artikel_widyadari_no.12 tahun vi 2011
TRANSCRIPT
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENERAPKAN ASESMEN PORTOFOLIO
Oleh
I Wayan Gunarhha e-mail: [email protected]
Abstrak
Kemampuan professional guru dalam melakukan penilaian proses dan hasil
belajar memang masih sangat kurang. Mengingat cara-cara penilaian selama ini
memiliki banyak kelemahan, maka sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis
Kompetensi 2004, diberlakukan suatu konsep penilaian berbasis kelas (classroom-based
assessment) dengan salah satu model atau pendekatannya adalah penilaian berbasis
portofolio. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang : (1)
pengertian asesmen portofolio, (2) tujuan dan fungsi asesmen portofolio, (3) kelebihan
dan kekurangan asesmen portofolio, dan (4) aplikasi asesmen portofolio dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Asesmen Portofolio adalah asesmen berkelanjutan
yang didasarkan kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu.
Tujuan penilaian portofolio adalah untuk memberikan informasi kepada orang
tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan
dokumen yang akurat. Fungsi portofolio adalah sebagai sumber informasi bagi guru
dan orang tua, sebagai alat pembelajaran, sebagai alat penilaian otentik (authentic
assessment). Asesmen portofolio ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan
asesmen konvensional, di samping kekurangannya. Dalam aplikasinya dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, asesmen portofolio dapat dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah yang tepat. Dengan demikian, penggunaan asaesmen portofolio benar-
benar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan prestasi belajar.
Kata kunci: asesmen, portofolio, prestasi belajar bahasa Indonesia,
Abstract
Teacher's professional ability in conducting the assessment of process and
learning outcomes are indeed still very lacking. Given the ways during this assessment
has many shortcomings, then since the enactment of the competency-based curriculum,
enforced a concept 2004 classroom-based assessment with one model or his approach is
based on the valuation of the portfolio. This paper aims to provide a clear picture of: (1)
understanding the portfolio assessment, (2) the purpose and function of the assessment
portfolio, (3) advantages and disadvantages of portfolio assessment, and (4) the
application portfolio assessment in learning Indonesian Language. Portfolio assessment
is ongoing assessment based collection of information that shows the development of
the ability of learners within a certain period.
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
The purpose of the portfolio assessment is to provide information to parents
about the development of learners complete with support data and documents are
accurate. The portfolio function is as a source of information for teachers and parents, as
a learning tool, as an authentic assessment tool (authentic assessment). Assessment of
this portfolio has many advantages compared to the conventional assessment, in
addition to its shortcomings. In its application in the Indonesian Language learning,
assessment portfolios can be done by following the steps exactly. Thus, the use of
asaesmen portfolio really can be utilized to improve learning achievements.
Keywords: assessment, portfolios, language learning achievements, Indonesia
A. Pendahuluan
Para pakar pendidikan dan psikologi di Indonesia banyak memberikan
pandangan dan analisis terhadap mutu pendidikan, tetapi sampai saat ini tidak pernah
tuntas, bahkan muncul masalah-masalah pendidikan yang baru. Masalah mutu
pendidikan yang banyak dibicarakan adalah rendahnya hasil belajar peserta didik.
Padahal kita tahu, bahwa hasil belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah kemampuan profesional guru dalam melakukan penilaian hasil belajar.
Kemampuan professional guru dalam melakukan penilaian proses dan hasil belajar
memang masih sangat kurang. Kebanyakan guru melakukan penilaian lebih
menekannkan pada hasil belajar, sedangkan proses belajar kurang diperhatikan bahkan
cenderung diabaikan. Padahal, proses belajar sangat menentukan hasil belajar (Arifin,
2009: 194). Di samping itu, para guru juga terbiasa dengan kegiatan-kegiatan penilaian
rutin yang sifatnya praktis dan ekonomis sehingga tidak heran jika guru banyak
menggunakan soal yang sama dari tahun ke tahun. Walaupun guru telah sering
mengikuti pelatihan tentang evaluasi pembelajaran atau evaluasi hasil belajar, mereka
tatap kembali ke habitatnya semula, tanpa melakukan inovasi, perbaikan, dalam
pelaksanaan penilaian.
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
Mengingat cara-cara penilaian selama ini memiliki banyak kelemahan, maka
sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, diperkenalkan suatu
konsep “penilaian berbasis kelas” (classroom-based assessment) dengan salah satu
model atau pendekatannya adalah “penilaian berbasis portofolio” (portofolio-based
assessment), yaitu suatu model penilaian yang dilakukan secara sistematis dan logis
untuk mengunkapkan dan menilai peserta didik secara komprehensif, objektif, akurat,
dan sesuai dengan bukti-bukti autentik (dokumen) yang dimiliki peserta didik. Menurut
Mardapi (2005: 2), dalam pembelajaran berbasis kompetensi, standar kompetensi
lulusan mencakup kemampuan penalaran, keterampilan, dan kepribadian. Tiga aspek ini
harus dikembangkan melalui program pembelajaran dan hasilnya dinilai. Hasil penilaian
ini merupakan produk kegiatan belajar mengajar.
Selanjutnya, dijelaskan bahwa penilaian memerlukan informasi yang akurat dari
hasil pengukuran terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam semua aspek.
Informasi ini dapat diperoleh melalui tes atau kumpulan semua karya atau prestasi yang
dimiliki peserta didik. Kumpulan karya ini merupakan portofolio dari peserta didik.
Kumpulan karya yang dinilai, sesuai dengan sistem penilaian pada kurikulum berbasis
kompetensi, menjadi bagian pembentukan suatu kompetensi atau yang terkait dengan
kompetensi. Untuk memperoleh informasi yang akurat diperlukan bukti otentik tentang
kemampuan peserta didik. Penggunaan bukti otentik dalam sistem penilaian dikenal
dengan penilaian otentik, yang salah satu bentuknya adalah model penilaian portofolio
(Mardapi, 2005: 3; Suwandi, 2009: 13; Depdiknas, 2006: 155).
Implikasi pemberlakuan Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi),
yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) 2006
terhadap pola penilaian pembelajaran di sekolah adalah: Pertama, guru dan kepala
sekolah harus berperan sebagai pembuat keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
kurikulum, termasuk proses pembelajaran. Kedua, guru harus menyusun silabus yang
menjamin terlaksananya proses pembelajaran yang terarah dan bermakna. Ketiga, guru
harus melakukan continuous-autentic assessment yang menjamin ketuntasan belajar dan
pencapaian kompetensi peserta didik.
Akan tetapi, menurut pengakuan beberapa guru yang pernah penulis
wawancarai, mereka belum sepenuhnya mengerti apa dan bagaimana asesmen otentik,
asesmen kelas, termasuk asesmen portofolio tersebut. Hal ini terjadi karena minimnya
informasi terutama yang berupa literatur yang dimiliki oleh para guru. Dengan
demikian, mereka tetap saja menerapkan penilaian konvensional. Untuk itu, beberapa
masalah yang akan dibahas dalam artikel ini adalah: (1) Apakah yang dimaksud dengan
asesmen portofolio? (2) Apakah tujuan dan fungsi asesmen portofolio? (3) Apa
kelebihan dan kekurangan asesmen portofolio? dan (4) Bagaimanakah aplikasi
asesmen portofolio dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ?
B. Pembahasan
1. Pengertian Asesmen Portofolio
Istilah portofolio pertama kali digunakan oleh kalangan fotografer dan artis
(Arifin, 2009: 197). Melalui portofolio, fotografer dapat memperlihatkan prosfektif
pekerjaan mereka kepada pelanggan dengan menunjukkan koleksi pekerjaan yang
dimilikinya. Dalam dunia pendidikan, portofolio dapat digunakan guru melihat
perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan kumpulan hasil karya
sebagai bukti suatu kegiatan pembelajaran. Menurut para ahli, portofolio memiliki
beberapa pengertian. Ada yang memandang sebagai benda/alat, dan ada yang
memandang sebagai metode/teknik/cara. Portofolio sebagai wujud kumpulan benda
fisik, yakni kumpulan dokumentasi atau hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
dalam suatu bendel. Portofolio ini merupakan karya terpilih dari peserta didik, baik
perseorangan, maupun kelompok.
Popham (1994) menjelaskan “asesmen portofolio merupakan penilaian secara
berkesinambungan dengan metode pengumpulan informasi atau data secara sistematik
atas hasil pekerjaan peserta didik dalam kurun waktu tertentu.” Definisi ini hampir
sama dengan yang disampaikan oleh Depdiknas (2006: 167), yang mendefinisikan
penilaian portofolio sebagai penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan nilai) atau
bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensittn dalam suatu mata pelajaran.
Menurut Reckase (1995), portofolio adalah kumpulan karya peserta didik yang
menunjukkan usaha, kemajuan, dan prestasi peserta didik dalam suatu bidang (dalam
Mardapi, 2005: 7).
Dalam beberapa pengertian asesmen portofolio di atas, tidak terdapat
perbedaan yang mendasar. Pada prinsipnya, penilaian portofolio adalah penilaian
terhadap kumpulan pekerjaan siswa, yang telah dikumpulkan dalam file untuk setiap
siswa. Jadi, dalam asesmen portofolio guru membuat file untuk setiap peserta didik,
berisi kumpulan sistematis atas hasil prestasi belajar mereka selama mengikuti proses
pembelajaran. Dalam file tersebut, dikumpulkan bukti fisik dan catatan prestasi siswa,
seperti hasil ulangan, hasil tugas mandiri, hasil praktikum, dan lain-lain. Selain itu juga
dikumpulkan catatan nonakademik, seperti kerajinan, kerapian, kejujuran, kemampuan
kerja sama, prestasi olah raga, kesenian, dan lain-lain. Menurut Jonson and Jonson
(2002: 103), portofolio bisa berupa kumpulan tugas peserta didik perorangan atau
kelompok.
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
Portofolio dapat mencakup materi satu semester, satu tahun, atau beberapa
tahun, dan bisa mewakili kerja peserta didik dalam satu atau beberapa mata pelajaran.
Menurut Johnson and Johnson (202: 1030, portofolio bisa berupa kumpulan tugas
peserta didik perorangan atau kelompok. Selanjutnya dilelaskan bahwa portofolio bisa
mencakup pekerjaan rumah, tugas kelas, tes buatan guru, komposisi atau karangan,
presentasi, penyelidikan, ceklis pengamatan, seni visual, dan lain-lain. Data yang
terkumpul dari waktu ke waktu ini kemudian digunakan oleh guru untuk menilai dan
melihat perkembangan kemampuan serta prestasi akademik peserta didik dalam periode
tersebut. File portofolio sekaligus akan memberikan umpan balik (feed back) baik
kepada guru, maupun kepada peserta didik. Proses terjadinya umpan balik sangat
dimungkinkan karena dalam sistem penilaian portofolio data yang terkumpul dianalisis
secara kolaboratif dengan melibatkan guru, peserta didik, serta orang tua.
2. Tujuan dan Fungsi Asesmen Portofolio
Pada hakikatnya tujuan penilaian portofolio adalah untuk memberikan
informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan
dukungan data dan dokumen yang akurat. Rapor merupakan bentuk laporan prestasi
peserta didik dalam belajar dalam kurun waktu tertentu (Arifin, 2009: 200). Menurut
Surapranata dan Hata (2004), penilaian portofolio dapat digunakan untuk mencapai
beberapa tujuan, yaitu “menghargai perkembangan yang dialami peserta didik,
mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung, memberi perhatian pada
prestasi kerja peserta didik yang terbaik, merefleksikan kesanggupan mengambil risiko
dan melakukan refleksi diri, membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan”.
Sedangkan, fungsi portofolio dapat kita lihat dari berbagai segi, yaitu:
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
a. Portofolio sebagai sumber informasi bagi gudan orang tua untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik, tanggung jawab
dalam belajar, perluasan demensi belajar dan inovasi pembelajaran.
b. Portofolio sebagai alat pembelajaran merupakan komponen kurikulum
karena portofolio mengharuskan peserta didik untuk mengoleksi dan
menunjukkan hasil kerja mereka.
c. Portofolio sebagai alat penilaian otentik (authentic assessment).
d. Portofolio sebagai sumber informasi bagi peserta didik untuk melakukan
self-assessment. Maksudnya, peserta didik mempunyai kesempatan yang
banyak untuk menilai diri sendiri dari waktun ke waktu.
Selanjutnya, Direktorat PLP-Ditjen Dikdasmen-Depdiknas (2003)
mengemukakan bahwa penilaian portofolio dapat digunakan untuk: (a) memperlihat
perkembangan pemikiran atau pemahaman siswa pada periode waktu tertentu, (b)
menunjukkan suatu pemahaman dari beberapa konsep, topik, dan isu yang diberikan, (c)
mendemonstrasikan perbedaan bakat, (d) mendemonstrasikan kemampuan untuk
memproduksi atau mengkreasi suatu pekerjaan baru secara orisinal, (e)
mendokumentasikan kegiatan selama periode waktu tertentu, (f) mendemonstrasikan
kemampuan menampilkan suatu karya seni, (g) mendemontrasikan kemampuan
mengintergrasikan teori dan praktik, dan (h) merefleksikan nilai-nilai individual atau
pandangan duniasecara lebih luas.
3. Karakteristik Asesmen Portofolio
Proses penilaian portofolio menuntut terjadinya interaksi multiarah, yaitu dari
guru ke peserta didik, dari peserta didik ke guru, dan antarpeserta didik. Direktorat PLP
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
Ditjen dikdasmen Depdiknas (2003) mengemukakan pelaksanaan penilaian portofolio
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Mutual trust (saling mempercayai), artinya jangan ada saling mencurigai
antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik. Mereka harus
saling percaya dan saling membutuhkan, saling membantu, terbuka dan jujur
sehingga dapat membangun suasana penilaian yang lebih kodusif.
b. Confidentiality (kerahasiaan bersama), artinya gurun harus menjaga
kerahasiaan semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada, baik
perseorangan maupun kelompok, sebelum didiadakan pameran.
c. Joint Ownership (milik bersama), artinya semua hasil pekerjaan peserta
didik dan dokumen yang ada harus menjadi milik bersama antara guru dan
peserta didik, karena itu harus dijaga bersama.
d. Satisfaction (kepuasan)artinya semua dokumen dalam rangka pencapaian
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator harus dapat memuaskan
semua pihak, baik guru, orang tua, maupun peserta didik.
e. Relevance (kesesuaian), artinya dokumen yang ada harus sesuai dengan
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang diharapkan.
Di samping itu, Surapranata da Hatta (2004) menambahkan tiga prinsip, yaitu
“penciptaan budaya mengajar, refleksi bersama, serta proses dan hasil”. Artinya,
penilaian portofolio hanya dapat dilakukan jika pembelajarannya juga menggunakan
pendekatan portofolio.
4. Jenis Asesmen Portofolio
Menurut Mardapi (2005: 8), ada dua tipe portofolio, yaitu portofolio hasil karya
terbaik, dan portofolio proses. Portofolio karya terbaik adalah kumpulan karya-karya
terbaik dari peserta didik dari suatu bidang. Portofolio proses mencakup semua karya
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
yang dimiliki peserta didik. Menurur Arifin (2009: 207) portofolio proses menunjukkan
tahapan belajar dan menyajikan catatan perkembangan peserta didik dari waktu ke
waktu. Portofolio proses menunjukkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator yang telah dotetapkan dalam
kurikulum serta menunjukkan semua hasil dari awal sampai dengan akhir selama kurun
waktu tertentu.
Dalam portofolio proses, guru dapat menyajikan berbagai macam tugas yang
setara atau yang berbeda kepada peserta didik. Guru juga dapat memutuskan apa yang
harus dikerjakan peserta didik atau peserta didik diajak bekerja sama dengan peserta
didik lan dalam mengerjakan tugas tertentu. Portofolio proses digunakan untuk melihat
proses pembuatan suatu karya atau suatu pekerjaan yang menuntut adanya proses
diskusi antara peserta didik dengan guru atau sesame peserta didik.
Portofolio produk hanya menekan pada penguasaan (materi) dari tugas yang
dituntut dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan sekumpulan indikator
prncapaian hasil belajar, serta hanya menunjukkan evidence yang paling baik, tanpa
memperhatikan kapan dan bagaimana evidence tersebut diperoleh. Tujuan portofolio
produk adalah untuk mendokumentasikan dan merefleksikan kualitas prestasi yang telah
dicapai.
5. Teknik Asesmen Portofolio
Menurut Suwandi (2009: 103-105), teknik asesmen portofolio di dalam kelas
memerlukan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio tidak hanya
merupakan kumpulan hasi kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk
penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan
minatnya.
2. Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan
dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dengan yang lain bisa sama bisa
berbeda. Misalnya untuk kemampuan menulis peserta didik mengumpulkan
karangan-karangannya, sedangkan untuk kemampuan menggambar, peserta
didik mengumpulkan gambar buatannya.
3. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dlam satu map atau
folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah.
4. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta
didik sehingga dapat dilihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
5. Sebaiknya tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan botnya dengan
peserta didik sebelum mereka membuat karyanya. Misalnya, kriteria
kemampuan menulis karangan, yaiyu: penggunaan tata bahasa, pilihan kata,
kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta
didikmengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut.
6. Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat
membimbng peserta didik, bagaimana cara menilai dengan member keterangan
tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara
memperbaikinya. Hal itu dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
7. Setelah suatu karya dinilai, dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik
diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru,
perlu ada kontrak atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya
dua minggu harus diserahkan kepada guru.
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
8. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang
orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan
portofolio, sehingga orang tua dapat memotivasi anaknya.
Contoh Penilaian Portofolio
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi Waktu : 1 Semester
Nama Siswa : _______________________
No.
SK/KD
Periode
Kriteria
Ket. Tata
Bahasa
Kosa
kata
Kelengkapan
gagasan
Sistematika
Penulisan
1.
Menulis
karangan
deskriptif
30/7
10/8
Dst.
2
Membuat
resensi
buku
1/9
30/9
10/10
dst
Catatan: Setiap karya siswa sesua Standar Kompetensi/Kompetensi dasar yang masuk dalam
portofolio dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didik sebagai
pekerjaannya. Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala 0-10 atau 0-100. Semakin baik
hasil yang terlihat dari tulisan peserta didik, semakin tinggi skor yang diberikan. Kolom
keterampilan diisi dengan catatan guru tentang kelemahan dan kekuatan tulisan yang
dinilai.
Menurut Harsiati (2003: 4-5), prosedur penyusunan dan penilaian portofolio
dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut: (1) Identifikasi tujuan portofolio, (2)
penentuan jenis portofolio, (3) penentuan kompetensi dan tahapan pencapaiannya, (4)
penentuan kriteria penilaian karya yang sesuai dengan kompetensi yang akan
ditunjukkan siswa, dan (5) penentuan isi tiap-tiap bagian portofolio.
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
Contoh perencanaan Portofolio :
Tujuan portofolio : Mengamati perkembangan kemampuan menulis
Jenis portofolio : Portofolio proses
Kelas : II
Rentangan Waktu : Satu semester
Nama Siswa : ……………………………………..
Isi Portofolio
Bagian 1 (Kumpulan karya siswa dan tahapan prosesnya)
Bagian I berisi sejumlah proses penyusunan dan hasil akhir karya siswa. Jumlah dan
jenis kompetensi menulis yang akan didokumentasikan disesuaikan dengan KD dalam
kurikulum. Proses dan hasil karya dipaparkan sebagai berikut.
A. Kompetensi Menulis puisi
- Perencanaan penulisan (topik yang dipilih, cara pembatasan topik)
- Buram puisi
- Hasil penyuntingan-penyuntingan yang dilakukan
- Hasil akhir prnulisan puisi
B. Kompetensi menulis Cerpen
- Perencanaan penulisan cerpen (pokok persoalan yang dipilih)
- Buram cerita pendek
- Hasil penyuntingannya
- Hasil akhir penulisan cerpen
C. Kompetensi …………………..
D. Kompetensi……………………(dan seterusnya)
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
Bagian 2 (Penilaian diri dan penilaian guru)
Bagian ini berisi sejumlah rubrik sesuai dengan kompetensi yang dipelajari siswa
dengan hasil penilaian siswa terhadap karyanya. Selain itu, dalam bagian ini juga
terdapat rubrik dengan hasil penilaian guru.
Bagian 3 (Simpulan dan hasil penilaian)
Bagian ini berisi simpulan siswa tentang tingkatan kemampuan menulisnya. Pada
bagian ini juga berisi simpulan siswa tentang grade yang sesuai dengan dirinya dan
alasan-alasan yang mendukungnya. Selain dari pihak siswa, bagian 3 ini juga berisi
simpulan dari pihak guru tentang proses dan produk karya yang dihasilkan siswa.
Sebagai mana disinggung di bagian sebelumnya, portofolio diharapkan dapat
memberikan balikan bagi siswa maupun guru serta dapat menggambarkan pertumbuhan
kemampuan siswa. Untuk itu, penilaian portofolio harus dilakukan pada awal, tengah,
dan akhir pembelajaran. Guru dan siswa harus menyepakati kapan penilaian awal,
tengah, dan akhir dilakukan. Penilaian karya produktif (menulis dan berbicara)
memerlukan bantuan rubrik agar penilaian lebih terpokus.
Portofolio dinilai dengan cara menganalisis, membandingkan, dan
menyimpulkan bukti proses penulisan. Untuk tujuan memberikan balikan, setiap karya
dianalisis kemudian disimpulkan apakah karya tersebut membuktikan bahwa siswa telah
belajar sesuatu. Simpulan ini disampaikan kepada siswa sebagai balikan. Hasil
penilaian portofolio haru ditindaklanjuti dengan berbagai latihan tambahan yang
diperlukan sesuai dengan hasil penilaian. Misalnya, siswa perlu diberi kesempatan
berlatih menyusun kerangka karangan karena portofolio menunjukkan bahwa kemem
siswa dalam menyusun kerangka karangan belum memadai.
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
6. Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Portofolio
Setiap konsep atau model asesmen tentu ada kelebihan dan kekurangannya.
Begitu pula dengan asaesmen portofolio. Kelebihan model asesmen portofolio antara
lain sebagai berikut.
1. Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik
dari waktu ke waktu berasarkan feed back dan refleksi diri.
2. Membantu guru melakukan penilaian secara adil, objektif, transparan, dan
dapat dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi kreativitas peserta didik di
kelas.
3. Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang
telah mereka kerjakan, baik di kelas, maupun di luar kelas.
4. Meningkatkan peran serta peserta didik secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan penilaian.
5. Member kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
mereka.
6. Membantu guru mengklarifikasi dan mengidentifikasi program
pembelajaran.
7. Terlibatnya berbagai pihak, seperti orang tua, guru, komite sekolah dan
masyarakat lainnya dalam melihat pencapaian kemampuan peserta didik.
Adapun kekurangan asesmen portofolio antara lain, sebagai berikut.
1. Membutuhkan waktu dan kerja ekstra.
2. Penilaian portofolio dianggap kurang reliabel dibandingkan bentuk penilaian
yang lain.
3. Ada kecenderungan guru hanya memperhatikan pencapaian akhir sehingga
proses penilaian kurang mendapat perhatian.
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
4. Jika guru melaksanakan proses pembelajaran yang bersifat teacher-oriented,
maka asesmen portofolio tidak dapat dilaksanakan.
5. Orang tua peserta didik sering berpikir skeptis karena laporan hasil belajar
anaknya tidak berbentuk angka.
6. Asesmen portofolio masih relative baru sehingga banyak guru, orang tua,
dan peserta didik yang belum mengetahui dan memahaminya.
7. Tidak tersedianya kriteria penilaian yang jelas.
C. Kesimpulan
Asesmen Portofolio adalah asesmen berkelanjutan yang didasarkan kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan nilai), atau
bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata
pelajaran. Asesmen portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu
pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode, karya tersebut dinilai
oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan
peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus
melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan
perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan,
puisi, surat, hasil membaca buku/literatur, hasil penelitian, hasil wawancara, dan lain-
lain. Karya siswa harus merupakan karyanya sendiri, bukan dibuatkan orang lain.
Adapun tujuan asesmen portofolio ini adalah untuk memberikan informasi
kepada orang tua siswa tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan
dukungan data dan dokumen yang akurat. Portofolio ini boleh dikatakan lampiran dari
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
rapor peserta didik. Disamping itu, portofolio ini bertujuan untuk menghargai
perkembangan yang dialami peserta didik, mendokumentasikan proses pembelajaran,
memberikan perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik, meningkatkan
efektivitas proses pembelajaran, dan lain-lain. Sedangkan fungsi portofolio adalah
sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan kemampuan peserta didik, sebagai alat penilaian otentik (authentic
assessment), sebagi sumber informasi bagi peserta didik untuk melakukan self-
assessment.
Asesmen portofolio memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan asesmen
konvensional, antara lain: (1) dapat melihat pertumbuhan dan perkrmbangan
kemampuan peserta didik dari waktu ke waktu, (2) membantu guru dalam melakukan
penilaian secara adil, objektif, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan tanpa
mengurangi kreativitas peserta didik di kelas, (3) melatih peserta didik bertanggung
jawab, (4) meningkatkan peran serta peserta didik secara aktif dalam pembelajaran,dan
(5) member kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan mereka.
Kekurangannya antara lain: membutuhkan waktu dan kerja ekstra, dianggap kurang
reliabel, belum banyak guru yang memahaminya, criteria penilaian tidak jelas, sulit
diterapkan untuk ujian nasional.
Dalam aplikasinya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, asesmen portofolio
dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah (1) Jelaskan kepada peserta didik
bahwa penggunaan portofolio tidak hanya untuk guru, tetapi juga untuk siswa sendiri,
(2) Tentukan bersama siswa sampel portofolio apa saja yang akan dibuat, (3) Simpanlah
karya setiap peserta didik dalam suatu map atau folder di rumah masing-masing atau di
sekolah, (4) Beri tanggal pembuatan pada tiap bahan informasi perkembangan peserta
didik, (5) Tentukan kriteria penilaiannya serta bobot nilainya dengan peserta didik
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
sebelum mereka membuat karya, (6) Minta siswa menilai karyanya secara
berkesinambungan, atas bimbingan guru, (7) beri kesempatan kepada peserta didik utu
memperbaiki karya yang belum memuaskan, (8) Jadwalkan (bila perlu) pertemuan
untuk membahas portofolio dengan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. (2009). Evaluasi pembelajaran prinsip, teknik, prosedur. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Arter, Judith A. and Vicki Spandel. Using portofilio of student work in instruction and
assessment. ITEM.
Depdiknas.(2006). Pedoman model penilaian kelas kurikulum tingkat satuan
pendidikan TK-SD-SMP-SMA-SMK-MI-MTs-MA-MAK. Jakarta: BP Cipta
Jaya.
Harsiati, Titik. (2003). “Penilaian otentikdlm pembelajaran Bahasa Indonesia”.
Makalah.
Johnson, D. W., Johnson, R. T. (2002). Meaningful assessment. Boston: Allyn and
bacon.
Mardapi, Djemari. (2005). Penilaian model portofolio pada pembelajaran berbasis
kompetensi di perguruan tinggi. Makalah disampaikan pada Seminar
Penilaian Portofolio untuk Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Universitas Sebelas Maret 30 Maret 2005 di Surakarta.
Supranata, S. dan Hatta, M. (2004). Penilaian portofolio . bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suwandi, Sarwiji. (2009). Model assesmen dalam pembelajaran. Surakarta: YUMA
PUSTAKA
Biodata Penulis:
- Penulis adalah Lektor Kepala dalam bidang Evaluasi Pendidikan dan bekerja sebagai
dosen Kopertis Wilayah VIII, dpk pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
dan Daerah, FPBS IKIP PGRI Bali Denpasar.
Nomor 12 Tahun VI Oktober 2011 ISSN 1907-3232
Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI BALI
- Saat ini penulis masih tercatat sebagai mahasiswa Program Doktor sejak tahun
akademik 2010/2011, dan sedang menyelesaikan disertasi tentang Pengembangan
Model Evaluasi Program Pembelajaran Anak Usia dini.