askep kasus pada klien dengan osteoma
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOMA
1. KASUS
Tomi ( 14 th) adalah murid sekolah sepak bola. Sejak 4 bulan ini timbul
bengkak di lutut kanan tomi. Awalnya tomi jatuh saat main bola, kemudian timbul
pembengkakan di atas lututnya. Orang tuanya menganggap lutut Tomi terkilir, dan
dibawa berurut ke dukun. Semakin lama pembengkakan itu semakin besar dan badan
semakin kurus.
Melihat keadaan Tomi yang semakin memburuk, ayah Tomi membawanya
berobat ke rumah sakit. Dokter melakukan pemeriksaan dan mendapatkan adanya
pembengkakan diatas lutut Tomi dengan diameter 20 cm, keras dan terlihat adanya
venektasia. Pada pangkal paha kanan belum terdapat pembengkakan kelenjar limfe.
Dokter menduga Tomi menderita tumor ganas tulang, sehingga dokter memeriksa
seluruh tubuh tomi untuk mencari apakah ada metastase ke organ lainnya.
Selanjutnya dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan rontgen paha,
lutut dan dada. Dokter radiologi melihat adanya gambaran “sun ray appereance” dan
“Codman Triangle”. Dokter kemudian merencanakan open biopsy, sehingga nanti
bisa ditentukan diagnosis dan penatalaksanaan yang lebih tepat.
2. DATA FOKUS
DS DO
1. Klien mengatakan jatuh saat main
bola
2. Klien mengatakan timbul
pembengkakan diatas lututnya
setelah terjatuh.
3. Keluarga klien mengatakan bengkak
yang dialami oleh anaknya dikira
akibat terkilir.
4. Keluarga klien mengatakan pernah
membawa anaknya ke dukun untuk
diurut.
5. Keluarga Klien mengatakan badan
anaknya semakin kurus.
1. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan
pembengkakan diatas lutut Tomi
dengan diameter 20 cm, keras dan
terlihat adanya venektasia
2. Pada pangkal paha kanan belum
terdapat pembengkakan kelenjar limfe
3. Hasil pemeriksaan radiologi
ditemukan adanya gambaran “sun ray
appereance” dan “Codman Triangle”
4. Pemeriksaan TTV dengan hasil :
TD : 110/70
RR : 20x/menit
S : 37,50C
N : 100x/menit
DATA TAMBAHAN
1. Kemungkinan klien mengeluh nyeri
dengan skala 8.
2. Kemungkinan ditemukan klien
mengeluh nyeri ketika benjolan pada
lututnya disentuh dan digerakkan.
3. Kemungkinan klien mengeluh nyeri
sering timbul pada malam hari.
4. Kemungkinan klien mengatakan
kakinya tidak dapat digerakkan.
5. Kemungkinan keluarga klien
mengatakan klien tidak nafsu makan.
6. Kemungkinan keluarga klien
mengatakan makan hanya habis 4
sendok.
7. Kemungkinan keluarga klien
mengatakan tidak bisa membujuk
anaknya untuk makan.
8. Kemungkinan keluarga mengatakan
tidak tahu apa yang terjadi kepada
anaknya.
9. Kemungkinan keluarga mengatakan
cemas dengan kondisi anaknya.
10. Kemungkinan keluarga mengatakan
takut dengan kondisi anaknya.
11. Kemungkinan keluarga mengatakan
tidak tahu apa yang harus dilakukan
terhadap anaknya.
1. Kemungkinan tampak adanya
benjolan pada lutut klien.
2. Kemungkinan ditemukan klien
meringis.
3. Kemungkinan ditemukan klien sulit
untuk bergerak.
4. Kemungkinan pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya masa pada lutut
kanan, nyeri tekan serta hangat.
5. Kemungkinan keluarga klien tampak
gelisah
6. Kemungkinan keluarga klien tampak
bingung
7. Kemungkinan keluarga klien tampak
khawatir dengan kondisi anaknya.
8. Kemungkinan keluarga klien tampak
cemas
9. Kemungkinan BB klien 35 kg dan
sekarang turun menjadi 28 kg.
10. Kemungkinan TB klien 130 cm
11. IMT = 28
(1,3 )❑2
= 16,5 kg/m2
( Status Gizi : Gizi Kurang )
( Kategori : Sangat Kurus )
12. Kemungkinan dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil :
Hb : 9 g /dl ( 14-16g/dl)
Ht : 45 % (40-48%)
Leukosit :8000/ul (5000-10000/ul)
Trombosit : 180000/µl (150000-
450000/µl)
Albumin : 1,5 gr/dl (3,8-5,1 gr/dl)
Ureum : 25 mg/dl (20 – 40 mg/dl)
Creatinin: 1,0 mg/dl (0,5 – 1,5 mg/dl)
3. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH PENYEBAB
1 DS :
1. Klien mengatakan jatuh
saat main bola
2. Klien mengatakan timbul
pembengkakan diatas
lututnya setelah terjatuh.
3. Keluarga klien
mengatakan bengkak yang
dialami oleh anaknya
akibat terkilir
4. Klien mengeluh nyeri
dengan skala 8.
5. Klien mengeluh nyeri
ketika benjolan pada
lututnya disentuh dan
digerakkan.
6. Klien mengeluh nyeri
sering timbul pada malam
hari.
7. Klien mengatakan kakinya
tidak dapat digerakkan.
DO :
1. Tampak adanya benjolan
pada lutut klien.
Gangguan Mobilitas
Fisik
Nyeri karena
ekspansi tumor
mekanan ke
jaringan sekitarnya,
2. Klien tampak meringis
3. Klien tampak sulit untuk
bergerak.
4. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya masa
pada lutut kanan, nyeri
tekan serta hangat.
5. Hasil pemeriksaan
radiologi ditemukan
adanya gambaran “sun ray
appereance” dan “Codman
Triangle”
2 DS :
1. Keluarga klien
mengatakan klien tidak
nafsu makan.
2. Keluarga klien
mengatakan makan
hanya habis 4 sendok.
3. Keluarga klien
mengatakan tidak bisa
membujuk anaknya
untuk makan.
4. Keluarga Klien
mengatakan badan
anaknya semakin kurus.
DO :
1. Klien tampak meringis.
2. Klien tampak sulit untuk
bergerak.
3. Kemungkinan BB klien
35 kg dan sekarang
turun menjadi 28 kg.
4. Kemungkinan TB klien
Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Proses Penyakit,
Anorexia, Malaise.
130 cm
5. Pemeriksaan
laboratorium dengan
hasil :
Hb : 9 g /dl ( 14-16g/dl)
Ht : 45 % (40-48%)
Albumin : 1,5 gr/dl (3,8-
5,1 gr/dl)
3 DS :
1. Keluarga klien
mengatakan pernah
membawa anaknya ke
dukun untuk diurut.
2. Keluarga klien
mengatakan tidak tahu apa
yang terjadi kepada
anaknya.
3. Keluarga klien
mengatakan cemas dengan
kondisi anaknya.
4. Keluarga klien
mengatakan takut dengan
kondisi anaknya.
5. Keluarga klien
mengatakan tidak tahu apa
yang harus dilakukan
terhadap anaknya.
DO :
1. Keluarga klien tampak
gelisah
2. Keluarga klien tampak
bingung
3. Keluarga klien tampak
khawatir dengan kondisi
Ansietas Krisis situasi
(kanker),
ancaman/perubahan
pada status
kesehatan/sosial
ekonomi, fungsi
peran, pola
interaksi, ancaman
kematian,
perpisahan dari
keluarga
anaknya.
4. Keluarga klien tampak
cemas
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri karena ekspansi tumor
mekanan ke jaringan sekitarnya
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses
penyakit, Anorexia, Malaise.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman/perubahan pada
status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian,
perpisahan dari keluarga.
d.
5. INTERVENSI
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri karena ekspansi tumor
menekan ke jaringan sekitarnya
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24jam diharapkan
gangguan mobilitas fisik tidak terjadi. Dengan kriteria hasil ;
1) Nyeri Hilang atau nyeri terkontrol.
2) Pasien terlihat rileks
3) Pasien dapat istirahat atau tidur dengan nyaman
4) Pasien dapat berpatisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuannya
5) Pasien dapat mempertahankan fungsi posisi dengan tidak adanya pembatasan
kontraktur.
6) Pasien dapat mendemonstrasikan tekhnik atau perilaku yang memungkinkan
melakukan aktifitas.
INTERVENSI
Mandiri
1. Kaji nyeri, missal lokasi nyeri, frekwensi, durasi, dan itensitas (skala 1-10),
serta tindakan penghilang nyeri yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi.
2. Evaluasi terapi tertentu, missal pemidahan, radiasi, kemoterapi,
bioterapi.Ajarkan pada klien/orang terdekat apa yang diharapkan.
Rasional : Ketidaknyamanan adalah umum, (missal nyeri insisi, kulit
terbakar, nyeri punggung bawah, sakit kepala), tergantung pada prosedur
yang digunakan.
3. Tingkatkan kenyamanan dasar (missal teknik relaksasi, visualisasi,
bimbingan imajinasi) dan aktivitas hiburan (missal music, televise).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali
perhatian.
4. Dorongan penggunaan keterampilan managemen nyeri (missal teknik
relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, music, dan sentuhan
terapeutik.
Rasional : Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dan
meningkatkan rasa kontrol.
5. Evaluasi penghilang nyeri/control.
Rasional : Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh
minimum pada aktivitas kegiatan sehari-hari (AKS).
6. Dorong klien untuk melaksanakan apa saja bila mungkin, missal mandi
duduk, bangun dari kursi, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kebutuhan.
Rasional : Meningkatkan kekuatan atau staminadan menjadikan klien lebih
aktif tanpa kelelahan yang berarti.
7. Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas, missal perubahan TD atau
frekuensi jantung dan pernafasan.
Rasional : Toleransi sangat bervariasi bergantung pada tahap proses
penyakit, status nutrisi, keseimbanagn cairan, dan reaksi terhadap aturan
terapeutik.
8. Dorong masukan nutrisi.
Rasional : Masukan nutrisi yang adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan
energy selama aktivitas.
Kolaborasi
9. Kembangkan rencana manajemen nyeri bersama klien dan tim medis.
Rasional : Rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk control
nyeri. Terutama dengan nyeri kronis, klien/orang terdekat harus aktif
menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumah.
10. Berikan analgesic sesuai indikasi, misalnya : morfin, metadon, atau
campuran narkotik IV khusus. PAstikan hal tersebut hanya untuk
memberikan analgesic dalam sehari. Ganti dari analgesik dalam sehari.
Ganti dari analgesic kerja pendek menjadi kerja panjang bila ada indikasi.
Rasional : Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker, meskipun respon
individu berbeda. Saat perubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian
dosis dan pemberian akan diperlukan.
11. Berikan/nutrisikan penggunaan Patient Controlled Analgesia (PCA) dengan
tepat.
Rasional : Analgesik dikontrol klien sehingga pemberian obat tepat waktu,
mencegah fluktuasi pada intensitas nyeri. Sering diberikan dengan dosis
total rendah melalui metode konvensionaal.
12. Siapkan/bantu prosedur, misalnya : blok saraf, kordotomi, dan mielotomi
komisura.
Rasional : Mungkin digunakan pada nyeri berat yang tidak berspon pada
tindakan lain.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses
penyakit, Anorexia, Malaise
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.
INTERVENSI
1. Pantau intake makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian
tentang makanan sesuai indikasi.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.
2. Ukur tinggi badan(TB), berat badan (BB), dan ketebalan lipatan kulit, triseps
atau dengan antroprometrik lainnya. Pastikan jumlah penurunan berat badan
saat ini.
Rasional : Membantu dalam identifiksi malnutrisi protein-kalori, khususnya
bila BB dan pengukuran antroprometik kurang dari normal.
3. Dorong klien untuk makan dengan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan
intake cairan yang adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan sedikit
tapi sering.
Rasional : Kebutuhan metabolic jaringan ditingkatkan, begitu juga cairan
(untuk menghilagkan produk sisa). Suplemen berguna untuk mempertahankan
masukan kalori dan protein.
4. Kontrol faktor lingkungan, missal bau/tidak sedap atau bising. Hindari
makanan terlalu manis, berlemak atau makan pedas.
Raional : Dapat meningkatkan respon mual/muntah.
5. Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan
saat atau sebelum makan.
Rasional : Dapat mencegah timbulnya/menurunkan beratnya mual, penurunan
anoreksia, dan memungkinkan klien meningkatkan masukan oral.
6. Identifikasi klien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
Rasional : Mual/muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai, secara
umum tidak berespon terhadap obat antiemetik.
7. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.
Rasional : Sering sebagai sumber distress emosi, khususnya untuk orang
terdekat yang menginginkan memberikan makan dengan sering.
8. Evaluasi hematest feses, sekresi lambung.
Rasional : Terapi tertentu, misalnya : antimetabolit menghambat pembaruan
lapisan sel-sel epitel saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan perubahan
menjadi eritema sampai ulserasi berat dengan perdarahan.
Kolaborasi
9. Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, misalnya : jumlah
limfosit total, transferin serum, dan albumin.
Rasional : Membantu mengidentifikasi derajat ktidakseimbangan
biokimia/malnutrisi dan mempengaruhi pilihan intervensi diet.
10. Berikan obat-obat sesuai indikasi :
a. Fenotiazin
b. Kortikosteroid
c. Vitamin, khususnya A, D, E, dan B6
d. Antasid
Rasional : Obat-obat sesuai indikasi :
e. Umumnya antiemetic bekerja untuk memengaruhi stimulasi pusat muntah
dan kemoreseptor mentriger agen, juga bertindak secara perifer untuk
menghambat peristaltic.
f. Terapi kombinasi, misalnya : torecan dengan decadron atau valium sering
kali lebih efektif dari pada agen tunggal.
g. Mencegah kekurangan karena penuruna absorpsi vitamin larut dalam
lemak.
h. Meminimalkan iritasi lambung dan mengurangi risiko ulserasi mukosa.
11. Rujuk pada ahli diet.
Rasional : Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan
individu dan menurunkan masalah terkait dengan malnutrisi protein/kalori
dan defisiensi mikronutrien.
12. Pasang/pettahankan selang (NGT)/enteral, atau jalur sentral untuk
hiperalimentasi parenteral bila ada indikasi.
Rasional : Malnutrisi berat (kehilangan BB 25-30 % dalam dua bulan ), atau
klien dipuaskan selama lima hari dan tidak mungkin untuk mampu makan
selama dua minggu, pemberian makan per selang (NGT) mungkin perlu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman/perubahan
pada status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman
kematian, perpisahan dari keluarga.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
ansietas tidak terjadi.
INTERVENSI
1. Tinjauan ulang pengalaman klien/orang terdekat sebelum mengalami kanker.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan kopnsep
berdasarkan pada pengalaman dengan kanker.
2. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut,
realisasi serta kesalahan konsep tentang diagnosis.
3. Berikan lingkungan terbuka, dimana klien merasa aman mendiskusikan
perasaan atau menolak untuk berbicara.
Rasional : Membantu klien untuk merasa diterima apa adanya, kondisi tanpa
perasaan di hakimi dan meningkatkan rasa terhormat dan control.
4. Pertahankan kontak sering dengan klien. Berbicara dengan menyentuh klien
bila memungkinkan.
Rasional : Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak.
Berikan respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan.
5. Sadari efek-efek isolasi pada klien bila diperlukan untuk imunosupresi atau
implan radiasi. Batasi penggunaan pakaian /masker isolasi bila mungkin.
Rasional : Penyimpangan sensori dapat terjadi bila nilai stimulasi yang cukup
tidak tersedia dan dapat memperberat perasaan ansietas/takut.
6. Bantu klien/orang terdekat dalam mengenalidan mengklarifikasi rasa takut
untuk memulai mengembangkan strategi koping dalam menghadapi rasa
takut.
Rasional: Keterampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase
pengobatan yang berbeda. Konseling dan dukungan perlu untuk
memunkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut untuk meyakini
bahwa strategi control/koping tersedia.
7. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. Hindari
memperdebatkan tentang persepsi klien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurun kan ansietas dan memungkinkan klien membuat
keputusan/pilihan berdasarkan realita.
8. Berikan kesempatan klien untuk mengekspresikann perasaan marah, kecewa
tanpa konfontasi. Berikan informasi dimana perasaan tersebut adalah normal
dan diekspresikan secara tepat.
Rasional : Penerimaan perasaan memungkinkan klien mulai menghadapi
situasi.
9. Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujaun dan efek sampingnya.
Membantu klien menyiapkan pengobatan.
Rasional : Tujuan pengobatan kanker adalah menghancurkan sel-sel malignan
dengan meminimalisasi kerusakan pada sel yang normal. Pengobatan dapat
berupa kuratif, preventif, paliatif, kemoterapi, radiasi atau pengobatan yang
lebih baru. Transplantasi sum-sum tulang memungkinkan untuk kanker
tertentu.
10. Jelaskan prosedur tindakan, berikan kesempatan untuk bertanya dan
memberikan jawaban jujur. Bersama klien selama prosedur yang
menimbulkan ansietas dan konsultasi.
Rasional : Informasi akurat memungkinkan klien menghadapi situasi lebih
efektif dengan realitas karena dapat menurunkan asietas dan rasa takut karena
ketidaktahuan.
11. Berikan perawatan primer secara konsisten kapanpun sebisa mungkin.
Rasional : Membantu menurunkan ansietas dengan mengembangkan
hubunngan terapeutik dan memudahkan perawat memberikan perawatn
kontinu.
12. Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang.
Rasional: Memudahkan istirahat, menghemat energy, dan meningkatkan
kemampuan koping.
13. Identifikasi dan antisipasi stadium berduka klien dan orang terdekat.
Rasional : Pilihan intervensi ditentukan oleh tahap berduka, perilaku koping,
missal marah/menarik diri atau menyangkal.
14. Perhatikan koping tidak efektif, missal interaksi social buruk, tidak berdaya.
Rasional : Mengidentifikasi masalah individu dan memberikan dukungan
pada klien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilan koping efektif.
15. Waspada pada tanda menyangkal/depresi, missal menarik diri, marah, tanda
tidak tepat. Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada
skala 1-10.
Rasional : Klien dapat menggunakan mekanisme pertahanan diri dengan
menyangkal dan mengekspresikan harapan dimana diagnosis tidak akurat.
Perasaan bersalah,distress spiritual,gejala fisik atau kurang perawatan diri
dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri dan yakin bahwa bunuh diri
adalah pilihan yang tepat.
16. Dorong dan kembangkan interaksi klien dengan sistem pendukung.
Rasional: Mengurangi perasaan isolasi. Bila sistem pendukung keluarga tidak
tersedia,sumber luar mungkin diperlukan dengan segera,missal kelompok
pendukung kanker lokal.
17. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten serta dukungan orang
terdekat.
Rasional: Memungkinkan untuk interaksi interpersonal lebih baik dan
menurankan ansietas dan rasa takut.
18. Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan akan dibuat.
Rasional: Menjamin sistem pendukung untuk klien dan memungkinkan orang
terdekat terlibat dengan tepat.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO
DX
IMPLEMENTASI PARAF
1 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Mengevaluasi terapi tertentu, missal pemidahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi.Ajarkan pada klien/orang terdekat apa yang diharapkan.
3. Meningkatkan kenyamanan dasar (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) dan aktivitas hiburan (missal music, televise).
4. Mendorongan penggunaan keterampilan managemen nyeri (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, music, dan sentuhan terapeutik.
5. Mengevaluasi penghilang nyeri/control.
6. Memaantau respon fisiologis terhadap aktivitas, missal perubahan TD atau frekuensi jantung dan pernafasan.
Kolaborasi
7. Meninjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, misalnya :
jumlah limfosit total, transferin serum, dan albumin.
2 1. memantau intake makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi
2. Mengukur tinggi badan(TB), berat badan (BB), dan ketebalan lipatan kulit,
triseps atau dengan antroprometrik lainnya. Pastikan jumlah penurunan
berat badan saat ini.
3. Mendorong klien untuk makan dengan diet tinggi kalori kaya nutrient,
dengan intake cairan yang adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan
makan sedikit tapi sering.
4. Mengontrol faktor lingkungan, missal bau/tidak sedap atau bising. Hindari
makanan terlalu manis, berlemak atau makan pedas.
5. mendorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi,
latihan saat atau sebelum makan.
6. Mengidentifikasi klien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
Kolaborasi
7. Meninjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, misalnya :
jumlah limfosit total, transferin serum, dan albumin.
8. Memberikan obat-obat sesuai indikasi :
a. Fenotiazin
b. Kortikosteroid
c. Vitamin, khususnya A, D, E, dan B6
d. Antasid
9. Merujuk pada ahli diet.
3 1. Meninjauan ulang pengalaman klien/orang terdekat sebelum mengalami
kanker.
2. Mendorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
3. Memberikan lingkungan terbuka, dimana klien merasa aman
mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.
4. Mempertahankan kontak sering dengan klien. Berbicara dengan
menyentuh klien bila memungkinkan.
5. Menyadari efek-efek isolasi pada klien bila diperlukan untuk
imunosupresi atau implan radiasi. Batasi penggunaan pakaian /masker
isolasi bila mungkin.
6. Membantu klien/orang terdekat dalam mengenalidan mengklarifikasi
rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping dalam
menghadapi rasa takut.
7. Melibatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan akan dibuat.
8. Memberikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten serta
dukungan orang terdekat.
EVALUASI
DX EVALUASI PARAF1. S : Klien mengeluh nyeri dengan skala 5.
Klien mengeluh nyeri ketika benjolan pada lututnya disentuh dan
digerakkan.
Klien mengeluh nyeri sering timbul pada malam hari.
O : Klien tampak meringis
Klien tampak sulit untuk bergerak.
A : masalah keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik
P : intervensi di lanjutkan
Kaji nyeri, missal lokasi nyeri, frekwensi, durasi, dan
itensitas (skala 1-10), serta tindakan penghilang nyeri
yang digunakan.
Evaluasi terapi tertentu, missal pemidahan, radiasi,
kemoterapi, bioterapi.
2. S : Keluarga klien mengatakan klien tidak nafsu makan.
Keluarga klien mengatakan makan hanya habis 5 sendok.
O : Klien tampak di bantu dlam beraktifitas
Klien tampah lemah
Pemeriksaan laboratorium dengan hasil :
Hb : 9 g /dl ( 14-16g/dl)
Ht : 45 % (40-48%)
Albumin : 1,5 gr/dl (3,8-5,1 gr/dl)
A : masalah keperawatan gangguan nutrisi belum yteratasi
P : Intervensi Di Lanjutkan
Pantau intake makanan setiap hari, biarkan klien
menyimpan buku harian tentang makanan sesuai
indikasi.
Ukur tinggi badan(TB), berat badan (BB), dan
ketebalan lipatan kulit, triseps atau dengan
antroprometrik lainnya. Pastikan jumlah penurunan
berat badan saat ini.
3. S : Klien mengatakan sudah mengetahui tentang kondisi penyakitnya
O : Klien tampak mengerti tentang kondisinya
A : Masalah keperawatan ansietas teratasi
P : Intervensi di hentikan