bangsa: ibu S mengatakan: Ibu S berasal dari suku jawa, setelah

menikah Ibu S menetap di Jember dan bahasa yang digunakan bahasa jawa

8

Bpk T (37th)

An.E ( 5 th)

Bpk... (..th) Ibu S (…th)

Page 9: Askep Keluarga Dengan TB Paru

dengan campuran bahasa madura. Keyakinan yang berhubungan dengan

kesehatan keluarga Ibu S adalah membiarkan dahulu dan mengobati

semampunya dengan bantuan obat-obat yang dapat dibeli di warung, jika

tidak sembuh dapat pergi ke puskesmas terdekat.

9. Agama: Ibu S mengatakan: kepercayaan yang dianut keluarga ibu S adalah

Islam. Menurut ibu S, ibu S biasanya melaksanakan ibadah di rumah dan

kadang-kadang melakukanya di masjid didekat rumahnya.

10. Status Sosial Ekonomi Keluarga: Ibu S mengatakan ia bekerja sebagai

penjahit, penghasilan yang diperoleh per bulan Rp.200.000,-. Penghasilan

tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sehingga

Ibu S mencari tambahan dengan menerima jahitan dirumahnya, menurut

ibu S.

11. Aktivitas Rekreasi Keluarga: Ibu S mengatakan: biasanya ibu S mengajak

An.Emi jalan-jalan ke alun-alun tetapi hal ini jarang dilakukan hanya

ketika ibu S mempunyai uang.

B. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

12. Tahap perkembangan keluarga saat ini: keluarga berada pada tahap

perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah.

Tugas perkembangan yang ditempuh keluarga adalah:

a. Membantu anak untuk bersosialisasi

Ibu S sudah mampu untuk membantu anak bersosialisasi. Ibu S

mengatakan bahwa anak E biasanya di ajak bermain kerumah tetangga.

Anak E juga sering mengajak teman-temanya bermain dirumahnya.

Hasil observasi didapatkan: anak E terlihat ceria, ketika di ajak bicara

dia menjawab.

b. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar

keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

9

Page 10: Askep Keluarga Dengan TB Paru

Ibu S mengatakan: orang tua ibu S sudah meninggal tetapi ibu S masih

menjalin hubungan yang baik dengan bibinya yang tinggal di depan

rumahnya. Ibu S setiap hari bermain dan menonton tv dirumah bibinya.

Dilingkungan sekitarnya ada tetangga yang baik ada juga tetangga yang

kurang baik. Ibu S menyikapinya dengan sabar. Kadang ketika ibu S

mempunyai makanan ibu S juga sering membagikan ke tetangganya

begitu juga sebaliknya, menurut ibu S.

c. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak

Ibu S mengatakan: setiap pagi sebelum dia berangkat kerja dia

menyempatkan untuk memasak makanan buat anaknya setelah itu dia

memandikan dan mengantarkan anaknya ke sekolah dan ibu S berangkat

kerja. Ketika anak E pulang dari sekolah ibu S sudah pulang dari kerja.

Ketika ibu S terlambat pulang kerumah biasanya Ibu S menitipkan

anaknya ke bibinya yang tinggal didepan rumahnya.

d. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

Anak ibu S masih berusia 5 tahun sehingga dalam anggota keluarga ibu

S tidak ada pembagian tanggung jawab. Setiap pagi ibu S memandikan

anak E. Anak E sudah bisa menggunakan seragamnya dengan mandiri

kemudian ibu S menyuapi anak E dan mengantarkannya ke sekolah.

e. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

Ibu S mengatakan: setiap hari anak E pergi ke sekolah ditaman kanak-

kanak yang letaknya dekat dengan rumahnya.

13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi: Dari pengkajian

yang didapatkan ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi, adanya

masalah yang kompleks pada keluarga Ibu S. Ibu S mangatakan: ibu S

masih tidur dengan anak E sehingga belum ada privasi bagi anak E karena

ibu S mengungkapkan bahwa anak E belum berani tidur sendiri. Ibu S

belum mampu memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan

tempat tinggal privasi dan rasa aman.

10

Page 11: Askep Keluarga Dengan TB Paru

14. Riwayat keluarga inti: Ibu S mengatakan: Ibu S sudah lama menetap di

jember sejak menikah. Ibu S sekarang tinggal di jember dengan anak E dan

menantunya.

15. Riwayat keluarga sebelumnya: Ibu S mengatakan: kedua orang tua Bp.T

tinggal di Kediri dan sebagian keluarga besarnya tinggal disana sedangkan

kedua orang tua Ibu S berada dijember dan sudah meninggal, ada satu

orang adik yang tinggal bersama ibu S, ketika ibu S melahirkan, adik dari

ibu S yang membantu merawat ibu S. Ibu S mengatakan: setelah

mempunyai anak Bp.T mencari pekerjaan di bali untuk menafkahi keluarga

dan setelah bekerja disana Bp.T ternyata menikah lagi dan tidak pernah

pulang kerumah. Bp.T sudah lama meninggalkan ibu S dan anak E.

C. LINGKUNGAN

16. Karekteristik Lingkungan Rumah : rumah yang ditempati adalah rumah

pribadi berukuran 6m x 8m yang ditempati oleh ibu S dan Anak E. Rumah

terdiri dari 4 ruangan yaitu ruang tamu, dua kamar tidur dan dapur.

Terdapat dua jendela di ruang tamu, satu jendela di kamar tidur depan yang

ditempati oleh anak dan kamar tidur kedua ditempati ibu S tanpa jendela.

Tembok rumah hanya berupa anyaman bambu, ruangan depan yang

dibangun dari batu bata. Di dalam dapur terdapat kandang ayam yang

bersebelahan dengan kamar tidur anak dan ibu.

17. Karakteristik Tetangga dan Komunitas : ibu S bertempat tinggal di

perkampungan dengan jarak rumah antar tetangga yang cukup dekat.

18. Mobilitas Geografis Keluarga: ibu S dan anaknya setiap hari berjalan kaki

untuk bekerja. Tidak ada kendaraan lain yang dimiliki keluarga ibu S.

Setiap hari ibu S mengantarkan an. E pergi ke sekolah, kemudian

dilanjutkan menuju tempat bekerjanya hingga pukul 10 siang.

19. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat: ibu S

mengatakan bahwa setiap hari berkumpul dengan An. E setelah pulang

kerja. Dan ibu S memiliki perkumpulan pengajian yang diikuti secara rutin.

11

Page 12: Askep Keluarga Dengan TB Paru

3

Ibu S mengungkapkan bahwa tetangganya ada yang menyukai dan tidak

menyukai ibu S.

20. Sistem Pendukung Keluarga: keluarga Ibu S. mendapatkan dukungan dari

pamannya, bibinya yang tempat tinggalnya berdekatan dengan ibu S. ibu S

juga mengatakan bahwa jarang memiliki permasalahan serius sehingga

harus melibatkan keluarga.

denah rumah:

Keterangan:1. Ruang Tamu : meja dan kursi2. Ruang dapur : mesin jahit3. Tempat tidur anak : perabotan dapur4. Tempat tidur emi5. Kandang ayam6. Kamar mandi7. Ladang 8. Sumur

Keadaan lingkungan dalam rumah :

Luas rumah : 6 m x 8 m

12

86

1

2

4

5

7

Ujendela pintu

pintu

Page 13: Askep Keluarga Dengan TB Paru

Tipe rumah : Status kepemilikan milik sendiri

Jumlah ruangan : 4 ruangan

Jumlah jendela : 3 buah

Pemanfaatan ruangan : Terdiri dari 2 kamar dengan 1

kamar untuk anak dan ibu S, 1

kamar untuk Tn. Su, 1 kamar mandi

di luar, 1 dapur.

Peletakan perabotan : 5 kursi diletakkan di ruang tamu, di

pojok sebelah pintu diletakkan

mesin jahit ibu S. Tempat tidur

anak E terletak bersebelahan

dengan almari di kamar anak E.

Jenis septic tank : tidak memiliki, karena BAB

keluarga di sungai.

Sumber air minum : Air sumur

13

Page 14: Askep Keluarga Dengan TB Paru

Sistem Pendukung dan Jaringan Sosial Keluarga (eco map):

D. STRUKTUR KELUARGA

21. Pola Komunikasi Keluarga : ibu S menyampaikan bahwa anak E senang

bercerita tentang temannya di sekolah dan ibu S menanggapinya dengan

senang, bertanya tentang dapat tugas apa di sekolah, bagaimana tadi

sekolahnya, dan sebagainya. Namun kadang kala ibu S pernah marah

mana kala anaknya nakal, rewel, atau minta sesuatu yang menurut ibu S

tidak bisa memenuhinya. Di dalam keluarga tersebut juga ada adik

kandungnya yang bernama Tn. Su. Komunikasi ibu S dengan Tn. Su tidak

begitu terbuka atau jarang berkomunikasi dengan alasan Tn. Su malu

untuk berbicara apalagi masalah pribadinya. Tn. Su sering keluar bersama

temannya dengan alasan bosan di rumah (penuturan ibu S). Dari

penuturan ibu S, biasanya adiknya kalau ada masalah dia suka diam,

menyendiri dan wajahnya terlihat sedih atau cemberut dan ibu S

14

Ibu S (29 th)Bpk T (37th)

An.E ( 5 th)

Tetangga (ibu S)

Keluarga besar ibu S

Kelompok pengajian

Teman-teman sekolah

Tempat bekerja

Page 15: Askep Keluarga Dengan TB Paru

memancing pengakuan dari Tn. Su dengan cara bertanya kenapa kok

terlihat sedih, pucat, cemberut. Namun dari sikap Tn. Su yang kurang

terbuka ini ibu S tidak mempermasalahkannya karena ada teman-

temannya yang Tn. Su ajak untuk berdiskusi terhadap masalahnya.

22. Struktur Kekuasaan Keluarga: Ibu S pemegang keputusan terakhir dalam

keluarga selama suaminya Bp. T lama tidak pulang sehingga dia yang

menjadi kepala keluarga. Adiknya pun juga nurut saja tanpa banyak

komentar terhadap keputusan ibu S (dari penuturan ibu S).

23. Struktur Peran :

a. Ibu S berperan sebagai ibu sekaligus sebagai kepala keluarga, pencari

nafkah, ibu rumah tangga, pembimbing anak-anak, dan pengatur

rumah tangga.

b. Anak E berperan sebagai anak tunggal dalam keluarga, penghibur

keluarga dengan gerak-geriknya serta ucapannya yang lucu.

c. Sukirman tidak mempunyai peran yang sangat penting didalam

keluarga ibu S karena statusnya hanya anggota keluarga tambahan.

24. Nilai dan Norma Budaya:

Norma yang dianut yaitu : sopan santun, menghargai orang lain,

menghormati orang yang lebih tua, dan lainnya. Anak E kadang kala

mendapat cubitan dan jeweran bila tidak mau segera pulang saat bermain

dengan teman-temannya.

E. FUNGSI KELUARGA

25. Fungsi Afeksi : ibu S mengatakan bahwa Anak E pernah mengungkapkan

perasaannya pada saat meminta sesuatu padanya misalnya dengan

merengek-rengek saat minta dibelikan susu, minta jalan-jalan ke alun-

alun (dari penuturan ibu S).

26. Fungsi Sosialisasi : Ibu S menyekolahkan anak E ke sekolah formal dan

diperbolehkan bermain dengan teman sebaya dan anak S juga sering

bermain di rumah tetangga, ke sungai kecil bersama teman-temannya

15

Page 16: Askep Keluarga Dengan TB Paru

kecuali pada malam hari hanya bermain ke rumah kakeknya (paman ibu

S) (hasil pengamatan dan penuturan ibu S).

27. Fungsi perawatan keluarga: keluarga ibu S. mengatakan bahwa keadaan

kesehatannya sudah mulai membaik namun masih perlu pengobatan

secara rutin. Meski masih sering batuk-batuk namun sudah tidak seperti

beberapa bulan yang lalu. Meski penghasilan per bulan hanya Rp 200.000

per bulan namun Ibu. S masih merasa mampu biayai kebutuhan keluarga.

Menu makanan tiap hari berbeda-beda, sayuran diambil dari halaman

belakang atau berbelanja, lauk pauknya kadang telur, tahu tempe, atau

hanya sambal saja. Ketika terjadi gangguan kesehatan, ibu S langsung

membawanya ke puskesmas patrang.

28. Fungsi reproduksi : ibu S mengatakan dari dulu tidak punya kelainan

reproduksi. Anak E juga dilahirkan secara normal. Ibu S tidak pernah

mengalami keguguran.

29. Fungsi Ekonomi : ibu S mengatakan: gaji yang diperoleh belum cukup

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan anaknya. Untuk menambah

penghasilannya ibu S menjual sayuran dan telur hasil ternak, (penuturan

ibu S).

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA

30. Stressor jangka pendek : ibu S mengatakan kadang anak E merengek

atau bahkan menangis minta dibelikan susu, baju baru, ataupun jalan-

jalan ke alun-alun. Namun oleh ibu S dibiarkan saja dengan alasan itu

hanya keinginan sesaat anak E dan lebih baik uangnya dipakai untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari.

31. Stressor jangka panjang : keadaan perekonomian yang sulit terutama

setelah Bp. T pergi kerja ke Bali dan lama tidak pulang sehingga ibu S

harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama

anaknya. Ibu S mengatakan gaji yang didapat sebagai seorang penjahit

hanyalah Rp. 200.000/bulan dan itu sangat kurang. Penyakit TBC

16

Page 17: Askep Keluarga Dengan TB Paru

yang sudah lama dideritanya dianggap biasa olehnya sudah jarang

kambuh.

32. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor : ibu S sangat

mampu dan sabar dalam menghadapi masalah yang muncul di dalam

keluarganya. Ibu S mengatakan bahwa manusia hidup pasti ada

masalah. Namun kita harus menghadapi itu dengan penuh kesabaran.

Apalagi masalah ekonomi yang sangat minimal sekali. Ibu S jarang

mengeluh saat kesulitan keuangan dan tidak pernah bersikap kasar

terhadap anak S karena masalah yang dipikirkannya.

33. Strategi koping yang digunakan : menurut ibu S koping yang

digunakan untuk membantu meringankan masalah ekonomi adalah

menjual sayuran yang ditanam di belakang rumahnya. Selain itu

menjual ayam dan telurnya serta menerima jahitan di rumah.

34. Strategi adaptasi disfungsional : ibu S mengatakan tidak ada perilaku

yang menyimpang dalam menghadapi masalahnya. Semua masalah

yang ada dihadapi dengan sabar.

G. Hasil Pengkajian Fisik

No Pemeriksaan

Fisik

Ibu S Anak E

1 Keluhan saat ini Kadang batuk Tidak ada keluhan

2 Kepala Rambut hitam

Mata bersinar

Warna kulit muka sawo

matang.

Bibir kecokelatan

Lidah merah muda, permukaan

berbintik.

Gigi bersih.

Rambut hitam

Mata bersinar

Warna kulit muka sawo

matang.

Bibir kecokelatan

Lidah merah muda,

permukaan berbintik.

Gigi bersih.

3 Leher Tidak ada pembengkakan

kelenjar tyroid.

Teraba denyutan vena

Tidak ada pembengkakan

kelenjar tyroid.

Teraba denyutan vena

17

Page 18: Askep Keluarga Dengan TB Paru

jugularis. jugularis.

4 Thorax Suara nafas vesikuler.

Perbandingan diameter

anteroposterior: transversal=

1:2

Suara nafas vesikuler.

Perbandingan diameter

anteroposterior: transversal=

1:2

5 Abdomen Inspeksi, perkusi,

palpasi: tidak ada pembesaran

organ.

Warna kulit kecokelatan.

Terdengar bising usus.

Inspeksi, perkusi,

palpasi: tidak ada

pembesaran organ.

Warna kulit

kecokelatan

Terdengar bising usus.

6 Ekstremitas atas Tangan kanan dan kiri

simetris.

Teraba arteri brakhialis.

Warna kulit kecokelatan.

Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan otot

baik)

Tangan kanan dan kiri

simetris.

Teraba arteri

brakhialis.

Warna kulit

kecokelatan

Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan otot

baik)

7 Ekstremitas

bawah

Kaki kanan dan kiri

simetris.

Warna kulit kecokelatan.

Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan otot

baik)

Kaki kanan dan kiri

simetris.

Warna kulit

kecokelatan

Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan otot

baik)

H. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN

KELUARGA

a. Persepsi terhadap masalah: Ibu S mengatakan bahwa dalam kehidupan pasti

ada masalah dan harus diatasi dengan sabar.

b. Harapan terhadap masalah: harapan Ibu S kedepannya yaitu membahagiakan

anak.

18

Page 19: Askep Keluarga Dengan TB Paru

No. Data Etiologi Masalah

1. Tahap I

DS :

- Ibu S, air limbah

dibiarkan mengalir di

selokan di sekitar rumah.

- Ibu. H mangatakan

kandang ayam berada di

dalam rumah

- Menurut keluarga,

kandang ayam seharusnya

berada di luar. Tetapi

tidak ada biaya untuk

membuat kandang.

- kamar anak E

berdekatan dengan kamar

Ibu S dan kandang ayam

DO:

- Tidak terdapat

Jendela kamar di

kamar ibu S.

- Lingkungan tidak

Keluarga tidak

mampu mengambil

keputusan

memodifikasi

lingkungan rumah

untuk menyelesaikan

permasalahan

lingkungan disekitar

rumah

Gangguan jalan nafas

19

ANALISA DATA

Page 20: Askep Keluarga Dengan TB Paru

layak ( kandang

hewan di sekitar

rumah).

- air kotor di buang di

selokan.

- Sanitasi rumah buruk

- ventilasi kurang,

tembok dari bambu.

Tahap II

Keluarga tidak mampu

memelihara atau

memodifikasi lingkungan

yang sehat.

2. Tahap I

DS :

- Ibu S mengatakan,

kurangnya perhatian yang

diberikan kepada anak E

- ibu S merasa kesulitan

saat anak E berkata

kangen dengan bapaknya

(Bp. T)

DO:

- Ibu S hanya

Ketidakmampuan

keluarga merawat

anggota keluarga

yang sakit

20

Page 21: Askep Keluarga Dengan TB Paru

lulusan SD

- Anak E

Berpisah dengan

bapak T sejak

balita

- Perhatian dari

ayah kurang kepada

anak E.

- Tahap II

Ketidakmampuan

keluarga dalam mengenal

dampak situasi pada

perubahan peran

21

Page 22: Askep Keluarga Dengan TB Paru

PRIORITAS MASALAH

Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga:

Gangguan jalan nafas Ibu S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang TBC.

Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga:

No. Kriteria Bobot Nilai Pembenaran

1. Sifat masalah

Aktual = 3

1 3/3x1=1/3 Ibu S menyadari keadaan

kesehatannya sekarang ini dapat

mengakibatkan anak E tertular

penyakitnya.

2. Kemungkinan

masalah diubah

Sebagian = 1

2 1/2x2=1 Keadaan kesehatan ibu S yang

menderita TB paru ini dapat

diubah dengan cara melakukan

pengobatan ke puskesmas

Patrang.

3. Potensial masalah

dicegah

Cukup = 2

1 2/3x1= 2/3 Proses pengobatan secara berkala

dan teratur serta interaksi yang

diperhatikan dapat

meminimalkan penularan

penyakit.

4. Menonjolnya

masalah

Masalah ada dan

perlu ditangani=2

1 2/2x1=1 Masalah sangat dirasakan ada

dan memerlukan penanganan

untuk menghindari dampak

lainnya.

22

Page 23: Askep Keluarga Dengan TB Paru

Jumlah 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Kegiatan pembinaan keluarga dilakukan di area kerja Puskesmas Patrang

dengan keluarga binaan ditentukan oleh petugas puskesmas. Keluarga binaan yang

ditunjuk oleh Puskesmas adalah keluarga ibu S, dengan anggota keluarga anak S.

Pembagian mahasiswa sesuai dengan tanggung jawab tiap langkah asuhan

keperawatan keluarga seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Dilakukan supervisi

oleh dosen pembimbing seharusnya dilakukan minimal 3 kali sesuai dengan kontrak

program mata kuliah asuhan keperawatan keluarga

Pengaplikasian teori keperawatan keluarga dilakukan oleh mahasiswa mulai

dari pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi dengan tujuan agar keluarga

mampu melakukan 5 tugas kesehatannya, yaitu mengenal masalah kesehatan, mampu

memutuskan tindakan kesehatan, mampu merawat anggota keluarga yang sakit,

mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan mampu memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat. Dengan dicapainya tujuan tersebut,

diharapkan keluarga secara mandiri dapat menilai status kesehatannya sehingga status

kesehatan keluarga dan masyarakat meningkat.

Pengkajian keluarga dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan sesuai dengan

kesepakatan dengan keluarga ibu S. Dalam proses pengkajian, keluarga ibu S sangat

kooperatif. Setiap pertanyaan yang diberikan oleh pengkaji dijawab dengan baik oleh

ibu S dan pernyataan ibu S disampaikan secara jelas. Pengkajian terhadap keluarga

dilakukan selama dua kali pertemuan sedangkan pengkajian terhadap individu selama

1 kali pertemuan. Pendekatan yang diguanakan mahasiswa dalam melaksanakan

praktik klinik keperawatan keluarga adalah problem solving approach (pendekatan

23

Page 24: Askep Keluarga Dengan TB Paru

menggunakan model pemecahan masalah) sehingga antusiasme keluarga sangat

tinggi untuk menerima mahasiswa sebagai pembina kesehatan dalam keluarganya.

Perumusan diagnosa keparawatan dianalisis berdasarkan dari hasil pengkajian

terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,

struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, dan koping keluarga, yang bersifat actual,

resiko atau kesejahteraan, dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab

melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan

kemampuan dan sumber daya keluarga. Perumusan diagnosa yang disepakati oleh

keluarga dan kelompok kami adalah resiko penularan infeksi (penyakit) pada anak E

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah

untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan disekitar rumah (paparan agen

infeksi, kondisi hidup kurang bersih), kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan

rumah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menentukan keputusan yang

tepat untuk menangani masalah pemeliharaan rumah keluarga, perubahan penampilan

peran keluarga terutama ibu S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

Perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan dilaksanakan secara

beruntun dikarenakan menyesuaikan jadwal keluarga dan kelompok. Setelah

penyusunan perencanaan dilakukan oleh kelompok meliputi penyusunan prioritas,

penetapan tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi

keluarga ditetapkan selanjutnya adalah pelaksanaan asuhan. Intervensi dilaksanakan

oleh kelompok dengan melibatkan keluarga ibu S yang dilaksanakan sesuai dengan

jadwal pertemuan yang telah disepakati. Tidak terdapat kendala berarti selama

pelaksanaan asuhan keperawatan.

Rata-rata dalam waktu singkat mahasiswa mampu menyelesaikan tugas

perawatan keluarga sesuai dengan tujuan, yaitu sampai mampu melakukan evaluasi.

Pada tahapan evaluasi, kelompok melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan. Namun terdapat kendala diantaranya pembagian dosen pembimbing

24

Page 25: Askep Keluarga Dengan TB Paru

untuk dilakukan supervisi masih belum berjalan secara optimal. Kami menyadari dan

memaklumi tentang keberadaan hal tersebut.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga dapat memberikan data

yang sesuai untuk permasalahan kesehatan keluarga

b. Diagnosa keperawatan keluarga ditentukan bersama-sama dengan keluarga

sesuai dengan masalah kesehatan keluarga

c. Penyusunan perencanaan dilakukan dengan menentukan prioritas, menetapkan

tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keluarga

d. Tindakan keperawatan keluarga sesuai dengan rencana yang telah ditentukan

dengan memobilisasi sumber-sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat,

dan pemerintah

B. Saran

a. Diharapkan keluarga secara mandiri dapat menilai status kesehatannya

sehingga status kesehatan keluarga dan masyarakat meningkat.

b. Mahasiswa dan perawat dapat memahami karakteristik budaya termasuk

didalamnya adalah bahasa daerah agar proses keperawatan dapat berlangsung

dengan baik.

25

Page 26: Askep Keluarga Dengan TB Paru

DAFTAR PUSTAKA

__________ 2008. Asuhan Keperawatan Tuberculosis

(TBC).http://www.indonesianursing.com [didownload tanggal 13 desember

2010]

Freedman, M.1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Kautsar. 2008. Penyakit TBC Perlu Dikenali Bukan Ditakuti. http://www.

kautsarku.wordpres.com [didownload tanggal 13 desember 2010]

Piogama. 2009. Mengatasi TBC Dengan Pengobatan yang Sesuai.

http://www.piogama.ugm.ac.id [didownload tanggal 13 desember 2010]

http://www.medicalzone.org/2010/index.php?

option=com_content&view=article&id=534:tb-kini-indonesia-peringkat-ke-

5&catid=11:info

26

Page 27: Askep Keluarga Dengan TB Paru

27