askep fr. cruris 2

Upload: frans-rumthe

Post on 10-Jul-2015

367 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep dasar Fraktur Cruris 1.1.1 Pengertian Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)

1.1.2

Sistem Rangka Manusia Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup. Sistem rangka umumnya dibagi menjadi tiga tipe: eksternal, internal, dan basis cairan (rangka hidrostatik), walaupun sistem rangka hidrostatik dapat pula dikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur penunjang. Rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan (seperti tengkorak) yang ditunjang oleh struktur lain seperti ligamen, tendon, otot, dan organ lainnya. Rata-rata manusia dewasa memiliki 206 tulang, walaupun jumlah ini dapat bervariasi antara individu.

Rangka tubuh manusia dikelompokkan atas dua bagian yaitu: 1) Skeleton aksial Terdiri atas sekelompok tulang yang menyusun poros tubuh dan memberikan dukungan dan perlindungan pada organ di kepala, leher dan badan. Macam-macam skeleton aksial yaitu: a. Tulang tengkorak bagian kepala terdiri dari:

bagian parietal : tulang dahi bagian temporal : tulang samping kiri kanan kepala dekat telinga bagian occipitas : daerah belakang daritengkorak bagian spenoid : berdekatan dengan tulang rongga mata, seperti tulang baji

bagian ethmoid : tulang yang menyususn rongga hidung Tulang Tengkorak Tulang-tulang tengkorak merupakan tulang

yang menyusun kerangka kepala. Tulang tengkorak tersusun atas 8 buah tulang yang menyusun kepala dan empat belas tulang yang menyusun bagian wajah. tulang tengkorak bagian kepala merupakan bingkai pelindung dari otak. Sendi yang terdapat diantara tulangtulang tengkorak merupakan sendi mati yang disebut sutura. b. Tulang tengkorak bagian wajah terdiri dari:

rahang bawah : menempel pada tulang tengkorak bagian temporal. hal tersebut merupakan satu-satunya hubungan antar tulang dengan gerakan yang lebih bebas

Rahang bawah : menyusun sebagian dari hidung, dan langitlangit

palatinum (tulang langit-langit) : menyusun sebagian dari rongga hidung dan bagian atas dari atap rongga mulut

zigomatik : tulang pipi tulang hidung Tulang lakrimal : sekat tulang hidung.

c. Tulang dada Tulang dada termasuk tulang pipih, terletak di bagian tengah dada. pada sisi kiri dan kanan tulang dada terdapat tempat lekat dari rusuk. bersama-sama dengan rusuk, tulang dada memberikan perlindungan pada jantung, paru-paru dan pembuluh darah besar dari kerusakan Tulang dada tersusun atas 3 tulang yaitu:

tulang hulu / manubrium. terletak di bagian atas dari tulang dada, tempat melekatknya tulang rusuk yang pertama dan kedua

Tulang badan / gladiolus, terletak dibagian tengah, tempat melekatnya tulang rusuk ke tiga sampai ke tujuh, gabungan tulang rusuk ke delapan sampai sepuluh.

Tulang taju pedang / xiphoid process, terletak di bagian bawah dari tulang dada. Tulang ini terbentuk dari tulang rawan.

d. Tulang rusuk Tulang rusuk berbentuk tipis, pipih dan melengkung. bersama-sama dengan tulang dada membentuk rongga dada untuk

melindungi jantung dan paru-paru. Tulang rusuk dibedakan atas tiga bagian yaitu:

Tulang rusuk sejati berjumlah tujuh pasang. Tulang-tulang rusuk ini pada bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang sedangkan ujung depannya berhubungan dengan tulang dada dengan perantaraan tulang rawan

Tulang rusuk palsu berjumlah 3 pasang. Tulang rusuk ini memiliki ukuran lebih pendek dibandingkan tulang rusuk sejati. Pada bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang sedangkan ketiga ujung tulang bagian depan disatukan oleh tulang rawan yang melekatkannya pada satu titik di tulang dada

Rusuk melayang berjumlah 2 pasang. Tulang rusuk ini pada ujung belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang, sedangkan ujung depannya bebas. Tulang rusuk memiliki beberapa fungsi diantaranya: a) melindungi jantung dan paru-paru dari goncangan. b) melindungi lambung, limpa dan ginjal, dan c) membantu pernapasan.

e. Ruas-ruas tulang belakang Ruas-ruas tulang belakang disebut juga tulang belakang disusun oleh 33 buah tulang dengan bentuk tidak beraturan. ke 33 buah tulang tersebut terbagai atas 5 bagian yaitu:

tujuh ruas pertama disebut tulang leher. ruas pertama dari tulang leher disebut tulang atlas, dan ruas kedua berupa tulang pemutar atau poros. bentuk dari tulang atlas memungkinkan kepala untuk melakukan gerakan.

Dua belas ruas berikutnya membentuk tulang punggung. Ruas-ruas tulang punggung pada bagian kiri dan kanannya merupakan tempat melekatnya tulang rusuk.

Lima ruas berikutnya merupakan tulang pinggang. Ukuran tulang pinggang lebih besar dibandingkan tulang punggung. Ruas-ruas tulang pinggang menahan sebagian besar berat tubuh dan banyak melekat otot-otot.

Lima ruas tulang kelangkangan (sacrum), yang menyatu, berbentuk segitiga terletak dibawah ruas-ruas tulang pinggang.

bagian bawah dari ruas-ruas tulang belakang disebut tulang ekor (coccyx), tersusun atas 3 sampai dengan 5 ruas tulang belakang yang menyatu.

Ruas-ruas tulang belakang berfungsi untuk menegakkan badan dan menjaga keseimbangan. menyokong kepala dan tangan, dan tempat melekatnya otot, rusuk dan beberapa organ.

2) Skeleton apendikular Tersusun atas tulang tulang yang merupakan tambahan dari skeleton axial. Skeleton axial terdiri dari :

1) 2) 3) 4) 5)

Anggota gerak atas anggota gerak bawah gelang bahu gelang panggung bagian akhir dari ruas-ruas tulang belakang seperti sakrum dan tulang coccyx

a. Tulang anggota gerak atas (extremitas superior) Tulang penyusun anggota gerak atas tersusun atas:

1. Humerus / tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang panjang /pipa, ujung atasnya besar, halus, dan dikelilingi oleh tulang belikat. pada bagian bawah memiliki dua lekukan merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna 2. Radius dan ulna / pengumpil dan hasta. Tulang ulna berukuran lebih besar dibandingkan radius, dan melekat dengan kuat di humerus. Tulang radius memiliki kontribusi yang besar untuk gerakan lengan bawah dibandingkan ulna. 3. karpal / pergelangan tangan. tersusun atas 8 buah tulang yang saling dihubungkan oleh ligamen 4. metakarpal / telapak tangan. Tersusun atas lima buah tangan. Pada bagian atas berhubungan dengan tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan tulang-tulang jari (palanges)

5. Palanges (tulang jari-jari). tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas tiga buah tulang, kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang.

b. Tulang anggota gerak bawah (ekstremitas inferior) Tulang anggota gerak bawah disusun oleh tulang: 1. Femur / tulang paha. Termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang panggul sampai ke lutut. 2. Tibia dan fibula / tulang kering dan tulang betis. Bagian pangkal berhubungan dengan lutut bagian ujung berhubungan dengan pergelangan kaki. Ukuran tulang kering lebih besar dinandingkan tulang betis karena berfungsi untuk menahan beban atau berat tubuh. Tulang betis merupakan tempat melekatnya beberapa otot 3. Patela / tempurung lutut. terletak antara femur dengan tibia, bentuk segitiga. patela berfungsi melindungi sendi lutut, dan memberikan kekuatan pada tendon yang membentuk lutut 4. Tarsal / Tulang pergelangan kaki. Termasuk tulang pendek, dan tersusun atas 8 tulang dengan salah satunya adalah tulang tumit. 5. Metatarsal / Tulang telapak kaki. Tersusun atas 5 buah tulang yang tersesun mendatar. 6. Palanges / tulang jari-jari tangan. Setiap jari tersusun atas 3 tulang kecuali tulang ibu jari atas 14 tulang.

c. Tulang gelang bahu (klavikula dan scapula / belikat dan selangka) Tulang selangka berbentuk seperti huruf "S", berhubungan dengan tulang lengan atas (humerus) untuk membentuk persendian yang menghasilkan gerakan lebih bebas, ujung yang satu berhubungan dengan tulang dada sedangkan ujung lainnya berhubungan dengan tulang belikat. Tulang belikat (skapula) berukuran besar, bentuk segitiga dan pipih, terletak pada bagian belakang dari tulang rusuk. Fungsi utama dari gelang bahu adalah tempat melekatnya sejumlah otot yang memungkinkan terjadinya gerakan pada sendi. d. Gelang panggul Tulang gelang panggul terdiri atas dua buah tulang pinggung. Pada anak anak tulang pinggul ini terpisah terdiri atas tiga buah tulang yaitu illium (bagian atas), tulang ischiun (bagian bawah) dan tulang pubis (bagian tengah). Dibagian belakang dari gelang panggul terdapat tulang sakrum yang merupakan bagian dari ruas-ruas tulang belakang. Pada bagian depan terdapat simfisis pubis merupakan jaringan ikat yang menghubungkan kedua tulang pubis. Fungsi gelang panggung terutama untuk mendukung berat badan bersama-sama dengan ruas tulang belakang. melindungi dan mendukung organ-organ bawah, seperti kandung kemih, organ reproduksi, dan sebagai tempat tumbuh kembangnya janin.

Secara umum fungsi sistem rangka adalah membentuk kerangka yang kaku dengan jaringan-jaringan dan organ-organ yang melekat padanya. Sistem rangka melindungi organ-organ vital seperti otak yang dilindungi oleh tulang tengkorak, paru-paru dan jantung dilindungi oleh tulang dada dan tulang rusuk. Gerakan tubuh terbentuk dari kerjasama antara sistem rangka dengan otot, oleh sebab itu keduanya sering dikelompokkan menjadi satu nama yaitu sistem musculo-skeletal. rangka merupakan tempat melekatnya otot melalui perantaraan tendon. Antara tulang yang satu dengan tulang yang lain dikaitkan dengan perantaraan ligamen.

1.1.3

Jenis Fraktur 1. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran. 2. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang 3. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit 4. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. 5. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak. 6. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang 7. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen 8. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam

9. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang) 10. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.

1.1.4

Etiologi 1. Trauma 2. Gerakan pintir mendadak 3. Kontraksi otot ekstem 4. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

1.1.5

Manifestasi Klinis 1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema 2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah 3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur 4. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya 5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

1.1.6

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya 2. Pemeriksaan jumlah darah lengkap 3. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

4. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

1.1.7

Penatalaksanaan

1. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmenfragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula. 2. Imobilisasi fraktur Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna 1. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk

meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah

1.1.8

Komplikasi a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan 1.2.1 Pengkajian 1) Pengkajian primer a. Airway Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk b. Breathing Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi c. Circulation TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut 2) Pengkajian sekunder a. Aktivitas/istirahat Kehilangan Fungsi Pada Bagian Yang terkena Keterbatasan mobilitas

b. Sirkulasi Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas) Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah) Tachikardi Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera

Cailary refil melambat Pucat pada bagian yang terkena Masa hematoma pada sisi cedera

c. Neurosensori Kesemutan Deformitas, krepitasi, pemendekan kelemahan

d. Kenyamanan nyeri tiba-tiba saat cidera spasme/ kram otot

e. Keamanan laserasi kulit perdarahan perubahan warna pembengkakan lokal

1.2.2

Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi

1) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler Nanda : Impaired Physical Mobility Kriteria : NOC (Nursing Outcome): Pasien mampu Menunjukan tingkat mobilitas, ditandai dengan indicator :1-5 : 1. Ketergantungan,

2.

Membutuhkan bantuan orang lain dan alat,

3. Membutuhkan bantuan orang lain, 4. Mandiri dengan pertolongan alat bantu, 5. Mandiri penih Intervensi : NIC Perubahan Posisi : Ajarkan Pasien bagaiman menggunakan postur dan mekanika tubuh yang benar saat melakukan aktivitas Pantau ketepatan pemasangan traksi Atur posisi pasien dengan postur tubuh yang benar Letakan pada posisi terapeutik (missal : hindari penempatan punting amputasi pada posisi fleksi; tinggikan bagian tubuh tang terkena, jika diperlukan; imobilisasi atau sangga bagian tubuh yang terkena, jika diperlukan Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal setiap dua jam berdasarkan jadwal spesifik Letakan tombol pengubah posisi tempat tidur dan lampu pemanggil dalam jangkauan pasien Dukung latihan ROM aktif

2) Nyeri sehubungan dengan spasme tot , pergeseran fragmen tulang NANDA : Acute Pain Kriteria NOC Pasien menunjukan tingkat nyeri, dibuktikan dengan indicator :

Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah Posisi tubuh melindungi Kegelisahan atau ketegangan otot Perubahan dalam kecepatan pernapasan, denyut jantung atau tekanan darah

Dengan Nilai : 1. Eksterm, 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada Intervensi : NIC Penatalaksanaan Nyeri : Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan factor presipitasinya Observasi isyarat ketidaknyamanan nonverbal, khsusnya pada mereka yang tidak mampu mengkomunikasikannya secara efektif Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi berat Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya: relaksasi, imajinasi terbimbing, kompres hangat dan dingin, dan massase)

-

Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri

-

Libatkan pasien dalam modalitas pengurangan nyeri, jika memungkinkan

-

Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respons pasien terhadap kenyamanan (misalnya : suhu, ruangan, cahaya dan kegaduhan)

3) Kerusakan integritas jaringan sehubungan dengan fraktur terbuka , bedah perbaikan NANDA : Impaired tissue integrity Kriteria NOC Pasien menunjukan Integritas jaringan, ditandai dengan indicator : Tidak ada ketebalan jaringan dalam batas yang diharapkan Adanya perfusi jaringan

Dengan Skor : 1. Ekstrem 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada Intervensi : NIC Perawatan Luka Inspeksi luka pada setiap pengantian balutan, catat:

1) Lokasi, luas dan kedalaman luka 2) Karakteristik sertaadanya eksudat, termasuk kekentalan, warna dan bau 3) Ada atau tidaknya granulasi/epitelisasi 4) Ada atau tidaknya jarinagn nekrotik, jelaskan warna dan bau 5) Ada tidaknya tanda-tanda infeksi luka local (misalnya, nyeri palpasi, edem, pruritis, indurasi, hangat, bau busuk, eskar dan eksudat) 6) Ada atau tidaknya undermining dan pembentukan saluran sinus Ajarkan pasien.anggota keluarga tentang prosedur perawatan luka Buang debris dan bekas plester yang merekat Bersihkan dengan sabun antispetik, jika diperlukan Tempatkan area yang terkena pada bak khusus jika diperlukan Lakukan perawatan pada tempat masuknya infuse jika diperlukan Lakukan pemijatan disekitar luka untuk merangsang sirkulasi Berikan perawatan ulkus kulit, jika diperlukan Posisika untuk menghindari ketegangan pada luka, jika diperlukan

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Data Demografi A. Biodata - Nama Usia Jenis kelamin Alamat Suku / bangsa Status pernikahan Agama / keyakinan Pekerjaan Diagnosa medik : Tn. I.L : 30 thn : Laki-laki : Karame Lk. VI : Sanger / Indonesia : Kawin : Islam : Swasta : Fr. Cruris 1/3 tengah sinstra Terbuka : : 02/10/2011 00.49wita jam

-

No. medical record Tanggal masuk

-

Tanggal pengkajian Therapy medik Cefixime 2x100mg Antrain 3x1 tab Ranitidin 2x1 tab Hi-Bone 1x1tab

: :

B. Penanggung jawab - Nama Usia Jenis kelamin Pekerjaan / sumber penghasilan

: Ny. S. P : 31 thn : Perempuan : IRT

-

Hubungan dengan klien

: Istri

3.2 Keluhan Utama Nyeri luka 3.3 Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Kesehatan penyakit sekarang Nyeri akibat fraktur cruris terbuka dialami klien sejak kurang lebih 1 hari sebelum pengkajian. Awalnya klien hendak menyebrang jalan, namun tiba-tiba ada motor menabrak kaki klien 2) Riwayat kesehatan dahulu Sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit yang mengharuskan klien untuk di rawat di Rumah Sakit

3.4 Pengkajian Gordon 1) Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat DS : Klien menyatakan bahwa belum pernah mengalami kejadian seperti ini

sebelumnya, dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit kronis, kebiasaan berobat di Puskesmas terdekat

DO :

Kesadaran CM, Penampilan klien sesuai dengan usia, sementara terpasang spalk pada region cruris sinsitra

2) Pola nutrisi metabolik DS : Tipe makanan yang dikonsumsi sehari-hari adalah nasi, ikan dan sayur, buahbuahan jarang, tidak ada diit tertentu yang dijalani klien, tidak ada kesulitan mengunyah, nafsu makan tidak menurun DO: Klien tampak sedang, tidak ada penuruan BB. Mukosa tampak lembab, warna merah muda. Kondisi gigi baik, tidak ada masalah gusi, integrtias kulit baik, SB 36,7oC 3) Pola eliminasi DS : Frekwensi BAB menurut klien adalah 2 kali sehari, konsistensi padat, tidak keras. Sedangkan BAK tidak ada kesulitan, tidak ada riwayat penggunaan obat pencahar DO :BU : 10-12x/mnt, Flatus (+), tidak ada distensi abdomen

4) Pola aktivitas latihanDS : Sebelum sakit, Klien sehari-hari bekerja sebagai seorang karyawan swasta, tidak ada masalah jika berkativitas, kemampuan untuk melaksankan aktivtas sehari-hari antara lain Makan, mandi, toileting dan mobilitas dilakukan mandiri, setelah sakit klien membutuhkan orang lain untuk melaksanakan aktivtas kebutuhan sehari-hari terutam dalam pemenuhan kebutuhan Eliminas (BAB/BAK)

DO : Tingkat Ketergantungan Makan : 4 Mandi : 2 Berpakaian :3 Toileting : 1 KO : 5/5, 5/3

5) Pola tidur dan istirahatDS : Klien menyatakan sebalum sakit biasanya klien tidur siang selama 2 jam dan tidur malam pukul 10.00 dan bangun pagi pukul 08.00, jumlah jam tidur / 24 jam = 10 jam /hari, setelah sakit klien tidak dapat tidur dengan nyenyak karena merasa nyeri luka DO : Kesadaran CM, klien tampak gelisah, ekspresi wajah tampak meringis

6) Pola kognitif perseptual keadekuatan alat sensoriDS : Klien mengeluh merasa nyeri luka pada kaki kiri, biasanya nyeri menghebat ketika klien melakukan ambulasi. Orientasi Tempat, waktu dan orang baik DO : Oorientasi ; waktu, tempat, orang tidak ada masalah, Tingkat kesadaran : CM, Ekspresi wajah meringis

7) Pola persepsi-konsep diri DS :Klien menyatakan tidak dapat menerima keadaan dirinya seperti ini, klien merasa terpengaruh dengan keadaan seperti ini sehingga klien tidak mau di operasi DO : Kontak mata waktu anamnesa (+), perhatian (+), Intensitas bicara tampak tidak terlalu tegang

8) Pola peran dan tanggung jawab DS : Klien tinggal bersama istri dan anak, klien berperan sebagai ayah sekaligus penghasil uang, dengan pekerjaan sebagai seorang pegawai swasta, Klien menyatakan dengan keadaan seperti ini klien tidak dapat melakukan pekerjaan yang biasa dilakukannya sehari-hari DO : Hubungan klien dengan istri tampak mesra, ditunjukan dengan partisipasi istri waktu pekngkajian, sama-sama memberikan respons jawaban 9) Pola seksual reproduksi DS : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan seksual DO : Klien memiliki seorang anak, komunikasi dengan istri terjalin baik

10) Pola koping dan toleransi stress DO : Klien mengatakan cemas terhadap, kondisi lukanya DS : Ekspresi wajah tampak meringis, klien terfokus pada luka 11) Pola nilai dan keyakinan DS : Klien mengatakan sebelum sakit klien rajin melaksanakan kegiatan agama DO : Klien sering berdoa memohon kesembuhan

3.5 Pemeriksaan Fisik 1. Keluhan yang dirasakan saat ini Nyeri pada kaki kiri 2. Keadaan Umum 3. Vital Sign a. Tekanan darah b. Nadi c. Suhu badan d. Respirasi : Klien tampak meringis, nyeri pada kaki kiri. : : 120/80 mmHg. : 80 X/m : 36.5 0 C : 20 X/m

4. Kepala a. Rambut

: : Lurus, warna hitam, tampak bersih. Hematoma regio Frontalis Dextra ukuan 3x2 cm, luka lecet ukuran 1x1 cm

b.

Mata

: Conjunctiva

tidak pucat, sklera putih, pupil bulat

isokor, RC : +/+. c. Telinga : Simetris, bersih, pendengaran baik

d. 5. 6.

Hidung

: luka lecet ukuran 1x1,5 cm . : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : simetris kiri dan kanan,

Leher Thorax a. Inspeksi

type pernapasan : Bronchovesiculer. b. Palpasi c. Perkusi d. Auskultasi : tidak terdapat benjolan : bunyi sonor : Lobus kiri atas terdengar mengi/wheezing +,

Ronchi +, tidak terdapat bunyi jantung tambahan. 7. Abdomen a. Inspeksi b. Palpasi c. Perkusi d. Auskultasi 8. Inguinal/ Genitalia 9. Extremitas a. Atas b. Bawah : : Cembung : Nyeri tekan tidak ada. : Bunyi timpani. : Bunyi normal. : Tidak ada kelainan. : : Tangan kanan Rentang gerak kuat Tangan kiri : Inferior : Regio Cruris 1/3 tengah Sin terdapat luka

terbuka ukran 5x3cm tepi tidak rata, perdarahn aktif (-), bone expose (+) 3.6 Klasifikasi data Data Subjektif : Membutuhkan orang lain untuk melaksanakan aktivtas pemenuhan kebutuhan Eliminasi (BAB/BAK) Tidak Dapat Tidur Dengan Nyenyak Karena Merasa Nyeri Luka Klien mengeluh merasa nyeri luka pada kaki kiri, biasanya nyeri menghebat ketika klien melakukan ambulasi. Klien mengatakan cemas terhadap, kondisi lukanya

Data Objektif : Klien tampak meringis, nyeri pada kaki kiri. Klien tampak gelisah, Klien Terfokus Pada Luka Tingkat Ketergantungan : Berpakaian :3 Toileting : 1 Hematoma regio Frontalis Dextra ukuan 3x2 cm, luka lecet ukuran 1x1 cm, Hidung terdapat luka lecet ukuran 1x1,5 cm ExtremitasInferior : Regio Cruris 1/3 tengah Sin terdapat luka terbuka ukran 5x3cm tepi tidak rata, perdarahn aktif (-), bone expose (+)

3.7 Analisa data No 1 Data Penyebab DS : Trauma Klien mengeluh merasa langsung, tidak nyeri luka pada kaki langsung, kondisi patologis kiri, biasanya nyeri menghebat ketika klien Fraktur melakukan ambulasi. Diskontuinitas DO : tulang Klien tampak meringis, nyeri pada kaki kiri. Pergeseran fragmen tulang ExtremitasInferior : Regio Cruris 1/3 Nyeri tengah Sin terdapat luka terbuka ukran 5x3cm tepi tidak rata, perdarahn aktif (-), bone expose (+) Masalah Nyeri

2.

DS : Klien mengeluh merasa nyeri luka DO : Hematoma regio Frontalis Dextra ukuan 3x2 cm, luka lecet ukuran 1x1 cm, Hidung terdapat luka lecet ukuran 1x1,5 cm ExtremitasInferior : Regio Cruris 1/3 tengah Sin terdapat luka terbuka ukran 5x3cm tepi tidak rata, perdarahn aktif (-), bone expose (+)

Fraktur Diskontuinitas tulang Pergeseran fragmen tulang Perubahan jaringan sekitar Laserasi Kulit Integritas kulit terganggu

Kerusakan Integritas kulit

3

DS : Membutuhkan orang lain untuk melaksanakan aktivtas pemenuhan kebutuhan Eliminasi (BAB/BAK) Tidak Dapat Tidur Dengan Nyenyak Karena Merasa Nyeri Luka DO : Klien tampak gelisah, Klien Terfokus Pada Luka Tingkat Ketergantungan : Berpakaian :3 Toileting : 1

Fraktur Diskontuinitas tulang Pergeseran fragmen tulang Perubahan jaringan sekitar Pergeseran fragmen tulang Deformitas Ggn fungsi Mobilitas terbatas

Kerusakan mobilitas fisik

3.8

Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (patah tulang terbuka) yang ditandai dengan DS : Klien mengeluh merasa nyeri luka pada kaki kiri, biasanya nyeri menghebat ketika klien melakukan ambulasi. DO : Klien tampak meringis, nyeri pada kaki kiri. ExtremitasInferior : Regio Cruris 1/3 tengah Sin terdapat luka terbuka ukran 5x3cm tepi tidak rata, perdarahn aktif (-), bone expose (+)

2) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka yang ditandai dengan DS : Klien mengeluh merasa nyeri luka DO : Hematoma regio Frontalis Dextra ukuan 3x2 cm, luka lecet ukuran 1x1 cm, Hidung terdapat luka lecet ukuran 1x1,5 cm ExtremitasInferior : Regio Cruris 1/3 tengah Sin terdapat luka terbuka ukran 5x3cm tepi tidak rata, perdarahn aktif (-), bone expose (+) 3) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, ketidaknyamanan yang ditandai dengan

DS : Membutuhkan orang lain untuk melaksanakan aktivtas pemenuhan kebutuhan Eliminasi (BAB/BAK) Tidak Dapat Tidur Dengan Nyenyak Karena Merasa Nyeri Luka

DO : Klien tampak gelisah, Klien Terfokus Pada Luka Tingkat Ketergantungan : Berpakaian :3 Toileting : 1

DAFTAR PUSTAKA 1. Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC 2. Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC 3. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC

4. Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC