askep amputasi

67
ASKEP AMPUTASI A. Pengertian Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh. B. Etiologi Indikasi utama bedah amputasi adalah karena : 1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus. 2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan kongenital. C. Patofisiologi Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode : 1. Metode terbuka (guillotine amputasi). Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi. 2. Metode tertutup (flap amputasi) Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang diamputasi. 3. Tidak semua amputasi dioperasi dengan terencana, klasifikasi yang lain adalah karena trauma amputasi. D. Tingkatan Amputasi 1. Ekstremitas atas Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan. 3. Ekstremitas bawah Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya. Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu : a. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).

Upload: gysha-puna-temud

Post on 27-Oct-2015

259 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP AMPUTASI

ASKEP AMPUTASIA. Pengertian

Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh.B. Etiologi

Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien

dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus.2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti

terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan kongenital.

C. PatofisiologiDilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode :1. Metode terbuka (guillotine amputasi).

Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.

2. Metode tertutup (flap amputasi)Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang diamputasi.

3. Tidak semua amputasi dioperasi dengan terencana, klasifikasi yang lain adalah karena trauma amputasi.

D. Tingkatan Amputasi1. Ekstremitas atas

Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.

3. Ekstremitas bawahAmputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu :a. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).

Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan inschemic limb.

b. Amputasi diatas lututAmputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer.

3. Nekrosis. Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.

4. Kontraktur. Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan.

5. Neuroma. Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga melengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot.

Page 2: ASKEP AMPUTASI

6. Phantom sensation. Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.

E. Penatalaksanaan AmputasiAmputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi.Ada 2 cara perawatan post amputasi yaitu :1. Rigid dressing

Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri.Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7 – 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu, setelah stump sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program perawatan. Rigid dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi lokal atau sistemik.

2. Soft dressingYaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.

F. Dampak Masalah Terhadap Sistem Tubuh.Adapun pengaruhnya meliputi :1. Kecepatan metabolism

Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal.

2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolitAdanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan

Page 3: ASKEP AMPUTASI

rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.

3. Sistem respirasia. Penurunan kapasitas paru

Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.

b. Perubahan perfusi setempatDalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.

c. Mekanisme batuk tidak efektifAkibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.

4. Sistem Kardiovaskulera. Peningkatan denyut nadi

Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.

b. Penurunan cardiac reserveDibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.

c. Orthostatik HipotensiPada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.

5. Sistem Muskuloskeletala. Penurunan kekuatan otot

Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.

b. Atropi ototKarena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.

c. Kontraktur sendiKombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.

d. OsteoporosisTerjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.

6. Sistem Pencernaana. Anoreksia

Page 4: ASKEP AMPUTASI

Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.

b. KonstipasiMeningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar.

7. Sistem perkemihanDalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan :- Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.- Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan

dapat menyebabkan ISK.8. Sistem integument

Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

G. Diagnosa KeperawatanUntuk klien dengan amputasi diagnosa keperawatan yang lazim terjadi adalah :1. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh.2. Gangguan konsep diri ; body image berhubungan dengan perubahan fisik.3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

tulang dan otot.4. Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya

kemampuan dalam merawat diri.5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.6. Potensial kontraktur berhubungan dengan immobilisasi.7. Potensial infeksi berhubungan dengan adanya luka yang terbuka.

H. Perencanaan1. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh.

a. Tujuan :· Jangka Panjang : Mobilisasi fisik terpenuhi.· Jangka Pendek :

- Klien dapat menggerakkan anggota tubuhnya yang lainnya yang masih ada.- Klien dapat merubah posisi dari posisi tidur ke posisi duduk.- ROM, tonus dan kekuatan otot terpelihara.- Klien dapat melakukan ambulasi.

b. Intervensi :1.) Kaji ketidakmampuan bergerak klien yang diakibatkan oleh prosedur pengobatan

dan catat persepsi klien terhadap immobilisasi.Rasional : Dengan mengetahui derajat ketidakmampuan bergerak klien dan

persepsi klien terhadap immobilisasi akan dapat menemukan aktivitas mana saja yang perlu dilakukan.

2.) Latih klien untuk menggerakkan anggota badan yang masih ada.

Page 5: ASKEP AMPUTASI

Rasional : Pergerakan dapat meningkatkan aliran darah ke otot, memelihara pergerakan sendi dan mencegah kontraktur, atropi.

3.) Tingkatkan ambulasi klien seperti mengajarkan menggunakan tongkat dan kursi roda.Rasional : Dengan ambulasi demikian klien dapat mengenal dan menggunakan

alat-alat yang perlu digunakan oleh klien dan juga untuk memenuhi aktivitas klien.

4.) Ganti posisi klien setiap 3 – 4 jam secara periodikRasional : Pergantian posisi setiap 3 – 4 jam dapat mencegah terjadinya

kontraktur.5.) Bantu klien mengganti posisi dari tidur ke duduk dan turun dari tempat tidur.

Rasional : Membantu klien untuk meningkatkan kemampuan dalam duduk dan turun dari tempat tidur.

2. Gangguan konsep diri ; body image berhubungan dengan perubahan fisik.a. Tujuan :

· Jangka Panjang : Klien dapat menerima keadaan fisiknya.· Jangka Pendek :

- Klien dapat meningkatkan body image dan harga dirinya.- Klien dapat berperan serta aktif selama rehabilitasi dan self care.

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot.a. Tujuan :

· Jangka Panjang : Nyeri berkurang atau hilang· Jangka Pendek :

- Ekspresi wajah klien tidak meringis kesakitan- Klien menyatakan nyerinya berkurang- Klien mampu beraktivitas tanpa mengeluh nyeri.

b. Intervensi :1.) Tinggikan posisi stump

Rasional : Posisi stump lebih tinggi akan meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema dan nyeri.

2.) Evaluasi derajat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan intensitasnya, catat perubahan tanda-tanda vital dan emosi.Rasional : Merupakan intervensi monitoring yang efektif. Tingkat kegelisahan

mempengaruhi persepsi reaksi nyeri.3.) Berikan teknik penanganan stress seperti relaksasi, latihan nafas dalam atau

massase dan distraksi.Rasional : Distraksi untuk mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri karena

perhatian klien dialihkan pada hal-hal lain, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan pada otot yang menurunkan rangsang nyeri pada saraf-saraf nyeri.

4.) Kolaborasi pemberian analgetikRasional : Analgetik dapat meningkatkan ambang nyeri pada pusat nyeri di otak

atau dapat membloking rangsang nyeri sehingga tidak sampai ke susunan saraf pusat.

Page 6: ASKEP AMPUTASI

4. Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya kemampuan dalam merawat diri.a. Tujuan :

· Jangka Panjang : Klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.· Jangka Pendek :

- Tubuh, mulut dan gigi bersih serta tidak berbau.- Kuku pendek dan bersih.- Rambut bersih dan rapih- Pakaian, tempat tidur dan meja klien bersih dan rapih.- Klien mengatakan merasa nyaman.

b. Intervensi :1.) Bantu klien dalam hal mandi dan gosok gigi dengan cara mendekatkan alat-alat

mandi, dan menyediakan air di pinggirnya, jika klien mampu.Rasional : Dengan menyediakan air dan mendekatkan alat-alat mandi maka

akan mendorong kemandirian klien dalam hal perawatan dan melakukan aktivitas.

2.) Bantu klien dalam mencuci rambut dan potong kuku.Rasional : Dengan membantu klien dalam mencuci rambut dan memotong kuku

maka kebersihan rambut dan kuku terpenuhi.3.) Anjurkan klien untuk senantiasa merapikan rambut dan mengganti pakaiannya

setiap hari.Rasional : Dengan membersihkan dan merapihkan lingkungan akan

memberikan rasa nyaman klien.5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.

a. Tujuan :· Jangka Panjang : Klien dapat sembuh tanpa komplikasi seperti infeksi.· Jangka Pendek :

- Kulit bersih dan kelembaban cukup.- Kulit tidak berwarna merah.- Kulit pada bokong tidak terasa ngilu.

b. Intervensi :1.) Kerjasama dengan keluarga untuk selalu menyediakan sabun mandi saat mandi.

Rasional : Sabun mengandung antiseptik yang dapat menghilangkan kuman dan kotoran pada kulit sehingga kulit bersih dan tetap lembab.

2.) Pelihara kebersihan dan kerapihan alat tenun setiap hari.Rasional : Alat tenun yang bersih dan rapih mengurangi resiko kerusakan kulit

dan mencegah masuknya mikroorganisme.3.) Anjurkan pada klien untuk merubah posisi tidurnya setiap 3 – 4 jam sekali

Rasional : Untuk mencegah penekanan yang terlalu lama yang dapat menyebabkan iritasi.

6. Resiko tinggi terhadap kontraktur berhubungan dengan immobilisasi.a. Tujuan :

· Jangka Panjang : Kontraktur tidak terjadi.· Jangka Pendek :

- Klien dapat melakukan latihan rentang gerak.- Setiap persendian dapat digerakkan dengan baik.

Page 7: ASKEP AMPUTASI

- Tidak terjadi tanda-tanda kontraktur seperti kaku pada persendian.b. Intervensi :

1.) Pertahankan peningkatan kontinyu dari puntung selama 24 – 48 jam sesuai pesanan. Jangan menekuk lutut, tempat tidur atau menempatkan bantal dibawah sisa tungkai, tinggikan kaku tempat tidur melalui blok untuk meninggikan puntung.Rasional : Peninggian menurunkan edema dan menurunkan resiko kontraktur

fleksi dari panggul.2.) Tempatkan klien pada posisi telungkup selama 30 menit 3 – 4 kali setiap hari

setelah periode yang ditentukan dari peninggian kontinyu.Rasional : Otot normalnya berkontraksi waktu dipotong. Posisi telungkup

membantu mempertahankan tungkai sisa pada ekstensi penuh.3.) Tempatkan rol trokanter disamping paha untuk mempertahankan tungkai

adduksi.Rasional : Kontraktur adduksi dapat terjadi karena otot fleksor lebih kuat dari

pada otot ekstensor.4.) Mulai latihan rentang gerak pada puntung 2 – 3 kali sehari mulai pada hari

pertama pasca operasi. Konsul terapist fisik untuk latihan yang tepat.Rasional : Latihan rentang gerak membantu mempertahankan fleksibilitas dan

tonus otot.7. Potensial infeksi berhubungan dengan adanya luka yang terbuka.

a. Tujuan :· Jangka Panjang : Infeksi tidak terjadi· Jangka Pendek :

- Luka bersih dan kering- Daerah sekitar luka tidak kemerahan dan tidak bengkak.- Tanda-tanda vital normal- Nilai leukosit normal (5000 – 10.000/mm3)

b. Intervensi :1.) Observasi keadaan luka

Rasional : Untuk memonitor bila ada tanda-tanda infeksi sehingga akan cepat ditanggulangi.

2.) Gunakan teknik aseptik dan antiseptik dalam melakukan setiap tindakan keperawatanRasional : Tehnik aseptik dan antiseptik untuk mencegah pertumbuhan atau

membunuh kuman sehingga infeksi tidak terjadi.3.) Ganti balutan 2 kali sehari dengan alat yang steril.

Rasional : Mengganti balutan untuk menjaga agar luka tetap bersih dan dengan menggunakan peralatan yang steril agar luka tidak terkontaminasi oleh kuman dari luar.

4.) Monitor LEDRasional : Memonitor LED untuk mengetahui adanya leukositosis yang

merupakan tanda-tanda infeksi.5.) Monitor tanda-tanda vital

Rasional : Peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi dan penurunan tekanan darah merupakan salah satu terjadinya infeksi

Page 8: ASKEP AMPUTASI

ASKEP GANGGUAN MUSKULOSKLETAL PADA KLIEN AMPUTASIA.    Definisi

Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.  Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

B.     EtiologiSebab-sebab dilakukannya amputasi adalah sebagai berikut :1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.6. Deformitas organ.

C.    Klasifikasi1. Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

a.       Amputasi Selektif/TerencanaAmputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan

yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.

b.      Amputasi akibat traumaMerupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.

Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.

c.       Amputasi daruratKegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan

tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

2. Jenis amputasi yang dikenal adalah :a.       Amputasi terbuka.

Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.

b.      Amputasi tertutup.Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat

skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).

Page 9: ASKEP AMPUTASI

Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.

D.    Tingkatan Amputasi1.      Ekstremitas atas

Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.

2.      Ekstremitas bawahAmputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki

yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak

amputasi yaitu :a.       Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).

Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan inschemic limb.

b.      Amputasi diatas lututAmputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit

vaskuler perifer.E.     Dampak Atau Masalah Terhadap Sistem Tubuh

Adapun pengaruhnya meliputi :1.      Kecepatan metabolisme

Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal.

2.      Ketidakseimbangan cairan dan elektrolitAdanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari

anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.

3.      Sistem respirasia.       Penurunan kapasitas paru

Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.

b.      Perubahan perfusi setempatDalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi

dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.

c.       Mekanisme batuk tidak efektifAkibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi

mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.4.      Sistem Kardiovaskulera.       Peningkatan denyut nadi

Page 10: ASKEP AMPUTASI

Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.

b.      Penurunan cardiac reserveDibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu

pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.c.       Orthostatik Hipotensi

Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.

5.      Sistem Muskuloskeletala.       Penurunan kekuatan otot

Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.

b.      Atropi ototKarena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi

persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.c.       Kontraktur sendi

Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.

d.      OsteoporosisTerjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan

anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.6.      Sistem Pencernaana.       Anoreksia

Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.

b.      KonstipasiMeningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus

menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar.

7.      Sistem perkemihanDalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam

keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan:

a.       Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.b.      Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat

menyebabkan ISK.8.      Sistem integument

Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini

Page 11: ASKEP AMPUTASI

dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

F.     Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan tergantung pada kondisi dasar perlunya amputasi dan digunakan untuk

menentukan tingkat yang terjadi untuk amputasi1.      Foto rontgen : mengidentifikasi abnormalitas tulang2.      CT Scan : mengidentifikasi lesi neoplastik, asteomelis, pembentukan hematoma.3.      Aggiografi dan pemeriksaan aliran darah : mengevaluasi perubahan sirkulasi/perfusi jaringan

dan membantu memperkira kan potensial penyembuhan jaringan setelah amputasi.G.    Indikasi dan Kontraindikasi 1.      Indikasia.       Rekuren lokal dari tumor primer high grade tana tanda metastasis.b.      Keterlibatan vaskuler utama.c.       Keterlibatan saraf utama.d.      Kontaminasi jaringan lunak yang luas saat eksisi dengan perdarahan yang banyak.e.       Fraktur patologis.f.       Infeksi.g.      Sarkoma high grade2.      Kontra Indikasi

Kondisi umum yang buruk, sarkoma dengan metastasis (relatif)3.      Tehnik Operasia.      Amputasi Atas Lutut1)      Pasien terlentang.2)      Kulit ditandai dengan marker untuk garis insisi dan pemotongan tulang diatas lutut. Garis insisi

berbentuk mulut ikan dengan puncak pada sisi medial dan lateral paha. Batas osteotomi juga ditandai sebelum insisi.

3)      Dilakukan diseksi dan pemotongan kulit, fasia superfisal (tan jaringan subkutan secara vertikal dari tepi insisi. Kemudian bergerak miring sesuai arch garis insisi menuju puncak irisan sampai tulang.Pembuluh darah besar diligasi . Nervus ditarik keluar dari jaringan sekitarnya kira-kira 2 cm, diligasi dua kali dengan benang monofilamen nonabsorbable dan dipotong dengan pisau serta dibiarkan masuk kembali ke jaringan sekitarnya.

4)      Kauter digunakan untuk membuka periosteum, kemudian dilakukan osteotomi dengan gergaji Gigh, dan tepi tulang di kikir untuk menghilangkan tepi tajam.

5)      Dilakukan myodesis dua lapis dengan menjahitkan otot-otot menutupi ujung tulang. Quadriseps dan hamstring dijahitkan satu sama lain untuk menutupi tulang. Adduktor ditendodesis dengan otot di ujung femur. Tahap ini penting agar kekuatan dan kestabilan femur tetap terjaga.

6)      Subkutis dan kulit ditutup lapos demi lapis dan dipasang drain.7)      Dilakukan balutan ketat dan dipasang sarung stump diujung stumpb.      Amputasi Bawah Lutut1)      Pasien terlentang2)      Kulit ditandai dengan marker untuk garis insisi dan pemotongan tulang dibawah lutut. Garis

insisi berbentuk mulut ikan dengan puncak pada sisi medial dan lateral paha. Batas osteotomi juga ditandai sebelum insisi. Semakin panjang stump yang ditinggalkan, semakin baik hasil fungsionalnya

Page 12: ASKEP AMPUTASI

3)      Dilakukan diseksi dan pemotongan kulit, fasia superfisal dan jaringan subkutan secara vertikal dari tepi insisi. Kemudian bergerak miring sesuai arch garis insisi menuju puncak irisan sampai tulang.Pembuluh darah besar diligasi . Nervus ditarik keluar dari jaringan sekitarnya kira-kira 2 cm, diligasi dua kali dengan benang monofilamen nonabsorbable dan dipotong dengan pisau Bertadibiarkan masuk kembali ke jaringan sekitarnya.

4)      Kauter digunakan untuk membuka periosteum, kemudian dilakukan osteotomi dengan gergaji Gigli, dan tepi tulang di kikir untuk menghilangkan tepi tajam. . Minimal 5 cm tibia diperlukan untuk fungsi dan pemasangan prostesis. Fibula selalu dipotong lebih pendek dari tibia.

5)      Dilakukan myodesis dua lapis dengan menjahitkan otot-otot menutupi ujung tulang.6)      Subkutis dan kulit ditutup lapos demi lapis dan dipasang drain.7)      Dilakukan balutan ketat dan dipasang sarung stump diujung stumpH.    Komplikasi 1.      Perdarahan

Bila hemostasis tidak baik, dapat terjadi perdarahan di daerah operasi. Pada insisional biopsi tumor, mudah terjadi perdarahan. Bila perdarahan merembes dan tidak dapat dijahit (jaringan rapuh), dilakukan penekanan dan balut tekan diatas titik perdarahan

2.      InfeksiInfeksi dapat muncul bila tehnik aseptik tidak dilaksanakan dengan tepat, atau sudah ada

infeksi di daerah yang di biopsiI.       Penatalaksanaan

Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi. Ada dua cara perawatan post amputasi yaitu :

1.      Amputasi rigid dressing Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada

waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri.

Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7 – 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu, setelah stump sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program perawatan. Rigid dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi lokal atau sistemik.

2.      Soft dressingYaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril

yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.

Page 13: ASKEP AMPUTASI

BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH

MUSKULUSKELETAL “AMPUTASI”Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu

pada tahap preoperatif, tahap intra operatif, dan pada tahap postoperatif.A.    Preoperatif

Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.

Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan dengan kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.

1.      Pengkajiana.      Pengkajian Riwayat Kesehatan

Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.

b.      Pengkajian FisikPengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara

utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.

Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :SISTEM TUBUH KEGIATAN

Integumen :Kulit secara umum.Lokasi amputasi

Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.

Sistem Cardiovaskuler :Cardiac reservePembuluh darah

Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.

Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.

Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.Memonitor intake dan output cairan.

Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.

Page 14: ASKEP AMPUTASI

Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

c.       Pengkajian Psikologis, Sosial, SpiritualDisamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi

psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.

Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.

Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.

Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. Asuhan keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini.

d.      LaboratorikTindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui

pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung.

2.      Diagnosa Keperawatan dan PerencanaanDari pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang dapat timbul

antara lain :a.       Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.

Karakteristik penentu :1)      Mengungkapkan rasa tajut akan pembedahan.2)      Menyatakan kurang pemahaman.3)      Meminta informasi.

Tujuan : Kecemasan pada klien berkurang.Kriteria evaluasi :

1)      Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.2) Mengungkapkan pemahaman tentang operasi.

INTERVENSI RASIONALMemberikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral.

Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya.

Secara psikologis meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya.

Meningkatkan/memperbaiki pengetahuan/ persepsi klien.

Meningkatkan rasa aman dan

Page 15: ASKEP AMPUTASI

Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien.

memungkinkan klien melakukan komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat.

b.      Berduka yang  antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat amputasi.

Karakteristik penentu :1)      Mengungkapkan rasa takut kehilangan kemandirian.2)      Takut kecacatan.3)      Rendah diri, menarik diri.

Tujuan : Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra diri.

Kriteria evaluasi :1)      Mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.2) Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yang baru.

INTERVENSI RASIONALAnjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup.

Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan amputasi.

Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah.

Fasilitasi untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam penerimaan terhadap situasi amputasi.

Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental.

Membantu klien mengapai penerimaan terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi.

Meningkatkan dukungan mental.

Strategi untuk meningkatkan adaptasi terhadap perubahan citra diri.

Selain masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan preoperatif antara lain :

1)      Mengatasi nyeria)      Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatsi nyeri.b)      Menginformasikan tersdianya obat untuk mengatasi nyeri.c)      Menerangkan pada klien bahwa klien akan “merasakan” adanya kaki untuk beberapa waktu

lamanya, sensasi ini membantu dalam menggunakan kaki protese atau ketika belajar mengenakan kaki protese.

2)      Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektifa)      Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap 1 – 2 jam untuk mencegah

kontraktur.

Page 16: ASKEP AMPUTASI

b)      Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki ( yang sehat ), perut dan dada sebagai persiapan untuk penggunaan alat penyangga/kruk.

c)      Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ambulasi preoperasi, untuk membantu meningkatkan kemampuan mobilitas posoperasi, memprtahankan fungsi dan kemampuan dari organ tubuh lain.

3)      Mempersiapkan kebutuhan untuk penyembuhana)      Mengklarifikasi rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada tim bedah.b)      Meyakinkan bahwa klien mendapatkan protese/alat bantu  ( karena tidak semua klien yang

mengalami operasi amputasi mendapatkan protese seperti pada penyakit DM, penyakit jantung, CVA, infeksi, dan penyakit vaskuler perifer, luka yang terbuka ).

c)      Semangati klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan protese.d)     Ajarkan tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam.B.     Intra Operatif

Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klie. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.

Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif.

C.     Post Operatif1.      Pengkajian

Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa.

Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.

Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah.

Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.

Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.

Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.

2.      Diagnosa keperawatan dan Perencanaan :a         Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi

Page 17: ASKEP AMPUTASI

Karakteristik penentu :1)      Menyatakan nyeri.2)      Merintih, meringis.

Tujuan : nyeri hilang / berkurang.Kriteria evaluasi :

1)   Menyatakan nyeri hilang.2) Ekspresi wajah rileks.

INTERVENSI RASIONALEvaluasi nyeri : berasal dari sensasi panthom limb atau dari luka insisi. Bila terjadi nyeri panthom limb

Beri analgesik ( kolaboratif ).

Ajarkan klien memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada handuk dan menarik handuk dengan berlahan.

Sensasi panthom limb memerlukan waktu yang lama untuk sembuh daripada nyeri akibat insisi.Klien sering bingung membedakan nyeri insisi dengan nyeri panthom limb.

Untuk menghilangkan nyeri

Mengurangi nyeri akibat nyeri panthom limb

b        Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasiKarakteristik penentu :

1)      Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh.2)      Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya.3)      Depresi.

Tujuan : Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.Kriteria evaluasi :

1)      Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.2) Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.

INTERVENSI RASIONALValidasi masalah yang dialami klien.

Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung menggunakan putung :-  Perawatan luka.-  Mandi.-  Menggunakan pakaian.

Berikan dukungan moral.

Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri.

Meninjau perkembangan klien.

Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh.

Meningkatkan status mental klien.

Memfasilitasi penerimaan terhadap diri.

Page 18: ASKEP AMPUTASI

c         Resiko tinggi terhadap komplikasi : Infeksi, hemorragi, kontraktur, emboli lemak berhubungan dengan amputasi

Karakteristik penentu :      Terdapat tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.      Tujuan : tidak terjadi komplikasi. Kriteria evaluasi : tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.

INTERVENSI RASIONALInfeksiLakukan perawatan luka adekuat. Mencegah terjadinya infeksi.PerdarahanPantau :-Masukan dan pengeluaran cairan.

- Tanda-tanda vital tiap 4 jam.

- Kondisi balutan tiap 4-8 jam.

Menghindari resiko kehilangan cairan dan resiko terjadinya perdarahan pada daerah amputasi.

Sebagai monitor status hemodinamik

Indikator adanya perdaraham masif

Emboli lemakMonitor pernafasan.

Persiapkan oksigen

Pertahankan posisi flower atau tetap tirah baring selama beberapa waktu

Memantau tanda emboli lemak sedini mungkin

Untuk mempercepat tindakan bila sewaktu-waktu dperlukan untuk tindakan yang cepat.Mengurangi kebutuhan oksigen jaringan atau memudahkan pernafasan.

Beberapa kegiatan keperawatan lain yang dilakukan adalah :1)      Melakukan perawatan luka postoperasia)      Mengganti balutan dan melakukan inspeksi luka.b)      Terangkan bahwa balutan mungkin akan digunakan hingga protese yang digunakan telah tepat

dengan kondisi daerah amputasi (6 bulan –1 tahun).2)      Membantu klien beradaptasi dengan perubahan citra diria)      Memberi dukungan psikologis.b)      Memulai melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi saat ini.3)      Mencegah kontraktura)      Menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah amputasi segera setelah

pembatasan gerak tidak diberlakukan lagi.b)      Menerangkan bahwa gerakan pada organ yang diamputasi berguna untuk meningkatkan

kekuatan untuk penggunaan protese, menghindari terjadinya kontraktur.4)      Aktivitas perawatan diria)      Diskusikan ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ).b)      Mengajari klien cara menggunakan dan melepas protese.c)      Menyatakan bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari tim rehabilitasi kesehatan

selama penggunaan protese.

Page 19: ASKEP AMPUTASI

d)     Mendemontrasikan alat-alat bantu khusus.e)      Mengajarkan cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat penggunaan protese.D.    Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).  

BAB PENUTUP

A.          KesimpulanAsuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk asuhan

kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.

Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi.

B.           SaranSaran kelompok kami dengan adannya makalah ini, sebagai mahasiswa calon perawat.

Diharapkan agar dapat mengerti asuhan keperawatan pada asien dengan gangguan system muskuluskeletal “amputasi”. Dan melakukan tindakan keperawatan  dengan baik dan benar. Sehingga meminimalkan terjadinya mal praktek dan kesalahan dalam asuhan keperawatan yang dilakukan nantinya.

Page 20: ASKEP AMPUTASI

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BURSITIS

A.    KONSEP DASAR MEDIS BURSITIS1.      DEFINISIBursitis adalah peradangan pada bursa yang disertai rasa nyeri.

Bursa adalah kantong datar yang mengandung cairan sinovial , yang memudahkan pergerakan normal dari beberapa sendi pada otot dan mengurangi gesekan. Bursa terletak pada sisi yang mengalami gesekan, terutama di tempat dimana tendon atau otot melewati tulang. Dalam keadaan normal, sebuah bursa mengandung sangat sedikit cairan. Tetapi jika terluka, bursa akan meradang dan terisi oleh cairan.

2.      ETIOLOGI          Penyebab utama bursitis adalah cedera ringan berulang, biasanya berhubungan dengan

kegiatan kerja. Pergeseran yang berulang-ulang dapat menyebabkan bursitis akibat gesekan (friction bursitis) dimana dinding bursa menebal dan dapat terjadi efusi pada bursa. Bursitis juga dapat berhubungan dengan jenis pekerjaan tertentu seperti prepatela bursitis pada lutut pembantu rumah tangga, dan alekranon bursitis pada pelajar. Peradangan disertai dengan peningkatan junlah cairan yang menyebabkan distensi ( pelembungan ) dapat menyebabkan dinding burse mengeras. Bagian tubuh yang biasanya terkena bursitis adalah bahu, siku, pinggul, panggul, lutut, jari kaki dan tumit.

3.      KLASIFIKASIBerdasarkan waktu berapa lama telah terinfeksinya bursitis di klasifikasikan menjadi 2 jenis,

yaitu bersitis akut dan bursitis kronis.a.      Bursitis AkutBursitis akut terjadi secara mendadak. Jika disentuh atau digerakkan, akan timbul nyeri di daerah

yang meradang. Kulit diatas bursa tampak kemerahan dan membengkak. Bursitis akut yang disebabkan oleh suatu infeksi atau gout menyebabkan nyeri yang luar biasa dan daerah yang terkena tampak kemerahan dan teraba hangat.

b.      Bursitis KronisBursitis kronis merupakan akibat dari serangan bursitis akut sebelumnya atau karena cedera yang

berulang. Pada akhirnya, dinding bursa akan menebal dan di dalamnya terkumpul endapan kalsium padat yang menyerupai kapur. Bursa yang telah mengalami kerusakan sangat peka terhadap peradangan tambahan. Nyeri menahun dan pembengkakan bisa membatasi pergerakan, sehingga otot mengalami penciutan (atrofi) dan menjadi lemah. Serangan bursitis kronis berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering kambuh.

Berdasarkan lokasi terjadinya bursitis di klasifikasi kan menjadi 6, yaitu:a.      Bursitis AlekranonRadang bursa alekranon merupakan penyebab tersering nyeri periartikuler sikron. Penyebab

utama bursitis adalah cedera ringan berulang, biasanya berhubungan dengan kegiatan kerja. Gambaran klinis gerakan sendi sedikit terbatas pada fleksi maksimal karena nyeri, bursitis trauma biasanya hanya nyeri ringan maupun dapat sangat bengkak, bursitis alekranon sering merupakan radang piogenik. Gejala dini berupa tanda radang akut dengan hipertemia, edema luas di sekitarnya tetapi tidak ada tanda arthritis. Penanganan pada bursistis alekranon akibat trauma atau idiopatik perlu perlindungan bursa terhadap iritasi dan tekanan bila perlu

Page 21: ASKEP AMPUTASI

dilakukan aspirasi dan beban tekan aspirasi harus dilakukan secara steril mengingat adanya infeksi bacterial.

b.      Bursitis Panggung / Bursitis TrokanterBursitis trokanter sering di kelirukan dengan penyakit intra artikuler. Penyebab tersering nyeri

panggul pada usia pertengahan dan lanjut. Gambaran klinis. Gambaran utama bursitis panggul adalah local yang meliputi trokanter mayor dan nyeri saat melakukan rotasi ekstrim dan abduksi panggul. Karena nyeri di bokong dan panggul sering berhubungan dengan penyakit tulang belakang daerah lumbal pada penyakit intra artikuler endorotasi maksimal akan menimbulkan nyeri tetapi pada bursitis tidak demikian.

c.       Bursitis KakiAntara permukaan belakang tulang kalkaneus dan tendo Achilles biasanya terdapat bursa. Sering

ditemukan juga bursa antara Achilles dan kulit. Perbedaan antara kedua bursitis ini dapat ditentukan karena bursitis retrokalkareus menonjol bilateral disamping tendon sedangkan bursitis rettendo Achilles menutup tendon tersebut. Penyebabnya adalah pembebanna yang berlebihan atau rangsangan alas kaki yang tidak cocok misalnya rangsangan pinggir belakang sepatu.

d.      Bursitis PrepatelaDisebut juga lutut pembantu RT. Bursitis yang tidak terinfeksi bukanlah akibat tekanan tetapi

akibat friksi tetap antara kulit dan patela. Penyakit ini terjadi pada penenun karpet dan buruh tambang.

Pembengkakan terbatas akan berfluktuasi tetapi sendi itu normal.e.       Bursitis IntrapatelaPembengkakan berada pada tempat yang lebih dangkal daripada ligamentum patela karena lebih

ke distal. Terjadi pada orang yang berada berlutut lebih tegak daripada orang yang mengepel.f.       Bursitis IliopsousNyeri pada lipat paha dan paha anterior. Nyeri yang paling khas adalah peningkatan nyeri yang

tajam saat abduksi dan rotasi internal pada panggul.4.      PATOFISIOLOGI      Bursitis trokanter dan tendinitis insersi aponeutosis otot gluteus di trokanter mayor sering

dikelirukan dengan penyakit intra antrikuler. Tendinitis M. gluteus medsus dan M. gluteus minimus pada insersinya di dalam trokanter mayor adalah penyakit tersering panggul pada usia pertengahan dan lanjut. Inflamasi di daerah insersi otot tersebut biasanya juga meliputi burse trokanter yang terletak di sub cutan, dengan nyeri lokal di posterolateral prominensia ( menonjol di atas permukaan ) trokanter. Gejala utama bursitis dan tendinitis panggul ialah nyeri lokal yang meliputi trokanter mayor dan nyeri saat melakukan rotasi ekstrem atau abduksi panggul. Penderita mengeluh nyeri panggul, biasanya menjadi lebih hebat pada eksuserbasi dan beralih ke sisi lateral paha. Biasanya panggul teraba hangat dan kulit meliputi trokanter mayor terlihat kemerahan.Karena nyeri di bokong dan panggul keatas berhubungan dengan penyakit tulang belakang daerah lumbal. Penyakit degeneratif diskus invertebratalis dan iskias pada bursitis terdapat nyeri setempat pada palpasi burse, sedangkan gerak mengangkat tungkai yang lurus tidak menimbulkan nyeri, nyeri ini perlu pula dibedakan dengan penyakit intra artikuler endo rotasi maksimal akan menimbulkan nyeri tetapi pada bursitis tidak demikian pada penyakit sendi panggul perkusi di tumit dengan tungkai lurus akan meningkatkan nyeri tidak demi penanggulangan.Bersifat simptomatik dengan istirahat dan obat anti inflamasi. Nyeri biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari.

5.      MANIFESTASI KLINIK

Page 22: ASKEP AMPUTASI

Gejala utama pada bursitis pada umumnya berupa pembengkakan lokal, panas, merah dan nyeri. Bursitis menyebabkan nyeri dan cenderung membatasi pergerakan, tetapi gejala yang khusus tergantung kepada lokasi bursa yang meradang. Jika bursa di bahu meradang, maka jika penderita mengangkat lengannya untuk memakai baju akan mengalami kesulitan dan merasakan nyeri.

6.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik. Daerah di sekitar bursa terasa

sakit jika diraba dan pergerakan sendi tertentu menimbulkan nyeri. Jika bursa tampak membengkak, bisa diambil contoh cairan dari bursa dan dilakukan pemeriksaan terhadap cairan untuk menentukan penyebab dari peradangan.

7.      PENATALAKSANAANa.       Bursa yang terinfeksi harus dikeringkan dan diberikan antibiotik. b.      Bursitis akut non-infeksius biasanya diobati dengan istirahat, dimana untuk sementara

waktu sendi yang terkena tidak digerakkan dan diberikan obat peradangan non-steroid (misalnya indometasin, ibuprofen atau naproksen) Kadang diberikan obat pereda nyeri. Selain itu bisa disuntikkan campuran dari obat bius lokal dan kortikosteroid langsung ke dalam bursa. Penyuntikan ini mungkin perlu dilakukan lebih dari 1 kali.

c.       Pada bursitis yang berat diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) per-oral (ditelan) selama beberapa hari. Setelah nyeri mereda, dianjurkan untuk melakukan latihan khusus guna meningkatkan daya jangkau sendi.

d.      Bursitis kronis diobati dengan cara yang sama. e.       Kadang endapan kalsium yang besar di bahu bisa dibuang melalui jarum atau melalui

pembedahan. f.       Kortikosteroid bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi. g.      Terapi fisik dilakukan untuk mengembalikan fungsi sendi. Latihan bisa membantu

mengembalikan kekuatan otot dan daya jangkau sendi.8.      FAKTOR RESIKOa.       Stres cedera (berlebihan) berulang-ulang. Hal ini dapat terjadi ketika berjalan,

memanjat tangga, bersepeda, atau berdiri untuk jangka waktu yang panjang. b.      Hip cedera. Cedera ke titik pinggul dapat terjadi ketika jatuh ke pinggul, pinggul bertemu

di tepi meja, atau berbaring pada satu sisi tubuh untuk jangka waktu yang lama. c.       Spine penyakit. Ini termasuk skoliosis, arthritis tulang belakang (bawah) lumbal, dan

masalah tulang lainnya. d.      Kaki panjang ketidaksetaraan. Ketika satu kaki lebih pendek dari yang lain oleh lebih

dari satu inci atau lebih, hal itu mempengaruhi cara Anda berjalan dan dapat menyebabkan iritasi bursa pinggul.

e.       Rheumatoid arthritis. Hal ini membuat bursa semakin besar kemungkinan untuk menjadi meradang.

f.       Bedah Sebelumnya operasi. Sekitar panggul atau implan prostetik di pinggul dapat mengiritasi bursae dan menyebabkan radang kandung lendir.

g.      Tulang taji atau deposito kalsium. Ini dapat berkembang dalam tendon yang melekat pada trokanter mayor itu. Mereka dapat mengiritasi bursa dan menyebabkan peradangan.

9.      KOMPLIKASIa.       Terjadinya Bursitis kronis b.      Terlalu banyak suntikan steroid selama waktu singkat dapat menyebabkan cedera pada

tendon sekitarnya.

Page 23: ASKEP AMPUTASI

10.  PENCEGAHANPencegahan ini bertujuan untuk menghindari perilaku dan aktivitas yang membuat peradangan

pada bursa lebih buruk. a.       Hindari aktivitas berulang yang menempatkan tekanan pada pinggul. b.      Menurunkan berat badan jika perlu. c.       Dapatkan sepatu memasukkan benar pas untuk kaki panjang perbedaan. d.      Mempertahankan kekuatan dan fleksibilitas dari otot-otot pinggul. B.     ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BURSITIS

1.      PENGKAJIANa)      Biodatab)      Keluhan utamaNyeri, pembengkakan, panas, merah.c)      Riwayat penyakit sekarangd)     Riwayat penyakit dahulu.Apakah klien pernah menderita artitis rematoid, gout, apakah pernah cedera atau koma.e)      Riwayat penyakit keluargaf)       Pola mobilitas fisikg)      Pola perawatan diri.Klien dalam pemenuhan perawatan diri (mandi, gosok gigi, mencuci rambut) mengalami

keterbatasan karena nyeri tersebut.h)      Konsep diriKlien dengan penyakit bursitis akut maupun kronis sering mengalami nyeri sehingga gambaran

dirinya terganggu. 2.      DIAGNOSA KEPERAWATANa.       Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d agen injury fisik.Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam nyeri berkurang atau hilang.Kriteria hasil:·         Klien mengatakan nyeri berkurang.·         Klien tampak dan mampu tidur atau istirahat dengan tepat.v  Intervensi Keperawatanü  Kaji lokasi, intensitas dan derajat nyeriRasional:Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan ke efektifan program.ü  Berikan klien posisi yang nyaman.Rasional:Pada penyakit berat / eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri.ü  Berikan kasur busa atau bantal air pada bagian yang nyeri.Rasional:Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.    ü  Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.Rasional:Meningkatkan relaksasi / mengurangi tegangan otot.ü  Kolaborasi pemberian aspirin.Rasional:

Page 24: ASKEP AMPUTASI

Aspirin bekerja sebagai anti dan efek analgetik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

b.      Intoleransi b/d kelemahan atau keletihan.Tujuan:Klien dapat melakukan aktifitasnya setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam.                        Kriteria Hasil:·         Klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan·         Klien dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan toleriansi aktifitasv  Intervensi Keperawatanü  Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas

sehari-hariRasional:Klien menunjukkan kelemahannya berkurang dan dapat melakukan aktifitasnyaü  Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguanRasional:Menghemat energi untuk aktifitasü  Pertahankan istirahat tirah baring / duduk jika diperlukanRasional:Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi dan seluruh fase penyakit yang penting

mencegah kelemhanü  Berikan lingkungan yang amanRasional:Menghindari cedera akibat kecelakaanc.       Kurang pengetahuan tentang  kondisi, prognosis dan tindakan keperawatan b/d kurangnya

informasi, kemungkinan dibuktikan oleh :·         Pertanyaan/meminta informasi, ·         Mengungkapkan masalah, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.v  Intervensi Keperawtanü  Kaji pengetahuan tentang proses tindakan terhadap penyakitRasional:Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan / salah informasi dan memberikan kesempatan

untuk memberikan informasi tambahan sesuai keperluan.ü  Berikan penjelasan kepada klien bahwa penyakitnya memerlukan tindakan dan pengobatan

khusus.Rasional:Proses penyakit dapat memakan waktu berbulan-bulan untuk membaik. Bila gejala ada lebih

lama dari 6 bulan. Sehingga memerlukan tindakan dan pengobatan khusus.ü  Berikan penjelasan kepada klien tentang pencegahan penyakit bursitisRasional:Mencegah terjadinya penyakit yang sama atau berulang jika klien telah sembuh.3.      IMPLEMENTASIPelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien

terpenuhi secara optimal.Langkah-langkah persiapan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :a.       Memahami rencana perawatan yang telah ditentukan.b.      Menyiapkan tenaga atau alat  yang diperlukan.

Page 25: ASKEP AMPUTASI

c.       Menyiapkan lingkungan yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan antara lain : langkah pelaksanaan, sikap yang meyakinkan, sistematika kerja yang tepat, pertimbangan hukum dan etika, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, mencatat semua tindakan keperawatan yang telah ditentukan

Implementasi / pelaksanaan pada diagnosa keperawatan penyakit Bursitis mengacu pada perencanaan yang sudah dibuat.

4.      EVALUASITahap evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang yang telah

ditentukan.Tujuannya adalah menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Page 26: ASKEP AMPUTASI

OSTEOMALASIAKONSEP DASAR MEDISA.    DEFINISIOsteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak memadainya

mineralisasi tulang. (kondisi serupa pada anak dinamakan rikets). Pada orang dewasa osteomalasia bersifat kronik dan deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan skeletal telah selesai. Pada pasien ini sejumlah besar osteroid atau remodeling tulang baru tidak mengalami kalsifikasi,diperiksakan bahwa efek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif (kalsitrol). Yang memacu absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan eksternal rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukan ketempat kalsifikasi tulang. Sebagai akibat kegagalan mineralisasi. Terjadilah perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh, menyebabkan nyeri tekan, pelengkungan tulang dan patah tulang patologik.

B.     PATOFISIOLOGI1.      ada berbagai kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum metabolisme mineral.

Factor resiko terjadinya osteomalasia meliputi kekurangan dalam diet, malabsorpsi, gastrektomi, GGK, terapi antikonvulsan berkepentingan dan kekurangn vitamin D (diet, sinar matahari).

2.      tipe malnutrisi sering berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek. Terutama akibat kemiskinan dan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu factor.

3.      dapat terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Kelainan gastrointestinal dimana absorpsi lemak tidak memadai sering menimbulkan osteomalsia melalui kehilangan vitamin D dan kalsium. Kalsium dieksresikan melalui fases dalam kombinasi dengan asam lemak. Kelainan ini meliputi penyakit seliak, obstruksi traktus biliaris kronis,pankreatitis kronis dan reseksi usus halus.

4.      gagal ginjal berat mengkibatkan asidosis. Kalsium yang tersedia dipergunakan untuk menetralkan asidosis, dan hormone paratiroid terus menyebabkan pelepasan dan hormone prtiroid terus menyebabkan pelepasan klasiun dari kalsium skelet sebagai usaha untuk mengembalikan pH fisiologi. selama pelepasan kalsium kelet terus menerus ini, terjadi fibrosis tulang dan kista tulang. Glomerulonefritis kronik, uropati obstruksi dan keracunan logam berat mengakibatkan kurangnya kadar fosfat serum dan demineralisasi tulang.

5.      selain itu, penyakit hati dan ginjal dapat mengakibatkan kekurangan vitamin D, karena keduanya merupakan organ yang melakukan konversi vitamin D ke bentuk aktif. Akhirnya hiperparatiroidiseme mengakibatkan dekalsifikasi skelet dan artinya osteomalasia dengan peningkatan eksresi fosfat dalm urine.

C.     MANIFESTASI KLINIS1.      gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteomalasia adalah nyeri tulang

dan nyeri tekan tulang.2.      sebagai akibat kekurngan kalsium, terjadi kelemahan otot.3.      klien akan mengalami cara jalan bebek atau pincang.4.      pada penyakit yang telah lanjut, tungkai menjadi melengkung.5.      vertebrata yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengakibatkan pemendekan

tinggi badan dan merusak bentuk toraks(kifosis)6.      sacrum terdorong ke bawah dan ke depan, dan pelvis tertekan ke lateral. Kedua deformitas

tersebut menerangkan bentuk khas pelvis yang sering mengakibatkan perlunya dilakukan

Page 27: ASKEP AMPUTASI

seksio sesaria pada wanita hamil yang terkena penyakit ini.kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur.

D.    EVALUASI DIAGNOTIK1.      pada sinar – x bila terlihat mineralisasi tulang secara umum. Pemeriksaan vetebrata

memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vetebrata yang jelas.2.      pemeriksaan lab memperlihatkan kadar kalsium dan fosfor yang rendah dan peningkatan

moderat alkali fosfatase. Kalsium urine dan ekresi urine dan eksresi kreatinin rendah. Biopsy tulang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.

E.     PENATALAKSANAAN1.      koreksi penyebab dasar osteomalasia bila memungkinkan.2.      bila osteomalasia akibat kesalahan diet, maka perlu diberikan diet kaya protein dan kalsium

dan vitamin D tinggi.3.      suplemen vitamin D harus diresepkan, vitamin D akan meningkatkan konsentrasi kalsium

dan fosfat dalam cairan ekstra sel sehingga tersedia ion kalsium fosfat untuk menetralisasi tulang

4.      bila disebabkan oleh malabsorpsi, penambahan dosis vitamin D selain suplemen kalsium biasanya diresepkan.

5.      pemajanan sinar matahari sebagai radiasi sinar ultraviolet untuk mentransformasi bahan kolesterol yang tersedia dikulit menjadi vitamin D dianjurkan.

6.      sering masalah skelet yang berhubungan dengan osteomalasia sembuh sendiri bila kekurangan nutrisi atau proses patologis yang mendasarinya telah ditangani secara adekuat.

7.      pemantauan jangka panjang klien diperlukan untuk meyakinkan stabilitasi atau kekambuhan osteomlasia.

8.      berbagai deformitas ortopedik persisten mungkin perlu ditangani dengan pembedahan.

KONSEP DASAR KEPERAWATANA.    PENGKAJIAN1.      klien dengan osteomalasia biasanya mengeluh nyeri tulng namun pada punggung bawah

dan ekstremitas disertai dengan nyeri tekan.2.      gambaran ketidaknyamanan tidak jelas. Klien mungkin datang dengan fraktur. Selama

wawancara, informasi mengenai penyakit yang juga ada dan kebiasaan diet harus diperoleh.3.      pada pemeriksaan fisik didapatkan deformitas skelet.deformitas vetebrata dan deformitas

lengkungan tulang panjang membuat penampakan klien menjadi tidak normal dan jalannya membebek.dapat terjadi kelemahan otot. Klien ini merasa tidak nyamn dengan penampilan mereka.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN1.      Kurangnya pengetahuan mengenai proses penyakit dan program tindakan 2.      Nyeri yang berhubungan dengan penekanan tulang dan kemungkinan fraktur3.      Gangguan konsep diri berhubungan dengan tungkai melengkung, jalan bebek, deformitas

vetebrata.C.     INTERVENSI DAN IMPLEMENTASITujuanSasaran utama klien dengan osteomalasia dapat meliputi pengetahuan mengenai proses penyakit

dan program tindakan, peredaan nyeri dan perbaikan konsep diri.Intervensi Keperawatan

Page 28: ASKEP AMPUTASI

Pemahaman Proses Penyakit dan Program Tindakan1.      Berikan pendidikan pada klien yang difokuskan pada penyebab osteomalasia dan

pendekatan untuk mengontrolnya.2.      Berikan informasi mengenai sumber kalsium dan vitamin D3.      kaji keamanan penggunaan suplemen. Karena vitamin D dosis tinggi sangat toksik dan

meningkatkan risiko hiperkalsemia, maka perlu ditekankan pentingnya pemantauan kadar kalsium serum.

4.      dorong aktivitas diluar rumah untuk memanjakan kulit pada sinar ultraviolet matahari, yang diperlukan untuk memproduksi vitamin D dalam tubuh.

Meredakan Nyeri1.      anjurkan klien agar tidak melakukan perubahan posisi yang sering sebab dapat mengurangi

ketidaknyamanan karena imobilitas.2.      berikan bantuan harus dilakukan dengan cara yang sangat lembut ketika klien ingin

mengubah posisi. Karena klien mengalami nyeri tekan skelet.3.      berikan kasur busa yang padat dan bantal lembut, berikan dukungan tubuh dan memberi

kenyamanan pada deformitas yang ada.4.      alihkan perhatian klien dengan melakukan aktivitas diversional dan pemusatan pada

pembicaraan, nonton televisi dan kegiatan santai lainnya, dapat menukarkan persepsi nyeri pasien

5.      kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik, mengurangi ketidaknyamanan.6.      pantau respon klien terhadap terapi, ketidaknyamanan skelet akan berkurang.Memperbaiki konsep diri1.      bila telah terbentuk hubungan yang saling percaya dengan perawat yang ada, klien merasa

berani untuk mendiskusikan setiap perubahan pada citra diri dan metoda untuk menghadapi adanya perubahan tadi.

2.      klien didorong untuk mengenali dan menggunakan kekuatan yang dimilikinya dan dimasukkan dalam perencanaan asuhan, sebagai partisipasi yang aktif dapat memperbaiki control diri dan meningkatkan perasaan harga diri.

3.      interaksi dengan keluarga dan sahabat perlu didorong.4.      interaksi social dapat membantu memberikan rasa diterima tanpa memperhatikan

perubahan fisik yang terjadi D.    EVALUASiHasil yang diharapkan 1.      menjelaskan proses penyakit dan program penanganannya.a.       menerangkan factor spesifik yang berperan dalam proses penyakitb.      mengkomumsi kalsium dan vitamin D sesuai jumlah terapeutikc.       pemanasan terhadap sinar mataharid.      selalu memantau kadar kalsium serum sepanjang program terapie.       selalu menepati perjanjian kesehatan tindak lanjut2.      mengalami peredaan nyeria.       melaporkan perasaan nyaman b.      melaporkan peredaan nyeri pada tulang 3.      menganjurkan peningkatan konsep diria.       menunjukan kepercayaan diri mengenai kemampuannyab.      meningkatkan tingkat aktivitasnyac.       meningkatkan interaksi social

Page 29: ASKEP AMPUTASI

AIDSTINJAUAN TEORITIS

2.1 DefinisiAcquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau

sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:

1.    AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)

2.    AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

2.2 EtiologiHIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus

limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.

Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika barat (warga senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2005)

2.3    Cara PenularanCara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :1.    Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual 2.    Melalui darah, yaitu:a.    Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%b.    Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03%c.    Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 0,0051%3.    Transmisi dari ibu ke anaka.    Selama kehamilanb.    Saat persalinan, risiko penularan 50%c.    Melalui air susu ibu(ASI)14%2.4    Manifestasi KlinisGambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom retroviral akut,

demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau kanker yang terkait AIDS. Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4.( Arif Mansjoer, 2000 )

1.      Infeksi retroviral akutFrekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis menunjukkan demam,

pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien mengalami gangguan neorologi seperti mrningitis asepik, sindrom Gillain Barre, atau psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Page 30: ASKEP AMPUTASI

2.      Masa asimtomatikPada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati umum.

Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela (window period).3.      Masa gejala diniPada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah akibat infeksi

pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster, leukoplakia, ITP, dan tuberkolosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related Complex(ARC)

4.      Masa gejala lanjutPada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini menyebabkan risiko tinggi

rendahnya infeksi oportunistik berat atau keganasan.2.5    PatofisiologiPenyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10 minggu

sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.

Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.

Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.

Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya

Page 31: ASKEP AMPUTASI

kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.

Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)

2.7  KomplikasiAdapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain :1.      Pneumonia pneumocystis (PCP) 2.      Tuberculosis (TBC)3.      Esofagitis4.      Diare5.      Toksoplasmositis6.      Leukoensefalopati multifocal prigesif7.      Sarcoma Kaposi8.      Kanker getah bening9.      Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)2.8    Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah1.    Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.2.    Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.3.    Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa

perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.4.    Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan pemeriksaan

Rontgen.Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah CD4, protein

purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap smear.

Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila >500 maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi pneumonia pneumocystis carinii. Pemberian profilaksi INH tidak tergantung pada jumlah CD4.

Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal pemberian obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan.

Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8.

2.9    Penatalaksanaan 1.      Medis Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah

Istiqomah : 2009) :a.       Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Page 32: ASKEP AMPUTASI

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

b.      Terapi AZT (Azidotimidin)Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat

ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

c.       Terapi Antiviral BaruBeberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi

virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :– Didanosine– Ribavirin– Diedoxycytidine– Recombinant CD 4 dapat larutd.      Vaksin dan Rekonstruksi VirusUpaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit

khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

2.      DietPenatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalaha.       Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:1)      Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek

dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.2)      Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang diharapkan,

terutama jaringan otot (Lean Body Mass).3)      Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.4)      Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.b.      Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:1)      Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.2)      Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada: pasien dapat

membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan menelan.

3)      Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.4)      Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot).5)      Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan

kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.c.       Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:1)      Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres, aktivitas fisik,

dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1°C.2)      Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh

yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.3)      Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak disesuaikan

dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan ikatan

Page 33: ASKEP AMPUTASI

rantai sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.

4)      Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh.

5)      Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.6)      Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan fungsi

menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi thick fluid) dan cair (thin fluid).

7)      Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium, kalium dan klorida).

8)      Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan.

9)      Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.10)  Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun kimia.d.      Jenis Diet dan Indikasi PemberianDiet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada pasien dengan:1)      Infeksi HIV positif tanpa gejala.2)      Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan, sariawan

dan pembesaran kelenjar getah bening).3)      Infeksi HIV dengan gangguan saraf.4)      Infeksi HIV dengan TBC.5)      Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral, enteral(sonde)

dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.

1)      Diet AIDS IDiet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi, sariawan,

kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).

2)      Diet AIDS IIDiet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi. Makanan

diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.

Page 34: ASKEP AMPUTASI

3)      Diet AIDS IIIDiet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien dengan

infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa, diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian KeperawatanPengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah1.      Aktivitas / istirahat.Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise2.      Sirkulasi.Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.3.      Integritas ego.Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah, menangis.4.      Elimiinasi.Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses rektal. 5.      Makanan / cairan.Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi / gusi yang

buruk, dan edema.6.      Neurosensori.Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon melambat.7.      Nyeri / kenyamanan.Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang gerak, dan

gerak otot melindungi pada bagian yang sakit.8.      Pernafasan.Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan.3.2 Diagnosa, Intervensi dan Rasional Tindakan Keperawatan.Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan (Doenges, 1999) adalah1.      Diagnosis Keperawatan : nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai

dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.Hasil yang diharapkan : keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur atau

beristirahat secara adekuat.INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, frekuensi dan waktu. Tandai gejala nonverbal misalnya gelisah, takikardia, meringis.

Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan komplikasi.

Instruksikan pasien untuk menggunakan visualisasi atau imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam.

Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.

Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit, sehingga persepsi akan intensitas rasa

Page 35: ASKEP AMPUTASI

sakit.Berikan analgesik atau antipiretik

narkotik. Gunakan ADP (analgesic yang dikontrol pasien) untuk memberikan analgesia 24 jam.

M,emberikan penurunan nyeri/tidak nyaman, mengurangi demam. Obat yang dikontrol pasien berdasar waktu 24 jam dapat mempertahankan kadar analgesia darah tetap stabil, mencegah kekurangan atau kelebihan obat-obatan.

Lakukan tindakan paliatif misal pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit.

Meningkatkan relaksasi atau menurunkan tegangan otot.

2.      Diagnosis keperawatan : perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.

Hasil yang harapkan : mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan, mendemostrasikan keseimbangan nitrogen po;sitif, bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energy.

INTERIVENSI KEPERAWATAN RASIONALKaji kemampuan untuk mengunyah,

perasakan dan menelan.Lesi mulut, tenggorok dan

esophagus dapat menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan.

Auskultasi bising usus Hopermotilitas saluran intestinal umum terjadi dan dihubungkan dengan muntah dan diare, yang dapat mempengaruhi pilihan diet atau cara makan.

Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika memungkinakan sarankan makanan dari rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi sering berupa makanan padat nutrisi, tidak bersifat asam dan juga minuman dengan pilihan yang disukai pasien. Dorong konsumsi makanan berkalori tinggi yang dapat merangsang nafsu makan

Melibatkan orang terdekat dalam rencana member perasaan control lingkungan dan mungkin meningkatkan pemasukan. Memenuhi kebutuhan akan makanan nonistitusional mungkin juga meningkatkan pemasukan.

Batasi makanan yang menyebabkan mual atau muntah. Hindari menghidangkan makanan yang panas dan yang susah untuk ditelan

Rasa sakit pada mulut atau ketakutan akan mengiritasi lesi pada mulut mungkin akan menyebabakan pasien enggan untuk makan. Tindakan ini akan

Page 36: ASKEP AMPUTASI

berguna untuk meningkatakan pemasukan makanan.

Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium, misal BUN, Glukosa, fungsi hepar, elektrolit, protein, dan albumin.

Mengindikasikan status nutrisi dan fungsi organ, dan mengidentifikasi kebutuhan pengganti.

Berikan obat anti emetic misalnya metoklopramid.

Mengurangi insiden muntah dan meningkatkan fungsi gaster

3.      Diagnosa keperawatan : resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat

Hasil yang diharapkan : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara pribadi.

INTERVESI KEPERAWATAN RASIONALPantau pemasukan oral dan pemasukan

cairan sedikitnya 2.500 ml/hari.Mempertahankan keseimbangan cairan,

mengurangi rasa haus dan melembabkan membrane mukosa.

Buat cairan mudah diberikan pada pasien; gunakan cairan yang mudah ditoleransi oleh pasien dan yang menggantikan elektrolit yang dibutuhkan, misalnya Gatorade.

Meningkatkan pemasukan cairan tertentu mungkin terlalu menimbulkan nyeri untuk dikomsumsi karena lesi pada mulut.

Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus.

Indicator tidak langsung dari status cairan.

Hilangakan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas, berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu. Mengatur kecepatan atau konsentrasi makanan yang diberikan berselang jika dibutuhkan

Mungkin dapat mengurangi diare

Nerikan obat-obatan anti diare misalnya ddifenoksilat (lomotil), loperamid Imodium, paregoric.

Menurunkan jumlah dan keenceran feses, mungkin mengurangi kejang usus dan peristaltis.

4.      Diagnosa keperawatan : resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)

Hasil yang diharapkan: mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami sesak nafas.INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah

paru yang mengalami penurunan, atau kehilangan ventilasi, dan munculnya bunyi adventisius. Misalnya krekels, mengi, ronki.

Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi atau infeksi pernafasan, misalnya pneumoni,

Catat kecepatan pernafasan, sianosis, peningkatan kerja pernafasan dan munculnya dispnea, ansietas

Takipnea, sianosis, tidak dapat beristirahat, dan peningkatan nafas, menuncukkan kesulitan

Page 37: ASKEP AMPUTASI

pernafasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan atau intervensi medis

Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan pasien untuk berbalik, batuk, menarik nafas sesuai kebutuhan.

Meningkatkan fungsi pernafasan yang optimal dan mengurangi aspirasi atau infeksi yang ditimbulkan karena atelektasis.

Berikan tambahan O2 Yng dilembabkan melalui cara yang sesuai misalnya kanula, masker, inkubasi atau ventilasi mekanis

Mempertahankan oksigenasi efektif untuk mencegah atau memperbaiki krisis pernafasan

5.      Diagnose keperawatan : Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.

Hasil yang diharapkan : melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONALKaji pola tidur dan catat perunahan dalam

proses berpikir atau berperilaku Berbagai factor dapat meningkatkan

kelelahan, termasuk kurang tidur, tekanan emosi, dan efeksamping obat-obatan

Rencanakan perawatan untuk menyediakan fase istirahat. Atur aktifitas pada waktu pasien sangat berenergi

Periode istirahat yang sering sangat yang dibutuhkan dalam memperbaiki atau menghemat energi. Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif saat energy lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan control diri.

Dorong pasien untuk melakukan apapun yang mungkin, misalnya perawatan diri, duduk dikursi, berjalan, pergi makan

Memungkinkan penghematan energy, peningkatan stamina, dan mengijinkan pasien untuk lebih aktif tanpa menyebabkan kepenatan dan rasa frustasi.

Pantau respon psikologis terhadap aktifitas, misal perubahan TD, frekuensi pernafasan atau jantung

Toleransi bervariasi tergantung pada status proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, dan tipe penyakit.

Rujuk pada terapi fisik atau okupasi Latihan setiap hari terprogram dan aktifitas yang membantu pasien mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan tonus otot

4.1 Simpulan1.      AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya

sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.

Page 38: ASKEP AMPUTASI

2.      Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.

3.      Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah ( transfuse darah, penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang mengandung AIDS), transmisi dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.

4.      Manifestasi klinis AIDS yaitu a.       Infeksi retroviral akut : gambaran klinis menunjukkan demam, pembesaran kelenjar,

hepatoplemagali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik.

b.      Masa asimfomatik : pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati umum. penurunan jumlah cd4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela (window period).

c.       Masa gejala dini : gejala yang timbul adalah akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster, leukoplakia, itp, dan tuberkolosis paru.

d.      Masa gejala akut : pada masa ini jumlah cd4 dibawah 200. penurunan daya tahan ini menyebabkan risiko tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau keganasan.

5.      Patofisiologis AIDS yaitu disebabkan oleh virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan 10 minggu -10 tahun. Virus menempel pada limfosit T penolong atau CD4 dan menghancurkannya sehingga terjadi kelemahan system kekebalan tubuh. HIV juga menyebabkan gangguan limfosit B sehingga menyebabkan produksi antibody meningkat tapi antibody yang dihasilkan tidak banyak membantu infeksi yang disebabkan HIV.

6.      Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS yaitu dengan memeriksa jumlah limfosit, antibody HIV dan pemeriksaan rotgen.

7.      Komplikasi kien dengan HIV/AIDS antara lain Pneumonia pneumocystis (PCP) , Tuberculosis (TBC), Esofagitis, Diare, Toksoplasmositis, Leukoensefalopati multifocal prigesif, Sarcoma Kaposi, Kanker getah bening, Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV).

8.      Penatalaksanaan medis untuk penderita AIDS yaitu dengan pengendalian infeksi oportunistik, terapi AZT, terapi antiviral baru, vaksin dan rekonstruksi baru, sedangkan penatalaksanaan dietnya yaitu dengan member makanan untuk pasien AIDS, dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral, enteral(sonde) dan parental(infus), jenis diet aids ada 3 yaitu diet I,diet II, diet III.

9.      Diagnosa untuk AIDS adalah a.       Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri,

perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah. b.      Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan

intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.

c.       Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat d.      Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak

seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)e.       Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai

dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.

Page 39: ASKEP AMPUTASI

Macam/Jenis Gangguan Pada Tulang Dan Sendi Tulang Manusia - Pengertian / Arti Definisi PenyakitManusia memiliki tulang dan sendi (sistem gerak) yang memiliki banyak fungsi untuk menunjang kehidupan manusia. Tanpa kondisi fit tulang dan sendi, manusia akan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Berikut ini adalah beberaa bentuk kelainan / gangguan tulang dan sendi pada orang dari organisasi.org.A. Kelainan / Gangguan Pada Tulang Belakang / Spinal Manusia1. Kiposis / KyphosisKiposis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke depan yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok2. LordosisLordosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke belakang yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok ke belakang.3. Skoliosis / Scoliosis / SkeliosisSkoliosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke samping baik kiri atau kanan yang membuat penderita bungkuk ke samping.4. SublubrikasiSublubrikasi adalah kelainan pada tulang belakang pada bagian leher yang menyebabkan kepala penderita gangguan tersebut berubah arah ke kiri atau ke kanan.B. Kelainan / Gangguan Pada Sendi Manusia1. Keseleo / Terkilir / SprainedTerkilir atau keseleo adalah gangguan sendi akibat gerakan pada sendi yang tidak biasa, dipaksakan atau bergerak secara tiba-tiba. Umumnya kesleo bisa menyebabkan rasa yang sangat sakit dan bengkak pada bagian yang keseleo.2. Dislokasi / DislocationDislokasi adalah gangguan pada sendi seseorang di mana terjadi pergeseran dari kedudukan awal.3. Artritis / ArthritisArtritis adalah radang sendi yang memberikan rasa sakit dan terkadang terjadi perubahan posisi tulang. Salah satu contoh artritis yang terkenal adalah rematik.4. Ankilosis / AnkylosisAnkilosis adalah gangguan pada sendi di menyababkan sendi tidak dapat digerakkan di mana ujung-ujung antar tulang serasa bersatu.C. Kelainan/Gangguan Retak Tulang / Patah Tulang / Fraktura / FractureFraktura tulang adalah ratak tulang atau patah tulang yang umumnya terjadi akibat benturan, kelebihan beban, tekanan, dan lain sebagainya. Fraktura tulang sederhana yaitu keretakan tulang yang tidak melukai organ-organ yang ada di sekelilingnya. Fraktura kompleks adalah keretakan tulang yang menyebabkan luka pada organ di sekitarnya.D. Kelainan / Gangguan Fisiologik1. Mikrosefalus / MicrocephalusMikrosefalus adalah kelainan pertumbuhan terkorak kepala yang menyebabkan kepala penderita terlihat lebih kecil dari normal.2. OsteoporosisOsteoporosis adalah kondisi di mana tulang rapuh. keropos dan mudah patah. Umumnya osteoporisis disebabkan oleh hormon jantan / betina yang kurang sempurna atau akibat kekurangan asupan kalsium untuk tulang.

Page 40: ASKEP AMPUTASI

3. Rakitis / Rachitis / RakhitisRakitis adalah penyakit tulang yang terjadi akibat kurang vitamin D sehingga umumnya menyebabkan bentuk tulang kaki bengkok membentuk huruf O atau X.

Macam-macam Penyakit pada Tulang dan Sendi

a) Kekurangan Vitamin D      Vitamin D (kalsiferol) adalah vitamin yang diperlukan untuk kalsifikasi (penulangan) pada tulang. Pada mamalia, vitamin D dapat disintesis oleh tubuh dari pro vitamin D dengan bantuan ultraviolet. Kekurangan vitamin D dapat terjadi jika tubuh tidak menerima sinar matahari yang cukup. Kekurangan vitamin D pada anak-anak menyebabkan rakhitis, biasanya terlihat pada pertumbuhannya yang terganggu dan kaki berbentuk O atau X. Pada orang dewasa kekurangan vitamin D dan zat kapur menyebabkan penyakit yang disebut osteomalasi.

b) KecelakaanGangguan pada tulang dapat berupa memar dan fraktura seperti berikut ini:1. Memar

Gangguan ini merupakan robeknya selaput sendi. Bila sobeknya selaput sendi diikuti lepasnya ujung tulang dari sendi disebut urai sendi.

2. Fraktura atau patah tulang dibedakan sebagai berikut:a. Patah tulang tertutup, bila tulang yang patah tidak merobek kulit.b. Patah tulang terbuka, bila tulang yang patah merobek kulit dan mencuat keluar.c. Fisura , bila tulang hanya retak.

c) kebiasaan yang salah      Kebiasaan duduk yang salah atau kebiasaan membawa beban disatu sisi tubuh saja dapat menyebabkan kelainan pada tulang seperti berikut ini:

Page 41: ASKEP AMPUTASI

1) LordosisLordosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke belakang yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok ke belakang.

2) KifosisAdalah jika tulang punggung dan tungging terlalu bengkok kebelakang. Kelainan ini dapat terjadi karena kebiasaan menulis yang terlalu membungkuk yang dilakukan selama bertahun – tahun.

3) Skoliosis Skoliosis adalah jika ruas-ruas tulang belakang bengkok ke samping. Kelainan ini dapat terjadi

Page 42: ASKEP AMPUTASI

jika seseorang sering membebani salah satu sisi tulang belakang, dan kebiasaan ini dilakukan selama bertahun-tahun.

d) Nekrosa      Nekrosa terjadi bila selaput tulang (periosteum) rusak sehingga bagian tulang tidak memperoleh makanan, lalu mati dan mengering.

e) Gangguan persendian      Macam gangguan pada persendian antara lain dislokasi, ankilosis, artritis, dan terkilir.       1) DislokasiDislokasi disebabkan bergesernya sendi dari kedudukan semula karena jaringan gantungnya (ligamentum) sobek.       2) AnkilosisAnkilosis adalah suatu keadaan persendian yang tidak dapat digerakkan karena seolah - olah menyatu.

Page 43: ASKEP AMPUTASI

      3) TerkilirTerkilir adalah tertariknya ligamentum ke posisi yang tidak sesuai, tetapi sendi tidak bergeser. Terkilir dapat terjadi karena gerakan tiba-tiba atau gerakan yang jarang dan sulit dilakukan.      4) ArtritisArtrisis adalah peradangan yang_terjadi pada sendi. Artrisis dapat dibedakan menjadi empat sebagai berikut:                   a. Artritis GoutGout terjadi karena adanya timbunan asam urat pada sendi-sendi kecil terutama jari - jari tangan. Sebagai akibatnya ruas jari-jari membesar.                    b. OsteoartritisOsteoartritis adalah menipisnya tulang rawan sehingga mengalami degenerasi. Akibatnya, terjadi gangguan pada saat sendi digerakkan. 

                   c. Artritis eskudatifArtrisis eskudatif adalah terisinya rongga sendi oleh cairan yang disebut getah radang. Penyakit ini terjadi karena serangan kuman.                  d. Artritis sikaArtrisis sika adalah berkurangnya minyak sendi yang menyebabkan rasa nyeri saat tulang digerakkan. 

f) Serangan Kuman pada Sendi       1) Infeksi gonorhoe dan sifilis dapat menyerang persendian sehingga sendi menjadi kaku.       2) Layuh sendi adalah keadaan tidak bertenaga pada sendi yang disebabkan layuhnya tulang akibat infeksi sifilis ketika bayi dalam kandungan.

g) OsteoporosisYaitu suatu penyakit yang menyebabkan tingkat kepadatan tulang menurun.Osteoporosis

menggerogoti kekuatan tulang, sehingga kekuataannya berkurang drastis, juga tulang cortical menipis dan secara eseluruhan tulang akan mudah patah. Penyakit ini mengintai orang yang sudah lanjut dan wanita yang memasuki masa menopause.

Page 44: ASKEP AMPUTASI

h) RicketsRickets sering dialami oleh anak yang sedang tumbuh. Formasi tulang pada penderita

rickets abnormal, yaitu terjadi penumpukan kalsium di dalam tulang karena terlalu banyak mengonsumsi susu berkalsium atau akibat radiasi sinar matahari.

i) OsteomyelitisInfeksi ini menyerang tulang dan diakibatkan oleh bacterimia atau sepsis, yang menyebar

dan mengurangi kekuatan tulang.

j) SublubrikasiSublubrikasi adalah kelainan pada tulang belakang pada bagian leher yang menyebabkan kepala penderita gangguan tersebut berubah arah ke kiri atau ke kanan.

k) Artritis / ArthritisArtritis adalah radang sendi yang memberikan rasa sakit dan terkadang terjadi perubahan posisi tulang. Salah satu contoh artritis yang terkenal adalah rematik.

l) Ankilosis / AnkylosisAnkilosis adalah gangguan pada sendi di menyababkan sendi tidak dapat digerakkan di mana ujung-ujung antar tulang serasa bersatu.

Page 45: ASKEP AMPUTASI

m) Mikrosefalus / MicrocephalusMikrosefalus adalah kelainan pertumbuhan terkorak kepala yang menyebabkan kepala penderita terlihat lebih kecil dari normal.

n) OsteomalaciaPenyakit ini mengakibatkan tulang menjadi lunglai diakibatkan kekurangan vitamin D atau kesalahan metabolisme di dalam tubuh. Sama halnya dengan Osteoporosis, osteomalacia juga berpotensi membuat tulang cepat patah.

HLA-B27 antigen

HLA-B27 adalah tes darah untuk mencari protein yang ditemukan pada permukaan sel-sel darah putih. Protein ini disebut antigen leukosit manusia B27 (HLA-B27).

Antigen leukosit manusia (HLAs) adalah protein yang membantu sistem kekebalan tubuh membedakan antara sel sendiri dan, zat berbahaya asing.