asal usul kehidupan
DESCRIPTION
asal usul kehidupanTRANSCRIPT
Berdasarkan fosil dan perhitungan yang teliti, diduga kehidupan muncul
di bumi sekitar 4 milyar tahun yang lalu. Para ilmuwan berteori bahwa
kehidupan terbentuk melalui suatu proses evolusi.
Evolusi adalah suatu perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur
dan perlahan-lahan dalam waktu jutaan, bahkan bermilyar-milyar tahun
lamanya. Teori mengenai asal-usul kehidupan dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu Teori Abiogenesis dan Teori Biogenesis. Mari cermati
uraiannya.
1. Teori Abiogenesis (Generatio Spontanea)
Tokoh teori ini adalah Aristoteles (384 - 322 SM), seorang ahli filsafat
dan ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Menurut teori yang
dikemukakannya, makhluk hidup berasal dari benda tak hidup.
Sebenarnya, Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan merupakan
hasil perkawinan akan menetas menghasilkan ikan yang sama dengan
induknya, tetapi dia yakin bahwa ada ikan yang berasal dari lumpur.
Makhluk tersebut terjadi secara spontan sehingga teori abiogenesis
disebut juga generation spontanea.
Tokoh Abiogenesis yang lain adalah John Needham (1700) seorang
berkebangsaan Inggris. Dia melakukan percobaan dengan merebus
sepotong daging dalam wadah selama beberapa menit (tidak sampai
steril). Air rebusan daging disimpan dan ditutup dengan tutup botol dari
gabus. Setelah beberapa hari, air kaldu menjadi keruh yang disebabkan
oleh adanya mikroba. Needham mengambil kesimpulan bahwa mikroba
berasal dari air kaldu. Jadi, menurut paham generation spontanea, semua
kehidupan berasal dari benda tak hidup secara spontan, seperti:
a) ikan dan katak berasal dari lumpur
b) cacing berasal dari tanah
c) belatung terbentuk dari daging yang membusuk
d) tikus berasal dari sekam dan kain kotor.
Pada abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek berhasil membuat
mikroskop sederhana. Dengan alat ini, ia dapat melihat benda-benda
aneh yang sangat kecil dalam setetes air rendaman jerami. Penemuan
inilah yang merupakan awal runtuhnya paham Abiogenesis.
Tidak semua orang puas dengan teori yang dikemukakan oleh para
penganut paham abiogenesis. Oleh karena itu, ada orang yang mulai
menyelidiki asal-usul makhluk hidup melalui berbagai percobaan.
Walaupun bertahan beratus-ratus tahun, teori Abiogenesis akhirnya
goyah dengan adanya penelitian tokoh-tokoh yang tidak puas dengan
paham Abiogenesis. Tokoh-tokoh ini antara lain:Francesco Redi (Italia,
1626 - 1697), Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729 - 1799), dan Louis Pasteur
(Perancis, 1822 - 1895).
2. Teori Biogenesis
a. Percobaan Francesco Redi (1626 - 1697)
Francesco Redi adalah seorang dokter Italia. Dia melakukan percobaan
untuk menunjukkan bahwa ulat tidak muncul dengan sendirinya pada
daging yang membusuk, melainkan berasal dari telur lalat. Pada
percobaannya yang pertama tahun 1668, Redi menggunakan dua kerat
daging segar dan dua toples. Toples I diisi dengan sekerat daging dan
ditutup rapat-rapat. Sedangkan, toples II diisi dengan kerat daging dan
dibiarkan terbuka.
Setelah beberapa hari, keadaan daging pada kedua toples tersebut
diamati. Hasilnya, pada toples II daging telah membusuk dan di dalam
daging terdapat banyak larva. F. Redi menyimpulkan bahwa larva bukan
berasal dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari lalat yang masuk
kemudian bertelur pada kerakan daging dan telur tersebut menetas
menjadi larva.
Hasil percobaan ini mendapat sanggahan dari para ilmuwan pengikut
teori abiogenesis. Sanggahan tersebut adalah kehidupan pada toples I
tidak dapat terjadi karena toples tersebut tertutup sehingga tidak ada
kontak dengan udara. Akibatnya, tidak ada daya hidup di dalamnya.
Untuk menjawab sanggahan tersebut, Redi melakukan percobaan kedua,
yaitu meletakkan daging pada toples tertutup kain kasa sehingga masih
terjadi hubungan dengan udara, tetapi lalat tidak dapat masuk. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa keratan daging membusuk, pada daging
ini ditemukan sedikit larva, dan pada kain kasa penutupnya ditemukan
lebih banyak larva. Redi berkesimpulan larva bukan berasal dari daging
yang membusuk, tetapi berasal dari lalat yang hinggap di kain kasa dan
beberapa telur jatuh pada daging.
b. Percobaan Lazzaro Spallanzani (1729 - 1799)
Percobaan Spallanzani pada prinsipnya sama dengan percobaan Redi,
tetapi bahan yang digunakan adalah air kaldu.
Labu I : diisi 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15º C dan dibiarkan
terbuka.
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat dengan sumbat
gabus, lalu dipanaskan dan pada daerah pertemuan gabus dengan mulut
labu dapat diolesi lilin agar lebih rapat. Kedua labu itu ditempatkan di
tempat terbuka dan didinginkan. Setelah beberapa hari kemudian, hasil
percobaan menunjukkan bahwa:
Labu I : terjadi perubahan, air kaldu menjadi keruh dan berbau tidak
enak, serta banyak mengandung mikroba.
Labu II : tidak ada perubahan sama sekali, air tetap jernih dan tanpa
mikroba. Tetapi, bila dibiarkan terbuka lebih lama terdapat banyak
mikroba.
Dengan mikroskop tampak bahwa pada kaldu yang berasal dari labu I
dan labu II terdapat mikroorganisme. Spallanzani menyimpulkan bahwa
timbulnya kehidupan hanya mungkin jika telah ada kehidupan
sebelumnya.
Jadi, mikroorganisme tersebut telah ada dan tersebar di udara.
Pendukung abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil
eksperimen Spallanzani, sebab udara diperlukan untuk berlakunya
generation spontanea. Sedangkan, paham biogenesis beranggapan
bahwa udara itu merupakan sumber kontaminasi.
c. Percobaan Louis Pasteur
Orang yang memperkuat teori Biogenesis dan menumbangkan teori
Abiogenesis hingga tak tersanggahkan lagi adalah Louis Pasteur (1822 -
1895) seorang ahli biokimia berkebangsaan Perancis. Pasteur melakukan
percobaan penyempurnaan dari percobaan yang dilakukan Spallanzani.
Pada percobaannya, Pasteur menggunakan air kaldu dan tabung berleher
angsa. Percobaannya adalah sebagai berikut:
1) Air kaldu dimasukkan ke labu berleher angsa. Labu ini digunakan
dengan tujuan untuk menjaga adanya hubungan antara labu dengan
udara luar. Selanjutnya, labu dipanaskan untuk mensterilkan air kaldu
dari mikroorganisme.
2) Setelah dingin, labu ditempatkan pada tempat yang aman. Karena
bentuk pipa seperti angsa, udara dari luar dapat masuk ke dalam labu
dan menempel di dasar lehernya.
Sehingga udara yang masuk ke dalam labu adalah udara yang steril. Jadi,
dalam percobaan ini masih ada daya hidup seperti yang dipersoalkan
penganut paham Abiogenesis. Setelah dibiarkan beberapa hari, air kaldu
tetap jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
3) Labu yang berisi air kaldu jernih, kemudian dipecahkan lehernya
sehingga air kaldu bersentuhan dengan udara luar secara langsung.
Setelah beberapa hari dibiarkan, air kaldu menjadi busuk dan banyak
mengandung mikroorganisme.
Kesimpulan percobaan Pasteur adalah mikroorganisme yang ada pada air
kaldu bukan berasal dari cairan (benda tak hidup), melainkan dari
mikroorganisme yang terdapat di udara. Mikroorganisme yang ada di
udara masuk ke dalam labu bersama-sama dengan debu.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, tumbanglah Teori Abiogenesis
dan muncul Teori Biogenesis yang menyatakan bahwa:
a) Omne vivum ex ovo, artinya setiap makhluk hidup berasal dari telur.
b) Omne ovum ex vivo, artinya setiap telur berasal dari makhluk hidup.
c) Omne vivum ex vivo, artinya setiap makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup juga.
Teori CiptaanMenurut teori ini kehidupan yang ada di bumi diciptakan oleh Tuhan. Teori ini diakui kebenarannya oleh kalangan agama dan masyarakat saat itu. Mereka mendasari kebenaran teori tersebut atas keajaiban-keajaiban gaib yang pernah terjadi dan dilihatnya.
Teori KosmozoaMenurut teori ini kehidupan di bumi diperkirakan berasal dari ruang angkasa. Teori tersebut didasarkan atas penyelidikan bahwa bahan yang terdapat pada batu meteor maupun batu komet yang jatuh ke bumi mengandung banyak molekul organik sederhana, misalnya sianogen dan asam hidrosianida. Molekul-molekul sederhana tersebut ketika jatuh ke bumi menjadi benih bagi timbulnya kehidupan. Kehidupan dapat juga terjadi di tempat lain selain bumi.
Teori Keadaan Bumi Selalu TetapTeori ini menyatakan bahwa bumi tidak mempunyai asal mula. Bumi selalu dapat menopang kehidupan yang ada di dalamnya, jika ada perubahan, tidak terlalu banyak. Begitu pula makhluk hidup yang ada di dalam bumi juga tidak ada asal mulanya.
Kehidupan adalah ciri yang membedakan objek yang memiliki isyarat dan proses penopang diri (organisme hidup) dengan objek yang tidak memilikinya, baik karena fungsi-fungsi tersebut telah mati atau karena mereka tidak memiliki fungsi tersebut dan diklasifikasikan sebagai benda mati.
A. Teori Awal Kehidupan di Bumi
1. Materialisme
Teori ini menyatakan bahwa semua yang ada adalah materi, dan bahwa semua kehidupan pada dasarnya adalah bentuk atau pengaturan yang kompleks dari materi. Empedlokes (430 SM) berpendapat bahwa setiap hal di alam semesta terdiri dari kombinasi empat “elemen” abadi atau “akar dari semua”: bumi, air, udara, dan api. Semua perubahan dijelaskan oleh pengaturan dan penataan ulang dari empat elemen tersebut. Berbagai bentuk kehidupan disebabkan oleh campuran yang tepat dari unsur-unsur. Misalnya, pertumbuhan tanaman disebabkan oleh gerakan ke bawah secara alami unsur bumi dan gerakan ke atas secara alami dari api.
2. Hylemorfisme
Teori yang berasal dari Aristoteles (322 SM) ini menyatakan bahwa segala sesuatu adalah kombinasi dari materi dan bentuk. Aristoteles adalah salah satu penulis kuno pertama yang melakukan pendekatan pada subjek hidup dengan cara ilmiah. Biologi adalah salah satu minat utamanya, dan terdapat bahan biologi yang ekstensif dalam tulisan-tulisannya. Menurut dia, segala sesuatu di alam semesta material memiliki unsur materi dan bentuk. Bentuk dari suatu makhluk hidup adalah jiwanya (dalam bahasa Yunani psyche, Latin anima). Menurut Aristoteles, terdapat tiga macam jiwa, yaitu:
Jiwa Vegetatif : tanaman, yang menyebabkan mereka untuk tumbuh dan membusuk dan memelihara diri mereka sendiri, tetapi tidak menyebabkan gerakan dan sensasi.
Jiwa Hewan : yang menyebabkan hewan untuk bergerak dan merasa. Jiwa Rasional : merupakan sumber kesadaran dan penalaran yang
(Aristoteles yakini) hanya ada pada manusia.
3. Vitalisme
Vitalisme adalah keyakinan bahwa prinsip kehidupan pada dasarnya tidak material. Gagasan ini berasal dari Georg Ernst Stahl (abad ke-17), dan bertahan hingga pertengahan abad ke-19.. Vitalisme menjadi daya tarik bagi filsuf seperti Henri Bergson, Friedrich Nietzsche, Wilhelm Dilthey, ahli anatomi seperti Marie François Xavier Bichat, dan ahli kimia seperti Justus Liebig.
1. Teori Kreasi Khas
Teori Kreasi Khas menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (gaib) pada saat yang
istimewa. Teori ini dikenal dengan nama Teori Kreasi Khas atau Teori Penciptaan Khusus. Carolus Linnaeus adalah salah satu pengikut teori ini.
2. Teori Kataklisma
Teori kataklisma menyatakan bahwa semua spesies diciptakan sendiri-sendiri dan berlangsung dalam periode-periode, di antara periode yang satu dengan yang lain terjadi bencana yang menghancurkan spesies lama dan memunculkan spesies baru. Pandangan ini dipelopori oleh cuvier.
3. Teori Kosmozoan
Teori ini menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet bumi berasal dari protoplasma yang membentuk spora-spora kehidupan. Spora kehidupan ini mencapai permukaan bumi dan berasal dari alam semesta. Pelopor teori ini adalah Arrhenius.
4. Teori Evolusi Biokimia
Teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup terbentuk berdasarkan hukum Fisika-Kimia yang dilanjutkan dengan Evolusi Biologi. Teori ini disebut Teori Evolusi Biokimia. Para ahli Biologi, Astronomi, dan Geologi sepakat bahwa planet bumi ini telah terbentuk kira-kira antara 4,5 - 5 milyar tahun yang lalu. Keadaan pada saat awal terbentuknya bumi sangat berbeda dengan keadaan saat ini.
Pada saat itu, suhu planet bumi diperkirakan mencapai 40.000 - 80.000ºC. Pada saat mulai mendingin, senyawa karbon beserta beberapa unsur logam mengembun membentuk inti bumi. Sedangkan, permukaannya tetap gersang, tandus dan tidak datar. Di atmosfer bumi terbentuk senyawa-senyawa sederhana yang mengandung unsur-unsur, seperti uap air (H2O), ammonia (NH3), metan (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Senyawa sedehana ini berbentuk uap dan bertahan di lapisan atas atmosfer.
Ketika suhu atmosfer turun sekitar 100º C terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa ini berlangsung selama ribuan tahun. Dalam keadaan semacam ini, bumi dipastikan belum dihuni kehidupan. Namun, kondisi ini memungkinkan berlangsungnya reaksi kimia, karena tersedianya zat (materi) dan energi yang berlimpah.
Berdasarkan uraian tersebut, beberapa ilmuwan mengemukakan pendapat serta melakukan eksperimen. Di antaranya adalah: Harold Urey dan Stanley Miller.
a. Teori Evolusi Kimia menurut Harold Urey (1893)
Urey menyatakan zat-zat organik terbentuk dari zat-zat anorganik. Menurut Urey, zat-zat anorganik yang ada di atmosfer berupa gas karbondioksida, metana, amonia, hidrogen, dan uap air. Semua zat ini bereaksi membentuk zat organik karena energi petir.
Menurut Urey, proses terbentuknya makhluk hidup dapat dijelaskan dengan 4 tahap, yaitu:
Tahap I : Molekul metana, amonia, hidrogen, dan uap air tersedia sangat banyak di atmosfer bumi.Tahap II : Energi yang diperoleh dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis menyebabkan zat-zat bereaksi membentuk molekul-molekul zat yang lebih besar.Tahap III : Terbentuk zat hidup yang paling sederhana yang memiliki susunan kimia, seperti susunan kimia pada virus.Tahap IV : Zat hidup yang terbentuk berkembang dalam waktu jutaan tahun menjadi organisme (makhluk hidup) yang lebih kompleks.
b. Teori kimia menurut Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang berhasil membuat model alat yang digunakan untuk membuktikan hipotesis Urey. Miller memasukkan uap air, metana, amonia, gas hidrogen, dan karbondioksida ke dalam tabung percobaan. Tabung tersebut kemudian dipanasi. Untuk mengganti energi listrik halilintar ke dalam perangkat alat tersebut dilewatkan lecutan listrik bertegangan tinggi sekitar 75.000 volt. A. Teori Evolusi
Gambar 7.1 Evolusi manusia
Berdasarkan ilustrasi di depan Anda akan mendapatkan gambaran dan
penjelasan tentang evolusi. Dari Gambar 7.1 terlihat bahwa evolusi tidak
terlepas dari kehidupan masa lampau. Saat ini, kehidupan masa lampau itu
hanya dapat ditemukan bukti-buktinya, yang berupa fosil. Pernahkah Anda
melihat film-film tentang kehidupan dinosaurus atau kingkong? Film-film
tersebut berusaha untuk memberikan gambaran tentang kehidupan masa
lampau.
Semua makhluk hidup berasal dari mahkluk hidup sebelumnya yang dapat
muncul dengan variasi baru sehingga menyebabkan terjadinya
keanekaragaman makhluk hidup. Adanya variasi-variasi tersebut dapat
menyebabkan spesies baru. Peristiwa ini dikenal dengan istilah evolusi.
Jadi, evolusiadalah proses kompleks pewarisan sifat organisme yang berubah
dari generasi ke generasi dalam kurun waktu jutaan tahun.
Teori tentang evolusi merupakan teori yang tetap hangat dipertentangkan
sampai saat ini. Banyak tokoh yang berpendapat tentang hal ini, tetapi belum
ada satu teori yang dapat menjawab semua fakta dan kejadian tentang
sejarah perkembangan makhluk hidup. Beberapa teori dari para ahli yang
menjadi dasar dari teori evolusi, di antaranya sebagai berikut.
1. teori evolusi Aristoteles (384-322 SM). Aristoteles adalah seorang filosof
yang berasal dari Yunani, yang mencetuskan teori evolusi. Ia mengatakan
bahwa evolusi yang terjadi berdasarkan metafisika alam, maksudnya
metafisika alam dapat mengubah organisme dan habitatnya dari bentuk
sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.
2. teori evolusi Anaximander (500 SM0. Anaximander juga merupakan
seorang filosof yang berasal dari Yunani. Ia berpendapat bahwa manusia
berawal dari makhluk akuatik mirip ikan dan mengalami proses evolusi.
3. teori evolusi Empedoclas (495-435 SM). Empedoclas adalah seorang
filosof Yunani. Ia mengemukakan teori bahwa kehidupan berasal dari lumpur
hitam yang mendapat sinar dari matahari dan berubah menjadi makhluk
hidup. Evolusi terjadi dengan dimulainya makhluk hidup yang sederhana
kemudian berkembang menjadi sempurna dan akhirnya menjadi beraneka
ragam seperti sekarang ini.
4. teori evolusi Erasmus Darwin (1731-1802). Erasmus Darwin adalah
kakek dari Charles Robert Darwin, seorang tokoh evolusi berkebangsaan
Inggris. Teorinya adalah bahwa evolusi terjadi karena bagian fungsional
terhadap stimulasi adalah diwariskan. Ia menyusun buku yang
berjudul Zoonamiayang menentang teori evolusi dari Lamarck.
5. teori evolusi Count de Buffon (1707-1788). Buffon berpendapat bahwa
variasi-variasi yang terjadi karena pengaruh alam sekitar diwariskan sehingga
terjadi penimbunan variasi.
6. teori evolusi Sir Charles Lyell (1797-1875). Lyell adalah seorang
ilmuwan yang berasal dari Skotlandia dengan bukunya yang terkenal
berjudul Principles of Geology. Di dalam bukunya
tersebut Lyell berpendapat bahwa permukaan bumi terbentuk melalui proses
bertahap dalam jangka waktu yang lama.
7. teori evolusi Jean Baptise de Lamarck. Jean Baptise de Lamarck (1744
– 1829) seorang ahlibiologi kebangsaan Perancis, memiliki suatu gagasan
dan menuliskannya dalam bukunya berjudul “Philoshopic”. Dalam bukunya
tersebut Lamarck mengatakan sebagai berikut.
1. Lingkungan mempunyai pengaruh pada ciri-ciri dan sifat-sifat yang
diwariskan melalui proses adaptasi lingkungan.
2. Ciri dan sifat yang terbentuk akan diwariskan kepada keturunannya.
3. Organ yang sering digunakan akan berkembang dan tumbuh
membesar, sedangkan organ yang tidak digunakan akan mengalami
pemendekan atau penyusutan, bahkan akan menghilang. Contoh yang
dapat digunakan oleh Lamarck adalah jerapah. Menurut Lamarck, pada
awalnya jerapah memiliki leher pendek. Karena makanannya berupa
daun-daun yang tinggi, maka jerapah berusaha untuk dapat
menjangkaunya. Karena terbiasa dengan hal ini maka semakin lama,
leher jerapah menjadi semakin panjang dan pada generasi berikutnya
akan lebih panjang lagi.
Teori Lamarck ditentang oleh Erasmus Darwin (kakek dari Charles Darwin)
yang mengatakan bahwa populasi jerapah adalah heterogen, ada yang
berleher pendek dan ada yang berleher panjang. Jerapah-jerapah tersebut
berkompetisi untuk mendapatkan makanan. Dari persaingan tersebut jerapah
berleher panjang akan menang dan akan tetap hidup, sifat ini akan diwariskan
kepada keturunannya. Jerapah yang berleher pendek akan mati dan
perlahan-lahan mengalami kepunahan.
Agar lebih jelas mengenai perbandingan dua teori ini, dapat Anda perhatikan
Gambar 7.3.
Gambar 7.3 Teori jerapah berleher panjang menurut Lamarck dan Erasmus
Darwin
8. teori evolusi Charles Robert Darwin (1809–1882). Charles Robert Darwin (1809–1882) adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris yang
melakukan pelayaran pada tahum 1831. Dengan menggunakan kapal HMS
Beagel, ia melakukan pelayaran menuju ke Kepulauan Galapagos, yang
merupakan kepulauan terpencil kurang lebih 1050 km dari dari daratan utama
Amerika Serikat. Dalam pelayarannya hingga sampai di Kepulauan
Galapagos tersebut Charles Darwin menemukan dan mengamati berbagai
macam burung Finch yang memiliki berbagai macam bentuk paruh.
Perbedaan morfologi tersebut ternyata menunjukkan adanya hubungan
kekerabatan dengan burung yang ada di Amerika Serikat. Hasil penemuan
burung Finch oleh Darwin dapat Anda lihat pada Gambar 7.4.
Keterangan gambar :
1. Burung finch kaktus tanah besar
2. Burung finch tanah besar
3. Burung finch tanah sedang
4. Burung finch tanah berkaktus
5. Burung finch tanah berparuh tajam
6. Burung finch tanah kecil
7. Burung finch plato
8. Burung finch pohon pemakan tumbuhan
9. Burung finch pohon insektivora besar
10. Burung finch pohon insektivora kecil
11. Burung finch pohon pemakan serangga kecil
12. Burung finch penyanyi
13. Burung finch bakau
Coba Anda perhatikan Gambar 7.4! Perhatikan bentuk paruh dari masing-
masing burung tersebut! Burung Finch nomor 1–7 adalah burung Finch tanah,
yang mencari makanan di tanah atau di semak yang rendah. Burung Finch
nomor 8–13 adalah burung Finch pohon, makanannya berupa insekta. Pada
abad ke-18 seorang ahli ekonomi Thomas Robert Malthus seorang
berkebangsaan Inggris (1766 – 1834) mengemukakan pendapatnya dalam
bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of Population. Malthus
menyimpulkan bahwa jumlah penduduk naik seperti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16,
…) sedangkan bahan makanan yang tersedia naik seperti deret hitung (1, 2,
3, 4, 5, …). Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah kenaikan
penduduk lebih cepat daripada kenaikan produksi pangan. Fenomena ini
mengakibatkan makhluk hidup harus melakukan perjuangan agar terus
bertahan. Sifat-sifat yang mendukung akan dipertahankan, sedangkan sifat-
sifat yang tidak mendukung akan hilang. Makhluk hidup yang mampu
bertahan hidup dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan lolos
dari seleksi alam.
Alfred Russel Wallace (1823-1913) mengadakan pengamatan tentang
adanya penyebaran flora dan fauna di wilayah oriental yaitu Sumatera, Jawa,
dan Kalimantan yang ternyata mempunyai banyak persamaan dengan
wilayah Australia dan Maluku serta Sulawesi sebagai daerah transisi. Dengan
gagasan dan teori kedua tokoh yaitu, Malthus dan Wallace, maka Darwin
menggunakan teori evolusinya lebih lanjut. Ide-ide Darwin berdasarkan hasil
observasinya antara lain seperti berikut.
1. Tidak ada individu yang sama. Antara individu satu dengan yang lainnya
mempunyai perbedaan atau variasi walaupun dalam satu spesies dan
variasi tersebut bersifat menurun.
2. Setiap populasi cenderung bertambah banyak karena mempunyai
kemampuan untuk bereproduksi.
3. Bertambahnya populasi tidak akan berjalan terus-menerus, tetapi
kenaikan populasi akan dipengaruhi oleh faktor-faktor pembatas.
4. Jumlah individu yang dilahirkan lebih banyak daripada individu yang
dapat bertahan hidup.
5. Individu-individu akan mengadakan persaingan untuk mendapatkan
makanan agar dapat mempertahankan hidupnya.
6. Adanya seleksi alam akan mengakibatkan individu harus beradaptasi
dengan lingkungannya. Individu yang dapat beradaptasi akan dapat
terus hidup dan akan mewariskan sifat-sifatnya pada keturunannya.
Dalam perkembangannya, individu tersebut akan mengalami perubahan-
perubahan secara berangsur-angsur dari generasi ke generasi yang
mengarah pada terbentuknya spesies baru, sedangkan yang tidak mampu
beradaptasi akan mati dan punah. Ide Darwin tersebut dituangkan dalam
bukunya yang berjudul On The Origin Spesies By Means Of Natural Selection, yang berarti terjadinya spesies baru melalui proses seleksi alam,
dan The Preservation Of Favored Races In The Strunggla For Live yang
berarti, setiap individu harus berusaha mendapatkan kebutuhan untuk
kelangsungan hidup. Dari berbagai teori Darwin yang dijelaskan di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan seperti berikut.
1. Spesies yang ada sekarang berasal dari spesies yang hidup di masa
lampau.
2. Evolusi yang terjadi melalui proses seleksi alam.
3. Proses evolusi dipengaruhi oleh lingkungan.
Bukti evolusi tersebut dapat ditemukan pada kupu-kupu Biston betularia.
Spesies kupu-kupu ini hidup pada waktu sebelum revolusi industri di Inggris,
hewan ini kebanyakan berwarna putih atau cerah, tetapi setelah terjadi
revolusi industri, kupu-kupu yang banyak ditemukan adalah berwarna hitam
atau gelap. Coba Anda pikirkan mengapa demikian! Coba Anda kaitkan
dengan teori-teori yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sebagai perbandingan
warna kupu-kupu tersebut dapat Anda lihat pada Gambar 7.5.
Gambar 7.5 Kupu Biston betularia warna putih dan Hitam
Setelah terjadi revolusi industri, maka tembok dan tempat-tempat lain sebagai
habitat kupu-kupu berubah menjadi gelap akibat banyaknya asap dari pabrik
industri sehingga kupu-kupu yang putih dan cerah akan mudah dimangsa oleh
predatornya dari-pada kupu-kupu yang hitam dan gelap. Akibatnya kupu-kupu
hitam dan gelaplah yang mampu bertahan hidup, sedangkan kupu-kupu putih
dan cerah akhirnya punah.
9. August Weismann (1934 – 1914). Weismann berpendapat bahwa sel-sel
tubuh tidak dipengaruhi oleh lingkungan dalam penurunannya, melainkan
berdasarkan pada prinsip genetika. Weismann melakukan percobaan untuk
membuktikan teorinya tersebut. Perlakuan diberikan kepada dua tikus yang
dipotong ekornya dan kemudian kedua tikus tersebut dikawinkan. Hasilnya
adalah generasi keturunannya masih berekor panjang sampai generasi ke-21.
Dari percobaan yang dilakukan tersebut maka akhirnya Weismann menarik
kesimpulan seperti berikut.
1. Perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan
kepada generasi berikutnya.
2. Evolusi merupakan masalah genetika, artinya evolusi adalah gejala
seleksi alam terhadap faktor-faktor genetika.
B. Macam-macam Evolusi. Berbagai macam teori evolusi yang dicetuskan
oleh para tokoh tersebut, akan menjadi dasar pemikiran tentang evolusi
selanjutnya. Proses evolusi dapat dibedakan atas dasar faktor-faktor berikut.
1. Evolusi berdasarkan arahnya. Berdasarkan arahnya evolusi dibedakan
menjadi dua.
a. Evolusi progresif. Evolusi progresif merupakan evolusi menuju pada
kemungkinan yang dapat bertahan hidup (survival). Proses ini dapat dijumpai
melalui peristiwa evolusi yang terjadi pada burung Finch. Coba Anda ingat
kembali materi yang sudah disampaikan di depan. Bagaimana burung Finch
beradaptasi untuk mempertahankan hidupnya?
b. Evolusi regresif. Evolusi regresif merupakan proses menuju pada
kemungkinan kepunahan. Hal ini dapat dijumpai melalui peristiwa evolusi
yang terjadi pada hewan dinosaurus.
2. Evolusi berdasarkan pada skala perubahannya. Berdasarkan skala
perubahannya, evolusi dapat dibedakan menjadi dua.
a. Makro evolusi. Makroevolusi adalah perubahan evolusi yang dapat
mengakibatkan perubahan dalam skala besar. Adanya makroevolusi dapat
mengarah kepada terbentuknya spesies baru.
b. Mikro evolusi. Berkebalikan dengan makroevolusi, mikroevolusi adalah
proses evolusi yang hanya mengakibatkan perubahan dalam skala kecil.
Mikroevolusi ini hanya mengarah kepada terjadinya perubahan pada frekuensi
gen atau kromosom.
3. Evolusi berdasarkan hasil akhir. Berdasarkan hasil akhir, evolusi dapat
dibedakan menjadi dua.
a. Evolusi divergen. Evolusi divergen merupakan proses evolusi yang
perubahannya berasal dari satu spesies menjadi banyak spesies baru.
Evolusi divergen ditemukan pada peristiwa terdapatnya lima jari pada
vertebrata yang berasal dari nenek moyang yang sama dan sekarang dimiliki
oleh bangsa primata dan manusia.
b. Evolusi konvergen. Evolusi konvergen adalah proses evolusi yang
perubahannya didasarkan pada adanya kesamaan struktur antara dua organ
atau organisme pada garis sama dari nenek moyang yang sama. Hal ini dapat
ditemukan pada hiu dan lumba-lumba. Ikan hiu dan lumba-lumba terlihat
sama seperti organisme yang berkerabat dekat, tetapi ternyata hiu termasuk
dalam pisces, sedangkan ikan lumba-lumba termasuk dalam mamalia. Agar
lebih jelas tentang evolusi konvergen, perhatikan Gambar 7.6 di bawah ini!
Gambar 7.6 Evolusi konvergen dan divergen
C. Mekanisme Evolusi. Proses evolusi dapat terjadi karena variasi genetik
dan seleksi alam. Adanya variasi genetik akan memunculkan sifat-sifat baru
yang akan diturunkan. Variasi genetik ini disebabkan karena adanya mutasi
gen. Seleksi alam juga merupakan mekanisme evolusi. Individu-indivu akan
beradaptasi dan berjuang untuk mempertahankan hidupnya, sehingga
individu akan mengalami perubahan morfologi, fisiologi, dan tingkah laku.
Faktor-faktor yang berpengaruh di dalam mekanisme evolusi antara lain
seperti berikut.
a. Evolusi. Peristiwa mutasi akan mengakibatkan terjadinya perubahan
frekuensi gen, sehingga akan mempengaruhi fenotipe dan genotipe. Mutasi
dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Sifat menguntungkan maupun
merugikan tersebut terjadi jika:
1. dapat menghasilkan sifat baru yang lebih menguntungkan,
2. dapat menghasilkan spesies yang adaptif,
3. memiliki peningkatan daya fertilitas dan viabilitas.
Selain menguntungkan, ada kemungkinan mutasi bersifat merugikan yaitu
menghasilkan sifat-sifat yang berkebalikan dengan sifat-sifat di atas.
b. Seleksi alam dan adaptasi. Proses adaptasi akan diikuti dengan proses
seleksi. Individu yang memiliki adaptasi yang baik akan dapat
mempertahankan hidupnya, memiliki resistensi yang tinggi dan dapat
melanjutkan keturunannya. Sedangkan individu yang tidak dapat beradaptasi
akan mati selanjutnya akan punah. Untuk memahami adaptasi dan seleksi
alam.
c. Aliran gen. Dengan adanya aliran gen maka akan terjadi perpindahan alel
di antara populasi-populasi melalui migrasi dan individu yang kawin.
d. Perkawinan yang tidak acak. Perkawinan tak acak dapat mengakibatkan
alel yang membawa sifat lebih disukai akan menjadi lebih sering dijumpai
dalam populasi, sedangkan alel dengan sifat yang tidak disukai akan
berkurang dan mungkin akan hilang dari populasi. Perkawinan yang terjadi
antar keluarga dekat dapat mengakibatkan frekuensi gen abnormal atau gen
resesif.
e. Genetik drift. Genetik Drift merupakan perubahan secara acak pada
frekuensi gen dari populasi kecil yang terisolasi. Keadaan ini dapat Anda
jumpai pada populasi terisolir kaum Amish di Amerika, ternyata ada yang
membawa alel yang menyebabkan sifat cebol satu dari setiap seribu
kelahiran. Hasil perkawinan secara acak tidak akan mengubah populasi
tertentu. Penghitungan populasi secara acak tersebut dapat ditentukan
dengan hukum Hardy Weinberg. Hukum Hardy Weinbergmenyatakan bahwa
frekuensi gen dalam populasi dapat tetap distabilkan dan tetap berada dalam
keseimbangan dari satu generasi. Syarat terjadinya prinsip ini adalah:
1. perkawinan secara acak,
2. tidak ada seleksi alam,
3. jumlah populai besar,
4. tidak terjadinya mutasi maju atau surut,
5. tidak ada migrasi.
Secara umum, hukum Hardy Weinberg dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bila frekuensi alel A di dalam populasi diumpamakan p
2. Frekuensi alel a diumpamakan q
3. Hasil perkawinan heterozigote antara Aa × Aa akan diperoleh hasil
sebagai berikut:1) Homozigot dominan AA = p × p = p2
2) Heterozigot 2 Aa = 2p × q = 2pq
3) Homozigot resesif = aa = q × q = q2
Sehingga persamaan rumusnya adalah:
p2 (AA) + 2 pq (Aa) + q2 (aa)
karena (p + q)2 = 1, maka p + q = 1, sehingga p = 1 – q
D. Spesiasi. Makhluk hidup selalu mengalami perubahan secara perlahan-
lahan dalam jangka waktu yang lama. Perubahan yang terjadi sedikit demi
sedikit dapat menghasilkan struktur yang menyimpang dari aslinya, dan
akhirnya terbentuk spesies baru. Proses terbentuknya spesies baru
disebut spesiasi. Hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya spesies baru
antara lain sebagai berikut.
1. Domestikasi. Domestikasi merupakan bagian dari usaha pemuliaan
tanaman dan hewan. Usaha yang dilakukan yaitu dengan cara
membudidayakan tumbuhan dan hewan yang liar untuk dijinakkan. Misalnya
budidaya ayam hutan dengan cara dikawinkan dengan ayam kampung akan
menghasilkan ayam bekisar. Ayam bekisar merupakan pembentukan spesies
baru yang sifatnya mandul. Pada proses domestikasi, tumbuhan dan hewan
dapat memiliki sifat yang menyimpang dari jenis aslinya sehingga akan
terbentuk spesies yang baru.
2. Poliploidi. Coba Anda ingat pengertian poliploid pada bab 6 tentang mutasi!
Poliploid merupakan peristiwa penggandaan jumlah kormosom yang melebihi
aslinya, misalnya dari 2n menjadi 3n. Poliploid dapat terjadi melalui dua cara
antara lain seperti berikut.
a. Autopoliploidi
Peristiwa ini terjadi pada kromosom homolog atau terjadi dengan sendirinya,
mungkin disebabkan karena faktor alam. Faktor-faktor yang menyebabkan
autopoliploid antara lain radiasi alam, sinar ultraviolet matahari, dan lain-lain.
Adanya faktor-faktor alami tersebut dapat menyebabkan kromosom gagal
berpisah. Misalnya bunga Oenthera lamarchiaus yang memiliki kromosom 24
kemudian mengalami poliploid menjadi spesies yang baru yaitu Oenathera
gigas yang memiliki kromosom berjumlah 28. Spesies baru yang dihasilkan
bersifat mandul.
b. Allopoliploid
Peristiwa ini terjadi pada kromosom nonhomolog yang merupakan peristiwa
penggandaan jumlah kromosom akibat peristiwa persilangan. Misalnya
semangka dengan kromosom 2n disilangkan dengan semangka yang
berkromosom 4n, akan dihasilkan spesies baru yang memiliki kromosom 3n
yang bersifat mandul (tidak menghasilkan biji).
3. Mekanisme isolasi. Mekanisme isolasi merupakan proses pembentukan
individu baru dengan batasan-batas tertentu. Faktor-faktor yang menjadi
pembatas adalah habitat yang berbeda, iklim yang berbeda, gunung yang
tinggi, pematangan sel kelamin yang tidak bersama. Mekanisme isolasi
dibedakan menjadi tiga.
a. Mekanisme yang mencegah terbentuknya hibrida. Penyebab tidak
terbentuknya hibrida antara lain tidak dimungkinkannya adanya pembuahan
karena sel sperma tidak dapat mencapai sel telur. Dalam hal ini harus
dilakukan pembuahan dengan inseminasi buatan. Peristiwa ini dapat Anda
temui pada tanaman tembakau. Kegagalan terbentuknya hibrid juga
disebabkan karena embrio yang tidak dapat tumbuh, misalnya pada Rana
pipiens.
b. Mekanisme yang mencegah terjadinya perkawinan. Faktor-faktor yang
menyebabkan gagal mengadakan perkawinan antara lain seperti berikut.
1) Populasi terpisah secara fisik, misalnya dipisahkan gunung, laut, padang
pasir, dan lain-lain. Individu yang spesiesnya sama apabila terpisah
habitatnya dan memiliki lingkungan yang berbeda maka akan menghalangi
terjadinya perkawinan secara alamiah.
2) Mengalami iklim yang berbeda. Apabila pematangan sel kelamin dari dua
individu tidak bersamaan maka hal ini menyebabkan gagal kawin secara
alami. Misalnya pada tumbuhan Pinus radiata yang berbunga setiap bulan
Februari dan Pinus muricata yang berbunga pada bulan April.
3) Perbedaan perilaku pada spesies mengakibatkan dua spesies terpisah
sehingga tidak dapat saling melakukan perkawinan.
Hal ini dimaksudkan untuk meniru kondisi permukaan bumi pada waktu terjadi pembentukan zat organik secara spontan. Dengan adanya energi listrik, terjadilah reaksi-reaksi yang membentuk zat baru. Zat-zat yang terbentuk didinginkan dan ditampung. Hasil reaksi kemudian dianalisis. Ternyata, di dalamnya terbentuk zat organik sederhana, seperti asam amino, gula sederhana seperti ribosa dan adenin.
Dengan demikian, Miller dapat membuktikan bahwa zat organik dapat terbentuk dari zat anorganik secara spontan. Sejak saat itu, perkembangan ilmu evolusi kimia makin maju dengan ditemukannya senyawa-senyawa penyusun unsur kehidupan.
Salah satu peneliti bernama Melvin Calvin yang menemukan bahwa radiasi sinar dapat mengubah metana, amonia, hidrogen, dan air menjadi molekul-molekul gula, asam amino, purin dan pirimidin yang merupakan zat dasar pembentuk DNA, RNA, ATP dan ADP.
Jadi, asal-usul kehidupan menurut Teori Evolusi Kimia adalah bahwa di dalam sup prabiotik terkandung zat-zat organik, DNA, dan RNA. RNA dapat melakukan sintesis protein atas perintah DNA. Dengan demikian, di dalam sup prabiotik terdapat protein. Setelah itu, terbentuklah sel pertama. Sel tersebut hidup secara heterotrof yang mendapatkan makanan dari lingkungannya berupa zat-zat organik yang melimpah. Sel tersebut mampu membelah diri sehingga jumlahnya makin banyak. Sejak saat itu berlangsunglah Evolusi Biologi.
Teori Evolusi Kimia
Teori ini menyatakan bahwa senyawa organik yang ada di atmosfer mengalami perubahan sedikit demi sedikit membentuk senyawa organik. Senyawa organik inilah yang merupakan komponen dasar makhluk hidup.
Teori pendukung teori ini adalah Harold Urey, Stanley Miller, dan A.I. Oparin1. Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey
Harold Ureymenyatakan bahwa dahulu atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti metana (CH4), uap air (H2O), amonia (NH3), dan karbondioksida (CO2), yang semuanya berbentuk uap. Energi radiasi sinar kosmis serta aliran listrik halilintar menyebabkan terjadinya reaksi di antara zat-zat tersebut. Reaksi ini menghasilkan senyawa organik
Menurut Urey, terbentuknya makhluk hidup dari berbagai molekul zat di atmosfer didukung kondisi sebagai berikut:1. Tersedia molekul metana, amonia, uap air, dan hidrogen yang
sangat banyak di atmosfer bumi
2. Ada bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan radiasi kosmik yang menyebabkan zat-zat bereaksi membentuk molekul zat yang lebih besar
3. Terbentuknya zat hidup yang paling sederhana4. Zat hidup yang terbentuk berkembang menjadi sejenis organisme
yang lebih kompleks dalam jangka waktu yang lebih lama (berjuta-juta) tahun
2. Eksperimen Stanley Miler Ke dalam alat ciptaannya, Miller memasukkan gas hidrogen, metan, amonia, dan uap air dari air yang dipanaskan. Alat itu dipanaskan selama seminggu sehingga gas-gastersebut dapat bercampur di dalamnya. Sebagai pengganti energi listrik dari halilintar, pada alat tersebut dialirka listrik 75.000 volt. Setelah seminggu, Miller mendapatkan zat organik berupa asam amino.
3. A.l. Oparin
Oparin menyatakan bahwa pada suatu ketika atmosfer bumi kaya akan metana (CH4), uap air (H2O), amonia (NH3), dan karbondioksida (CO2), dan hidrogen, tetapi tidak memiliki oksigen. Panas dari berbagai sumber energi menyebabkan senyawa-senyawa sederhana tersebut bereaksi membentuk senyawa organik. Dalam lautan yang masih panas, senyawa-senyawa ini membentuk semacam campuran yang kaya akan materi, yang disebyt primordial soup. Primordial
soup melakukan sintesi dan membentuk molekul organik kecil atau monomer, misalnya asam amino dan nukleotida. Monomer tersebut kemudian bergabung membentuk polimer.
Kondisi atmosfer saat ini sudah tidak memungkinkan terjadinya sintesis molekul organik secara spontan karena oksigen di atmosfer akan memecah ikatan kimia dan mengekstraksi elektron.