asal usul desa pecabean

3
Asal Usul Desa Pecabean DESA Pecabean Kecamatan Pangkah merupakan desa yang sebagian besar wilayahnya berupa sawah pertanian. Produksi pertanian daerah ini didominasi sayuran, padi, dan palawija. Pada masa awal berdirinya desa tersebut, tanah yang subur menjadikan sangat cocok untuk tanaman sayuran. Jenis sayuran yang paling banyak ditanam adalah cabai, lombok, terong, kacang panjang dan lainnya. Dominasi tanaman cabai (dalam bahasa Jawa = cabe) dan hasil panenan melimpah, konon yang menjadikan desa ini disebut dengan Desa Pecabean. Penamaan desa tersebut kali pertama diberikan oleh Kiai Djinten. Hal itu karena produksi cabai wilayah tersebut berlimpah dan jumlahnya juga cukup besar. Kiai Djinten merupakan tokoh penyebar Agama Islam di daerah Kabupaten Tegal, dengan wilayah penyebaran dari desa-desa di Kecamatan Pangkah, Tarub, Adiwerna dan Talang. Lokasi bermukimnya di Desa Balamoa Kecamatan Pangkah. Kiai Djinten mendirikan pesantren yang bukan saja mengajarkan ilmu agama dan Alquran, tetapi juga ilmu pertanian. Sektor pertanian menjadi media yang cukup efektif untuk mendekati masyarakat. Terlebih, daerah yang jadi sasaran pencerahannya adalah kawasan pertanian, seperti Balamoa, Kalikangkung, Jatirawa, Pecabean, Bedug, Pegirikan, Pekiringan, Tembok, Tarub dan lainnya. Daerah-daerah tersebut menjadi sentral produksi pertanian. Tak heran, jika beliau memberi nama Pecabean yang dimaksudkan sebagai desa dengan produksi cabai terbanyak. Kepiawaian Kiai Djinten pada bidang pertanian cukup memikat banyak kalangan. Terlebih pemahaman agamanya sangat dalam. Bergelut di sektor pertanian membuat dia hidup sederhana. Karenya banyak murid yang berguru kepadanya termasuk Pangeran Benowo yang pada akhirnya Pangeran Benowo menggantikan Kiai Djinten untuk menyebarkan Agama Islam di Balamoa yang terkenal dengan nama Ki Benawi. Kiai Djinten juga dikenal di daerah Tembok Luwung, sehingga kedatangannya ke Tembok Luwung untuk meyebarkan Agama Islam disambut gembira oleh penduduk. Akhirnya Kiai Djinten memutuskan untuk tinggal di Tembok Luwung sampai meninggal.

Upload: awanempoe

Post on 22-Nov-2015

350 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

gdg

TRANSCRIPT

Asal Usul Desa Pecabean

DESA Pecabean Kecamatan Pangkah merupakan desa yang sebagian besar wilayahnya berupa sawah pertanian. Produksi pertanian daerah ini didominasi sayuran, padi, dan palawija. Pada masa awal berdirinya desa tersebut, tanah yang subur menjadikan sangat cocok untuk tanaman sayuran.Jenis sayuran yang paling banyak ditanam adalah cabai, lombok, terong, kacang panjang dan lainnya. Dominasi tanaman cabai (dalam bahasa Jawa = cabe) dan hasil panenan melimpah, konon yang menjadikan desa ini disebut dengan Desa Pecabean.Penamaan desa tersebut kali pertama diberikan oleh Kiai Djinten. Hal itu karena produksi cabai wilayah tersebut berlimpah dan jumlahnya juga cukup besar.Kiai Djinten merupakan tokoh penyebar Agama Islam di daerah Kabupaten Tegal, dengan wilayah penyebaran dari desa-desa di Kecamatan Pangkah, Tarub, Adiwerna dan Talang. Lokasi bermukimnya di Desa Balamoa Kecamatan Pangkah. Kiai Djinten mendirikan pesantren yang bukan saja mengajarkan ilmu agama dan Alquran, tetapi juga ilmu pertanian.Sektor pertanian menjadi media yang cukup efektif untuk mendekati masyarakat. Terlebih, daerah yang jadi sasaran pencerahannya adalah kawasan pertanian, seperti Balamoa, Kalikangkung, Jatirawa, Pecabean, Bedug, Pegirikan, Pekiringan, Tembok, Tarub dan lainnya.Daerah-daerah tersebut menjadi sentral produksi pertanian. Tak heran, jika beliau memberi nama Pecabean yang dimaksudkan sebagai desa dengan produksi cabai terbanyak.Kepiawaian Kiai Djinten pada bidang pertanian cukup memikat banyak kalangan. Terlebih pemahaman agamanya sangat dalam. Bergelut di sektor pertanian membuat dia hidup sederhana. Karenya banyak murid yang berguru kepadanya termasuk Pangeran Benowo yang pada akhirnya Pangeran Benowo menggantikan Kiai Djinten untuk menyebarkan Agama Islam di Balamoa yang terkenal dengan nama Ki Benawi. Kiai Djinten juga dikenal di daerah Tembok Luwung, sehingga kedatangannya ke Tembok Luwung untuk meyebarkan Agama Islam disambut gembira oleh penduduk. Akhirnya Kiai Djinten memutuskan untuk tinggal di Tembok Luwung sampai meninggal. Makamnya dibuat lebih tinggi dengan makam yang lain dan berundak-undak sehingga Kiai Djinten terkenal dengan sebutan Mbah Undagan atau Mbah Dagan.Dari penyebaran Islam oleh Mbah Dagan ini melahirkan banyak kiai dan ulama di Kabupaten Tegal.

Asli saka Pecabean Village

Distrik Pangkah Pecabean desa area umum deso ing wangun pantun tetann. Tlatah iki didominasi tetann produksi sayur-sayuran, beras, lan palawija. Ing dina awal saka founding saka desa, ndadekake banget fertile lemah cocok kanggo akeh sayuran. Jinis sayuran kang thukul ana lombok, Capsicum, eggplant, dawa kacang buncis lan liyane. Dominasi saka mrico tetanduran (ing basa Jawa = chili) lan KALUBRAN crops, kang mesthine ndadekake desa iki disebut Desa Pecabean. Jeneng pisanan desa iki diwenehi dening Kyai Djinten. Sing amarga wilayah punika KALUBRAN chili produksi lan uga cukup jumlah gedhe. Kyai Djinten Islam spreader tokoh ing Kabupaten Tegal, wilayah panyebaran desa ing distrik Pangkah, Tarub, Kepanjen lan Gutters. Bermukimnya lokasi ing District Village saka Pangkah Balamoa. Kyai Djinten netepake sekolah asrama ora mung mulang ilmu agama lan Al Qur'an, nanging uga lmu tetann. Agriculture minangka media sing paling efektif kanggo nyedhak masyarakat. Menapa malih, gamblang iki diangkah ing wilayah tetann, kayata Balamoa, Kalikangkung, Jatirawa, Pecabean, drum, Pegirikan, Pekiringan, tembok, lan Tarub liyane. Iki wilayah tengah tetann produksi. Ora wonder, yen diparingi jeneng Pecabean dimaksudak minangka desa paling chili produksi. Kyai Djinten expertise ing lapangan tetann cukup alluring akeh bunderan. Menapa malih, pangerten banget jero saka agama. Romp ing sektor pertanian nggawe urip dheweke prasaja. Karenya akeh mahasiswa sing sinau marang kalebu Pangeran Benowo pungkasanipun ngganti Pangeran Benowo Kiai Djinten kanggo nyebar agama Islam ing Balamoa popularly dikenal minangka Ki Benawi. Kyai Djinten uga dikenal ing Luwung Wall, supaya kang bali menyang Tembok Luwung kanggo nyebarak Islam tampi dening populasi. Kyai Djinten pungkasanipun mutusaken tetep ing Luwung Wall pati. Kang kuburan digawe luwih dening makam liyane lan berundak supaya Kyai Djinten dikenal minangka Mbah Mbah Undagan utawa Dagan. Saka panyebaran Islam dening Mbah Dagan nglairak akeh sarjana lan sarjana ing Kabupaten Tegal.