askep halusinasi
TRANSCRIPT
AKADEMI KESEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN
TA. 2012/2013
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Utama
Gangguan Persepsi sensori halusianasi.
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu objek,
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan).
Menurut Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada
saat kesadaran individu itu penuh dan baik.
Halusianassi adalah keadaan dimana individu / keloimpok beresiko mengalami suatu perubahan
dalam jumlah dan pola stimulasi yang datang (Carpenito, 2000).
2. Tanda dan Gejala
a) Fase I (Menyenangkan)
Karakteristik :
- Mengalami ansietas, rasa bersalah dan ketakutan
- Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan rasa cemas
- Perilaku dan pengalaman sensori masih dalam kontrol pikiran
- Non psikotik
Perilaku pasien :
- Tersenyum sendir, tertawa sendiri
- Menggerakkan bibir tanpa bicara, respon verbal lambat
- Diam dan berkonsentrasi
b) Fase II (Menyalahkan)
Karakteristik :
- Adanya pengalamn sensori yang menakutkan
- Mulai merasa kehilangan kontrol
- Merasa dilecehakan oleh pengalaman, menarik diri
- Non psikotik
Perilaku pasien :
- Meningkatnya denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
- Perhatian dengan lingkungan kurang
- Konsentrasi terhadap pengalaman sensori
- Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi
c) Fase III (Konsentrasi)
- Bisikan dan suara-suara menonjol, menguasai dan mengontrol
- Tingkat kecemasan berat
- Pengalaman halusianasi tidak dapat ditolak lagi
Karakteristik :
- Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
- Klien kesepian bila pengalaman sensori berakhir
- Isu halusianasi menjadi atraktif dan menarik
- Klien terbiasa dengan halusinasinya dan tidak berdaya
- Psikotik
Perilku Pasien :
- Perintah halusinasi ditaati
- Sulit berhubungan dengan orang lain
- Perhatian dengan lingkungan berkurang
- Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan
Berkeringat
d) Fasse IV (Menguasai)
Karakteristik :
- Pengalaman sensori menakutkan dan mengancam
- Klien tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan dengan
Lingkungan
- Halusinasi berakhir dalam beberapa jam atau hari jika tidak ada terapi
terapeutik
- Psikotik berat
Perilaku Pasien :
- Perilaku panik, potensi akut suicide
- Aktifitas fisik merefleksikan halusinasi
- Tidak mampu berespon pada lebih dari satu orang
- Tidak bisa berespon terhadap perintah yang kompleks
3. Etiologi
Faktor prdisposisi :
- Faktor genetik
- Faktor Neurobiology
- Studi Neurotransmiter
- Psikologis
Faktor Presipitasi :
- Sosial budaya
- Stres lingkungan atau respon neurobiologis maladaptif
- Penuh kritik
- Kehilangan harga diri
- Gangguan hubungan interpersonal
- Tekanan ekonomi
4. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk
berhubungan dengan orang lain. Apabila perilaku halusiansinya berupa hal yang tidak
menyenagkan maka akan mengakibatkan individu tersebut melakukan atau mencederai orang
lain dan lingkungan. (PPNI, 2002).
C. Pohon Masalah
Effect : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkunga
Core Problem : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Causa : Isolasi sosial : Menarik diri
D. Masalah yang muncul Dan data yang perlu dikaji
No Data Fokus Masalah Keperawatan
1. DS :
- Klien mengatakan sering
mendengar suara-suara gemuruh
pada pagi dan malam.
- Klien mengatakan pernah mondok
Gangguan sensori
persepsi : Halusinasi
Auditori
di RSJ dengan penyakit yang sama.
DO :
- Klien tampak sering komat-kamit
- Klien sering menyendiri
2. DS :
Klien mengatakan sering
mendengar bisikan-bisikan hingga
membuatnya marah.
DO :
Klien bingung, kadang mengamuk
dan memukul
Resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan
lingkungan.
3. DS :
Klien mengatakan sering
menyendiri dan jarang mengobrol
dengan teman atau orang lain.
DO :
Melamun, menyendiri, pasif
- Interaksi dengan orang lain
berkurang
Isolasi sosial : Menarik
diri
E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori halusinasi (lihat, dengar, raba, kecap, bau)
2. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
3. Isolasi sosial : menarik diri
F. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa : Gangguan persepsi sensori halusinasi (lihat, dengar, raba, kecap, bau)
Tujuan Umum : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan klien menunjukkan tanda-tanda percaya
pada perawat
Intervensi :
- Sapa klien dengan ramah
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Tunjukkan sikap emapati dengan menerima klien apa adanya dan beri
perhatian
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan klien meyebutkan (isi, waktu, frekuensi,
situasi, kondisi yang menimbulkan halusinasi)
Intervensi :
- Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
- Observasi tingkah laku klien sesuai dengan halusinasinya
- Bantu klien mengenal halusinasinya
- Diskusikan dengan klien tentang frekuensi dan waktu halusinasi
- Kaji respon klien saat terjadi halusinasi
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan klien meyebutkan tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
Intervensi :
- Identifikasi cara yang selama ini dilakukan saat terjadi halusinasi
- Diskusikan manfaat cara tersebut
- Diskusikan cara baru untuk mengendalikan halusinasi (menghardik,
bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas, minum ibat
teratur)
- Beri kesempatan untuk melakukan cara tersebut saat halusinasinya
timbul
d. Klien dapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya
KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan keluarga dapat meyebutkan pengertian, tanda
dan gejala, serta proses terjadinya halusinasi.
Intervensi :
- Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan
- Diskusikan dengan keluarga tentang :
- Pengertian halusinasi
- Tanda dan Gejala halusinasi
- Cara yang dapat dilakukan untuk memutus halusiansi
- Proses terjadi halusinasi
- Obat-obat untuk halusinasi
- Cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
- Berikan informasi waktu kontrol
e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan benar
KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan klien dapat mengerti obat yang perlu
diminum
Intervensi :
- Diskusikan frekuensi, dosis, dan manfaat obat
- Anjurkan minum obat
- Diskusikan efek bila menghentikan obat tanpa konsultasi
- Jelaskan 5 tepat dalam penggunaan obat
STRATEGI PELAKSANAAN I
HALUSINASI
Pertemuan : Ke 1
Hari / Tanggal :
Waktu :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya.
DO : Klien tampak pasif,terlihat suka menyendiri,berbicara sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
3. Tujuan
- Klien tampak mengenal halusinasi
- Klien dapat menghardik halusinasi
4. Tindakan Keperawatan
- Mengidentifikasi jenis halusinasi
- Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
- Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
- Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
- Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
- Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
- Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian
B. Srategi Pelaksanaan Halusinasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
”Assalamualaikum Mas, Saya perawat yang akan merawat mas. Perkenalkan nama saya Totok
Supriadi, biasa di panggil Totok, saya dari Akper Dr. Soedono Madiun. Betul ini mas Adi?
Kalau boleh tahu nama lengkapnya siapa? Senang dipanggil apa?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini? Ada keluhan yang mas rasakan hari ini?”
c. Kontrak
Topik : “Baiklah, saya dengar mas sering mendengar suara-suara yang tak
tampak wujudnya, benar begitu? bagaimana kalau kita bercakap-
cakap tentang suara tersebut.”
Waktu : “Berapa lama?? Bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang
mengenai jenis halusinasi,respon terhadap halusinasi, dan kita akan
belajar menghardik halusinasi, dan kita masukkan ke dalam jadwal
kegiatan sehari-hari pasien.”kalau 20 menit. Baiklah Mas, bagaimana
Tempat : “Dimana kita bisa bercakap-cakap?? Disini,di depan??”
2. Fase Kerja
“Apakah mas Adi mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara
tersebut? Apakah terus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering mas Adi
dengar? Berapa kali sehari? Biasanya pada keadaan apa suara itu muncul? Mas Adi, saya punya
beberapa cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara
tersebut. Kedua, dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan aktivitas yang
sudah terjadwal, dan yang keempat dengan minum obat yang teratur. Iya.. Bagaimana kalau kita
belajar cara yang pertama dulu, yaitu dengan menghardik. Mau tidak mas?? Caranya begini : saat
suara itu muncul, langsung Mas Adi bilang ,”Saya tidak mau dengar. Pergi..!! Kamu suara
palsu.” Begitu di ulang-ulang terus sampai suara itu tidak terdengar lagi. Mengerti mas? Coba
mas Adi peragakan. Nah begitu, bagus. Coba lagi. Ya bagus, Mas Adi sudah bisa.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan mas Adi setelah latihan tadi??”
b. Evaluasi obyektif
“Kalau suara itu muncul lagi, coba latihan yang tadi di terapkan. Coba Mas jelaskan jenis
halusinasi, isi halusinasi, waktu berhalusinasi, frekwensi, situasi yang menimbulkan halusinasi,
respond dan cara menghardik halusinasi, Apakah Mas masih ingat??”
4. Rencana Tindak Lanjut
“Jika hal tersebut (mendengar,melihat,mencium,merasa,mengecap) itu muncul?? tolong Mas
praktekkan cara yang sudah saya ajarkan , dan masukkan dalam jadwal harian Mas.”
5. Kontrak
Topik : “Baikalah Mas nanti kita akan bercakap-cakap lagi, kita akan
diskusikan dan latihan mengendalikan dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.”
Waktu : “Mau jam berapa Mas? Ya baiklah jam 10.00 saja.”
Tempat : “Tempatnya disini saja lagi ya Mas. Sampai ketemu nanti Mas.
Assalamualaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN II
HALUSINASI
Pertemuan : Ke 2
Hari/Tanggal :
Waktu :
A. Proses Keperwatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan sudah menghardik halusinasinya
DO : Klien tampak respon saat berkomunikasi dengan perawat
2. Diagnosa keperawatan : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
3. Tujuan
a) Tujuan Umum : Resiko mencederai dir sendiri , orang lain dan lingkungan tidak
terjadi.
b) Tujuan Khusus
- Mengevaluasi jadwal harian pasien
- Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
- Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam kegiatan harian.
4. Tindakan keperawatan
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
- Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B. Srategi Pelaksanaan Halusinasi
1. Kontrak
Topik : “seperti janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang
bagaimana cara mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang laindan kita masuk dalam jadwal kegiatan”.
Waktu : “waktunya 15 menit cukup kan?”
Tempat : “Tempatnya disini saja ya mas?”
2. Fase Kerja
“Sekarang mas kita akan belajar cara kedua untuk mencegah halusinasi yang lain dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain jadi kalau mas mulai mendengar suara-suara langsung
saja cari teman untuk ngobrol dengan mas. Contohnya begini bapak : tolong saya mulai
mendengar suara-suaraayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang di rumah misalnya anak
bapak katakan : nak, ayo ngobrol dengan bapak, coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan .
Ya begitu bagus! Nah, sekarang kita masukan ke dalam jadwal harian mas ya?”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan mas setelah latihan ini?”.
b. Evaluasi obyektif : “Jadi sudah ada berapa cara yang mas pelajari untuk
mencegah suara-suara itu?,ya bagus sekali”.
4. Rencana tindak lanjut
“Nah, kalau halusinasi itu datang lagi mas bisa coba kedua cara itu ya mas!”
5. Kontrak
Topik : “Baiklah mas besok saya akan dating lagi kita akan bahas cara
mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan”.
Waktu : “Mau jam berapa kita ketemu mas? Ya baiklah jam 09.00 saja”.
Tempat : “Tempatnya mau dimana mas? Di sini saja mas? Ya baiklah sampai
ketemu besok lagi ya mas!”.
STRATEGI PELAKSANAAN III
HALUSINASI
Pertemuan : Ke 3
Hari/tanggal :
Waktu :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan sudah menghardikhalusinasinya dan klien mengatakan
dengan berbincang-bincang halusinasinya tidak datang.
DO : Klien tampak respon saat berkomunikasi dengan perawat.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
3. Tujuan
a. Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.
b. Tujuan Khusus
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengenal halusinasinya
- Klien dapat mengontrol halusinasinya
- Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
- Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
c. Keperawatan
- Melatih tindakan pasien beraktifitas secara terjadwal
- Menjelaskan aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasinya
- Mendiskusikan aktifitas yang biasa dilakukan oleh pasien
- Melatih pasien melakukan aktifitas
- Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang
telah dilatih
- Memantau pelaksanaan jadwal : memberikan kegiatan terhadap
perilaku pasien yang positif
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamuallaikum mbak”.
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah suara-suara itu masih muncul? Apakah sudah
dipakai 2 cara yang telah kita latih? Bagaimana hasilnya?
c. Kontrak
Topik : Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang cara
mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan dan kita
masukan kedalam kegiatan harian.
Waktu : mau berapa lama kita berbincang-bincang? Apa 15 menit cukup?
Tempat : Tempatnya mau dimana mbak? Baiklah disini saja.
Tujuan : agar bapak dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan.
2. Fase Kerja
“Kegiatan apa saja yang masih mbak bias lakukan? Pagi-pagi apa kegiatan mbak? Terus
jam berikutnya apa kegiatan mbak? Banyak sekali kegiatan bapak setiap harinya. Mari kita latih
2 kegiatan hari ini. Bagus sekali mbak bisa melakukannya. Kegiatan ini dapat mbak lakukan
untuk mencegah suara-suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih agar dari pagi
sampai sore mbak ada kegiatan. Mbak, bagaimana kalau kegiatan yang tadi kita latih
dimasukkan kedalam jadwal kegiatan harian mbak?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita latihan tadi?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mbak sebutkan kembali 3 cara yang telah saya latih apabila halusinasi itu
datang? Ya bagus sekali.”
4. Rencana Tindak Lanjut
“Nanti mbak lakukan latihan secara mandiri sesuai jadwal yang kita buat agar suara-suara itu
tidak muncul lagi.”
5. Kontrak
Topik : Baiklah bapak besok saya akan datang kembali untuk membahas cara
mengontrol halusinasi dengan cara minum obat.
Waktu : mau jam berapa pak kita berbincang-bincang? Ya baiklah
jam 10.00-10.15 WIB.
Tempat : Mau dimana kita ketemunya? Ya baiklah disini saja.
STRATEGI PELAKSANAAN IV
HALUSINASI
Pertemuan : Ke-4
Hari/Tanggal :
Waktu :
A. Proses Keperawatan
1. Kodisi Klien
DS : Klien mengatakan dengan bercakap-cakap halusinasinya tidak dating dan
klien mengatakan senang bercakap-cakap dengan perawat.
DO : Dengan melakukan kegiatan bercakap-cakap dengan teman / perawat, klien
tidak melamun lagi.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
3. Tujuan
a. Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasinya.
b. Tujuan Khusus :
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengenal halusinasinya
- Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
- Klien dapat mengontrol halusinasinya
- Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan Keperawatan
- Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
- Jelaskan pentingnya menggunakan obat secara teratur
- Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
- Jelaskan bila putus obat
- Jelaskan cara mendapatkan obat
- Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
obat,benar pasien,benar cara,benar dosis,benar waktu)
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupeutik
“Asalammualaikum mbak? Sesuai dengan janji saya kemarin,saya dating lagi
ketempat ini.”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini?Apa bapak masih ingat 3 cara yang sudah suster latih
kemarin, cara untuk mengusir suara-suara? Apakah ketiga cara tersebut sudah dimasukkan ke
dalam jadual kegiatan harian mbak?”
c. Kontrak
Topik : Sesuai janji suster kemarin,hari ini kita akan mendiskusikan tentang
obat-obatan yang mbak minum dan kita akan memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian mbak.
Wasktu : Mau berapa lama kita bercakap-cakap? Ya baiklah disini saja.
Tujuan : Dari diskusi ini agar bapak minum obat dengan prinsip 5 benar /agar
mbak mematuhi cara minum obat.
2. Fase Kerja
“Mbak adakah perbedaan setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-suaranya
masih terdengar atau sudah hilang? Begini mbak, obat ini berguna untuk mengurangi atau
menghilangkan suara-suara yang selama ini mbak dengar. Berapa macam yang mbak minum??
(perawat menyiapkan obat pasien). Ini yang berwarna orange (CPZ) diminum 3 kali sehari ya,
jam 7 pagi, jam 1 siang dan 7 malam yaa gunanya untuk menghilangkan suara-suara yang mbak
dengar. (Pasien mengangguk-ngangguk). Ini yang putih (THP) diminum 3 kali sehari juga,
gunanya agar mbak rileks dan tidak kaku. Kalau yang merah jambu ini (HP) 3 kali sehari juga
sama minumnya dengan yang putih dan orange, gunanya yang merah jambu ini untuk
menenangkan pikiran mbak biar tenang. Kalau suaranya sudah hilang, minum obatnya tidak
boleh dihentikan yaa, harus diminum sampai benar-benar habis, biar suara-suaranya tidak
muncul lagi. Kalau obatnya habis bisa minta ke dokter lagi. Bisa juga dikonsultasikan kalau
berhenti minum obat, apa akibatnya pada mbak. Begitu yaa.. Pastikan juga kalau obat yang
diminum benar punya mbak, jangan samapi keliru dengan orang lain. Mbak juga harus banyak
minum air yaa..”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif : “Bagaimana perasaan mbak setelah berbincang-
bincang tentang obat tadi”
b. Evaluasi Objektif : “Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah
suara-suara? Coba mbak sebutkan kembali?”
4. Rencana Tindak Lanjut
“Nanti mbak jangan lupa minum obat agar suara-suara itu tidak datang lagi,kemudian mbak bisa
memasukkannya ke dalam jadual kegiatan harian mbak.”
5. Kontrak
Topik : Baiklah mbak pertemuan kita cukup sampai disini,besuk saya datang
lagi untuk memastikan bapak masih dengar suara-suara atau tidak
kita akan berdiskusi tentang jadual kegiatan harian bapak.
Waktu : Waktunya mau jam berapa pak? Jam 09.00-09.15,apa mbak bersedia?
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa kepoerawatan Aplikasi pada praktis klinis (terjemahan).
Edisi 6. Jakarta : EGC.
Maramis, W.F, 1990. Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga Universitas Press, Surabaya.
Rasmun, 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, Jakarta :
CV. Sagung Seto.
Stuart & Sunden, 1998. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Jakarta : EGC.