asfiksia

9
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal mencapai 37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap hari 8.000 bayi baru lahir di dunia meninggal dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai 45% kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan seorang bayi. Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain bayi lahir prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi lahir dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir menempati penyebab kematian bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan (WHO, 2012). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, setiap hari lebih dari 400 bayi (0-11) bulan meninggal di Indonesia dan angka kematian bayi sebanyak 34 per 1.000 kelahiran hidup, sebagian besar kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi baru lahir atau neonatal (0-28) hari. Adapun masalah neonatal yang terjadi meliputi Asfiksia (kesulitan bernapas saat lahir), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dan infeksi. Menurut Dharmasetiawani dalam IDAI (2010), di

Upload: ria-dharma-patni

Post on 06-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asfiksia adalah

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam

    menentukan derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir

    atau neonatal mencapai 37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap

    hari 8.000 bayi baru lahir di dunia meninggal dari penyebab yang tidak

    dapat dicegah. Mayoritas dari semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi

    pada minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai 45% kematian

    tersebut terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan seorang bayi. Penyebab

    utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain bayi lahir

    prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi lahir

    dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir menempati penyebab kematian

    bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan (WHO, 2012).

    Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun

    2007, setiap hari lebih dari 400 bayi (0-11) bulan meninggal di Indonesia

    dan angka kematian bayi sebanyak 34 per 1.000 kelahiran hidup, sebagian

    besar kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi baru

    lahir atau neonatal (0-28) hari. Adapun masalah neonatal yang terjadi

    meliputi Asfiksia (kesulitan bernapas saat lahir), Bayi Berat Lahir Rendah

    (BBLR), dan infeksi. Menurut Dharmasetiawani dalam IDAI (2010), di

  • 2

    Indonesia angka kejadian Asfiksia di rumah sakit propinsi Jawa Barat

    ialah 25,2%, dan di rumah sakit rujukan propinsi di Indonesia kematian

    karena Asfiksia sebesar 41,94% .

    Imtiaz et al (2009), di dalam Jornal of public health and safety

    menyebutkan bahwa penyebab utama kematian obstetri disebabkan oleh

    asfiksia intrapartum sebesar 21%. Penelitian oleh Rahman et al (2010),

    journal of health population and nutrition mengenai penyebab kematian

    bayi menyebutkan bahwa asfiksia lahir menyumbangkan 45% sebagai

    penyebab kematian bayi dan penyebab salah satunya karena persalinan

    yang tidak terampil.

    Asfiksia Neonatorum merupakan kondisi atau keadaan di mana

    bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

    Keadaan tersebut akan disertai dengan keadaan hipoksia, hiperkapnea, dan

    berakhir dengan asidosis (Ilyas, 1994). Asfiksia merupakan masalah yang

    terjadi pada bayi baru lahir, suatu kelahiran erat kaitannya dengan proses

    persalinan, dalam persalinan terdapat 4 tahapan yaitu kala I (pembukaan 0

    sampai lengkap), kala II (persalinan janin), kala III (persalinan plasenta),

    kala IV (2 jam setelah plasenta lahir).

    Tahapan proses persalinan yang erat kaitannya langsung dengan

    janin adalah pada kala I dan kala II. Dalam setiap tahap persalinan tersebut

    terdapat penyulit yang mungkin terjadi, yang mana penyulit tersebut akan

    memperlama dari proses persalinan itu sendiri. Kala I dalam persalinan

    berlangsung 13 jam untuk persalinan pertama (Primipara), untuk

  • 3

    persalinan selanjutnya (multipara) berlangsung sekitar 7 jam, sedangkan

    kala II persalinan pada primi berlangsung 1 jam dan pada multi

    berlangsung setengah jam (Suririnah, 2008 dan Mochtar, 1998).

    Apabila terjadi gangguan persalinan berupa kala I berlangsung

    lebih dari 13 jam namun bayi belum kunjung keluar juga dan mulas-

    mulasnya tidak bertambah kuat ini bararti persalinan tidak maju.

    Gangguan persalinan tersebut akan mempersulit keluarnya bayi yang mana

    akan mengancam jiwa anak maupun ibu (Nadesul, 2001). Lamanya kala I

    dalam persalinan dapat di pengaruhi oleh kecemasan yang di rasakan oleh

    ibu bersalin. Kecemasan dalam hal ini dikarenakan oleh rasa nyeri

    berlebihan (Novita, 2011).

    Penelitian oleh Jatmika (1999), menyebutkan bahwa makin tinggi

    kecemasan seseorang dalam menghadapi persalinan maka makin lama

    persalinan kala I. Apabila kala I dalam persalinan berlangsung lebih lama

    maka akan ada kemungkinan terjadi persalinan lama. Persalinan yang

    lama (partus lama) merupakan salah satu faktor resiko intrapartum

    kejadian Asfiksia (Dharmasetiawani, dalam IDAI 2010).

    Kala II merupakan proses pengeluaran janin/bayi, kontraksi akan

    terasa sangat kuat pada fase ini. Kontraksi yang kuat menimbulkan nyeri

    hebat. Nyeri biasanya menimbulkan ketakutan dan kecemasan yang dapat

    meningkatakan kerja saraf simpatis yang mana hal tersebut merangsang

    reseptor dan . Rangsangan tersebut akan mengakibatkan oksigenasi

    janin berkurang dan penurunan oksigenasi dapat memperlambat proses

  • 4

    persalinan (Novita, 2011). Dharmasetiawani dalam IDAI (2010),

    menyebutkan bahwa kala II lama merupakan salah satu faktor intrapartum

    untuk terjadinya asfiksia neonatorum

    Faktor resiko kejadian Asfiksia sangatlah beragam dan banyak hal

    yang mempengaruhi dan berhubungan dengan kejadian Asfikia. Hasil

    penelitian oleh Ahmad (2000), menyebutkan bahwa terbukti terdapat

    hubungan bermakna antara persalinan lama dengan kejadian asfiksia bayi

    baru lahir. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Fahrudin (2002),

    menyebutkan bahwa faktor resiko kejadian asfiksia meliputi berat bayi

    lahir rendah, ketuban pecah dini, persalinan lama, tindakan sektio

    cesareae, umur ibu 35 tahun, riwayat obstetri jelek,

    kelainan letak janin, dan status ANC buruk.

    Asfiksia neonatorum merupakan salah satu faktor yang bisa

    mengancam kehidupan neonatus. Berdasarkan data Rekam Medik RSUD

    Prof. Margono Soekarjo diperoleh data mengenai jumlah kasus asfiksia

    neonatorum pada tahun 2008 sebanyak 186 kasus, 2009 sebanyak 320

    kasus, 2010 sebanyak 533 kasus dan 2011 sebanyak 467 kasus. Untuk

    tahun 2012 sejak bulan Januari sampai dengan Mei sebanyak 132 kasus.

    B. Rumusan Masalah

    Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, yang mana terdapat

    penimbunan CO2 dan asidosis. Apabila proses tersebut berlangsung terlalu jauh,

    maka dapat mengakibatkan kerusakan otak atau bahkan kematian. Asfiksia juga

    dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. Pada awal asfiksia, darah

    menjadi lebih banyak dialirkan ke otak dan jantung, dengan adanya hipoksia dan

  • 5

    asidosis maka akan terjadi penurunan fingsi miokardium, curah jantung, dan

    aliran darah ke alat-alat vital juga berkurang. Asfiksia neonatorum merupakan

    keadaan yang disertai dengan berbagai situasi seperti hipoksia (Saifuddin,

    2002).

    Asfiksia neonatorum menempati posisi ketiga sebagai penyebab

    kematian bayi ketiga di dunia pada periode awal kehidupan, sedangkan di

    rumah sakit rujukan propinsi di Indonesia, sebesar 41,94% kematian

    disebabkan karena asfiksia. Setiap tahunnya asfiksia merupakan penyebab

    kematian 19% dari 5 juta kematian bayi baru lahir (WHO, 2012). Masalah

    bayi baru lahir tersebut berkaitan dengan proses persalinan. Proses

    persalinan yang berkaitan dengan janin/bayi adalah kala I dan kala II.

    Penyulit persalinan pada proses tersebut mungkin terjadi, hal tersebut

    dapat memperlama proses persalinan. Persalinan lama merupakan salah

    satu faktor resiko kejadian asfiksia neonatorum (Dharmasetiawani, dalam

    IDAI 2010).

    Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas, maka

    dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini yaitu apakah ada

    hubungan antara kala I dan II lama persalinan dengan kejadian asfiksia

    neonatorum di RSUD Margono Soekarjo.

  • 6

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kala I dan

    II lama pada persalinan dengan kejadian Asfiksia neonatorum di RSUD

    Prof. Margono Soekarjo.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden (usia ibu

    bersalin dan paritas)

    b. Mengetahui rata-rata lama waktu proses persalinan kala I dan II

    pada bayi yang lahir dengan asfiksia neonatorum.

    c. Mengatahui rata-rata lama waktu proses persalinan kala I dan II

    pada bayi yang lahir tanpa asfiksia neonatorum.

    d. Mengetahui hubungan kala I dan II lama persalinan dengan

    kejadian asfiksia neonatorum.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Peneliti

    Meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan pengalaman dalam

    penerapan ilmu yang didapat selama pendidikan khususnya metodologi

    penelitian

    2. Bagi pembaca

    Menambah pengetahuan bagi pembaca serta masukan bagi peneliti jika

    akan melakukan penelitian lanjutan

  • 7

    3. Bagi Rumah Sakit

    Sebagai informasi/masukan bagi petugas kesehatan di Rumah sakit dalam

    manajemen proses persalinan terutama dalam kala I dan kala II persalinan.

    E. Penelitian Terkait

    1. Ahmad (2000). Judul Hubungan persalinan lama dengan kejadian asfiksia

    neonatorum pada bayi baru lahir di RSUD Dr Adjidarmo Rangkasbitung.

    Rancangan penelitian yang digunakan case control dengan menggunakan

    data sekunder yang bersumber dari register ibu dan register bayi yang ada

    di rumah sakit RSUD Dr Adjidarmo Rangkasbitung tahun 2000. Populasi

    adalah semua bayi yang lahir di RSUD Dr Adjidarmo Rangkasbitung

    periode Januari sampai Desember tahun 2000. Sampel sebanyak 236 kasus

    dan 236 kontrol. Cara pengambilan sampel kasus dilakukan secara total

    sampling, sedangkan kontrol dengan random sampling. Analisis data yang

    digunakan yakni univariat, bivariat, stratifikasi, dan multivariat. Hasil

    penelitian mengemukakan bahwa terbukti terdapat hubungan yang

    bermakna antara persalinan lama dengan kejadian asfiksia neonatorum

    pada bayi baru lahir setelah dikontrol variabel covariat (usia ibu saat

    bersalin, paritas, berat badan bayi lahir, kelainan plasenta, persalinan

    tindakan, kelainan letak, dan kasus rujukan). Perbedaan pada penelitian

    yang akan dilakukan adalah pada variabel independen yang lebih spesifik,

    cara pengambilan sampel dengan teknik random sampling. Persamaan

  • 8

    penelitian adalah pada rancangan penelitian yang menggunakan case

    control.

    2. Desfauza (2007). Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

    asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir yang dirawat di RSU Dr Pirngadi

    Medan tahun 2007. Jenis penelitian bersifat analitik observasional dengan

    rancangan studi yang digunakan adalah case control terhadap ibu yang

    melahirkan di Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi medan baik yang asfiksia

    neonatorum (kasus) maupun yang tidak asfiksia neonatorum (kontrol)

    periode 1 januari 31 Desember 2007, dengan jumlah sampel sebanyak

    204. Data diperoleh dari catatan rekam medik, cara pengambilan sampel

    dengan menggunakan teknik random. Analisis data secara univariat,

    bivariat, dan multivariat. Dari analisis regresi logistik didapatkan 3 faktor

    yang memiliki pengaruh paling dominan dengan kejadian asfiksia

    neonatorum yaitu anemia, BBLR, dan paritas. Perbedaan penelitian pada

    variabel yang diteliti yaitu kala I dan II lama persalinan dengan kejadian

    asfiksia, dan lokasi penelitian. Persamaan penelitian terletak pada

    rancangan penelitian yang digunakan yaitu case control dan teknik

    pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling.

    3. Fahrudin (2002). Judul Analisis beberapa faktor resiko kejadian asfiksia

    neonatorum di kabupaten Purworejo. Desain penelitian yang digunakan

    adalah kasus kontrol dengan 79 kasus dan 79 kontrol. Populasi adalah

    semua bayi yang lahir yang berada di kabupaten Purworejo periode januari

    sampai oktober 2002. Kasus dan kontrol ditentukan berdasarkan diagnosis

  • 9

    dokter rumah sakit. Hasil analisis multivariat ada 8 faktor yang

    berpengaruh terhadap asfiksia yaitu berat lahir bayi rendah, ketuban pecah

    dini, persalinan lama, tindakan sektio cesareae, umur ibu 35 tahun, riwayat obstetri jelek, kelainan letak janin, dan status ANC

    buruk.

    Perbedaan penelitian pada variabel yang diteliti yakni kala I dan II lama

    persalinan dan kejadian asfiksia, lokasi penelitian. Persamaan penelitian

    pada rancangan penelitian yang menggunakan case control, perolehan data

    berupa data sekunder.