as 361_keajaiban hujan

2
Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda sebesar tetesan air hujan akan terus melaju dan ja- tuh menimpa tanah dngn kecepatan 558km/jam. Tentunya, objek apapun yang jatuh dengan kece- patan tersebut akan me- ngakibatkan kerusakan. Dan apabila hujan turun dengan cara demikian, maka seluruh lahan ta- naman akan hancur, pe- mukiman, perumahan, kendaraan akan menga- lami kerusakan, dan orang2 pun tidak dapat pergi keluar tanpa me- ngenakan alat pelindung ekstra. Terlebih lagi, per- hitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter, faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 m. Sebuah tetesan hujan yg jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan jatuh pa- da kecepatan yg mampu merusak apa saja. Namun tidak demikian kejadiannya, dari keting- gian berapapun hujan itu turun, kecepatan rata2- Oleh: Harun Yahya Hujan merupakan salah sa -tu perkara terpenting bagi kehidupan di muka bumi. Ia merupakan sebuah pra- syarat bagi kelanjutan ak- tivitas di suatu tempat. Hujan–yang memiliki pera- nan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia–disebutkan pada beberapa ayat dalam Al- Qur’an mengenai informasi penting tentang hujan, ka- dar dan pengaruh2nya. In- formasi ini, yg tidak mung- kin diketahui manusia di zamannya, menunjukkan kepada kita bahwa Al-Qur- ’an adalah kalam Allah. Sekarang, mari kita kaji in- formasi-informasi tentang hujan yang termaktub di dalam Al-Qur’an. Kadar Hujan Di dalam ayat kesebelas Surat Az-Zukhruf, hujan di- nyatakan sebagai air yang diturunkan dalam “ukuran tertentu”. Sebagaimana ayat di bawah ini: “Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yg diperlukan) lalu Kami hidupkan dengn air itu ne- geri yang mati, seperti itu- lah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf, (43):11) “Kadar” yg disebutkan da- lam ayat ini merupakan sa- lah satu karakteristik hu- jan. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bu- mi menguap setiap detik- nya. Jumlah ini sama dgn jumlah air yg turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini me- nunjukkan bahwa hujan se -cara terus-menerus ber- sirkulasi dalam sebuah si- klus seimbang menurut “ukuran” tertentu. Pengukuran lain yang ber- kaitan dengan hujan ada- lah mengenai kecepatan turunnya hujan. Ketinggian minimum awan adalah se- kitar 12.000 meter. Ketika turun dari ketinggian ini, sebuah benda yang yang memiliki berat dan ukuran BULETIN JUMAT, No.361 / Th.VIII 14 Jumadil Akhir 1436 H [03 April 2015] DKM Masjid Ash-Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK KEAJAIBAN HUJAN Halaman 2 tuk awan dengan mengum- pulkan uap air (yg naik dari lautan sebagai tetesan2 oleh sebuah proses yang dikenal dengan “Jebakan Air”) di sekeliling-nya. Tahap Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah memben- tangkannya di langit me- nurut yg di kehendakiNya, dan menjadi bergumpal- gumpal…..” Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan2 air di sini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan. Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun.” Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan mem- bentuk tetesan2 hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi le- bih berat dari udara, me- ninggalkan awan dan jatuh ke tanah sebagai hujan. Setiap tahap dalam pem- bentukan hujan disampai- kan dalam Al-Qur’an. Ter- lebih lagi, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang benar. Se- perti halnya fenomena alam lain di dunia, lagi-lagi Al- Qur’an lah yang memberi- kan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini, pembentukan hujan. Pem- bentukan hujan terjadi da- lam tiga tahap. Pertama, “bahan mentah” hujan naik ke udara; kemudian ter- kumpul menjadi awan; dan akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul. Tahapan2 ini secara ter- perinci telah tertulis dalam Al-Qur’an berabad-abad tahun lalu sebelum infor- masi mengenai pemben- tukan hujan disampaikan: “Allah, dialah yang mengi- rimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menja- dikannya bergumpal2: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah2nya, maka apa- bila hujan itu turun menge- nai hamba2-Nya yang di kehendakinya, tiba2 mere- ka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum, (40):48) Sekarang, mari kita lihat pada tiga tahapan yang di- sebutkan dalam Al-Qur’an: Tahap Pertama: “ Allah, dialah yang mengirimkan angin…..” Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pe- cah dan mengakibatkan partikel-partikel air tersem- bur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini – yang kaya akan garam– kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas me- nuju atmosfer. Partikel2 ini (disebut aerosol) memben- nya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan karena bentuk tetesan hujan yang sangat istime- wa. Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini mening- katkan efek gesekan at- mosfer dan memperta- hankan kelajuan tetesan2 hujan ketika mencapai “batas” kecepatan terten- tu. (Saat ini, parasut di- rancang dengn menggu- nakan teknik ini). Tak sebatas itu saja “pe- ngukuran” tentang hujan. Contoh lain misalnya, pa- da lapisan atmosferis tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja tu- run hingga 400ºC di ba- wah nol. Meskipun demi- kian, tetesan2 hujan tidak berubah menjadi partikel es. (Hal ini tentunya me- rupakan ancaman mema- tikan bagi makhluk hidup di muka bumi.) Alasan ti- dak membekunya tetes- an2 hujan tersebut ada- lah karena air yang ter- kandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sebagaimana kita keta- hui, bahwa air murni ham -pir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun. Pembentukan Hujan Bagaimana hujan terben- tuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam ku- run waktu yang lama. Ha- nya setelah ditemukan radar cuaca, barulah da- pat dipahami tahapan2

Upload: zoo-genk

Post on 06-Aug-2015

83 views

Category:

Spiritual


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: As 361_keajaiban hujan

Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda

sebesar tetesan air hujan akan terus melaju dan ja-tuh menimpa tanah dngn kecepatan 558km/jam. Tentunya, objek apapun yang jatuh dengan kece-patan tersebut akan me-ngakibatkan kerusakan. Dan apabila hujan turun dengan cara demikian, maka seluruh lahan ta-naman akan hancur, pe-mukiman, perumahan, kendaraan akan menga-lami kerusakan, dan orang2 pun tidak dapat pergi keluar tanpa me-ngenakan alat pelindung ekstra. Terlebih lagi, per-hitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter, faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 m. Sebuah tetesan hujan yg jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan jatuh pa-da kecepatan yg mampu merusak apa saja. Namun tidak demikian kejadiannya, dari keting-gian berapapun hujan itu turun, kecepatan rata2-

Oleh: Harun Yahya

Hujan merupakan salah sa-tu perkara terpenting bagi kehidupan di muka bumi. Ia merupakan sebuah pra-syarat bagi kelanjutan ak-tivitas di suatu tempat. Hujan–yang memiliki pera-nan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia–disebutkan pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an mengenai informasi penting tentang hujan, ka-dar dan pengaruh2nya. In- formasi ini, yg tidak mung-kin diketahui manusia di zamannya, menunjukkan kepada kita bahwa Al-Qur-’an adalah kalam Allah. Sekarang, mari kita kaji in-formasi-informasi tentang hujan yang termaktub di dalam Al-Qur’an. Kadar Hujan Di dalam ayat kesebelas Surat Az-Zukhruf, hujan di-nyatakan sebagai air yang diturunkan dalam “ukuran tertentu”. Sebagaimana ayat di bawah ini:

“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yg diperlukan) lalu Kami hidupkan dengn air itu ne-geri yang mati, seperti itu-lah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf, (43):11) “Kadar” yg disebutkan da-lam ayat ini merupakan sa-lah satu karakteristik hu-jan. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bu-mi menguap setiap detik-nya. Jumlah ini sama dgn jumlah air yg turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini me-nunjukkan bahwa hujan se-cara terus-menerus ber-sirkulasi dalam sebuah si-klus seimbang menurut “ukuran” tertentu. Pengukuran lain yang ber-kaitan dengan hujan ada-lah mengenai kecepatan turunnya hujan. Ketinggian minimum awan adalah se-kitar 12.000 meter. Ketika turun dari ketinggian ini, sebuah benda yang yang memiliki berat dan ukuran

BULETIN JUMAT, No.361 / Th.VIII 14 Jumadil Akhir 1436 H [03 April 2015]

DKM Masjid Ash-Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK

KEAJAIBAN HUJAN

Halaman 2

tuk awan dengan mengum-pulkan uap air (yg naik dari lautan sebagai tetesan2 oleh sebuah proses yang dikenal dengan “Jebakan Air”) di sekeliling-nya. Tahap Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah memben-tangkannya di langit me-nurut yg di kehendakiNya, dan menjadi bergumpal-gumpal…..” Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan2 air di sini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan. Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun.” Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan mem-bentuk tetesan2 hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi le-bih berat dari udara, me-ninggalkan awan dan jatuh ke tanah sebagai hujan. Setiap tahap dalam pem-bentukan hujan disampai-kan dalam Al-Qur’an. Ter-lebih lagi, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang benar. Se-perti halnya fenomena alam lain di dunia, lagi-lagi Al-Qur’an lah yang memberi-kan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini,

pembentukan hujan. Pem-bentukan hujan terjadi da-lam tiga tahap. Pertama, “bahan mentah” hujan naik ke udara; kemudian ter-kumpul menjadi awan; dan akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul. Tahapan2 ini secara ter-perinci telah tertulis dalam Al-Qur’an berabad-abad tahun lalu sebelum infor-masi mengenai pemben-tukan hujan disampaikan: “Allah, dialah yang mengi-rimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menja-dikannya bergumpal2: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah2nya, maka apa-bila hujan itu turun menge-nai hamba2-Nya yang di kehendakinya, tiba2 mere-ka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum, (40):48) Sekarang, mari kita lihat pada tiga tahapan yang di-sebutkan dalam Al-Qur’an: Tahap Pertama: “ Allah, dialah yang mengirimkan angin…..” Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pe-cah dan mengakibatkan partikel-partikel air tersem-bur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini –yang kaya akan garam– kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas me-nuju atmosfer. Partikel2 ini (disebut aerosol) memben-

nya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan karena bentuk tetesan hujan yang sangat istime-wa. Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini mening-katkan efek gesekan at-mosfer dan memperta-hankan kelajuan tetesan2 hujan ketika mencapai “batas” kecepatan terten-tu. (Saat ini, parasut di-rancang dengn menggu-nakan teknik ini). Tak sebatas itu saja “pe-ngukuran” tentang hujan. Contoh lain misalnya, pa-da lapisan atmosferis tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja tu-run hingga 400ºC di ba-wah nol. Meskipun demi-kian, tetesan2 hujan tidak berubah menjadi partikel es. (Hal ini tentunya me-rupakan ancaman mema-tikan bagi makhluk hidup di muka bumi.) Alasan ti-dak membekunya tetes-an2 hujan tersebut ada-lah karena air yang ter-kandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sebagaimana kita keta-hui, bahwa air murni ham-pir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun. Pembentukan Hujan Bagaimana hujan terben-tuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam ku-run waktu yang lama. Ha-nya setelah ditemukan radar cuaca, barulah da-pat dipahami tahapan2

Page 2: As 361_keajaiban hujan

Halaman 3

selain itu, Al-Qur’an telah memberitahukan fakta2 ini kepada manusia berabad-abad sebelum sains sang-gup mengungkapnya.

http://id.harunyahya.com/id/Artikel/38832/keajaiban-hujan

2011-02-19 19:28:33

∞▓∞

Manfaat Perbanyak Istigfar

Oleh: KH. Muhammad Arifin Ilham

Republika.co.id * Bogor -- Assalaamu alaikum warah-matullaahi wabarkaatuh. Bang, wirid apa yang ku-baca agar aku keluar dari banyak masalah dan ke-sulitan rizki setelah terus sabar, ikhtiar, doa, berbaik sangka, optimistis, dan ta-wakal? Jawabnya, perbanyak is-tigfar. Coba sahabatku bu-ka surah Nuh ayat 10 -13, dgn banyak istigfar, Allah bukakan "biamwaalin" riz-ki yang melimpah. Rasulullah bersabda, "Ba-rang siapa membiasakan istigfar, maka Allah mudah-kan saat sulit, Allah tun-jukkan jalan keluar dari masalahnya, dan Allah beri rizki dari jalan yg tidak disangka-sangka. Dosa itu membuat masa-lah, gelisah, dan sial, "Ke-malangan kemalangan ka-lian karena dosa-dosa ka-lian" (QS Yasin 19), kalau-pun sukses karena dosa itu "istidraaj" kesenangan

”Allah dan Rasul-Nya yg lebih mengetahui”. Kemu-dian Rasulullah shallalla-hu ‘alaihi wa sallam ber-sabda, “Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yg beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yg mengatakan ’Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Al-lah), maka dialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang.” ‘[25] Dari hadits ini terdapat da-lil untuk mengucapkan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hu-jan karena karunia dan rahmat Allah) setelah tu-run hujan sebagai tanda syukur atas nikmat hujan yang diberikan. Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahima-hullah mengatakan, ”Tidak boleh bagi seseo-rang menyandarkan tu-runnya hujan karena se-bab bintang-bintang. Hal ini bisa termasuk kufur akbar yg menyebabkan seseorang keluar dari Is-lam jika ia meyakini bah-wa bintang tersebut ada-lah yang menciptakan hu-jan. Namun kalau meng-anggap bintang tersebut

sesaat dan semu, kemudi-an akhirnya bala juga. Dengan istigar, Allah ang-kat dosa. Dengan terang-kat dosa, terangkatlah ma-salah, gelisah, dan kesia-lan. Saatnya bagi sahabat-ku untuk selalu beristigfar saat berdiri, duduk, berba-ring, dirumah, dikenda-raan, dikantor, dipasar, di mana saja dan setiap se-lesai shalat Fardhu untuk tidak buru buru beranjak, beristigfar lebih dulu, dan terutama beristigfar di ke-heningan malam (QS Azh Zhaariyaat : 18). "Do it right now, you find it insya Allah...aamiin".

Sumber: Aku Facebook KH. Muhammad Arifin Ilham

∞▓∞

Sambungan dr nomor

sebelumnya ….

AMALAN SHALIH SAAT TURUN HUJAN [8] Berdo’a Setelah Turunnya Hujan Dari Zaid bin Kholid Al Ju-hani, Nabi shallallahu ‘alai-hi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama’ah shalat, lalu menga-takan, ”Apakah kalian me-ngetahui apa yang dikata-kan Rabb kalian?” Kemu-dian mereka mengatakan,

[2] Lihat Adabul Mufrod no. 686, dihasankan Syaikh Al Albani [3] HR. Bukhari no. 3206 [4] Fathul Bari Syarh Shohih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al ’Asqolani Asy Syafi’i, 6/301, Darul Ma’ri-fah, Beirut, 1379 H [5] HR. Bukhari no. 1032, Ah-mad no. 24190, dan An Nasai no. 1523. [6] Syarh Al Bukhari, Ibnu Bath-thol, 5/18, Asy Syamilah. [7]Al Mughni fi Fiqhil Imam Ah-mad bin Hambal Asy Syaibani, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, 2/ 294, Darul Fikr, Beirut, cetakan pertama, 1405 H. [8] Dikeluarkan oleh Imam Sya-fi’i dalam Al Umm dan Al Baiha-qi dalam Al Ma’rifah dari Makhul secara mursal. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shohihul Jaami’ no. 1026. [9] HR. Al Hakim dan Al Baiha-qi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ no. 3078. [10] HR. Bukhari no. 1014. [11]Zaadul Ma’ad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 1/439, Muassasah Ar Risalah, cetakan ke-14, thn 1407 H. [12] Lihat Dzikru wa Tadzkir, Sholih As Sadlan, hal. 28, Asy Syamilah. [13] HR. Muslim no. 898. [14] Syarh Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 6/195, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobiy, ce-takan kedua, 1392 H. [15]Syarh Muslim, 6/196. [16] Lihat Adabul Mufrod no. 1228. Syaikh Al Albani menga-takan sanad hadits ini shohih dan hadits ini mauquf [perkata-an sahabat]. [17]Al Mughni, 2/295. [18] Dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro (3/359)

Advisor : M. Syaftari, Sandy M. Latief

M. Agoes Joesoef Suwardi Suwardjo

—————————————————————————

RedPel : Prasetya B. U.

Masjid Ash-Shofa

Puri Anggrek Mas - Depok

Ph./ SMS: 0811 10 6452

E-mail / Blog

[email protected] /

http://dkm-ash-

shofa.blogspot.com

Diterbitkan Oleh: DKM Masjid Ash-Shofa

hanya sebagai sebab, ma-ka seperti ini termasuk ku- fur ashgor (kufur yg tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam). Ingatlah bahwa bintang tidak mem-berikan pengaruh terjadi-nya hujan. Bintang hanya sekedar waktu semata.” ‘[26] Demikian beberapa amal-an yg bisa diamalkan keti-ka hujan turun. Hanya Allah yang memberi taufik. (*) Pembahasan di atas di-cuplik dari buku karya pe-nulis “Panduan Amalan Shalih di Musim Hujan” yg telah diterbitkan Pustaka Muslim.

Sumber: www.Muslim.Or.Id Footnote: [1] Lihat Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 24/262, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H.

dan Tuhfatul Muhtaj (1/567). Dikeluarkan pula oleh An Na-wawi dalam Al Khulashoh (2/ 884) dan Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih (1/216) [dinukil dari http://dorar.net ]. Lihat pu-la Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 1/439. Hadits ini adalah hadits yg lemah karena munqothi’ yai-tu ada sanad yang terputus. [19] Syaikh Al Albani dlm Dho’if Al Jaami’ no. 4416 mengatakan bahwa hadits ini dho’if. [20] HR. Muslim, Abu Daud, Al Baihaqi, dan Ahmad. Lihat Irwa’ul Gholilno. 679. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. [21] HR. Bukhari no. 6478. [22] HR. Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 2246, dari Abu Hurairah. [23] HR. Tirmidzi no. 2252, dari Abu Ka’ab. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. [24] Faedah dari guru kami Ustadz Abu Isa hafizhohullah. Lihat buah pena beliau “Mutiara Faedah Kitab Tauhid”, hal. 227-231, Pustaka Muslim, cetakan pertama, Jumadal Ula 1428 H. [25] HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71, dari Kholid Al Juhaniy. [26]Kutub wa Rosa’il Lil ‘Utsa-imin, 170/20, Asy Syamilah.

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/amalan-shalih-saat-

turun-hujan.html