asam amino dan proteinku
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
ABSTRAK
Penelitian dialakukan bertujuan untuk mengetahui sifat- sifat reaksi asam amino serta
identifikasi asam amino dan protein agar dapat diketahui asam amino dan protein secara
kualitatif dan kuantitatif. Pada uji kelarutan asam amino menunjukkan bahwa asam amino
cenderung bersifat polar. Uji ninhidrin menunjukkan hasil negatif untuk semua asam amino.
Uji xanthoprotein tirosin dan triptofan menujukkan hasil positif. Pada kurva titrasi asam
amino menunjukkan pI glisin percobaan sebesar 6,574 dan pI asam glutamat sebesar 6, 5185.
Pada protein, uji biuret menujukkan gelatin, kasein dan albumin menunjukkan hasil positif
dengan larutan ungu. Pada uji denaturasi, hanya gelatin yang tidak terdenaturasi oleh pH
ekstrim dan panas. Pengendapan dengan logam berat, semua protein uji mengendap dengan
penambahan logam berat. Pada pengendapan dengan asam hanya albumin yang mengendap
terhapa semua asam yang digunakan. Hasil uji biuret dengan alat spektrofotometri
menunjukkan bahawa absorbansi dari kasein sebesar 0,103, pepton 0,048 serta gelatin 0,269.
Hasil isolasi kasein dari susu didapatkan berat kasein 10,5 g dengan rendemen 10,17 %
Kata kunci : asam amino, protein, sifat-sifat, kualtitatif, kunatitatif
ABSTRACT
The aim of this research was to learn reaction characteristicof amino acid including
identification amino acid and protein in order to learn this aim by qualitative and quantitative.
Solubility of amino acid tending to polar. The result of ninhidrin reaction is negative for all
amino acid. The result of tyrosin and tryptofan are positive for xanthoprotein. Curve tritation
of amino acid show that pI glisin experiment is 6,574 and pI glumatic acid is 6,5185. Biuret
experiment show that gellatin, casein and albumin is positive with purplecolor. Denaturation
experiment that only gellatin dont effect by pH and heat. Precipitation with heavy metal , all
protein experiment precipitate with an addition of heavy metal. Precipitation with acid, only
albumin precipitate with all acid experiment. The result absorbance from casein is 0,103,
pepton is 0,048 and gellatin is 0,269. The resultof casein isolation from milk that mass of
casein is 10,5 g with rendemen 10,17 %.
Keyword : amino acid, protein, characteristic, qualitative, quantitative
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari sifat-sifat reaksi asam amino, melakukan
identifikasi asam amino dan protein serta mentukan senyawa- senyawa asam amino secara
kualitatif dan kuantitatif
1.2 TINJAUAN PUSTAKA
Asam amino adalah senyawa bagian dari protein yang mempunyai sifat- sifat yang khas
dan spesifik( wirahadikusumah, 1989). Sebagian besar asam amino merupakan dalam suatu
organisme hidup adalah asam α- amino. Asam α- amino yaitu fungsi amino yang ada pada
atom karbon yang selanjutnya menjadi gugus fungsional asam karboksilat. Struktur dasar dari
suatu asam amino adalah sama, maka yang membedakan antara satu asam amino dengan
asam amino yang lain terletak pada gugus R yang ada pada asam amino tersebut. Dengan
adanya hal itu maka asam amino dapat dikelompokan menjadi 4 kelompok ( dalam bentuk
ionnya pada pH 7) yaitu asam amino gugus cabang hidrofobik, gugus rantai cabang polar tak
bermuatan, gugus rantai cabang bermuatan negatif pada pH 7, gugus rantai cabang bermuatan
positif pada pH 7.Asam amino tidak hanya berperan sebagai pembangun protein namun juga
dapat menjadi prekusor dari banyak senyawa kimia yang mengandung nitrogen,contohnya
adalah glisin diperlukan untuk biosintesis gugus heme dari hemoglobin. Tidak semua asam
amino dapat dihasilkan secara individu dari suatu sumber nitrogen sederhana dan karbon.
Oleh karena itu diperlukan asam amino tertentu untuk mencukupi kekurangan tersebut yang
dapat diperoleh dari luar sistem. Asam amino kecuali glisin mempunyai dua bentuk dimana
kedua bentuk tersebut merupakan enansiomer. Asam amino mempunyai konfigurasi absolut
yang dapat dijabarkan dengan molekul D-gliseraldehida. Namun sejauh ini hanya asam-asam
L-amino yang dapat di amati pada protein. Akan tetapi asam D-amino menjadi penting jika
berhubungan dengan materi dengan bentuk lebih redah,seperti pada dinding sel bakteri (page,
1989).
Protein merupakan komponen utama dari sel hidup. Protein mempunyai fungsi sebagai
unsur pembentuk struktur sel, sebagai protein aktif serta sebagai enzim. Molekul protein
mempunyai ciri-ciri berat molekulnya besar, umumnya terdiri dari 20 macam amino,
mempunyai ikatan kimia lain( ikatan hidrogen, ikatan van deer waals, antaraksi
elektrostatik,serta ikatan disulfida), struktur protein terkadang tidak stabil terhadap beberapa
kondisi serta reaktif dan spesifik. Protein pada suatu keadaan dikenal sebagai molekul makro
pemberi keterangan karena pada protein tersusun atas urutan asam amino tertentu sehingga
memberikan keterangan genetik yang terkandung pada protein tersebut. Jenis protein
mempunyai ciri-ciri bahwa susunan kimia yang dimliki khas, bobot molekular ynag khas serta
urutan asam amino yang khas juga. Dua jenis protein berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh,
apabila protein tersebut dihidrolisismenjadi monomernya, yaitu protein sederhana ( hanya
asam amino) dan protein berkonjugasi ( asam amino + gugus-gugus prostetik nonprotein).
Pada suatu keadaan juga, protein dapat digolongkan berdasarkan kelarutannya. Kedua
kelompok tersebut adalah protein berserat serta protein berbentuk bola. Protein berserat ialah
protein yang tidak larut dalam larutan garam yang berada dalam air. Konformasi dari protein
ini pada umumnya serat (α) panjang, contohnya kolagen( ligamen) dan α-keratin (rambut)
atau lembaran (elastin). Protein bola, protein ini berbentuk bola yang larut dalam larutan
garam. Hampir semua enzim, hormon protein, anti bidy dan protein transpor merupakan
protein bola. Jika protein tidak berbentuk serat ataupun bola, maka protein tersebut termasuk
miosin (serat otot) dan fibrinogen ( pembeku darah) (wirahadikusumah, 1989).
Protein dalam sampel dapat dilakukan suatu teknik ekstraksi. Namun ekstraksi protein
harus memperhatikan cara dan sifat hasil reaksi. Hal ini dikarenakan protein mudah
mengalami denaturasi. Sehingga perlu diperhatikan pemilihan metode untuk memperbaiki
kualitas isolat yang dihasilkan ( Aulani’am,2005). Protein dapat diuji dengan beberapa
metode. Salah satu metode yang dilakukan adalah metode biuret. Metode biuret digunakan
untuk mrngidentifikasi adanya ikatan peptida didalam protein. Ikatan peptida yang berjumlah
lebih dari dua akan bereaksi dengan tembaga sulfat yang akan memberikan kompleks
berwarna ungu/violet ( white, 1964). Metode lain yang dapat digunakan untuk uji protein
dapat menggunakan reaksi sakaguchi. Reaksi ini digunakan untuk identifikasi adanya
guadinin. Pada arginin atau protein yang mengandung arginin akan menghasilkan hasil positif
jika berwarna merah. Metode lain dapat menggunakan elektroforesis kertas. Metode ini
menggunakan sampel yang berupa campuran yang diteteskan pada kertas elektroforesis.
Kertas eektroforesis dibasahi terlebih dahulu dengan larutan buufer dengn pH tertentu. Kertas
elektroforesis dimasukkan kedalam bejana yang nantinya akan dialiri listrik pada temperatur
rendah. Dari harga pKa yang berbeda- beda pada tiap asam amino dan protein pada pH
tertentu maka dapat diketahui arah dan kecepatan laju sehingga dapat dianalisis ( Poedjiadi,
2012).
Prinsip kerja alat spektronik 20 adalah sumber cahaya berupa lampu tungsten akan
memancarkan sinar polikromatik. Setelah melewati filter panjang gelombang, hanya sinar
yang mono kromatik dilewatkan ke larutan dan sinar yang melewati larutan dideteksi oleh
foto detektor ( skoog, et al., 2014)
Gambar 2.2 spektronik 20
1.3 TINJAUAN BAHAN
1.3.1 asam klorida
asam klorida merupakan senyawa polar dengan titik lebur -85 dan titik didih 115
, tidak berwarna, berbau,merangsang dan merupakan asamkuat, sehingga digunakan
sebagai pelarut ( smith, 2005)
1.3.2 Natrium hidroksida
Natrium hidroksida berbentuk padatn atau bubuk berwarna putih dengan densitas 2,13
g/ml. Titik lebur 318 dan titik leleh 1390 . Larut dalam air, alkohol dan gliserol.
Bersifat basa sehingga mampu menetralkn asam. Bersifat korosif sehingga
menyebabakan iritasi jika melakukan kontak (smith, 2005)
1.3.3 Etanol
Etanol mempunyai rumus kimia C2H5OH. Etanol berbentuk cairan tidak berwarna
mempunyai bau seperti alkohol. Etanol mempunyai titik didih 78,5 dan titik leleh -
114,1 . Etanol larut dalam air dingin,air pAnas,metanol,dietil eter serta aseton
(smith,2005).
1.3.4 Kloroform
Kloroform deng rumus molekul CH3Cl memiliki titik lebur 61,2 dengan densitas
1,484 g/ml. Kloroform larut dalam alkohol, eter, benzena, dan carbon tetraklorida.
Sedikit larut dalam air ( smith, 2005).
1.3.5 Fenol
Fenol mempunyai rumus molekul C6H5OH. Fenol mempunyai bentuk padatan tidak
berwarna hinga merah muda dengan aroma yang khas.femol mempunyai titik didih
182 , titik leleh 42 . Dengan densitas 3,24. Fenol larut dalam air,metanol,dietil eter
dan aseton (smith,2005).
1.3.6 Asam nitrat
Asam nitrat berupa cairan tidak berwarna. Mengurai dengan cahaya menjadi merah
dari nitrogen oksida. Asam nitrat bersifat racun dan korosif ( smith, 2005)
1.3.7 Tembaga sulfatl
Tembaga sulfat merupakan garam berbentuk kristal muda, memiliki densitas 2,28
g/ml. Mempunyai berat molekul 249,68 g/mol. Dapat membentuk senyawa anhidrit
yaiyu ( smith,2005).
1.3.8 Timbal asetat
Timbal asetat merupakan padatan kristal putih yang larut dalam air. Dalam airakan
membentuk anhidrat. Timbal asetat digunakan sebagai gula timbal karena berasa
manis ( smith, 2005).
1.3.9 Buffer Asetat
Buffer asetat memiliki pKa = 4,76 pada temperatur kamar. Massa molekul relatif
buffer asetat adalah 59,04 g/mol. Digunakan sebagai kalibrasi pHmeter ( Basri,2003).
1.3.10 Eter
Eter merupakan pelarut organik. Eter berupa cairan tidak berwarna larut dalam alkohol
dan minyak. Bersifat mudah meledak dan terbakar. Mempunyai titik didih 34,5 (
smith, 2005).
1.3.11 Ninhidrin
Ninhirin merupakan zat penghidrasi. Ninhidrin sangat kuat bereaksi deng protein.
Reaksi ini akan menghasilkan warna biru hingga ungu. Reaksi ini berlangsung pada
pH 4,8 ( plumer, 1978).
1.3.12 Albumin
Albumin sering dikenal dengan putih telur. Karena didialam putih telur terdapat
albumin. Albumin mempunyai komponen ± 12 % padat. Dapat menggumpal pada
temperatur 55-57 ( Daintith,1997)
1.3.13 Kasein
Kasein merupakan protein utama pada susu. Kasein ini rentan terhapa perubahan
pH.bersifat tidak stabil. Serta mdah menggumpal( Daintith, 1997).
1.3.14 Gelatin
Gelatin terbuat dari kolagen yang terhidrolisis dalam asam atau basa. Dikarenakan
gelati dapat terhidrolisis maka menyebabkan terjadi pemisahan ( Basri,2003).
1.3.15 Pepton
Pepton merupakan polimer. Pepton merupakan polimer pendek yang dapat dibentuk
dari hubungan α-asam amino ( Basri,2003).
1.3.16 Asam Pikrat
Asam pikrat merupakan padatan kuning dengan densitas 1,76 g/ml. Titik leleh asam
pikrat 112,5 , titik didih 7300 . Asam pikrat mempunyai pKa 0,38 dengan berat
molekul 229,10 g/mol ( Daintith,1997).
1.3.17 Asam Trikoloroasetat
Asam trikoloroasetat merupakan padatan berwarna putih dengan densitas 1,639 g/ml.
Senyawa ini mempunyai titik didih 196 dan titik leleh 57 . Bersifat larut dalam
air ( Smith,2005).
1.3.18 Asam Glutamat
Asam glutamat termasuk asam amino yang bermuatan. Memiliki densitas 147,13 g/ml,
titik leleh 247 . Titik iso elektrik sebesar 3,22 ( Smith, 2005).
1.3.19 Alanin
Alanin termasuk protein non polar. D-alanin banayk terdapatpada dinding bakteri dan
beberapa peptida ( Toha, 2001)
1.3.20 Triptofan
Triptofan merupakan asam amino esensial. Triptofan banyak ditemui pada mamalia
dengan konformasi L. Memiliki titik leleh 280 , densitas 1,34 g/ml. Berat molekul
204,239 g/mol (daintith,1997)
1.3.21 Tirosin
Tirosin memiliki berat molekul 118,19 g/mol. Densitas 1,46 g/ml. Titik leleh 343 (
Smith, 2005).
1.3.22 Glisin
Glisin merupakan asam amino dengan rumus molekul C2H5NO2. Memiliki berat
molekul 75,07 g/mol. Memiliki titik isoelektrik 5,97 ,pKa1 2,34 dan pKa2 = 9,58 (
Smith,2005).
1.3.23 Susu
Susu merupakan cairan berwarna putih. Susumempunyai kalsium tinggi, fosfor,
vitamin dan asam amino. Susu akan terdenaturasi pada temperatur 100 (Daintith,
1997).
1.3.24 Prolin
Prilin adalah asam amino heterosiklik yang dapat diperoleh dari hidrolisis kasein.
Kolagen banyak mengandung prolin dan hidroksiprolin ( Poedjiadi, 2012).
1.3.25 Fenil Alanin
Asam amino ini mempunyai gugus R aromatik. Asam amino ini tidak dapat disintesis
oleh tubuh ( Poedjiadi,2012).
1.3.26 Histidin
Histidin diperoleh dari hidrolisis protein yang terdapat pada sperma suatu jenis ikan
dan juaga protein dari suatu jaringan. Asam amino ini bersifat basa ( Poedjiadi,2012).
1.3.27 Lisin
Asam amino ini bersifat basa karena adanya gugus-NH2 yang lebih dari satu. Asam
amino ini diisolasi dari hasil hidrilisis kasein ( Poedjiadi,2012).
1.3.28 Hg(NO3)2
Senyaw auini merupakan kristal putih dengan berat molekul 324,7 g/mol. Titik lebur
79 serta densitas 4,8 g/ml. Bersifat racun dan dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan ( Daintith,1997).
1.3.29 Akuades
Akuades mempunyai rumus H2O. Akuades berbentuk cairan tidak berwarna serta tidak
berbau. Akuades mempunyai berat molekul 18,01 g/mol dengan titik didih 100 ,titik
beku 0 (smith,2005)
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat
Alat- alat yang digunakan dalam pecobaan ini adalah tabung reaksi, neraca digital, rak
tabung reaksi, pipet tetes, penangas air, pipet ukur, gelas kimia 100 ml, pH meter, buret,
spatula, oven, kertas saring, kain saring, corong buchner, gelas arloji, termometer, erlenmeyer,
statuf dan klem, tisu
2.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan untuk percobaan ini adalah HCl 0,1 N, NaOH 0,1 N,
etanol, kloroform, asam amino,glisin, asam glutamat, lysin, alanin, tirosin, triptofan, protein,
kaesin, fenil alanin, fenol 1g/L, HNO3 pekat, NaOH 10 M, HCl 0,2 N, asam amino 0,1 M,
histidin,
2.3 Skema kerja
2.3.1 asamamino
Kelarutan asam amino
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi ( glisin, asam glutamat, alanin)
- Diperiksa kelarutannya dengan pelarut air,asam encer, basa encer, etanol
dan kloroform sebanyak 5 tetes
Reaksi Ninhidrin
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Dinetralkan dengan NaOH
- Ditambahkan 5 tetes larutan Ninhidrin
- Dimasukkan kedalam penangas air ± 2 menit
0,1 g asam amino
Hasil
1 ml larutan asam amino (glisin, tirosin, triptofan, kasein, asam glutamat, alanin)
Hasil
Reaksi Xanthroprotein
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan 0,5 ml asam nitrat pekat
- Didinginkan, diamati perubahan warna yang terjadi
- Ditambahkan larutan NaOH 10 N sebanyak 1 mL
- Ditambahkan fenol 1g/L sebanyak 1 mL
Kurva titrasi asam amino
- Dimasukkan kedalam gelas kimia 100 ml
- Ditentukan pHdengan menstandarkan terlebih dahulu pHmeter
- Ditambahkan HCl 0,1 N dari buret secara perlahan
- Dicatat pH pada setiap penambahan
- Dilanjutkan penambahan asam hingga pH 1,3
- Elektroda dicuci dengan akuades
- pHmeter distandarkan kembali
- diulangi titrasi dengan basa NaOH pada 10 ml asam amino sampai pH
12,5
Protein
Uji Biuret
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes larutan kupri sulfat
- Ditambahkan 2 ml NaOH 0,1 N, dikocok dan diamati perubahan warna
yang terjadi
0,5 ml larutan asam amino ( alanin, glisin, asam glutamat)
Hasil
10 ml larutan asam amino ( asam glutamat dan glisin)
Hasil
2 ml larutan protein (albumin, gelatin, kasein)
Hasil
Denaturasi protein oleh panas pH ekstrim
- Dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi
- Ditambahkan 0,5 ml HCl larutan pada tabung 1
- Ditambahkan 0,5 ml NaOH larutan pada tabung 2
- Ditambahkan 0,5 ml HNO3 larutan pada tabung 3
- Dimasukkan kedalam penangas 10 menit
- dicampur dan diamati perubahan yang terjadi
pengaruh pH ekstrim
- Dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi
- Ditambahkan 2 mL HNO3 pekat pada masing-masing tabung
- Dikocok – kocok hingga terjadi perubahan warna
Pengendapan protein dengan logam berat
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes larutan logam berat ( Hg(NO3)2 dan Pb(CH3COO)2
dan asam nitrat pekat
- Diamatidan dibandingkan dengan larutan yang ditambah reagen berlebih
5 ml larutan protein ( albumin, gelatin, kasein)
Hasil
1 ml larutan protein ( albumin, gelatin, kasein dan pepton)
Hasil
2 ml larutan protein ( albumin, gelatin, kasein)
Hasil
Pengendapan protein oleh asam
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes reagen asam ( asam pikrat jenuh, asam sulfosalisilat
dan trikolroasetat)
- Diamati jika penambahan reagen berlebih
- Ditambahkan 1 mL larutan NaOH
- Diamati perubahan yang terjadi
Penentuan kadar protein secara biuret
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan 4 ml reagen biuret
- Dikocok dan didiamakan selama 30 menit
- Dibaca serapannya pada λ 540 nm
- Dibuat larutan blanko
- Dibuat larutan standar protein dengan konsentrasi 1,3,5,8,10 mg/L
1 ml larutan protein ( Albumin, gelatin, kasein, pepton)
Hasil
1 ml protein yang mengadung 1-10 mg/L
Hasil
Isolasi kesein susu
- Dimasukkan kedalam gelas kimia 500 mL
- Dipanaskan hingga temperatur 40
- Ditambahkan buffer asetat 100 ml sambil diaduk hingga pH 4,6
- Didinginkan sekaligus didiamkan selama 5 menit
- Endapan didekantasi berulang kali dengan sedikit air
- Disuspensikan dengan etanol 20 ml
- Disaring suspensi yang didapatkan
- Dicuci dengan larutan etanol-eter (1:1) 20 ml
- Dicuci dengan 15 ml eter dan dikeringkan
- Dipindahkan tepung kasein ke gelas arloji
100 ml susu
Endapan
Hasil
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Kelarutan Asam Amino
No Perlakuan Pengamatan
1
Dimasukan asam amino (glisin, asam glutamat,
alanin) ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 tetes
Diperoleh larutan berwarna
bening dalam tabung reaksi
2
Ditambahkan masing-masing akuades sebanyak 5
tetes
Glisin larut, asam glutamat larut,
dan alanin larut
3 Ditambahkan HCl encer 0,1 N sebanyak 5 tetes
Glisin larut, asam glutamat larut,
alanin larut
4 Ditambahkan kloroform sebanyak 5 gram
Glisin tidak larut, asam glutamat
tidak larut, alanin tidak larut
5 Ditambah etanol sebanyak 5 tetes
Glisin larut, asam glutamat larut,
alanin larut
6 Ditambahkan NaOH encer sebanyak 5 tetes
Glisin larut, asam glutamat larut,
alanin larut
3.2 Reaksi Ninhidrin
No Asam Amino Warna
awal
Dinetralkan
dengan
NaOH 0,1M
Ditambah 5
tetes ninhidrin
Setelah
pemanasan Hasil uji
1 Glisin Bening Bening Kuning pucat Kuning pucat negatif
2 Tyrosin Bening Bening Kuning pucat Kuning pucat negatif
3 Tryptophan Bening Bening Kuning pucat Kuning pucat negatif
4 Kasein Bening Bening Kuning pucat Kuning pucat negatif
5
Asam
glutamat Bening Bening Kuning pucat Kuning pucat negatif
6 Alanin Bening Bening Kuning pucat Kuning pucat negatif
3.3 Uji Xanthoprotein
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1
Dimasukkan 0,5 ml larutan asam amino,
glisin, tyrosin, dan tryptofan ke dalam
masing-masing tabung reaksi
Diperoleh 0,5 ml asam amino, glisin, tyrosin,
dan tryptofan dalam masing-masing tabung
reaksi
2
Ditambah 0,5 ml asam nitrat pekat ke
dalam masing-masing tabung reaksi
Diperoleh glisin tidak berwarna, tyrosin tidak
berwarna, tryptofan larutan berwarna kuning
dan temperatur larutan meningkat
3
Didinginkan dan diamati perubahan
warna yang terjadi
Glisin tidak berwarna, tyrosin tidak berwarna,
tryptofan berwarna kuning
4
Ditambahkan NaOH 10N sebanyak 1 ml
pada masing-masing tabung reaksi
Glisin tidak berwarna dan larutan panas, tyrosin
kuning cerah, tryptofan merah bata dan larutan
panas
5
Ditambahkan fenol 1 g/L sebanyak 1 ml
pada masing-masing tabung reaksi
Glisin berwarna kuning ke jingga, tyrosin
berwarna kuning ke jingga, tryptofan berwarna
kuning ke jingga
3.4 KURVA TITRASI ASAM AMINO
No. PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN
1. Semua peralatan dicuci dan buret
dikondisikan dengan larutan penitrasi
Semua peralatan bersih dan buret terkondisi
dengan larutan penitrasi
2. Peralatan titrasi dipersiapkan pada
statif, pH meter distandartkan dengan
aquades
Peralatan titrasi sudah siap dan pH meter
sudah terstandartkan dengan aquades
TABEL HASIL PENGAMATAN
ASAM GLUTAMAT
No. HCl pH NaOH pH
1 0 3.5 0 3.5
2 1 2.17 1 5.2
3 2 2.15 2 7.7
4 3 2.06 3 9.05
5 4 1.98 4 9.78
6 5 1.9 5 10.08
7 6 1.84 6 10.43
8 7 1.8 7 10.73
9 8 1.75 8 10.96
10 9 1.73 9 11.11
11 10 1.69 10 11.23
12 11 1.67 11 11.33
13 12 1.66 12 11.42
14 13 1.64 13 11.48
15 14 1.62 14 11.54
16 15 1.55 15 11.6
17 16 1.58 16 11.64
18 17 1.57 17 11.7
19 18 1.55 18 11.74
20 19 1.54 19 11.78
21 20 1.52 20 11.81
22 21 1.51 21 11.86
23 22 1.5 22 11.88
24 23 1.45 23 11.89
25 24 1.48 24 11.9
26 25 1.47 25 11.91
27 26 1.46 26 11.94
28 27 1.46 27 11.96
29 28 1.46 28 11.97
30 29 1.42 29 11.98
31 30 1.42 30 12
32 31 1.39 31 12.02
33 32 1.38 32 12.04
34 33 1.38 33 12.06
35 34 1.38 34 12.08
GLISIN
No. HCl pH NaOH pH
1 0 8.67 0 8.32
2 1 4.82 1 8.9
3 2 2.52 2 9.3
4 3 2.22 3 9.75
5 4 2.02 4 10.03
6 5 1.93 5 10.33
7 6 1.85 6 10.6
8 7 1.79 7 10.82
9 8 1.7 8 11.02
10 9 1.67 9 11.2
11 10 1.64 10 11.32
12 11 1.61 11 11.4
13 12 1.6 12 11.5
14 13 1.54 13 11.59
15 14 1.56 14 11.66
16 15 1.56 15 11.7
17 16 1.54 16 11.73
18 17 1.53 17 11.77
19 18 1.52 18 11.81
20 19 1.5 19 11.83
21 20 1.48 20 11.9
22 21 1.47 21 11.93
23 22 1.47 22 11.93
24 23 23 11.93
Perhitungan
y = -3,075x + 8,4117 R² = 0,9793
y = -0,0171x + 1,822 R² = 0,9508
0
5
10
0 5 10 15 20 25
pH
laru
tan
Volume penambahan HCl (mL)
Kurva Titrasi Glisin dengan HCl
Y1 =Y2
-3,075x + 8,4117 = -0,0171x + 1,822
6,5897= 3,0579x
X= 2,1550
Y2 = pka1
Y= = -0,0171x + 1,822
Y= -0,0171(2,1550) + 1,822
Y= 1,785
Y1 =Y2
0,3969x + 8,4462= 0,0383x + 11,082
0,3586x= 2,6358
X= 7,350
Y2 = pka2
Y= = 0,0383x + 11,082
Y= 0,0383(7,350) + 11,082
Y= 11,363
Perhitungan pI glisin =
=
= 6,574
y = 0,3969x + 8,4462 R² = 0,9837 y = 0,0383x + 11,082
R² = 0,9252
0
5
10
15
0 5 10 15 20 25 30
pH
laru
tan
Volume penambahan NaOH (mL)
Kurva Titrasi Glisin dengan NaOH
Y1 =Y2
-1,13x + 3,3= -0,0137x + 1,8164
1,4836= 1,1163x
X= 1,329
Y2 = pka1
Y= = -0,0137x + 1,8164
Y= -0,0137(1,329) + 1,8164
Y= 1,798
Y1 =Y2
1,915x + 3,49= 0,0272x + 11,21
1,8878x= 7,72
X= 4,089
y = -1,13x + 3,3 R² = 1
y = -0,0137x + 1,8164 R² = 0,9714
0
1
2
3
4
0 5 10 15 20 25 30 35 40
pH
laru
tan
Volum penambahan HCl (mL)
Kurva Titrasi Asam Glutamat dengan HCl
y = 1,915x + 3,49 R² = 0,9881
y = 0,0272x + 11,21 R² = 0,9283
0
2
4
6
8
10
12
14
0 5 10 15 20 25 30 35 40
pH
laru
tan
Volume penambahan NaOH (mL)
Kurva Titrasi Asam Glutamat dengan NaOH
Y2 = pka2
Y= 0,0272x + 11,21
Y= 0,0272(4,089) + 11,21
Y= 11,239
Perhitungan pI asam glutamat =
=
= 6,5185
3.5 Uji Biuret
No Perlakuan Pengamatan
1
Gelatin dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak 40 tetes (2ml)
Gelatin berubah dalam tabung reaksi,
berwarna bening
2 Ditambahkan 5 tetes kupri sulfat
Bercampur dengan kupri sulfat, tetap tidak
berwarna
3 Ditambahkan NaOH 0,1N 2 ml (40 tetes) Warna berubah menjadi ungu
4 Diamati perubahannya sambil dikocok Larutan gelatin berubah menjadi ungu
1
Kasein dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak 40 tetes (2ml)
Kasein di dalam tabung reaksi berwarna
bening
2 Ditambahkan 5 tetes kupri sulfat
Bercampur dengan kupri sulfat berwarna
bening atau tidak berwarna
3 Ditambahkan NaOH 0,1N 2 ml (40 tetes)
Bercampur dengan NaOH, tetap tidak
berwarna
4 Diamati perubahannya sambil dikocok Setelah dikocok menjadi ungu
1
Albumin dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak 40 tetes (2ml)
Albumin berada dalam tabung reaksi
berwarna bening
2 Ditambahkan 5 tetes kupri sulfat
Bercampur dengan kupri sulfat warnanya jadi
biru dibagian atas dan dibagian bawah dengan
gumpalan putih
3 Ditambahkan NaOH 0,1N 2 ml (40 tetes)
Bercampur dengan NaOH warnanya menjadi
3 yaitu diatas ungu, ditengah biru, dibawah
bening, dan terdapat gumpalan putih
4 Diamati perubahannya sambil dikocok
Larutan menjadi ungu semua dengan
gumpalan yang lebih sedikit dari sebelumnya
3.6 Denaturasi protein oleh panas dan pH ekstrim
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1 Denaturasi oleh asam 1. Asam amino didalam tabung reaksi (
tidak berwarna)
2. Terbentuk 2 lapisan keruh pada asam
amino ( albumin, kasein) sedangkan
pada gelatin tidak terbentuk 2 lapisan
3. Kasein ( tidak dapat tercampur
kembali, terbentuk endapan didasar
1. 2 mL larutan asam amino
( albumin, gelatin, kasein)
kedalam masing – masing
tabung reaksi
2. Ditambahkan 2 mL HNO3
pekat secara perlahan –
lahan melalui dinding
tabung reaksi
3. Dikocok – kocok hingga
bercampur
tabung) , albumin ( tidak dapat
tercampur dan mengendap), gelatin (
tidak berwarna dan tanpa endapan)
2 Denaturasi oleh temperatur
(panas)
1. Gelatin
- 5 ml gelatin didalam 3 tabung
reaksi
- Tabung 1 ( tidak berwarna), tabung 2 ( tidak berwarna),
tabung 3 ( tidak berwarna).
- Tabung 1 ( tidak berwarna), tabung 2 ( tidak berwarna),
tabung 3 ( tidak berwarna).
2. Albumin
- 5 mL albumin didalam tabung reaksi
- Tabung 1 ( tidak berwarna), tabung 2 ( terbentuk 2 lapisan),
tabung 3 ( terbentuk endapan
putih)
- Perubahannya tabung 1 ( terbentuk 2 lapisan putih dan
tidak berwarna), tabung 2 ( tidak
berwarna), tabung 3 ( berwarna
kuning serta terdapat endapan
kuning)
3. Kasein
- 5 mL kasein didalam tabung reaksi ( tidak berwarna)
- Tabung 1 ( tidak berwarna), tabung 2 ( tidak berwarna),
tabung 3 ( larutan putih keruh)
- Setelah pemanasan, tabung 1( tidak berwarna ), tabung 2 ( tidak
berwarna ), tabung 3 ( tidak
berwarna dengan endapan diatas
berwarna kuning)
1. Gelatin
- Dimasukkan 5 mL kedalam tabung reaksi
dengan gelas ukur
- Ditambahkan HCl 0,5 mL ( tabung 1),
NaOH 0,5 mL (
tabung 2), HNO3 0,5
ml ( tabung 3)
- Dipanaskan dalam penangas air selama
10 menit
2. Albumin
- Dimasukkan 5 mL kedalam 3 tabung
reaksi
- Ditambahkan HCl 0,5 mL (tabung 1), NaOH
0,5 mL ( tabung 2),
HNO3 0,5 mL (
tabung 3)
- Dipanaskan
3. Kasein
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi
senbanyak 5 mL
- Ditambahkan tabung 1 ( 0,5 mL HCl),
tabung 2 ( 0,5 mL
NaOH ) ,tabung 3 (
0,5 ml HNO3)
- Dipanaskan kedalam penangas air selama
10 menit
3.7 Pengendapan Protein oleh Asam
No Perlakuan Pengamatan
1 a)
albumin 1 ml ditambahkan asam
pikrat jenuh 5 tetes Larutan kuning, sedikit endapan kuning
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Sol jingga kekuningan
2 a)
albumin 1 ml ditambahkan asam
pikrat jenuh 10 tetes Larutan kuning,endapan kuning
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Sol jingga kekuningan
3 a)
albumin 1 ml ditambah asam
sulfosalisilat 5 tetes Gumpalan putih diatas, larutan tidak berwarna
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Sol
4 a)
albumin 1 ml ditambah asam
sulfosalisilat 10 tetes Endapan putih, larutan tidak berwarna
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Sol
5 a) albumin 1 ml ditambah TCA 5 tetes Gumpalan putih
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH
Terbentuk 2 lapisan, atas : gumpalan putih,
bawah : larutan bening
6 a) albumin 1 ml ditambah TCA 10 tetes Gumpalan putih
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH
terbentuk 2 lapisan, bawah : putih bening, atas
: kuning bening, sol
1 a)
gelatin 1 ml ditambahkan asam pikrat
jenuh 5 tetes Larutan kuning keruh
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan jingga
2 a)
gelatin 1 ml ditambahkan asam pikrat
jenuh 10 tetes Larutan kuning keruh
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH
Terbentuk 2 lapisan, bawah : bening, atas :
jingga
3 a)
gelatin 1 ml ditambah asam
sulfosalisilat 5 tetes Tidak berwarna, keruh
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Bening
4 a)
gelatin 1 ml ditambah asam
sulfosalisilat 10 tetes Tidak berwarna, keruh
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Bening (tidak berwarna, tidak keruh)
5 a) gelatin 1 ml ditambah TCA 5 tetes Larutan tidak berwarna
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan semakin bening
6 a) gelatin 1 ml ditambah TCA 10 tetes Larutan tidak berwarna
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan semakin bening
1 a)
kasein 1 ml ditambahkan asam pikrat
jenuh 5 tetes Larutan kuning keruh, ada endapan
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan kuning, endapan melayang
2 a)
kasein 1 ml ditambahkan asam pikrat
jenuh 10 tetes Larutan kuning keruh, endapan putih
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan jingga, endapan kuning melayang
3 a)
kasein 1 ml ditambah asam
sulfosalisilat 5 tetes Larutan tidak berwarna, ada endapan
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan bening
4 a)
kasein 1 ml ditambah asam
sulfosalisilat 10 tetes Larutan putih keruh, ada endapan
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan bening, endapan hilang
5 a) kasein 1 ml ditambah TCA 5 tetes Endapan putih
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan tidak berwarna
6 a) kasein 1 ml ditambah TCA 10 tetes Endapan putih
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan tidak berwarna
1 a)
pepton 1 ml ditambahkan asam pikrat
jenuh 5 tetes Larutan kuning keruh
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan berwarna jingga
2 a) pepton 1 ml ditambahkan asam pikrat Larutan kuning keruh
jenuh 10 tetes
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan berwarna jingga
3 a)
pepton 1 ml ditambah asam
sulfosalisilat 5 tetes Larutan tidak berwarna, keruh
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan bening, tidak berwarna
4 a)
pepton 1 ml ditambah asam
sulfosalisilat 10 tetes Larutan tidak berwarna, keruh
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan bening, tidak berwarna
5 a) pepton 1 ml ditambah TCA 5 tetes Larutan keruh
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan tidak berwarna
6 a) pepton 1 ml ditambah TCA 10 tetes Larutan keruh
b) Ditambahkan 20 tetes NaOH Larutan tidak berwarna
3.8 Pengendapan Protein oleh Logam Berat
No Pengamatan Perlakuan
1
Albumin diambil 1 ml ke dalam 3
tabung reaksi
Diperoleh albumin sebanyak 1 ml dalam 3
tabung reaksi (warna kuning)
2
Ditambahkan pada tabung 1 5 tetes
HNO3 pekat, tabung2 2 tetes
Hg(NO3)2, tabung 3 Pb(CH3COO)2
dan didiamkan
Tabung 1= gumpalan putih,kuning; tabung 2=
gumpalan putih; tabung 3=gumpalan putih
3
Ditambahkan lagi setetes HNO3 pekat
pada tabung1, 5 tetes Hg(NO3)2 pada
tabung2, dan 5 tetes Pb(CH3COO)2
pada tabung 3
Diperoleh tabung1 : gumpalan putih dan kuning
semakin banyak, tabung2 : gumpalan putih
semakin banyak, tabung3 : gumpalan putih
semakin banyak
1
Gelatin diambil 1 ml ke dalam 3 tabung
reaksi
Diperoleh gelatin sebanyak 1 ml dalam 3 tabung
reaksi (tidak berwarna)
2
Ditambahkan pada tabung 1 5 tetes
HNO3 pekat, tabung2 2 tetes
Hg(NO3)2, tabung 3 Pb(CH3COO)2
dan didiamkan
Diperoleh tabung1 : cairan putih keruh; tabung2
: cairan putih keruh, ada endapan putih; tabung3
: larutan bening
3
Ditambahkan lagi setetes HNO3 pekat
pada tabung1, 5 tetes Hg(NO3)2 pada
tabung2, dan 5 tetes Pb(CH3COO)2
pada tabung 3
Diperoleh tabung1 : cairan putih keruh; tabung2
: cairan putih keruh, endapan putih semakin
banyak; tabung3 : larutan bening
1
Kasein diambil 1 ml ke dalam 3 tabung
reaksi
Diperoleh kasein sebanyak 1 ml dalam 3 tabung
reaksi (putih keruh)
2
Ditambahkan pada tabung 1 5 tetes
HNO3 pekat, tabung2 2 tetes
Hg(NO3)2, tabung 3 Pb(CH3COO)2
dan didiamkan
Diperoleh tabung1 : cairan keruh ada endapan
putih (kecil) ; tabung2 : larutan bening, ada
gumpalan putih ; tabung3 : cairan keruh, tidak
ada endapan
3
Ditambahkan lagi setetes HNO3 pekat
pada tabung1, 5 tetes Hg(NO3)2 pada
tabung2, dan 5 tetes Pb(CH3COO)2
pada tabung 3
Diperoleh tabung1 : endapan putih (kecil) ;
tabung2 : larutan bening, gumpalan putih makin
besar ; tabung3 : cairan keruh, tidak ada
endapan
1
Pepton diambil 1 ml ke dalam 3 tabung
reaksi
Diperoleh pepton sebanyak 1 ml dalam 3 tabung
reaksi (kuning keruh)
2
Ditambahkan pada tabung 1 5 tetes
HNO3 pekat, tabung2 2 tetes
Hg(NO3)2, tabung 3 Pb(CH3COO)2
Diperoleh tabung1 : larutan bening, jingga dan
sedikit berasap ; tabung2 : cairan kuning keruh,
ada endapan putih ; tabung3 : cairan kuning
dan didiamkan keruh
3
Ditambahkan lagi setetes HNO3 pekat
pada tabung1, 5 tetes Hg(NO3)2 pada
tabung2, dan 5 tetes Pb(CH3COO)2
pada tabung 3
Diperoleh tabung1 : larutan bening, jingga, dan
sedikit berasap ; tabung2 : cairan kuning keruh,
endapan putih ; tabung3 : cairan kuning keruh
3.9 Penentuan kadar protein secara biuret
No Perlakuan pengamatan
Kasein Pepton Gelatin
1 Diambil 1 mL larutan kasein, pepton
dan gelatin serta dimasukkan kedalam
tabung reaski
Tidak berwarna Tiak berwarna Tidak
berwarna
2 Masing-masing tabung reaski
ditambahkan 4 mL reagen biuret
Berwarna ungu
(+)
Berwarna
ungu (++)
Berwarna
ungu
(+++)
3 Dikocok dan didiamkan selama 30
menit
Berwarna ungu
(+)
Berwarna
ungu (++)
Berwarna
ungu
(+++)
4 Larutan dalam tabung reaksi di ukur
absorbansinya pada spektronik 20
pada panjang gelombang 540 nm
A = 0,103 A = 0,048 A =
0,269
Catatan: larutan blanko dibuat dengan
4 mL reagen biuret dengan akuades
Berwarna biru
Tabel kurva baku
Grafik Sampel
y = 2E-05x + 0,2245 R² = 0,9475
0
0,2
0,4
0,6
0 2000 4000 6000 8000 10000
Ab
sorb
ansi
konsentrasi (ppm)
Kurva Baku Persen Protein secara Biuret
Series1
Linear (Series1)
No x (ppm) y (A) x2 x.y
1 1000 0.251 1000000 251
2 3000 0.279 9000000 837
3 5000 0.308 25000000 1540
4 8000 0.356 64000000 2848
5 9000 0.412 81000000 3708
Σ 180000000 9184
y = 2E-05x + 0,2245 R² = 0,9475
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0,45
0 2000 4000 6000 8000 10000
abso
rban
si
konsentrasi (ppm)
Kurva Baku
y = 2E-05x + 0,2245 R² = 0,9475
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0,45
0 2000 4000 6000 8000 10000
abso
rban
si
konsentrasi (ppm)
Kurva Baku
3.10 ISOLASI KASEIN DARI SUSU
No. PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Peralatan gelas dicuci dengan aquades Diperoleh peralatan gelas yang bersih
2. Diambil 100 mL susu segar
menggunakan 50 mL gelas ukur dan
dituangkan ke dalam gelas kimia 500
mL
Diperoleh 100 mL susu segar di gelas kimia
500 mL
3. Dipanaskan dalam penangas air
sampai temperatur 40
Susu dengan temperatur 40 di pemanas air
4. Ditambahkan 100 mL buffer asetat ke
susu hangat dengan bantuan gelas
ukur sampai pH 4.6
Diperoleh suspense
5. Suspensi didiamkan dan didinginkan Diperoleh dua fasa. Fasa atas berupa filtrate
sedangkan fasa bawah berupa kasein
6. Dilakukan dekantasi Diperoleh kasein hasil dekantasi pada gelas
kimia 500 mL
7. Ditambahkan etanol 20 mL pada kasein sambil digoyang gelas
kimianya (disuspensi)
Diperoleh gumpalan kasein berwarna putih pada gelas kimia 500 mL
8. Dilakukan penyaringa dengan
menggunakan kertas saring
Diperoleh endapan kasein pada kertas saring
dan filtrat bening di gelas kimia 100 mL
9. Dicuci dengan etanol-eter 20 mL (1:1) Diperoleh kasein pada kertas saring berwarna
putih sedangkan filtratnya berubah menjadi dua
fasa
10. Dicuci kasein pada kertas saring
dengan eter 15 mL
Diperoleh kasein pada kertas saring berwarna
putih
11. Ditimbang kertas saring + gelas arloji Diperoleh massa kertas saring + gelas arloji
sebesar 24.5 g
12. Dikeringkan dalam oven dan
ditimbang
Diperoleh massa kasein sebesar 10.5 g dan
rendemen 10.17 %
y = 1,9599x - 2E-16 R² = 1 0
0,2
0,4
0,6
0 0,1 0,2 0,3A
bso
rban
si
% protein
Grafik Absorbansi Sampel
PEMBAHASAN
4.1 Asam amino
4.1.1 Kelarutan asam amino
Pada uji kelarutan asam amino, langkah pertamya yang dilakukan adalah mengambil 5
tetes asam glutamat, glisin dan alanin. Kemudian di masukkan kedalam tabung reaksi.
Kemudian masing-masing asam amino di uji dengan air,asam encer, basa encer, etanol dan
kloroform. Fungsi penambahan air, basa encer, asam encer, etanol dan kloroform untuk
menguji kelarutan asam amino diberbagai pelarut.
Dari percobaan yang telah dilakukan bahwa asam glutamat, glisin dan alanin larut
dalam air, HCl encer, NaOH encer serta etanol. Namun ketiga asam amino tersebut tidak larut
dalam kloroform. Hal ini sesuai dengan “hukum like dissolve like.”
Asam amino dalam air akan mempunyai sifat zwitter ion karena mempunyai momen
dipol yang besar sehingga bersifat polar menyababkan larut dalam air. Saat asam amoni
dilarutkan dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan H+ sehingga H+ ini akan diterima
oleh gugus NH2. Oleh karena itu asam amino akan mempunyai sifat zwitter ion.
Asam amino dalam pelarut asam encer ( HCl) akan larut. Karena HCl terionisasi
menjadi ion-ionnnya yang akan berinteraksi dengan gugus-gugus dalam asam amino. Namun
dalam NaOH, asam amino akan melepaskan H+ dan H+ akan diikat oleh OH- sehingga
terbentuk air. Dalam alkohol asam amino akan larut. Gugus karboksilat akn melepaskan H+
yang akan diikat oleh OH- yang terlepas dan alkohol akan membentuk air. Sedangkan
karbokation yang terbentuk akan diikat oleh atom bermuatan.
4.1.2 Reaksi Ninhidrin
Pada percobaan ninhidrin, langkah pertama yang akan dilakukan adalah asam amino
(glisin, tirosin, triptofan, kasein, alanin, asam glutamat) pada tabung reaksi dinetralkan
dengan NaOH. Penetralan ini bertujuan untuk menghindari eksplosif dari reaksi asam amino
dengan ninhidrin. Ninhidrin digunakan pada uji ini karena reagen ini merupakan reagen
pengoksidasi yang nantinya akan menghasilkan senyawa kompleks. Asam amino yang telah
bereaksi dengan ninhidrin kemudian dipanaskan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Asam
amino yang beraksi positif dengan ninhidrin akan menghasilkan warna biru. Warna biru ini
berasal dari kompleks antara ninhidrin dengan NH3.
Percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semua asam amino yang di uji tidak
memberikan hasil yang positif terhadap ninhidrin. Glisin menghasilkan warna kuning pucat,
tirosin menghasilkan warna kuning pucat, triptofan menghasilkan warna kuning pucat, kasein
menghasilkan warna kuning pucat, alanin menghasilkan warna kuning pucat, asam glutamat
menghasilkan warna kuning pucat. Semua asam amino yang di uji mempunyai hasil yang
negatif karena dalam asam amino tersebut tidak terdapat gugus asam karboksilat dan amina
yang bebas, serta perlakuan yang belum sesuai.
4.1.3 reaksi Xanthoprotein
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi asam amino yang mempunyai gugus
aromatik. Asam amino yang mengandung gugus aromatik akan membentuk derivat nitro
apabila dipanaskan, dan ditambah HNO3 pekat akan menunjukkan reaksi positif dengan
perubahan larutan menjadi jingga.
Dalam percobaan ini, 0,5 mL glisn, triptofan, tirosin diambil dan dimasukkan kedalam
tabung reaksi. Tabung reaksi keudian ditambahkan HNO3 pekat dan didinginkan terlebih
dahulu untuk menghindari letupan. Penambahan NaOH pada percobaan ini bertujuan untuk
membebaskan larutan karena derivat nitro akan membentuk garam stabil dengan NaOH pada
suasana basa kemudian dibandingkan dengan fenol.
Hasil dari percobaan ini menunjukkan bahwa tirosin dan triptofan memberikan uji positif
dengan warna kuning untuk tirosin dan triptofan ke merah bata. Namun glisin meberikan hasil
yang negatif dengan larutan tidak berwarna. Hal ini dikarenakan hanya tirosin dan triptofan
mempunyai gugus aromatik sedangkan glisin tidak mempunyai gugus aromatis. Pada saat
dibandingkan dengan fenol, ketiga asam amino memberikan hasil positif. Hal ini karena fenol
mempunyai cincin aromatis, sehingga hasil yang diperoleh menjadi positif.
4.1.4 kurva titrasi asam amino
Dari kurva titrasi asam amino maka dapat diketahui titik isoelektrik dari glisin dan asam
glutamat. Titik isoelektrik menyatakan pH dari asam amino. Titik isoelektrik sangat penting
digunakan karena asam amino yang berbeda dapat dipisahkan atas dasar arah dan kecepatan
migrasi dari masing-masing asam amino.
Pada percobaan ini penambahan HCl hingga pH 1,38. Pada kedua asam amino
penambahan HCl sebanyak 34 mL. Glisin menghasilkan y1 =-3,075x + 8,4117 dan y2= -
0,0171x + 1,822 sedangkan asam glutamat menghasilkan y = -1,13x + 3,3 dan y = -0,0137x +
1,8164. Sedangkan pada penambahan NaOH, glisin menghasilkan y = 0,3969x + 8,4462 dan y
= 0,0383x + 11,082, padan asam glutamat menghasilkan y = 1,915x + 3,49 dan y = 0,0272x +
11,21.
pKa1 dan pKa2 dapat diperoleh dengan membuat 2 grafik titrasi HCl dan NaOH pada
glisin dan asam glutamat. Pada glisin diperoleh pKa1= 1,785 dan pKa2 = 11,363sehingga
diperoleh pI sebesar 6,574. Pada asam glutamat diperoleh pKa1 sebesar 1,798 dan pKa2 =
11,239. Sehingga diperoleh pI asam glutamat sebesar 6,5185.
4.2 Protein
4.2.1 Uji Biuret
Uji biuret digunakan untuk mengidentifikasi adanya ikatan peptida pada suatu protein.
Ikatan peptida pada suatu protein jika di uji dengan uji ini akan memebrikan hasil berwarna
ungu. Warna ini berasal dari kompleks yang terbentuk antara ragen biuret (CuSO4) dengan
protein. Prinsip percobaan uji ini adalalh melakukan uji terhadap sampel protein dengan
mereaksikan dengan CuSO4. Senyawa yang positif mengandung ikatan peptida akan
membentuk kompleks Cu dengan gugus karboksil dan gugus amina. Kompleks ini yang
membuat warna larutan menjadi ungu.
Pada percobaan ini langkah pertama yang dilkukan adalah memsukksn 1 mL protein (
kasein, albumin, gelatin) kedalam tabung reaksi. Kemudian protein ditambahkan 5 tetes
CuSO4 serta 2 mL NaOH 0,1 mL dan diaduk. Pengadukan dilakukan untuk
menghomogenkan larutan serta agar semua bahan dapat bercampur dengan baik. Penambahan
NaOH dilakukan untuk memberikan suasana basa.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan bahwa semua asam amino memerikan hasil
positif yaitu memberikan warna akhir berwarna ungu. Hal ini menandakan bahwa semua asam
amino yang di uji mengandung ikatan peptida.
4.2.2 Denaturasi protein oleh panas dan pH ekstrim
uji denaturasi dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi dari
denaturasi protein. Denaturasi merupakan proses rusaknya struktur dari protein karena akibat
dari putusnya ikatan hidrogen dan gaya yang lain sehingga sifat khas dari protein menjadi
hilang. Temperatur maksimum agar protein tidak terdenaturasi sekitar 55 hingga 70 .
Jika diatas temperatur tersebut maka protein akan mengalami kacaunya ikatan didalamnya
sehingga semua ikatan yang terbentuk akan rusak dan putus.
Pada percobaan ini digunakan gelatin. Pepton, dan kasein sebagai protein yang akan di uji
terhadap pengaruh pH dan asam. Masing-masing protein dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang masing-masing tabung reaksi di tambahkan HCl, NaOH, HNO3 serta dilakukan
pemanasan pada tabung reaksi yang ditambahakan asam atau basa. Penambahan dan
pemanasan dilakukan untuk mengetahui adanya denaturasi. Pada tabung yang tidak
dipanaskan diamati apakh penambahan asam pekat HNO3 dapat mempengaruhi denaturasi
dalam segi pH.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh bahwa ptotein yang mengalami denaturasi
oleh perubahan pH ekstrim dan panas adalah albumin dan kasein. Namun gelatin tidak
terpengaruhi oleh adanya pH ekstrim serta temperatur tinggi.
4.2.3 Pengendapan oleh logam berat
Penambahan logam berat pada protein akan menyebabkan protein mengendap terutama
jika penambahan dilakukan berlebih. Protein pada suasana asam umumnya akan bermuatan
positif, pada suasana basa akan bermuatan negatif. Hal ini dapat dinetralisasi oleh
penambahan sedikit ion logam. Pengandapan dengan logam paling efektif pada pH netral atau
sedikit basa. Karena jika terlalu asam maka endapan sulit terbentuk. Jika pada suasana basa
maka akan terbentuk endapan hidroksida
Pada percobaan ini digunakan protein albumin, gelatin pepton dan kasein. Keempat
protein dimasukkan pada tabung reaksi dan ditambahkan beberapa tetes logam berat (
Hg(NO3)2, Pb(CH3COO)2 dan HNO3). Kemudian ditambahkan logam secara berlebih.
Penambahan logam bertujuan utuk mengetahui protein dapat diendapkan oleh logam tersebut
serta pengaruh dari kuantitas logam berat yang diberikan terhadap protein yang di uji.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bahwa albumin terdapat gumpalan putih
setelah ditambahkan logam berat. Gumpalan semakin banyak saat ditambahkan reagen
berlebih. Pada gelatin terbentuk larutan putih keruh saat penambahan logam berat pertama.
Pada penambahan logam berat berlebih larutan semakin keruh. Namun gelatin tidak bereaksi
terhadap timbal asetat sehingga larutannya tetap tidak berwarna. Kasein terdapat endapan
putih baik diatas tabung maupun didasar tabung. Pada saat penambahan logam berat berlebih,
endapan semakin banyak. Pada pepto hasil akhir diperoleh larutan keruh setelah penambahan
logam. Pada saat penambahan logam semakin banyak kekeruhan larutan semakin meningkat.
4.2.4 Pengendapan protein oleh asam
Protein bermuatan positif dapat dinetralisasi oleh asam. Proses netralisasi ini dapat
membentuk garam sukar larut. Prinsip percobaan dari uji ini adalah mengendapkan protein
dengan berbagai macam asam dan dibandingkan dengan penambahan basa. Hasil yang
didapatkan dapat disimpulkan jika terdapat endapan maka protein tersebut bermuatan positif.
Dalam percobaan ini digunakan albumin,gelatin, kasein dan pepton. Hal ini bertujuan
sebagai variasi uji terhadap asam. Kemudian masing-masing protein di uji terhadap asam
pikrat menghasilkan hasil bahwa albumin berwarna jingga kekuningan, gelatin berwarna
kuning keruh, kasein berwarna kuning keruh, pepton berwarna kuning keruh. Pada saat
ditambahkan asam sulfosalisilat, albumim berwarna kuning dengan endapan kuning, gelatin
berwarna putih keruh, kasein berwaarna putih keruh, pepton berwarna putih keruh. Pada saat
ditambahkan trikloroasetat larutan albumin berwarna putih dan kuning dengan dua lapisan.
Gelatin tidak berwarna, kasein terbentuk endapan putih, pepton mempunyai larutan tidak
berwarna.
4.2.5 Penentuan kadar protein secara biuret
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya protein dalam sampel dengan
identifikasi ikatan peptida yang terkandung. Identifikasi ini menggunakan spektronik 20
untuk mengukur absorbansi larutan protein yang telah ditambah reagen biuret. Percobaan ini
diawali dari persiapan sampel protein yang terdiri dari kasein, gelatin da pepton. Kemudian
ditambahkan dengan reagen biuret. Langkah berikutnya mendiamkan larutan dan dilakukan
pengukuran absorbansi. Pengukuran diawali dari larutan blanko kemudian sampel protein
menggunakan spektronik 20 pada panjang gelobang 540 nm. Prinsip alat ini adalah sumber
cahaya berupa lampu tungsten akan memancarkan sinar polikromatik. Setelah melewati filter
panjang gelombang, hanya sinar yang mono kromatik dilewatkan ke larutan dan sinar yang
melewati larutan dideteksi oleh foto detektor ( skoog, et al., 2014)
Dari percobaan yang telah dilakukan, warna larutan rotein berubah menjadi ungu dengan
kepekatan yang berbeda. Gelatin mempunyai warna ungu tergelap sedangkan pepton
mempunyai warna ungu terpudar. Selain itu hasil absorbansi kasein sebesar 0,103, pepton
sebesar 0,048 dan gelatin sebesar 0,269. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa gelatin
mempunyai komposisi protein paking besar daripada yang lain.
4.2.6 Isolasi kasei dari susu
Kasein merupakan senyawa campuran dari hidrogen dan fosfor yang benyak terkandung
dalam susu. Pada percobaan ini terlebih dahulu 100 mL susu dimasukkan dalam gelas kimia
500 mL dan dipanaakan hingga temperatur 40 . Pemanasan pada temperatur tersebut agar
protein dalam susu tidak rusak karena denaturasi. Setelah itu ditambahkan buffer asetat
hingga pH 4,8. Hal ini dilakukan untuk mengatur pH yang tepat. Kondisi larutan diatur pada
pH 4,8 karena ini pH ini merupakan pH isoelektrik dimana kelarutan maksimal dan zat mudah
mengendap. Pengadukan pada proses pemberian buffer asetat berfungsi untuk
menghomogenkan larutan. Buffer asetat berfungsi sebagai larutan penyangga sehingga pH
larutan stabil. Pada kondisi pH 4,8 kelarutan kasein dalam larutan sangat kecil dan mudah
diisolasi dari larutannya. Kemudian suspensi didiamkan agar kasein mengendap. Endapan
didekantasi dan disuspensikan dengan etanol yang berfungsi memisahkan lipid dari protein.
Karena kasen tidak larut dalam etanol. Sedangkan lipid larut dalam etanol. Endapan yang
telah didapatkan kemudian disaring dan dicuci dengan eter untuk menghilangkan pengotor,
kemudian dikeringkan. Dalam percobaan ini didapatkan berat kasein sebesar 10,15 g dengan
rendemen 10,17 %. Rendemen tidak sesuai dengan harapan dikarenakan kondisi larutan
belum optimal untuk mendapatkan kasein yang optimal.
PERHITUNGAN
Penetuan kadar protein secara biuret
Perse tiap protein
a. Kasein
[ ]
= [ ] L
L
b. Pepton
[ ]
= [ ] L
L
c. Gelatin
[ ]
= [ ] L
L
Jadi persen tiap protein :
Protein % protein
Kasein 0,202
Pepton 0,094
Gelatin 0,527
Isolasi kasein dari susu
Wkasein : 10.5 gram
Wsusu = Vsusu x susu
= 100 mL x 1.032 g/mL
= 103.2 gram
Rendemen =
x 100 %
=
x 100 %
= 10.17 %
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asam amino merupakan senyawa organik yang memiliki gugus fungsionalkarboksil dan
amina. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, asam amino pada umumnya larut dalam pelarut
polar namun sukar larut pada pelarut non polar. Pada reaksi ninhidrin, semua asam amino
yanh di uji menunjukkan hasil negatif karena tidak terbentuk warna ungu. Reaksi ninhidrin
digunakan untuk mengetahui bahwa didalam sampel terdapat asam amino. Pada uji
xantoprotein, tirosin dan triptofan menghasilkan uji positif hal ini sama dengan literatur. Pada
kurva titrasi asam amino, dapat diketahui titik isoelektrik dari asam amino yang telah
dilakukan percobaan.
Protein merupakan polimer yang tersusun atas beberapa asam amino. Mendeteksi adanya
ikatan peptida pada protein yang diuji dapat digunakan uji biuret. Pada uji denaturasi dapat
diketahui bahwa pada pH ekstrim dan temperatur tinggi menyebabkan kasein dan albumin
mengalami denaturasi namun gelatin tidak terpengaruh oleh faktor tersebut. Pad pengendapan
logam berat, semua protein yang diuji akan mengendap jika ditambahkan logam berat apalagi
jika reagen ditambahka reagen berlebih. Pada pengendapan dengan asam dapat diketahui
bahwa hanya albumin yang menghasilkan endapan dengan asam yang diberikan. Pada uji
protein secara biuret dapat diketahui bahwa absorbansi kasein sebesar 0,103, pepton 0,048
serta gelatin 0,269. Pada isolasi kasein karbohidrat didapatkan massa kasein sebesar 10,5 g
dengn rendemen 10,17 %.
5.2 Saran
Pada saat melakukan praktikum sebaiknya memperhatikan keadaan alat yang digunakan.
Agar kuantitas larutan tidak salah dalam melakukan pengukuran serta tidak mempengaruhi
hasil yang didapatkan
DAFTAR PUSTAKA
Aulanni’am, 2005, Protein dan Analisisnya, Citra Mentari Group, Malang.
Basri , 2003, Kamus Kimia, rineka cipta, Jakarta.
Daintith,1997, Kamus Kimia Lengkap, Erlangga,Jakarta.
Peodjiadi, anna,2012, Dasar-dasar Biokimia, UI Press, Jakarta.
Plummer,1978, An Introduction to Practice Biochemistry 4th
,Mc Graw Hill Book
Company.Inc,London.
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of D-Fructose, www.sciencelab.com, diakses
pada 22 September 2014 .
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Chloride Acid, www.sciencelab.com,
diakses pada 22 September 2014.
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Sodium Hydroxide, www.sciencelab.com, diakses
pada 22 September 2014.
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Ethanol, www.sciencelab.com, diakses
pada 22 September 2014 .
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Chloroform, www.sciencelab.com,
diakses pada 22 September 2014.
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Phenol, www.sciencelab.com, diakses
pada 22 September 2014.
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Nitric Acid, www.sciencelab.com, diakses
pada 22 September 2014 .
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Copper(II) sulfate, www.sciencelab.com, diakses
pada 22 September 2014.
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Plumbum(II) acetate, www.sciencelab.com,
diakses pada 22 September 2014.
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Buffer Acetate , www.sciencelab.com, diakses
pada 22 September 2014.
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Eter, www.sciencelab.com, diakses
pada 22 September 2014 .
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Triclhoroacetate acid, www.sciencelab.com,
diakses pada 22 September 2014.
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Tyrosine, www.sciencelab.com, diakses
pada 22 September 2014.
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Glysin, www.sciencelab.com, diakses
pada 22 September 2014 .
Smith, 2005, Material Safety Data Sheet of Water, www.sciencelab.com, diakses
pada 22 September 2014 .
White, 1964, Pengantar Kimia Organik, ITB, Bandung.
Wirahadikusumah, M., 1989, Biokimia protein, enzim, dan asam nukleat, ITB, Bandung.
Lampiran
Reaksi yang terjadi
Asam Amino
a. Kelarutan asam amino
1. Glisin
- dalam akuades
H2N
O
OHH
O
H+
H3N
O
O
- dalam HCl
H2N
O
OH
+H3N
O
OH
HCl + Cl
- dalam klorofom
H2N
O
OHCHCl3
+
- dalam etanol
H2N
O
OHHO
H2N
O
O
C2H5 OH+ +
- dalam NaOH
H2N
O
OH
NaOHH2N
O
O
H OH+ +
2. Asam glutamat
- dalam akuades
- dalam HCl
+ H+
- dalam klorofom
- dalam etanol
- dalam NaOH
3. Alanin
- dalam akuades
+
NH2
O
OH
H
O
H
NH3
O
O
- dalam HCl
+
NH2
O
OH
NH3
O
OHHCl
Cl+
- dalam klorofom
NH2
O
OH
+ CHCL3
- dalam etanol
NH2
O
OH
HO
NH2
O
O
C2H5
H
O
H
+ +
- dalam NaOH
NH2
O
OH
NaOH
NH2
O
O
H
O
H
+ +
b. Reaksi ninhidrin
- Glisin
C
O
O
OH
OH
+H2N
O
OH
- Tyrosin
NH2
OHO
HO
C
O
O
OH
OH
+
- Tryptophan
C
O
O
OH
OH
+
NH2
NH
O
OH
- Kasein
C
O
O
OH
OH
+
- Asam glutamat
C
O
O
OH
OH
NH2
O
HO
O
OH
+
- Alanin
c. Reaksi xanthoprotein
- Glisin
H2N
O
OH
HNO3
NaOH
+
H2N
O
OH
HNO3+
Fenol
- Tyrosin
NH2
OHO
HO
HNO3
NaOH
H2O
NH2
OHO
HONO2
H2O
+
HNO3
+ Fenol
NH2
OHO
HO
H2O
NH2
OHO
HONO2
H2O
- Tryptophan
NH2
NH
O
OH
HNO3
NaOH
H3NHN
O
OH
O2N
H2O
+
NH2
NH
O
OH
HNO3
NaOH
H3NHN
O
OH
O2N
H2O
+
d. Kurva titrasi asam-asam amino
- Asam glutamat dititrasi dengan NaOH
- Asam glutamat dititrasi dengan HCl
- Glisin dititrasi dengan NaOH
H2N
O
OH
NaOHH2N
O
O
H OH+ +
- Glisin dititrasi dengan HCl
H2N
O
OH
+H3N
O
OH
HCl + Cl
Protein
a. Uji biuret
C
O
NH
n
+Cu
O
H
O
H
H
H
NN
NN
Cu2+
b. Denaturasi protein oleh panas dan pH ekstrim
- Menggunakan HCl
H
CR
NH2
COOH HCl
H
CR
NH2
COOClH
O
H+ +
- Menggunakan NaOH
H
CR
NH2
COOH NaOH
H
CR
NH2
COONaH
O
H+ +
- Menggunakan HNO3
H
CR
NH2
COOH HNO3
H
CR
NH2
COONOH
O
H+ +
c. Pengendapan protein dengan logam berat
- Menggunakan HNO3
H
CR
NH2
COOH HNO3
H
CR
NH2
COONOH
O
H+ +
- Menggunakan Hg(NO3)2
C
HO
O
HC N
HC
O
HC
R2R1
NH2 Hg(NO3)2 C
HO
O
HC N
H
HC
HC
R2R1
NH2
O
Hg
O
CH
CH2
NH2NH
HC
R1
C
HO
O
+
- Menggunakan Pb(CH3COO)2
C
HO
O
HC N
HC
O
HC
R2R1
NH2 Pb(CH3OO)2 C
HO
O
HC N
H
HC
HC
R2R1
NH2
O
Pb
O
CH
CH2
NH2NH
HC
R1
C
HO
O
+
d. Pengendapan protein oleh asam
C
HO
O
HC N
HC
O
HC
R2R1
NH2 HX C
HO
O
HC N
HC
HC
R2R1
NH3X
O
+
e. Isolasi kasein dari susu
H
CR
NH2
COOH
H
CR
NH2
COO
H
CR
NH3
COO
Jawaban pertanyaan:
Kurva titrasi asam amino
- Pada glisin diperoleh pKa1= 1,785 dan pKa2 = 11,363sehingga diperoleh pI sebesar
6,574. Pada asam glutamat diperoleh pKa1 sebesar 1,798 dan pKa2 = 11,239. Sehingga
diperoleh pI asam glutamat sebesar 6,5185.
Isolasi kasein dari susu
- Pada isolasi kasein karbohidrat didapatkan massa kasein sebesar 10,5 g dengn rendemen
10,17 %. Jika dibandingkan dengan literatur, rendemen tersebut tidak sesuai dengan
literatur. Dikarenakan di literatur, rendemen yang dihasilkan seharusnya 100 %.