askep kejang demam. sukses amiin ya allah

17
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG SEDAP MALAM (RUANG ANAK) RSUD ULIN BANJARMASIN Tanggal 23 s/d 28 April 2012 Oleh : BUDI SETIAWAN NIM I1B108203

Upload: lutfi-assidiqi

Post on 11-Aug-2015

34 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Kejang Demam. Sukses Amiin Ya Allah

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

DI RUANG SEDAP MALAM (RUANG ANAK)

RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 23 s/d 28 April 2012

Oleh :

BUDI SETIAWAN

NIM I1B108203

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2012

Page 2: Askep Kejang Demam. Sukses Amiin Ya Allah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

DI RUANG SEDAP MALAM (RUANG ANAK)

RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 23 s/d 28 April 2012

Oleh :

BUDI SETIAWAN

NIM I1B108203

Banjarmasin, 23 April 2012

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Naya Ernawati, S.Kep., Ns. Wiwik Winarsih, S.Kep., Ns. NIP.19690228 198911 2 001

Page 3: Askep Kejang Demam. Sukses Amiin Ya Allah

A. PENGERTIAN

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada ke-

naikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang men-

gakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat semen-

tara.

Kejang demam merupakan gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang

ditandai dengan demam.

B. ETIOLOGI

Penyebab dari kejang demam di bagi menjadi 5, yaitu :

1. Demam itu sendiri

Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,

pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada

suhu yang tinggi.

2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme

3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.

4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.

5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau

enselofati toksik sepintas.

C. Pathofisiologi &Web of Caution

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi yang

didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses

ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui

sestem kardiovaskuler.

Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui

proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran yang

terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan

normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat

sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya

konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron

terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial

membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan

Page 4: Askep Kejang Demam. Sukses Amiin Ya Allah

potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp – ase yang

terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion

di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi

atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena

penyakit atau keturunan.

Pada demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1o C akan

mengakibatkan metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %.

Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh

dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh

dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi

difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya

sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan

yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi kejang.

Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38o C

dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C atau lebih,

kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya

kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,

hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh

karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otek

meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan

hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang

mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

Page 5: Askep Kejang Demam. Sukses Amiin Ya Allah

Cemas

PATHWAY ANAK KEJANG DEMAM

Infeksi bakteri Rangsang mekanik dan biokimia

Virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan & elektrolit

Reaksi inflamasi perubahan konsentrasi ion

di ruang ekstraseluler

Proses demam

Ketidakseimbangan kelainan neurologis

Hipertermi potensial membran perinatal/prenatal

Sel neuron

Resiko Kejang Berulang neurotransmitter

difusi Na+ dan K+

Perubahan status

kesehatan, krisis Kejang

situasional dan hospitalisasi

kurang dari lebih dari 15 menit

Tidak familier dengan 15 menit

Sumber informasi perubahan suplay

Tidak menimbulkan Darah ke otak

Defisiensi Pengetahuan gejala sisa

Hipoksia jaringan

Resiko Cedera

Aktifitas otot

meningkat

Metabolisme

meningkat

Hipertermi

Page 6: Askep Kejang Demam. Sukses Amiin Ya Allah

D. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan anak ke-

banyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan

oleh infeksi di luar susunan saraf pusat misalnya tosilitis, bronchitis dan lain-lain.

Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu :

1. Kejang demam sementara

a. Umur antara 6 bulan – 4 tahun

b. Lama kejang lebih dari 15 menit

c. Kejang bersifat umum

d. Kejang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam

e. Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratorium

f. Eeg normal 1 minggu setelah bangkitan kejang

2. Kejang demam komplikata

a. Kejang lama > 15 menit

b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsialKe-

jang bersifat umum

c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

E. KOMPLIKASI

1. Kejang berulang

2. Epilepsi

3. Hemiparese

4. Gangguan mental dan belajar

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Darah

Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang demam

2. Elektrolit : K, Na

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

3. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pen-

darahan penyebab kejang.

Page 7: Askep Kejang Demam. Sukses Amiin Ya Allah

4. Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi

5. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di

bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

6. EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh un-

tuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.

7. CT Scan : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem,

trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pemberian diazepam

a. dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/ kg bb/ dosis iv (perlahan)

b. bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis ulangan setelah 20 menit.

2. Turunkan demam

a. anti piretik : para setamol atau salisilat 10 mg/ kg bb/ dosis

b. kompres air biasa

3. Penanganan suportif

a. bebaskan jalan nafas

b. beri zat asam

H. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam

1. Riwayat Keperawatan

a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga

b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia,

gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.

c. Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh

d. Adanya riwayat trauma kepala

2. Pengkajian fisik

a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat

b. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan

c. Adanya kelemahan dan keletihan

d. Adanya kejang

e. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium,

jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning

Page 8: Askep Kejang Demam. Sukses Amiin Ya Allah

3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan

a. Tingkat perkembangan anak terganggu

b. Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas

c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada waktu

sakit.

4. Pengetahuan keluarga

a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang

b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam

c. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh

d. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi b.d, peningkatan laju metabolik (00007)

2. Risiko Cedera dengan faktor resiko hipoksia jaringan (00035)

3. Ansietas (orang tua, anak) b.d. ancaman perubahan status kesehatan, krisis situasional

(00146)

4. Defisiensi pengetahuan berhubungan tidak familier dengan sumber informasi (00126)

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan Intervensi

1. Hipertermi b.d, peningkatan laju metabolik (00007)

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … X 24 jam suhu badan pasien normal,  dengan kriteria :

NOCTermoregulasi (0800)a. Suhu kulit dalam rentan

yang diharapkanb. Suhu tubuh dalam batas

normalc. Tidak ada sakit kepalad. Tidak ada nyeri otote. Tidak ada perubahan

warna kulitf. Nadi, respirasi

dalam     batas normalg. Hidrasi adekuateh. Pasien meny-

atakan  nyamani. Tidak menggigil

NICMengatur Demam (3900)

1. Monitor suhu sesuai kebutuhan2. Monitor  tekanan darah, nadi dan respirasi3. Monitor suhu dan warna kulit4. Monitor dan laporkan tanda dan gejala  hipert-

ermi5. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang

adekuat6. Ajarkan klien bagaimana mencegah panas

yang    tinggi7. Berikan  antipiretik sesuai advis dokter

Mengobati Demam (3740)1. Monitor suhu sesuai kebutuhan2. Monitor suhu dan warna kulit3. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi4. Monitor derajat penurunan kesadaran5. Monitor kemampuan aktivitas6. Monitor intake dan output7. Dorong peningkatan intake cairan

Page 9: Askep Kejang Demam. Sukses Amiin Ya Allah

j. Tidak iritabel / kejang

Indikator Skala :1. : ekstrem2 : berat3 : sedang4 : ringan 5 : tidak ada gangguan

8. Berikan cairan intravena9. Tingkatkan sirkulasi udara dengan kipas angin10. Dorong atau lakukan oral hygiene11. Berikan obat antipiretik untuk mencegah klien

menggigil kejang12. Berikan obat antibiotic untuk mengobati penye-

bab demam13. Berikan oksigen14. Kompres hangat diselangkangan, dahi dan ak-

sila.15. Anjurkan klien untuk tidak memakai selimut 16. Anjurkan klien memakai   baju berbahan din-

gin, tipis dan menyerap keringat

Manajemen Lingkungan (6480)1. Berikan ruangan sendiri sesuai indikasi2. Berikan tempat tidur dan kain / linen yang

bersih  dan nyaman3. Batasi pengunjung

                                                                                                                        

2 Risiko Cedera dengan faktor resiko hipoksia jaringan (00035)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam tidak terjadi cidera, dengan Kriteria :

NOCKontrol Resiko (00035)a. Mengakui adanya

risikob. Monitor faktor risiko

lingkunganc. Mengembangkan

strategi kontrol risiko yang efektif.

d. Menghindari eksposur yang mengancam kese-hatan.

e. Mengenali perubahan status kesehatan

Indikator Skala :1 = tidak adekuat2 = sedikit adekuat3 = kadang-kadan

adekuat4 = adekuat5 = sangat adekuat

NICManajemen Lingkungan

1. Diskusikan tentang upaya-upaya mencegah cedera, seperti lingkungan yang aman untuk klien, menghindarkan lingkungan yang berba-haya

2. Memasang pengaman tempat tidur3. Memberikan penerangan yang cukup4. Menganjurkan keluarga untuk mene-

mani  klien

Manajemen kejang1. Tunjukkan gerakan yang dapat mencegah in-

jury.2. Monitor hubungan antara kepala dan mata se-

lama kejang.3. Longgarkan pakaian klien4. Temani klien selama kejang

Pencegahan kejang1. Sediakan tempat tidur yang bisa diatur rendah-

tinggi, bila perlu.2. Instruksikan keluarga / orang terdekat untuk

melaporkan medikasi dan aktivitas kejang yang terjadi.

3. Ajarkan pada klien tentang medikasi dan efek sampingnya.

4. Monitor tingkat obat antiepilepsi, bila perlu5. Sediakan suction, ambubag, nasopharyngeal

airway disamping tempat tidur.6. Pasang side rail tempat tidur.

Page 10: Askep Kejang Demam. Sukses Amiin Ya Allah

7. Ajarkan orang tua untuk mengenali faktor pemicu.     

3 Ansietas (orang tua, anak) b.d. ancaman perubahan status kese-hatan, krisis situasional (00146)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam kecemasan orang tua berkurang / hilang, dengan criteria :

NOCMengotrol cemas

a. Klien/keluarga mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.

b. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas

c. Vital sign (TD, nadi, respirasi) dalam batas normal

d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.

e. Menunjukkan peningkatan konsentrasi dan akurasi dalam berpikir

Indikator skala :1. Tidak pernah

dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukan

NICMenurunkan Cemas

1. Gunakan pendekatan dengan konsep atraumatik care

2. Jangan memberikan jaminan tentang prognosis penyakit

3. Jelaskan semua prosedur dan dengarkan keluhan klien/keluarga

4. Pahami harapan pasien/keluarga dalam situasi stres

5. Temani pasien/keluarga untuk memberikan keamanan dan     mengurangi takut

6. Bersama tim kesehatan, berikan informasi  mengenai diagnosis, tindakan prognosis

7. Anjurkan keluarga untuk menemani anak dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

8. Lakukan massage pada leher dan punggung, bila perlu

9. Bantu pasien mengenal penyebab kecemasan10. Dorong pasien/keluarga  untuk

mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi tentang penyakit

4 Defisiensi pengetahuan berhubungan tidak familier dengan sumber informasi (00126)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam keluarga mengerti tentang kondisi pasien, dengan criteria hasil

NOCKnowledge : Diease

NICTeaching : Diease process

1. Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi dengan cara yang tepat

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa

Page 11: Askep Kejang Demam. Sukses Amiin Ya Allah

proses (1803)a. Keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit kondisi prognosis dan program pengobatan

b. Keluarga mampu men-jelaskan faktor resiko penyakit anak

c. Keluarga mampu men-jelaskan tanda dan ge-jala penyakit anak

d. Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

e. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainya

Indikator skala :1. Tidak pernah

dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukan

muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat4. Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang

tepat

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: Askep Kejang Demam. Sukses Amiin Ya Allah

1. Wong. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. Jakarta: EGC, 2002.

2. Sachann, M Rossa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

3. Suriadi, dkk 2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.

4. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.

5. NANDA International. Nanda International: Nursing Diagnoses 2009-2011. USA: Wil-

ley Blackwell Publicaton, 2009.

6. Moorhead, Sue, Meridean Maas, Marion Johnson. Nursing Outcomes Classification

(NOC) Fourth Edition. USA: Mosby Elsevier, 2008.

7. Bulechek, Gloria M, Joanne C. McCloskey. Nursing Intervetion Classification(NIC) Fifth

Edition. USA: Mosby Elsevier, 2008.