askep ii dm

17
TUGAS KELOMPOK ASUHAN KEPERAWATAN II DIABETES MELLITUS (ASKEP II DM) KELOMPOK 8 : ASMIDA DEGI MEIRIANSYAH DIAN SEPTIA UTARI RAYSITA SHERLY METASARI

Upload: noer-afhizan

Post on 17-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

D-IV Keperawatan

TRANSCRIPT

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN II DIABETES MELLITUS

(ASKEP II DM)

KELOMPOK 8 :

ASMIDADEGI MEIRIANSYAH

DIAN SEPTIA UTARI

RAYSITA

SHERLY METASARI

D-IV KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

POLTEKKES KEMENKES PINTIANAK

2014/2015Aktivitas 5Membuat dokumentasi keperawatan pada kasus diabetes pada lanjut usia. Pengkajian

DS : Tn. G menyatakan sering lemah dan tidak bertenaga. Tn. G menyatakan aktifitas saat ini sudah banyak dikurangi. Tn.G menyatakan masih merokok

Tn. G menyatakan pola makan klien tidak beratur. Tn. G mengatakan selalu marah marah. Tn. G mengatakan sering keluar rumah untuk beli makanan diwarung. Keluarga Tn. G mengatakan Tn. G dulu pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darahnya tinggi dan sempat tidak sadarkan diri.DO : Tn. G, berusia 70 tahun. Klien tampak lemah dan tidak bertenaga. Klien memiliki kebiasaan merokok. Analisa Data

NoDataEtiologiMasalah

1.Ds : Tn. G menyatakan sering lemah dan tidak bertenaga.

Tn. G menyatakan aktifitas saat ini sudah banyak dikurangi.

Tn. G menyatakan pola makan klien tidak beratur.

Tn. G mengatakan sering keluar rumah untuk beli makanan diwarung.

Keluarga Tn. G mengatakan Tn. G dulu pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darahnya tinggi dan sempat tidak sadarkan diri.

Do :

Tn. G, berusia 70 tahun.

Klien tampak lemah dan tidak bertenaga.Life style yang buruk

Pola makan yang tidak beraturan

Intake nutrisi yang berlebih

Resiko tinggi hiperglikemi

Resiko tinggi hiperglikemi

2. Ds :

Tn. G menyatakan sering lemah dan tidak bertenaga.

Tn. G menyatakan pola makan klien tidak beratur.

Tn. G mengatakan selalu marah marah.

Keluarga Tn. G mengatakan Tn. G dulu pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darahnya tinggi dan sempat tidak sadarkan diri.

Do :

Tn. G, berusia 70 tahun.

Klien tampak lemah dan tidak bertenaga.Diabetes mellitusProses menua / kemunduran

Penurunan semua fungsi organ tubuh

Penurunan jumlah tenaga

Kelemahan

Gangguan mobilitas fisikGangguan mobilitas fisik

3.Ds :

Tn.G menyatakan masih merokok.

Tn. G menyatakan pola makan klien tidak beratur.

Tn. G mengatakan selalu marah marah.

Tn. G mengatakan sering keluar rumah untuk beli makanan diwarung.

Do :

Tn. G, berusia 70 tahun.

Klien tampak lemah dan tidak bertenaga.

Klien memiliki kebiasaan merokok.Proses menua/ kemunduran

Pola hidup yang kurang baikHiperglikemi Resiko tinggi terjadinya komplikasi penyakitResiko tinggi terjadinya komplikasi penyakit

Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan pada kasus Diabetes melitus pada Lansia adalah :1. Resiko tinggi hiperglikemi berhubungan dengan intake nutrisi yang berlebih.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.

3. Resiko tinggi terjadinya komplikasi penyakit ( hipertensi, jantung, dll) berhubungan dengan pola hidup yang kurang baik. Rencana Keperawatan

NODIAGNOSA KEPERAWATANTUJUANRENCANA KEPERAWATANRASIONAL

1Resiko tinggi hiperglikemi berhubungan dengan intake nutrisi berlebih.Tujuan :

Perawat akan menangani dan meminimalkan terjadinya hiperglikemi

Criteria hasil :

1. GDP dan GDS 76 110 mg/dL

2. GD2pp < 140 mg/dL

3. Tidak terjadi tanda tanda hiperglikemi (penurunan kesadaran, keringat dingin, kesemutan)1. Pantau gula darah pasien2. Pantau status neurologis pasien.3. Pantau TTV pasien.4. Kolaborasi dalam pemberian obat anti diabetic

1. Bila insulin tidak tersedia, glukosa darah akan meningkat dan tubuh akan memetabolisme lemak untuk kebutuhan energy dan menghasilkan benda benda keton.

2. Mencegah hidrasi berlebihan.3. Fluktuasi kadar glukosa, asidosis dan keadaan cairan dapat mempengaruhi fungsi neurologis karena sirkulasi yang tidak adekuat.4. Dehidrasi berat menyebabkan penurunan curah jantung dan terjadi vasokonstriksi sebagai kompensasi tubuh.

2Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahanPerawat akan menangani dan meminimalkan terjadinya hiperglikemi dengan criteria hasil :

1. GDP dan GDS 76 110 mg/dl

2. GD 2 JPP < 140 mg/dl

3. Tidak terjadi tanda-tanda hiperglikemi (penurunan kesadaran, keringat dingin, kesemutan)

1. bantu pasien dalam memenuhi kebutuhann ADL seminimal mungkin.2. dorong pasien untuk melakukan ADL sesuai kemampuan.3. observasi peningkatan/perkembangan skala ADL lansia.4. berikan penghargaan atas apa yang bias dilakukan oleh pasien.5. dekatkan barang-brang yang sering digunakan dan dibutukan pasien1. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan ADL.2. Member motivasi pada klien untuk melakukan ADL mandiri.3. Memantau perkembangan skala ADL lansia.4. Member penghargaan kepada pasien,meningkatkan motivasi.

5. Memberi kemudahan bagi pasien dalam memudahkan ADL.

3 Resiko tinggi terjadinya komplikasi penyakit (hipertensi,jantung,dll) berhubungan dengan pola hidup yang kurang baik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan (penkes) diharapkan pasien mengubah pola hidupyang tidakbaik sepertimerokok,minum kopi1. Kaji Pola hidup pasien.2. Anjurkan pasien untuk berhenti merokok3. Ajarkan cara mengatasi kecanduan terhadap rokok.4. Berikan penkes tentang bahaya merokok1. MengetahuiPola hidup pasien.2. Agar pasien berhenti merokok.3. Agar pasien berhenti merokok.4. Agar pasien mengetahui bahaya merokok

Catatan perkembangan

NoTanggalCatatan PerkembanganEvaluasiParaf

1.14/10/20141. Memantau kadar glukosa darah pasienR/ GDS >300 mg/dl2. Memantau status neurologis pasien

R/ Tingkat kesadaran klien compos mentis3. Memantau TTVR/ TD: 100/60 mmhg

N : 88 x/mnt

RR : 24 x/mnt4. Menglaborasi dalam pemberian obat anti diabeticR/ Klien minum obat glibenclamid.S : Klien mengatakan badannya terasa lemahO : GDS >300 mg/dL A :masalah belum teratasiP : intervensi 1-5 dilanjutkan

2.14/10/2014

1. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL seminimal mungkin.

R/ ADL klien terpenuhi.

2. Mendorong pasien untuk melakukan ADL sesuai kemampuan.R/ klien mau melakukan ADL sesuai kemampuan.3. Memberikan penghargaan atas apa yang bisa dilakukan oleh pasien.

R/ Pasien tampak melakukan ADL sesuai kemampuan.

4. Mendekatkan barang-barang yang sering digunakan dan dibutukan pasien.

R/ Pasien berusaha malakukan ADL secara mandiri.S :

klien mengatakan badan terasa lemah.

O :

klien tampak tidak bisa melakukan aktivitas seperti mencuci baju.

A :

masalah belum teratasi

P :

intervensi 1 4 dilanjutkan

3.14/10/20141. Kaji Pola kebiasaan pasien.R/ pasien merokok dan minum kopi.2. Anjurkan pasien untuk

berhenti merokok.

R/ pasien menolak karena sudah kebiasaan.

3. Ajarkan cara mengatasi kecanduan terhadap rokokR/ pasien susah mengatasi kecanduan rokok.

4. Berikan penkes tentang bahaya merokok.

R/ pasien menyimak dengan baik.S :

Pasien mengatakan susah mengatasi kecanduan merokok.

O :

Pasien tampak masih merokok dan minum kopi.A :

Masalah teratasi sebagian.

P :

Intervensi 1 - 4 dilanjutkan

Pertemuan Hari Ke 3

Aktifitas IRESUME JOURNAL READINGDIABETES MELITUS TIPE II PADA LANSIA

Jurnal ini menjelaskan tentang perkembangan tata laksana Dibetes Militus tipe II pada lansia dengan penekanan pada aspek khusus yang berkaitan dengan bidang geriatri. Dimana diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada usia lanjut. Selain itu, kaum lansia juga mengalami masalah khusus yang memerlukan perhatian. Masalah khusus yang dialami lansia antara lain lebih rentan terhadap komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskular dari diabetes mellitus dan adanya sindrom geriatri.

Diabetes pada usia lanjut berbeda secara metabolik dengan diabetes pada kelompok usia lainnya, sehingga diperlukan pendekatan terapi yang berbeda pada kelompok usia ini. Oleh sebab itu, upaya diagnosis dini melalui skrining terhadap diabetes millitus pada lansia perlu dilakukan. Diagnosis maupun tata laksana diabetes millitus pada lansia tidak berbeda dengan pada populasi lainnya. Rekomendasi tata laksana diabetes millitus yang banyak digunakan saat ini adalah konsensus ADA-EASD (2008) yang membagi obat-obatan untuk tatalaksana diabetes millitus menjadi 2 tingkat dan 3 langkah. Namun, lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap terjadinya efek samping obat-obatan. Oleh sebab itu, dalam tata laksana diabetes millitus pada lansia tidak dianjurkan menggunakan obat-obatan tingkat 2 yang belum banyak diteliti. Tata laksana diabetes millitus pada lansia tidak hanya bertujuan mencapai kadar gula darah yang baik, tetapi mencegah komplikasi kronik diabetes millitus baik komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskular. Aspek khusus yang dikenal dengan nama sindrom geriatri yang juga harus mendapat perhatian. Sindrom geriatri merupakan serangkaian kondisi klinis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pada lansia. Dengan penekanan pada aspek khusus yang berkaitan dengan bidang geriatri. Pada jurnal ini dijelaskan bahwa bidang geriatri terdiri atas dipresi, gangguan fungsi kognitif, polifarmasi, inkontinensia urin, dan risiko komplikasi kronik pada lansia penderita diabetes mellitus. Sedangkan pada tahap tata laksana diabetes millitus pada lansia harus dilakukan secara kom- prehensif dan selalu lakukan pengontrolan terhadap kadar glukosa darah, tekanan darah, kadar lemak darah, serta berhenti merokok.