asfiksia

39
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Salah satu indikator dari kemajuan suatu bangsa dalam bidang sosial ekonomi adalah menurunnya angka kematian bayi. Hal ini masih merupakan masalah di negara kita, karena masih belum meratanya pelayanan kesehatan, dan banyaknya masyarakat yang belum memahami sepenuhnya resiko-resiko yang terjadi pada ibu dan anak selama, pada saat, dan sesudah melahirkan. Salah satu penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum diketahui dari nilai apgar score yang dievaluasi pada satu dan lima menit setelah bayi dilahirkan. Dari penelitian yang dilakukan oleh departemen obstetric-ginaecology bekerja sama dengan departemen pediatric dari University of Texas Southwestern Medical School, didapatkan angka kematian 315 per 1000 pada neonatus kurang bulan dengan apgar 1

Upload: mohamad-muntaha

Post on 11-Feb-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asfiksi

TRANSCRIPT

Page 1: asfiksia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Salah satu indikator dari kemajuan suatu bangsa dalam bidang sosial

ekonomi adalah menurunnya angka kematian bayi. Hal ini masih merupakan

masalah di negara kita, karena masih belum meratanya pelayanan kesehatan, dan

banyaknya masyarakat yang belum memahami sepenuhnya resiko-resiko yang

terjadi pada ibu dan anak selama, pada saat, dan sesudah melahirkan. Salah satu

penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum.

Asfiksia neonatorum diketahui dari nilai apgar score yang dievaluasi pada

satu dan lima menit setelah bayi dilahirkan. Dari penelitian yang dilakukan oleh

departemen obstetric-ginaecology bekerja sama dengan departemen pediatric dari

University of Texas Southwestern Medical School, didapatkan angka kematian

315 per 1000 pada neonatus kurang bulan dengan apgar score 0-3, dan 244 per

1000 pada neonatus cukup bulan dengan apgar score 0-3 (asfiksia berat). Sedang

untuk asfiksia sedang (mild moderate asphyxia) atau dengan apgar score 4-6,

angka kematiannya 72 per 1000 pada neonatus kurang bulan, dan 18 per 1000

pada neonatus cukup bulan. Untuk yang tidak menderita asfiksia atau dengan

apgar score 7-10 angka kematiannya 5 per 1000 pada neonatus kurang bulan dan

0,2 per 1000 pada neonatus cukup bulan.

Reaksi fisiologis dan patologis neonatus banyak berbeda dibandingkan

pada bayi yang lebih besar. Neonatus harus mampu menyesuaikan diri dari

1

Page 2: asfiksia

kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Hipoksia yang terdapat pada

penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat

adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin, Dan terbukti secara

klinis bahwa asfiksia ini adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan

morbiditas pada bayi yang baru lahir.

Penyebab asfiksia atau kegagalan pernafasan pada bayi bermacam-macam.

Gangguan dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan, atau segera setelah

lahir. Gangguan yang timbul pada masa akhir kehamilan atau persalinan hampir

selalu disertai anoksia atau hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia

neonatus.Pernafasan spontan pada bayi baru lahir bergantung pada kondisi janin

pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan

asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi.

Proses persalinan ini sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam sistem

skor yang diperkenalkan oleh dr.Poedji Rochyati yang telah dipakai secara luas

terutama di Jawa Timur, salah satu faktor resikonya adalah usia ibu itu sendiri.

Baik yang terlalu tua maupun yang masih terlalu muda ketika hamil maupun

melahirkan.

Dewasa ini dengan makin banyaknya wanita yang berpendidikan tinggi

dan berkarier, menyebabkan banyak wanita yang menunda pernikahannya,

sehingga usia ibu saat hamil atau melahirkan anaknya pun semakin lanjut. Tetapi

di lain pihak, masih banyak pula terjadi di masyarakat, wanita-wanita muda yang

masih belum matang sudah menikah, hamil dan melahirkan anak. Hal inilah yang

mendasari disusunnya penelitian ini.Di samping karena hal ini mudah ditemui

2

Page 3: asfiksia

pada pemeriksaan kehamilan rutin sederhana. Dengan ini diharapkan memberikan

sedikit data yang dapat dipergunakan untuk mengurangi angka terjadinya asfiksia

pada neonatus.

I.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas,dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

“Apakah ada hubungan antara terjadinya asfiksia pada neonatus dengan usia ibu

yang melahirkan neonatus tersebut ?”

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara terjadinya asfiksia pada

neonatus dengan usia ibu yang melahirkan neonatus tersebut.

I.3.2 Tujuan Khusus :

Mengetahui distribusi umur ibu yang melahirkan

Mengetahui angka kejadian asfiksia pada neonatus

Mengetahui hubungan antara terjadinya asfiksia pada neonatus dengan

usia ibu saat melahirkan dengan persalinan normal.

I.4.Manfaat Penelitian

I.4.1.Manfaat untuk Program :

3

Page 4: asfiksia

Menurunkan angka kematian bayi akibat asfiksia neonatorum

I.4.2.Manfaat untuk Keilmuan :

Selain itu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

rangsangan dan peluang untuk penelitian-penelitian berikutnya yang

sejenis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4

Page 5: asfiksia

II.1.Asfiksia Neonatorum

Setiap bayi yang baru dilahirkan dapat jatuh dalam keadaan gawat darurat

yang memerlukan penanganan yang cepat dan tepat agar dapat diselamatkan

jiwanya serta mendapatkan bayi dengan keselamatan utuh yakni bayi yang bebas

cacat mental dan fisik(1,2,5) . Pada waktu bayi baru lahir, dia dipisahkan secara

mendadak dari placenta dan ibunya sehingga bayi tersebut harus segera dapat

menguasai kebutuhan-kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya(1,2,5) .

Pengembangan paru-paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama

kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur(2,3,4,10) . Bila terdapat

gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan

terjadi asfiksia pada janin atau neonatus (3,45,10) .

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal

bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (2,3,4,10) . Asfiksia pada janin

atau bayi terjadi bila oleh karena sesuatu sebab janin atau bayi yang baru lahir tadi

tidak menerima cukup O2 dan pengeluaran CO2 terhambat (2,5) . Hal ini merupakan

gejala yang sangat penting dan menandakan gejala gawat darurat yang

memerlukan penanganan yang cepat dan cermat. Diagnosa dini dan penanganan

yang tepat merupakan kunci utama untuk menyelamatkan bayi baru lahir agar

diperoleh keselamatan utuh (9) .

Asfiksia atau anoksia pada janin atau bayi menurut data adalah 57,9%

penyebab kematian perinatal di pedesaan Indonesia (WHO,1984) (5) . Pada asfiksia

akan terjadi beberapa hal yang penting yaitu hipoksia-anoksia, hiperkapnea, dan

5

Page 6: asfiksia

asidosis. Janin dapat meninggal atau mengalami cacat yang menetap (3,4,5,8,10) . Di

negara berkembang masih didapatkan sekitar10% kejadian asfiksia pada bayi

yang dianggap persalinan normal (5) . Towel (1966) mengajukan penyebab

kegagalan pernafasan pada bayi ini karena faktor ibu (hipoksia ibu,gangguan

aliran darah uterus), faktor placenta (solutio placenta, perdarahan placenta), faktor

fetus (tali pusat menumbung, tali pusat melilit, kompresi tali pusat), dan faktor

neonatus (pemakaian anestesi dan analgetik, trauma persalinan, kelainan

kongenital) (11) .

Penilaian derajat asfiksia ini didasarkan atas gejala klinik. Dr.Virginia

Apgar (1953) menciptakan sistem scoring yang terkenal dengan Apgar Score dan

sampai sekarang dipakai di seluruh dunia (1,2,3,5,8,10) .

Gejala klinik 0 1 2

Frekuensi jantung Tdk terdengar < 100 x/m >100 x/m

Pernafasan Tidak ada Tangis lemah nafas

tidak teratur dan

dangkal

Tangis yang kuat, nafas

teratur

Tonus otot Lemas,lunglai Sedikit fleksi pd

ekstremitas dan

tonus lemah

Fleksi yang baik pd

ekstremitas, pergerakan

aktif dan tonus kuat

Refleks waktu pem

bersihan jalan nafas

Tidak ada Menyeringai

sekedarnya

Batuk, bersin, menangis

Warna Biru/pucat Tubuh merah,

ekstremitas biru

Seluruh tubuh merah

Lazimnya ditentukan Apgar Score pada menit 1 dan 5 setelah seluruh badan bayi

lahir, bila score belum mencapai 7, score pada menit ke-10, 15, 20 dan seterusnya

ditentukan sampai mencapai 7. Apgar score 1 menit memberikan pedoman pada

6

Page 7: asfiksia

kita untuk melakukan tindakan resusitasi. Apgar score 5 menit menunjukkan

prognosa bayi (2,5) . Atas dasar pengalaman klinis di atas, asfiksia neonatorum

dapat dibagi dalam (1,2,3,5,10) :

1. Vigorous baby (skor apgar 7-10). Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak

memerlukan tindakan istimewa, pH > 7,20

2. Mild Moderate Asphysia (Apgarscore 4-6), pH : 7,10-7,20

3. Severe Asphysia (Apgar Score 0-3), pH < 7,10

Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan

kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin timbul di

kemudian hari. Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi

baru lahir (3,4,10) . Dasar resusitasi adalah memberikan O2 dan mengeluarkan CO2

dengan usaha atau tenaga penolong, memperbaiki tekanan darah dan sirkulasi

darah, memperbaiki keseimbangan asam basa, dan memberantas hipoglikemia (5) .

Resusitasi bergantung pada Apgar score 1 menit :

1. Apgar Score 7-10 : observasi,pengawasan suhu dan hisap lendir bila perlu

2. Apgar Score 4-6 : rangsang taktil, O2 dengan sungkup secukupnya saja

3. Apgar Score 0-3 : Bila mungkin langsung laringoscopi dan endotracheal tube.

IPPV (Intermittent Positive Pressure Ventilation) dapat dilakukan dengan cara

mouth to tube dan pulmonator to tube.

Pada cardiac arrest dilakukan external cardiac message (3x cardiac message

diselingi 1x tiupan).Perhatikan tekanan darah (>40mmHg) atau denyut nadi.(3,4,10)

7

Page 8: asfiksia

Pada Asidosis diusahakan agar pH>7,2 dengan memberikan NaBic dengan dosis

2-4 Meq/kg BB. Untuk mencegah hipoglikemia beri infus glukosa 10%-15%

sebanyak 60-80 ml/kg/24 jam (3,4,8) .

Bayi yang telah berhasil ditolong setelah menderita asfiksia berat

memerlukan pengawasan yang ketat dan cermat. Bayi-bayi ini sering mengalami

edema cerebri dan perdarahan intrakranial, sehingga terjadi koma kemudian

timbul kejang-kejang (fase iritasi) dan kerusakan pada organ-organ lain. Jadi

pengelolaan asfiksia terutama yang berat, belumlah selesai setelah bayi dapat

bernafas spontan, sebab penyulit-penyulit masih mungkin terjadi. (3,4)

II.2. Usia Ibu Yang Tidak Ideal Saat Melahirkan

Dalam setengah abad terakhir diadakan pengawasan wanita hamil secara

teratur dan tertentu. Dengan usaha ini ternyata angka mortalitas serta morbiditas

ibu dan bayi jelas menurun. Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan

ibu sebaik-baiknya secara fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak

dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas, sehingga keadaan ibu post partum

sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental (6) .

Kehamilan dengan persalinannya merupakan paparan atau beban bagi

wanita yang dapat memberikan resiko, bahaya, atau kegawatan akan terjadinya

kematian atau kesakitan bagi ibu dan atau bayi. Angka kematian ibu (AKI) di

Indonesia masih tinggi sekitar 421/100.000 kelahiran hidup (7) . Setiap ibu hamil

mempunyai faktor resiko, yaitu suatu keadaan atau ciri tertentu pada seseorang

ibu hamil yang dapat menyebabkan peluang atau kemungkinan terjadinya

8

Page 9: asfiksia

kesakitan atau kematian ibu dan atau janinnya. Faktor resiko pada ibu hamil

dikelompokkan dalam tiga kelompok berdasarkan kartu skor Poedji Rochyati.

Kelompok Faktor Resiko I ( Ada potensi resiko)

1. Primi muda . Terlalu muda hamil terutama umur 16 tahun atau kurang

2. Primi tua

Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun ke atas

Terlalu lambat hamil pertama setelah kawin 4 tahun lebih

3. Primi tua sekunder. Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun atau lebih

4. Anak terkecil berumur kurang dari 2 tahun

5. Grande Multi. Terlalu banyak punya anak, 4 atau lebih

6. Hamil umur 35 tahun atau lebih

7. Tinggi badan 145 cm atau kurang

8. Riwayat obstetrik jelek (pernah gagal kehamilan : hamil kedua yang pertama

gagal; hamil ketiga atau lebih ada riwayat gagal 2 kali; anak terakhir lahir

mati)

9. Persalinan yang lalu dengan tindakan bukan operasi Caesar (pernah

melahirkan dengan tarikan tang atau vakum)

10. Pernah melahirkan bayi dengan operasi Caesar sebelum ini.

Kelompok Faktor Resiko II (ada resiko). Ibu hamil dengan keluhan-keluhan :

11. Ibu-ibu dengan

Anemia (pucat, lemas badan, lekas lelah, lesu)

Malaria ( panas tinggi, menggigil keluar keringat, sakit kepala, muntah-

muntah)

9

Page 10: asfiksia

Tuberkulosis Paru ( batuk lama tidak sembuh-sembuh, batuk darah, badan

lemah, kurus)

Payah jantung (sesak nafas, jantung berdebar, dada terasa berat kadang

nyeri, nadi cepat, kaki bengkak)

12. Keracunan kehamilan (pre eklamsia ringan/berat)

13. Kelainan letak (letak sungsang,letak lintang)

14. Hamil kembar

15. Hidramnion (kembar air)

16. Janin mati dalam kandungan

17. Hamil lebih bulan (post datism, serotinus)

Kelompok Faktor Resiko III (Gawat Darurat Obstetrik)

18. Perdarahan (mengeluarkan darah pada waktu hamil ini)

19. Eklamsia (terjadi kejang-kejang pada hamil 7 bulan)

Bila melihat sistem skor di atas jelas bahwa usia ibu adalah faktor resiko

bagi ibu dan janinnya bila tergolong kelompok Faktor Resiko I (nomor 1,2,dan 6)

(7) . Kelompok ini biasanya tidak memberikan keluhan, mudah ditemukan pada

kontak pertama pada kehamilan muda tapi mungkin menyebabkan terjadinya

kegawatan pada saat persalinan, melalui pemeriksaan sederhana dengan

wawancara dan periksa pandang (7) . Umur yang terlalu muda adalah faktor resiko

karena pada usia tersebut wanita belum matang baik secara fisik maupun mental

untuk menjadi seorang ibu. Sehingga mempengaruhi kondisi janinnya juga selama

kehamilan dan persalinannya. Umur di atas 35 tahun termasuk faktor resiko

karena sudah melewati usia yang ideal bagi seorang ibu untuk melahirkan yang

10

Page 11: asfiksia

tentunya berpengaruh pada kekuatan dan kemampuan seorang ibu dalam

melahirkan.

II.3. Keterkaitan Antara Terjadinya Asfiksia pada Neonatus dengan Usia

Ibu yang Melahirkan Neonatus tersebut.

Dewasa ini seiring dengan perkembangan pendidikan dan emansipasi,

semakin banyak wanita yang meniti kariernya. Hal ini menyebabkan usia

perkawinan semakin bertambah terutama yang dialami oleh banyak wanita karier

di perkotaan, hal ini berimbas pula pada tuanya usia ibu ketika mengandung dan

melahirkan anaknya. Namun di sisi lain masih banyak pula wanita muda yang

sudah menikah pada usia muda dan melahirkan anaknya. Kesemuanya ini

meningkatkan faktor resiko. Faktor resiko sendiri adalah suatu keadaan atau ciri

tertentu pada seseorang atau suatu kelompok ibu hamil yang dapat menyebabkan

peluang atau kemungkinan terjadinya kesakitan atau kelainan pada ibu atau

janinnya (7) . Dalam hal ini hubungan yang dimaksud adalah hubungan kausa atau

penyebab, jadi dugaan asfiksia pada neonatus disebabkan karena faktor ibu yang

tidak ideal saat melahirkan (7) .

Seperti diterangkan sebelumnya seorang ibu yang berusia terlalu muda

atau tua dimasukkan dalam Faktor Resiko I dalam sistem scoring oleh dr.Poedji

Rochyati karena kemungkinan terdapatnya penyulit menjadi lebih besar. Asfiksia

ataupun anoksia pada bayi baru lahir merupakan salah satu penyulit yang paling

sering terjadi (8) . Dengan segala akibat seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya

maka, walaupun saat ini perkembangan dunia kedokteran semakin maju, namun

11

Page 12: asfiksia

karena manusia mempunyai kodrat alami, maka semuanya tetap memiliki

keterbatasan.

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL dan

12

Page 13: asfiksia

HIPOTESIS PENELITIAN

III.1. Kerangka konseptuil

Faktor IbuKel. Faktor Resiko I :Primi muda, primi tua, umur ibu 35 th/lebih

Faktor placenta (solutio, perdarahan)

Asfiksia pd neonatus:-Sedang:AS 4-6-Berat: 0-3

Faktor fetus (tali pusat menumbung.melilit, kompresi tali pusat)

Faktor neonatus:(pemakaian anestesi/ analgetika,trauma persalinan, kelainan kongenital)

: Faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya asfiksia

: Faktor yang diteliti

III.2.Hipotesa Penelitian

13

Page 14: asfiksia

Adanya hubungan antara terjadinya asfiksia pada neonatus dengan umur

ibu saat melahirkan neonatus tersebut.

BAB IV

14

Page 15: asfiksia

METODOLOGI PENELITIAN

IV.1. Desain Penelitian

Bentuk : Observasi Analitik

Jenis : Cross Sectional Study

IV.2.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Neonatus RSUD Dr.Soetomo Surabaya

pada bulan Januari – Juli 2005.

IV.3.Populasi dan Sampel

Populasi sampel

Neonatus di Ruang Neonatus RSUD Dr.Soetomo Surabaya

Unit sampel

Neonatus di Ruang Neonatus RSUD Dr.Soetomo Surabaya pada bulan

Januari – Juli 2005

Cara pengambilan sampel

Simple random sampling dengan menggunakan lembar status neonatus

Besar sampel

Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus :

Z 1-α/2 + Z 1-β 2

n = + 3 0,5 {ln (1+r1/1-r1) –ln (1+r2/1-r2)}

15

Page 16: asfiksia

r = perkiraan koefisien korelasi

α = tingkat kemaknaan

Z = power

IV.4. Variabel Penelitian

Variabel terikat (dependent variable)

Kejadian asfiksia pada neonatus

Variabel bebas (variable independent)

Usia ibu yang tidak ideal ketika melahirkan neonatus tersebut, yaitu

ibu yang hamil pada usia 16 th (melahirkan pada saat usia 16 atau 17

tahun) dan ibu yang hamil dan melahirkan diatas usia 35 tahun.

Variabel pengganggu (confounding variable)

Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan asfiksia pada neonatus

Faktor placenta

Gangguan mendadak pada placenta, misalnya solution placenta,

perdarahan placenta, dan lain-lain

Faktor fetus

Kompresi umbilikus yang mengakibatkan terganggunya aliran

darah di pembuluh darah umbilikus,misalnya pada tali pusat

menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara

janin dan jalan lahir.

Faktor neonatus

16

Page 17: asfiksia

Depresi pusat pernafasan pada bayi karena pemakaian obat

anestesi/ analgetika yang berlebihan pada ibu,trauma yang terjadi

pada persalinan, kelainan kongenital pada bayi.

IV.5.Definisi Operasional

IV.5.1. Asfiksia neonatorum

Adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan

dan teratur segera setelah lahir. Kriteria klinisnya ditentukan dengan

Apgar Score (nilai 1-10)

Apgar Score 7 -10 bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan

istimewa

Apgar Score kurang dari 7 artinya terjadi asfiksia, dibagi menjadi

Asfiksia sedang (skor apgar 4-6)

Asfiksia berat (skor apgar 0-3).

IV.5.2.Usia Ibu yang Melahirkan Neonatus

Yang kami bagi menjadi usia ideal untuk melahirkan (17-34 tahun) dan

usia yang tidak ideal untuk melahirkan, kami bagi menjadi

Kurang dari 17 tahun

Lebih dari 35 tahun

IV.5.3.Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan asfiksia pada neonatus

Faktor placenta

Faktor fetus

Faktor neonatus

IV.6.Cara Pengumpulan Data

17

Page 18: asfiksia

Data primer diperoleh dari survei status di Ruang Neonatus RSUD

Dr.Soetomo Surabaya

Alat : lembar survei, alat tulis menulis.

IV.7.Cara Pengolahan Data

Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam master tabel. Dari master tabel di

dapatkan gambaran deskriptif dari sampel penelitian. Kemudian dilakukan

analisa data dengan memilih uji statistik yang sesuai. Adapun distribusi

yang diharapkan :

a. Karateristik Umum Sampel

Distribusi sampel menurut bulan kelahirannya

Distribusi sampel menurut urutan kelahirannya

b. Karakteristik Ibu dan Persalinannya

Distribusi usia ibu yang melahirkan

Distribusi jenis persalinan yang dilakukan

Distribusi kelainan penyerta pada ibu

c. Karakteristik Neonatus

Distribusi sampel menurut jenis kelaminnya

Distribusi sampel menurut berat badan lahirnya

Prevalensi terjadinya asfiksia pada neonatus yang dilahirkan.

d. Keterkaitan antara Asfiksia pada Neonatus dengan Usia Ibu Saat

Melahirkan

18

Page 19: asfiksia

Hubungan antara terjadinya asfiksia pada neonatus dengan usia ibu

saat melahirkan dengan persalinan normal (spontan kepala)

IV.8.Cara Analisa Data

Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel-variabel dilakukan uji

statistik terhadap data-data tersebut. Uji yang dilakukan adalah uji korelasi

Rank Sperman dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis nol yang akan diuji adalah : tidak adanya hubungan antara

terjadinya asfiksia pada neonatus dengan usia ibu saat melahirkan.

b. Menetapkan batas kemaknaan

Batas kemaknaan yang digunakan

c. Menghitung uji Sperman

Harga masing-masing variabel diganti dengan ranking (terbesar

sampai terkecil)

Bila ada harga/nilai data yang sama (ties) / rankingnya. Rankingnya

diambil secara rata-rata.

Dihitung selisih rank antara setiap pasangan x dan y (di) , kemudian

dihitung di2

Dimasukkan ke dalam rumus :

Bila ada data yang sama

rs = 1 – 6 Σ di2 / n(n2 – 1)

19

Page 20: asfiksia

Bila tidak ada data yang sama

rs = Σ x2 + Σy2 – Σ di2 / 2 √ (Σ x2) (Σ y2)

Penyebut rumus tersebut dikoreksi sesuai dengan ties masing-masing

variabel :

Σ x2 = (n3 – n) / 12 – Σ Tx

Σ y2 = (n3 – n) / 12 – Σ Ty

* [ T = ( t3 – t) / 12 ]

Nilai koefisien korelasi rank sperman -1 s/d +1

Uji Significan

t = rs √ [( n-2 ) / ( 1 – rs2 )]

d. Menarik kesimpulan

Ho ditolak bila nilai t hitung lebih besar dari t table maka Ho ditolak

IV.9. Jadwal Penelitian dan Kegiatan Penelitian

Persiapan : 1 September 2004 – 30 September 2004

Penggalian ide

Pembuatan proporsal penelitian

Pelaksanaan : 2 Januari 2005 – 01 Juli 2005

Pengumpulan data

Tabulasi dan pengolahan data

Analisis data

Pembuatan hasil sementara

20

Page 21: asfiksia

Penyelesaian : 01 Juli 2005 – 30 Juli 2005

Pembuatan laporan lengkap

IV.10.Peneliti

Virany Diana

Hetty Listyandarini

Pramira Fitri

Deddy Iskandar

IV.11.Rencana Anggaran

Instrumen dan kuesioner : Rp. 100.000,00

Akomodasi : Rp. 200.000,00

Pembuatan laporan : Rp.100.000,00

Jumlah : Rp. 400.000,00

21

Page 22: asfiksia

Daftar Pustaka :

1. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics 16 th

Ed Philadelphia: WB Saunders Company, 2000. pp. 566-568

2. Gomella TL. Perinatal Asphyxia. Neonatology : Management, Procedurs, On

Call Problems, Diseases and Drugs 3 rd Ed Philadelphia: Appleton & Lange,

1994; pp. 399-407

3. Fleisher RG, Ludwig S. Synopsis of Pediatric Emergency Medicine : Neonatal

Resuscitation. Philadelphia : JB Lippincott,2002; pp.18-24

4. Goldsmith JP, Karotkin EH. Assisted Ventilation of Neonate : Resuscitation.

Philadelphia : JB Lippincott,1994; pp. 70-89

5. Damanik SM, Indarso F, Karijadi EK, Sarwono EK. Simposium Gawat

Darurat Pada Anak :Gawat Darurat Pada Bayi Baru Lahir. Surabaya : Seksi

Neonatologi-Perinatologi Laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga, 1987; hal. 26-45

6. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Edisi ketiga, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, 1991, hal.154-163

7. Rochjati P. Kuliah Konsep Kehamilan Risiko Tinggi dan Strategi Pendekatan

Risiko Untuk Ibu Hamil, Surabaya, 1998.

8. Sarwono E. Buku Petunjuk Neonatologi. Surabaya : Seksi Neonatologi-

Perinatologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 1992; hal. 1-4

9. Sarwono E. Simposium Sesak Pada Bayi dan Anak : Sesak Nafas Pada Bayi

Baru Lahir. Divisi Haematologi-Perinatologi Laboratorium/UPF Ilmu

22

Page 23: asfiksia

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, 1990;

hal. 79-96

10. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Ilmu Kesehatan Anak 3 Cetakan keenam. Bagian Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Jakarta, 1991; hal. 1037-

1040 dan 1072-1081

11. Chandra B. Pengantar Statistik Kesehatan Cetakan I, Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 1995; hal.97-100

12. Chandra B. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi Cetakan I, Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996; hal 53-56

13. Casey BM, McIntire DD, Leveno KJ. The Continuing Value of the Apgar

Score for the Assessment of Newborn Infants. The New England Journal of

Medicine, 2001; 344: 467-471

23

Page 24: asfiksia

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

A. Data Umum

1. Nama Ibu/Neonatus : ………..

2. Anak ke : ………..

3. Umur Ibu : …………

4. Tanggal kelahiran : ……………

5. Umur Kehamilan : ……. bulan

B. Data Khusus

1. Persalinan : (pilih)

a. Spontan Kepala d. Forcep Ekstraksi

b. Spontan Brach e. Sectio Caesar

c. Vacuum Ekstraksi

2. Penyakit Ibu : (pilih)

a. Tidak ada

b. Solutio Placenta / placenta praevia

c. Hipertensi / preeklamsia / eklamsia

d. Kelainan uterus

e. Lain-lain …………

3. Data neonatus :

a. Apgar Score : ……./…….

b. Jenis kelamin : Laki-laki / perempuan

c. Cacat bayi : Ya (………………….) / . Tidak

24

Page 25: asfiksia

Lampiran 2

Master Tabel

No NamaBy.ny….

Anak ke

L/P Bln UmurIbu

Persalinan penyulit AS1 mnt

BB(gr)

12345 6789

1011121314151617181920212223242526272829303132333435363738394041

25

Page 26: asfiksia

42434445464748

26

Page 27: asfiksia

Tambahan dan ralat dari halaman 16

IV.3.Populasi dan Sampel

Populasi sampel (sama)

Unit sampel (sama)

Cara pengambilan sample (sama)

Besar sample

Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus :

Z 1-α/2 + Z 1-β 2

n = + 3 0,5 ln (1+r/1-r)

Kriteria Inklusi :

Neonatus cukup bulan yang diketahui data Apgar Scorenya

Diketahui umur ibu yang melahirkan

Dilahirkan dengan persalinan normal spontan kepala

Kriteria Eksklusi

Neonatus kurang bulan

Dilahirkan dengan persalinan spontan brach, vacuum ekstraksi,

forcep ekstraksi, dan sectio caesar

Dilahirkan dengan penyulit faktor placenta, faktor fetus, dan faktor

neonatus

Dilahirkan dengan penyulit faktor ibu (faktor resiko I selain 1,2,6;

faktor resiko II, faktor resiko III)

Ada cacat bayi

27

Page 28: asfiksia

28