pemisahan dan identifikasi asam amino

32
LAPORAN PRAKTIKUM PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI ASAM AMINO NAMA : MARETRIN NIM : H311 12 005 KELOMPOK : I (SATU) HARI / TGL. PERCOBAAN : KAMIS/03 APRIL 2014 ASISTEN : SARTIKA

Upload: maretrin-sesa

Post on 26-Dec-2015

424 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI

ASAM AMINO

NAMA : MARETRIN

NIM : H311 12 005

KELOMPOK : I (SATU)

HARI / TGL. PERCOBAAN : KAMIS/03 APRIL 2014

ASISTEN : SARTIKA

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2014

Page 2: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam amino merupakan asam yang mempunyai sebuah asam karboksilat dan

gugus amina dalam sebuah molekul. Akibatnya, suatu asam amino akan mengalami

reaksi asam-basa dalam molekulnya, untuk membentuk suatu ion dipolar, yaitu suatu

ion yang mempunyai muatan positif dan negatif (Wilbraham dan Matta, 1992).

Asam amino pada umumnya diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein,

dengan cara ini diperoleh campuran bermacam-macam asam amino dan untuk

menentukan jenis asam amino maupun kuantitas masing-masing asam amino perlu

diadakan pemisahan antara asam-asam amino tersebut (Wilbraham dan Matta, 1992).

Analisis asam amino dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara,

salah satunya adalah dengan kromatografi partisi. Metode ini didasari oleh

kemampuan suatu jenis asam amino yang terlarut dalam suatu campuran pelarut

tertentu pada fase stasioner. Untuk dapat memperoleh pemisahan asam amino yang

baik, maka dapat digunakan dua fase pelarut atau tiga fase pelarut. Namun pada

percobaan ini digunakan tiga fase, yaitu n-butanol, asam asetat, dan air. Selain itu

kita akan menentukan nilai Rf asam amino serta mengidentifikasi asam amino dalam

suatu larutan sampel berdasarkan nilai Rf menggunakan kromatografi lapis tipis,

sehingga kita akan lebih memahami pemisahan dan identifikasi asam amino. Untuk

lebih memperdalam tentang metode ini, maka didilakukanlah percobaan mengenai

pemisahan dan identifikasi asam amino ini.

Page 3: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami cara

pemisahan dan identifikasi asam amino dengan metode KLT.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Menentukan nilai Rf larutan asam amino dan larutan sampel.

2. Mengidentifikasi larutan sampel berdasarkan nilai Rf.

1.3 Prinsip Percobaan

Identifikasi asam amino berdasarkan perbedaan nilai Rf dengan

menggunakan metode kromatrografi lapis tipis yang fase geraknya terdiri dari

campuran n-butanol, asam asetat dan air dengan fase diamnya adalah lapis tipis KLT.

Karena setiap asam amino memiliki nilai Rf yang berbeda maka sampel asam amino

yang tidak diketahui dapat ditentukan jenisnya berdasarkan dengan nilai Rf standar.

Page 4: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Asam amino yang diperoleh dari larutan hidrolisis protein adalah asam amino

α. Artinya, gugus amino berada pada atom karbon α, yaitu disebelah gugus karboksil.

Kecuali glisin, dengan R = H, asam amino α memiliki pusat stereogenik pada karbon

α. Dengan demikian, semua asam amino α kecuali glisin bersifat aktif optis

(Hart dkk., 2003).

Gambar 2.1 Struktur Glisin

Asam amino dengan satu gugus amino dan satu gugus karboksil lebih baik

digambarkan sebagai struktur ion dipolar.

Gambar 2.2 Struktur Ion dipolar

Gugus amino diprotonasi dan hadir sebagai ion amonium, sedangkan gugus karboksil

kehilangan protonnya dan hadir sebagai ion karboksilat. Struktur dipolar ini

konsisten dengan sifat asam amino yang seperti garam, yang memiliki titik leleh

yang agak tinggi (bahkan yang paling sederhana, glisina, meleleh pada suhu 233°C)

dan kelarutannya dalam pelarut organik relatif rendah). Asam amino bersifat

amfoterik, artinya berperilaku sebagai asam dan mendonasikan proton pada basa

kuat, atau dapat juga berperilaku sebagai basa dan menerima proton dari asam kuat.

Page 5: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

Perilaku ini dinyatakan dalam kesetimbangan berikut untuk asam amino dengan satu

gugus amino dan satu gugus karboksil (Hart dkk., 2003).

Penggolongan kromatografi dapat didasarkan atas mekanisme pemisahannya

serta alat yang digunakan. Berdasarkan mekanisme pemisahannya, kromatografi

digolongkan atas kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi, kromatografi pasangan

ion, kromatografi penukar ion, dan kromatografi elusi ukuran. Sedangkan

berdasarkan alat yang digunakan, kromatografi dibedakan atas kromatografi kertas,

kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi cairan kinerja tinggi (HPLC), serta

kromatografi gas (Aisyah, 2008).

Kromatografi adalah suatu prosedur yang memungkinkan pemisahan

campuran zat terlarut bergantung pada derajat pada mana berbagai zat terlarut

diadsorpsi dibagi atau ditukar antara larutan asal “fase bergerak” dan suatu fase padat

atau fase cair kedua, yang dikenal sebagai “fase diam”. Dalam kromatografi adsorpsi,

campuran zat terlarut dibiarkan melalui suatu kolom absorben (contoh, alumina,

magnesium oksida, arang), yang bekerja sebagai fase diam. Berbagai spesies zat

terlarut yang ada dalam larutan akan keluar dari dasar kolom dalam urutan yang

terbalik dari afinitas adsorpsi terhadap adsorben yang digunakan. Jadi zat terlarut

yang mempunyai sedikit afinitas atau tidak sama sekali terhadap fase padat akan

melewati kolom dan akan ada dalam eluen awal (Martin dkk., 1993).

Kromatografi kertas, merupakan salah satu jenis kromatografi partisi, yaitu

pemisahan beberapa zat berdasarkan perbedaan kelarutan dalam dua pelarut yang

tidak dapat bercampur. Cara melakukan pemisahan dengan kromatografi ini cukup

sederhana. Campuran beberapa asam amino sebagai hasil hidrolisis diteteskan sedikit

demi sedikit pada kertas kromatografi pada pada titik tertentu (A) dan kemudian

ujung kertas dicelupkan ke dalam pelarut tertentu. Pelarut ini akan naik berdasarkan

Page 6: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

proses kapilaritas dan akan membawa senyawa-senyawa dalam campuran tersebut.

Asam amino yang mudah larut dalam pelarut tertentu itu, misalnya pelarut organik,

akan terbawa naik lebih jauh daripada yang sukar larut. Setelah pelarut mencapai

bagian atas atau garis akhir, kertas diangkat dari pelarut kemudian dibiarkan kering

dengan sendirinya di udara. Dengan proses ini asam-asam amino akan terpisah satu

dengan yang lain, dengan penyemprotan pereaksi ninhidrin pada kertas kromatografi

tersebut kan tampak noda-noda biru yang membuktikan adanya asam amino yang

terpisah itu. Jarak yang telah ditempuh oleh suatu asam amino tertentu (b),

dibandingkan dengan jarak yang ditempuh oleh suatu pelarut dari garis awal hingga

garis akhir (a) diberi lambang Rf. Harga Rf yaitu b/a merupakan ciri khas suatu asam

amino pada pelarut tertentu. Dengan menggunakan standar asam-asam amino yang

telah diketahui macamnya pada kromatografi kertas seperti yang telah dilakukan di

atas, dapat diketahui macam asam amino yang diperiksa (Poedjiadi dan Supriyanti,

2007).

Fase stasioner dapat berupa padatan maupun cairan, sedangkan fase bergerak

dapat berupa cairan maupun gas. Dalam semua teknik kromatografi, zat-zat terlarut

yang dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom, dan tentu saja laju pemisahan terlatak

dalam laju perpindahan yang berbeda untuk larutan yang berbeda

(Day dan Underwood, 2002).

Analisis asam amino ini sangat diperlukan misalnya untuk menganalisi hasil

industri seperti makanan, makanan ternak, obat-obatan, juga untuk analisi cairan

biologi dan hidrolat protein (Rediatning dan Kartini, 1987).

Cara yang masih lazim yang digunakan sampai saat ini adalah kromatografi

dengan berbagai macam teknik seperti kromatografi kertas, lapisan tipis, dan kolom.

Kromatografi kolom lebih banyak dikembangkan karena selain dapat digunakan

Page 7: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

untuk keperluan kualitatif juga dapat untuk keperluan kuantitatif dan preparatif. Akan

tetapi kromatografi kolom biasa (open coloumn), diperlukan waktu yang lama untuk

memisahkan asam amino secara sempurna. Karena itu perlu ada metode analisis yang

dapat memisahkan asam amino tersebut secara sempurna dalam waktu singkat

dengan hasil yang tepat dan teliti (Rediatning dan Kartini, 1987).

Kromatografi lapis tipis adalah metode kromatografi cair yang paling

sederhana. Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran

senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang

menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan

sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya (Watson, 2009).

Kromatografi dapat dipakai dengan dua tujuan yaitu dipakai selayaknya

sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif dan

dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai

dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi (Watson, 2009).

Kromatografi lapis tipis dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan

Schraiber. Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai

penunjang fase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan

terbentuklah kromatogram, ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka.

Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitive. Kecepatan pemisahan

tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.

Biasanya yang sering digunakan sebagai materi pelapisnya adalah silika gel, tetapi

kadang kala bubuk selulosa dan tanah diatom, kieselgurh juga dapat digunakan.

Untuk fase diam hidrofilik dapat digunakan pengikat seperti semen Paris, kanji,

disperse koloid plastik, silika terhidrasi. Untuk meratakan pengikat dan zat pada

pengadsorpsi digunakan suatu aplikator. Sekarang ini telah banyak tersedia

Page 8: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

kromatografi lapis tipis siap pakai yang dapat berupa gelas kaca yang telah terlapisi,

kromatotube dan sebagainya. Kadar air dalam lapisan ini harus terkendali agar

didapat hasil analisis yang reprodusibel (Wall, 2005).

Kromatografi lapis tipis merupakan penerapan dari kromatografi adsorpsi.

Fase diamnya adalah pelarut/pengembang yang teradsorpsi pada permukaan

adsorben sedangkan fase geraknya adalah bagian dari pelarut/pengembang yang

berfungsi menggerakan komponen. Adsorben dilapiskan sebagai lapisan tipis pada

pelat datar berupa gelas, plastik, atau logam. Sejumlah kecil campuran yang akan

dianalisis ditotolkan pada bagian bawah pelat KLT. Pelat KLT kemudian

ditempatkan pada bejana pengembang (chamber) yang  telah jenuh dengan eluen

pengembang. Eluen bergerak ke atas karena aktifitas kapiler (Watson, 2009).

KLT merupakan metode pemisahan yang sederhana, cepat, dan murah. KLT

dapat memberikan informasi mengenai berapa banyak komponen yang terdapat

dalam suatu campuran dan juga dapat digunakan untuk tujuan identifikasi dengan

cara membandingkan nilai Rf komponen yang terpisah dengan Rf komponen yang

diketahui (Rf standar) dalam sistem KLT yang sama (Watson, 2009).

Prinsip pemisahan noda adalah berdasarkan kepolarannya sehingga

menghasilkan kecepatan yang berbeda-beda saat terpartisi dan terjadilah pemisahan.

Untuk memisahkan noda dengan sebaik-baiknya maka digunakan kombinasi eluen

non polar dengan polar. Apabila noda yang diperoleh terlalu tinggi, maka

kecepatannya dapat dikurangi dengan mengurangi kepolaran. Namun apabila

nodanya lambat bergerak atau hanya ditempat, maka kepolaran dapat ditambah

(Wall, 2005).

Page 9: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan sampel (campuran

asam amino glisin dan tirosin), larutan asam amino 0,01 M (glisin dan tirosin), eluen

(n-butanol, asam aspartat, dan air), plat KLT, larutan ninhidrin 2 %, akuades, kertas

label, isolasi, dan tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah plat KLT, chamber,

inkubator, pipa kapiler 0,5 µL, gelas ukur 10 mL, botol semprot, pipet tetes, gegep,

pinset, cawan petri, pensil, penggaris, dan gunting.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pembuatan Eluen

Chamber disiapkan dan dibersihkan. Eluen yang digunakan yaitu n-butanol,

asam asetat, dan air dengan perbandingan 2,5 : 0,6 : 2,6 mL dimasukkan ke dalam

gelas ukur kemudian dipindahkan ke dalam chamber. Setelah itu chamber ditutup

rapat dengan menggunakan isolasi, hingga eluen jenuh.

3.3.2 Penotolan Sampel

Plat KLT dikeringkan terlebih dahulu kemudian plat KLT digunting dengan

ukuran yang telah ditentukan dengan 1 cm dari tepi atas dan tepi bawah. Kemudian

larutan asam amino dan larutan sampel ditotolkan pada plat KLT pada titik yang

Page 10: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

ditentukan dengan menggunakan pipa kapiler 0,5 µL. Plat KLT yang telah ditotol

kemudian dikeringkan pada suhu ruangan.

3.3.3 Proses Elusi

Setelah chamber dijenuhkan dari eluen, plat KLT yang telah ditotol oleh

larutan asam amino dan larutan sampel dimasukkan ke dalam chamber untuk dielusi.

Proses elusi dihentikan ketika eluen telah mencapai batas yang telah ditentukan. Plat

KLT dikeluarkan dari chamber dan dikeringkan dalam suhu kamar. Setelah itu plat

disemprot dengan larutan ninhidrin 2 %, kemudian dikeringkan dalam inkubator.

Setelah plat KLT kering, terbentuklah noda. Noda yang dihasilkan diberi lingkaran

dengan menggunakan pensil serta diukur jarak totolan ke noda dan jarak tempuh

eluen dengan menggunakan penggaris untuk menentukan nilai Rf larutan dan

dilakukan identifikasi larutan asam amino.

Page 11: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap larutan asam amino (glisin dan

tirosin) dan larutan sampel dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT)

dengan proses elusi, diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan

No. Larutan Jarak eluen (cm) Jarak noda (cm) Rf (cm)

1 Glisin 4,7 1,1 0,23

2 Tirosin 4,7 1,7 0,36

3 Larutan sampel 4,7 1,3 0,27

4.2 Reaksi

4.2.1 Glisin + Ninhidrin

Page 12: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

4.2.2 Tirosin + Ninhidrin

4.3 Pembahasan

Percobaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi larutan asam amino (glisin

dan tirosin) dan larutan sampel menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan

proses elusi dan menghitung nilai Rf yang diperoleh dari perbandingan jarak noda

dan eluen.

Pembuatan larutan eluen dilakukan dengan cara pencampuran antara larutan

n-butanol, asam asetat, dan air dengan perbandingan 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v. Pemilihan

ketiga pelarut ini didasarkan pada perbedaan kepolaran dari ketiga pelarut tersebut,

dengan urutan kepolaran air > n-butanol > asam asetat. Hal ini dilakukan agar pada

saat pengidentifikasian asam aminonya, akan terlihat lebih jelas perbedaan dari noda

yang ditimbulkan. Setiap asam amino memiliki koefisien partisi tertentu untuk

Page 13: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

pasangan pelarut tertentu. Asam amino yang amemiliki afinitas terhadap fasa gerak

(pelarut) yang lebih besar akan tertahan lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zat

terlarut yang afinitasnya terhadap fasa gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama

pada fasa diam. Dengan demikian asam amino dapat dipisahkan akibat perbedaan

migrasi di dalam fasa gerak dan fasa diamnya. Prinsip percobaan KLT ini didasarkan

pada sifat fisik dan kimia asam amino. Sifat fisik ditunjukkan oleh kecepatan

bergerak pada fase diam dari kertas kromatografi dan sifat kimianya berdasarkan

pada warna yang timbul ketika disemprot dengan larutan ninhidrin.

Pemotongan kertas KLT yang disesuaikan dengan ukuran chamber yang

digunakan. Sebelum dilakukan penotolan larutan asam amino, plat KLT terlebih

dahulu diaktifasi melalui pemanasan. Tujuan pengaktifan ini yaitu menghilangkan

uap air pada plat KLT, sehingga dalam proses elusi nantinya plat KLT dapat

menyerap eluen dengan baik. Setelah dilakukan aktifasi plat KLT, selanjutnya

larutan asam amino ditotolkan pada plat KLT di bagian base line tepi bawah

menggunakan pipa kapiler. Setiap penotolan asam amino dilakukan tegak lurus

dengan bidang tempat menotol, serta hanya dilakukan satu kali. Tujuannya adalah

untuk menghindari terjadinya komet (noda berekor) pada plat.

Sebelum plat KLT dimasukkan ke dalam chamber, chamber terlebih dahulu

dijenuhkan dengan eluen dengan cara menutup rapat chamber yang berisi eluen

dengan menggunakan isolasi. Tujuan penjenuhan ini adalah agar proses elusi dapat

berjalan dengan cepat serta untuk mencegah penguapan eluen. Setelah eluen

dijenuhkan dan plat KLT telah ditotolkan larutan asam amino dan sampel, plat KLT

dimasukkan dalam chamber dan dilakukan proses elusi sampai bayang-bayang eluen

mencapai end line (batas akhir elusi). Setelah plat KLT diangkat dari eluen,

kemudian dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin, yang bertujuan

Page 14: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

untuk memberikan warna pada noda asam amino dan ninhidrin berfungsi sebagai

pereaksi spesifik terhadap asam amino dengan membentuk warna ungu (lembayung)

bagi asam amino glisin dan larutan sampel. Untuk memperjelas noda asam amino,

plat KLT dimasukkan dalam inkubator. Proses elusi dibiarkan beberapa saat agar

eluen mencapai jarak tertentu yang telah diberi tanda dan setelah sampai pada garis

tanda, plat KLT dikeringkan dengan inkubator agar pelarut menguap sempurna

sehingga noda yang terbentuk tidak melebar. Selanjutnya dilakukan pengukuran

jarak eluen dan jarak noda dari tempat penotolan.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai Rf, maka diperoleh nilai Rf yang

bervariasi antara satu asam amino dengan asam amino yang lainnya. Nilai Rf glisin

0,23 cm, tirosin 0,36, dan nilai Rf sampel 0,27 cm.

Page 15: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai Rf untuk asam amino glisin adalah 0,23 cm, tirosin 0,36 cm, dan larutan

sampel 0,27 cm.

2. Larutan sampel diidentifkasi berdasarkan nilai Rf, dimana nilai Rf sampel

berdasarkan percobaan sama dengan nilai Rf asam amino glisin berdasarkan teori

sehingga sampel mengandung asam amino glisin.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Alat yang digunakan pada percobaan ini terutama pipet tetes diperbanyak,

agar praktikum berjalan dengan lancar.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Bahan yang digunakan tidak hanya asam amino glisin dan tirosin. Sebaiknya

menggunakan asam amino yang lain agar lebih banyak yang dapat dibandingkan dan

diketahui nilai Rf berdasarkan praktikum.

5.2.3 Saran untuk Asisten

Cara penjelasan prosedur serta pengarahan dalam langkah-langkah

pengerjaaan sudah baik dan mudah dimengerti.

Page 16: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, 2008, Kromatografi (Online), (http://rgmaisyah.wordpress.com/kromatogra fi, diakses pada tanggal 05 April 2014).

Day, R. A., dan Underwood, A.L., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam, diterjemahkan oleh : Iis Sopyan, Erlangga, Jakarta.

Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik: Edisi Sebelas, diterjemahkan oleh : Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.

Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A., 1993, Farmasi Fisik, UI-Press, Jakarta.

Poedjiadi, A., dan Supriyanti, T., 2007, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

Rediatning, W., dan Kartini, N., 1987, Analisis Asam Amino dengan Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi Secara Derivatisasi Prakolom dan Pascakolom, Jurnal Proceedings ITB, 20 (1/2): 41-59.

Wall, P.E., 2005, Thin-Layer Chromatography, The Royal Society Chemistry, Ukraina.

Watson, D.G., 2009, Analisis Farmasi, EGC, Jakarta.

Wilbraham, A.C., dan Matta, M.S., 1992, Pengantar Kimia Organik dan Hayati, Penerbit ITB, Bandung.

Page 17: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 08 April 2014

ASISTEN PRAKTIKAN

\

SARTIKA MARETRIN

Page 18: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Prosedur Kerja

1.1 Pembuatan Eluen

- Disiapkan dan dikeringkan chamber.

- Dimasukkan ke dalam gelas ukur menggunakan pipet tetes.

- Dimasukkan ke dalam chamber.

- Chamber ditutup dan didiamkan hingga chamber jenuh

terhadap eluen.

1.2 Penotolan Sampel

- Plat KLT dikeringkan sebelum digunakan.

- Plat KLT dibuat dengan ukuran yang telah ditentukan dan

1 cm dari tepi atas dan tepi bawah.

- Ditotolkan pada plat dengan menggunakan pipa kapiler.

- Dikeringkan pada suhu kamar.

n-butanol, asam asetat, dan air2,5 : 0,6 : 2,6 mL

Hasil

Glisin, tirosin, dan larutan sampel

Hasil

Page 19: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

1.3 Proses Elusi

- Dimasukkan ke dalam chamber untuk dilakukan proses elusi.

- Dihentikan proses elusi setelah eluen telah mencapai tanda

batas yang ditentukan.

- Dikeluarkan dari chamber dan dikeringkan dalam suhu kamar.

- Disemprot dengan larutan ninhidrin 2 %.

- Dikeringkan di dalam incubator.

- Noda yang terbentuk pada plat KLT diberi garis lingkaran

dengan menggunakan pensil.

- Diukur jarak eluen dan jarak totolan ke noda.

- Dihitung nilai Rf.

Plat KLT

Hasil

Page 20: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

Lampiran 2. Perhitungan nilai Rf

Rf glisin =jarak noda nodajarak tempuh eluen

=1,1 cm 4cm

=0 ,23

Rf tirosin =jarak nodajarak tempuh eluen

=1 , 7 cm4 cm

=0 ,36

Rf sampel =jarak nodajarak tempuh eluen

=1,3 cm4 cm

=0 , 27

Page 21: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

Lampiran 3. Nilai Rf secara teori

Tabel nilai Rf 20 asam amino

No Asam Amino Nilai Rf

1 Histidin 0,11

2 Glutamin 0,13

3 Lisin 0,14

4 Arginin 0,20

5 Asam aspartat 0,24

6 Glisin 0,26

7 Serin 0,27

8 Asam glutamate 0,30

9 Treonin 0,35

10 Alanin 0,38

11 Sistein 0,40

12 Prolin 0,43

13 Tirosin 0,45

14 Asparagin 0,50

15 Metionin 0,55

16 Valin 0,61

17 Triptofan 0,66

18 Fenilalanin 0,68

19 Isoleusin 0,72

20 Leusin 0,73

Page 22: Pemisahan Dan Identifikasi Asam Amino

Lampiran 4. Gambar Hasil Pengamatan

Gambar 4.1. Plat KLT dalam chamber pada proses elusi

Gambar 4.2 Plat KLT setelah proses elusi