artikel_evaluasi lahan untuk tanaman cengkeh

9
1 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromatica L.) DI KECAMATAN BARENG KABUPATEN JOMBANG Yuli Purwati Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang Abstrak: Cengkeh (Eugenia aromatica L.) merupakan tanaman yang memiliki peluang pasar yang besar di dalam negeri maupun di luar negeri. Cengkeh pada awalnya hanya digunakan sebagai bahan obat tradisional, namun kini dimanfaatkan sebagai bahan campuran rokok kretek serta di bidang industri farmasi juga digunakan sebagai bahan pembuatan minyak atsiri. Kebutuhan akan cengkeh yang terus meningkat menyebabkan keharusan penyediaan cengkeh yang besar, salah satunya dengan perluasan lahan untuk cengkeh. Kabupaten Jombang memiliki potensi untuk pengembangan cengkeh. Kebutuhan cengkeh di Kabupaten Jombang dipasok oleh satu kecamatan saja, yakni Wonosalam sehingga produksi cengkehnya rendah. Kecamatan Bareng memiliki kondisi wilayah yang cocok untuk perkebunan. Kecamatan Bareng berada pada ketinggian ±500 m di atas permukaan laut dan curah hujan berkisar 1.700 mm/tahun dengan suhu berkisar antara 23°C-30°C di mana dengan kondisi tersebut memungkinkan dikembangkan budidaya cengkeh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik lahan dan kesesuaian lahan di Kecamatan Bareng untuk tanaman cengkeh. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan analisis matching yaitu pembandingan karakteristik lahan daerah penelitian dengan syarat tumbuh tanaman cengkeh. Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian lahan untuk pengembangan cengkeh di Kecamatan Bareng tergolong sesuai marginal (S 3 ) pada semua lahan dengan faktor pembatas ketersediaan air (S 3 wa), retensi hara (S 3 nr), dan bahaya erosi (S 3 eh). PENDAHULUAN Cengkeh (Eugenia aromatica L.) merupakan tanaman yang cocok ditanam baik di dataran rendah dekat pantai maupun hidup di pegunungan pada ketinggian 500-1100 meter dpl dan di tanah yang berdrainase baik. Tanaman cengkeh memerlukan intensitas cahaya yang kuat. Tanah yang sesuai untuk tanaman cengkeh adalah tanah yang gembur, humus sedang-tinggi, permeabilitas sedang, kemasaman tanah (pH) berkisar antara 5,0-6,5, suhu udara 25°C-28°C, curah hujan yang 1.500-2500 mm/tahun. Dalam perkembangannya, kebutuhan komoditas cengkeh untuk bahan baku industri terutama industri rokok dan obat-obatan terus meningkat sehingga pengadaannya secara teratur, berkualitas baik, cukup, dan berkesinambungan makin dirasakan sebagai suatu keharusan. Dirjen Perkebunan (2011) menyatakan kebutuhan cengkeh masih

Upload: saminpane13

Post on 10-Feb-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel_Evaluasi Lahan Untuk Tanaman Cengkeh

1

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN

UNTUK TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromatica L.)

DI KECAMATAN BARENG KABUPATEN JOMBANG

Yuli Purwati

Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Negeri Malang

Abstrak: Cengkeh (Eugenia aromatica L.) merupakan tanaman yang memiliki

peluang pasar yang besar di dalam negeri maupun di luar negeri. Cengkeh pada

awalnya hanya digunakan sebagai bahan obat tradisional, namun kini dimanfaatkan

sebagai bahan campuran rokok kretek serta di bidang industri farmasi juga digunakan

sebagai bahan pembuatan minyak atsiri. Kebutuhan akan cengkeh yang terus

meningkat menyebabkan keharusan penyediaan cengkeh yang besar, salah satunya

dengan perluasan lahan untuk cengkeh. Kabupaten Jombang memiliki potensi untuk

pengembangan cengkeh. Kebutuhan cengkeh di Kabupaten Jombang dipasok oleh

satu kecamatan saja, yakni Wonosalam sehingga produksi cengkehnya rendah.

Kecamatan Bareng memiliki kondisi wilayah yang cocok untuk perkebunan.

Kecamatan Bareng berada pada ketinggian ±500 m di atas permukaan laut dan curah

hujan berkisar 1.700 mm/tahun dengan suhu berkisar antara 23°C-30°C di mana

dengan kondisi tersebut memungkinkan dikembangkan budidaya cengkeh. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik lahan dan kesesuaian lahan di

Kecamatan Bareng untuk tanaman cengkeh. Penelitian ini merupakan penelitian

survei dengan analisis matching yaitu pembandingan karakteristik lahan daerah

penelitian dengan syarat tumbuh tanaman cengkeh. Hasil penelitian menunjukkan

kesesuaian lahan untuk pengembangan cengkeh di Kecamatan Bareng tergolong

sesuai marginal (S3) pada semua lahan dengan faktor pembatas ketersediaan air

(S3wa), retensi hara (S3nr), dan bahaya erosi (S3eh).

PENDAHULUAN

Cengkeh (Eugenia aromatica L.) merupakan

tanaman yang cocok ditanam baik di dataran

rendah dekat pantai maupun hidup di

pegunungan pada ketinggian 500-1100 meter

dpl dan di tanah yang berdrainase baik.

Tanaman cengkeh memerlukan intensitas

cahaya yang kuat. Tanah yang sesuai untuk

tanaman cengkeh adalah tanah yang gembur,

humus sedang-tinggi, permeabilitas sedang,

kemasaman tanah (pH) berkisar antara 5,0-6,5,

suhu udara 25°C-28°C, curah hujan yang

1.500-2500 mm/tahun.

Dalam perkembangannya, kebutuhan

komoditas cengkeh untuk bahan baku industri

terutama industri rokok dan obat-obatan terus

meningkat sehingga pengadaannya secara

teratur, berkualitas baik, cukup, dan

berkesinambungan makin dirasakan sebagai

suatu keharusan. Dirjen Perkebunan (2011)

menyatakan kebutuhan cengkeh masih

Page 2: Artikel_Evaluasi Lahan Untuk Tanaman Cengkeh

2

mengalami kekurangan sebesar 40 ribu sampai

50 ribu ton per tahunnya untuk produksi rokok

kretek. Artinya, produksi cengkeh tidak

mencukupi kebutuhan pasar. Kebutuhan

cengkeh yang kian meningkat, mendorong

petani untuk mengembangkan budidaya

tanaman cengkeh. Dalam hubungannya

dengan peningkatan pengadaan cengkeh,

beberapa daerah telah mengembangkan usaha

penanaman cengkeh.

Kabupaten Jombang merupakan satu

dari beberapa kabupaten di Jawa Timur yang

memiliki potensi pengembangan cengkeh.

Lahan di Kabupaten Jombang yang digunakan

untuk tanaman cengkeh seluas 2.602 Ha

dengan produksi 918,98 ton. Sampai saat ini,

produksi cengkeh hanya dihasilkan dari

Kecamatan Wonosalam saja, padahal untuk

kebutuhan cengkeh yang kian meningkat

memerlukan pasokan cengkeh yang

berkualitas dan dalam skala besar. Salah satu

usaha untuk menanganinya adalah dengan cara

memperluas lahan untuk penanaman cengkeh.

Kecamatan Bareng memiliki kondisi

wilayah yang cocok untuk perkebunan karena

termasuk tanah pegunungan. Kecamatan

Bareng berada pada ketinggian ±500 m di atas

permukaan laut dan curah hujan berkisar 1.700

mm/tahun dengan suhu berkisar antara 23°C-

30°C di mana dengan kondisi tersebut bisa

dikembangkan cengkeh.

Kecamatan Bareng belum banyak

mengembangkan cengkeh sebagai komoditi

perkebunan. Dibandingkan dengan Kecamatan

Wonosalam, Kecamatan Bareng sebagian

besar penggunaan lahan untuk jati dan buah-

buahan, sedangkan Kecamatan Wonosalam

untuk perkebunan dan kawasan penyangga.

Kecamatan Bareng merupakan salah satu dari

tiga kecamatan yang pengembangannya

diarahkan pada kegiatan agroindustri dengan

pengelolaan hasil pertanian dan komoditi

tanaman perkebunan seperti mete, kelapa,

cengkeh, kapuk, kenanga, temulawak, lada,

kencur, jahe, serai, kunyit, lengkuas, pandan,

kakao, tebu, tembakau virginia, tembakau

jawa, dan kopi.

Pengembangan budidaya cengkeh ini

dimaksudkan untuk meningkatkan produksi

cengkeh. Guna mengetahui potensi lahan di

Kecamatan Bareng sesuai atau tidak untuk

pengembangan budidaya cengkeh, maka

diperlukan suatu pekerjaan yang kita kenal

dengan evaluasi lahan. Evaluasi lahan adalah

proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan

dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu

baik pertanian maupun nonpertanian (FAO

1976 dalam Djaenudin 2003). Evaluasi lahan

bertujuan untuk menduga dan memberikan

informasi seberapa besar suatu lahan dapat

mendukung kegiatan produksi sebelum

digunakan untuk tujuan tertentu sehingga

potensi lahan dapat dimaksimalkan. Dengan

adanya kegiatan evaluasi lahan tersebut maka

dapat diketahui tingkat kesesuaian lahan serta

kendala-kendalanya.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei

yaitu penelitian yang dilakukan secara

sistematis dengan metode-metode tertentu

yakni pengamatan di lapangan, pengukuran di

lapangan, dan analisis laboratorium terhadap

suatu daerah yang ditunjang dari informasi lain

yang relevan. Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian survei ini adalah pendekatan

evaluatif.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan

Bareng Kabupaten Jombang yang mencakup

kebun, tegalan/ladang, dan semak belukar

dengan luas total 6.275 Ha. Objek penelitian

ditentukan dari hasil overlay tiga peta yaitu

peta jenis tanah, kemiringan lereng, dan

penggunaan lahan yang menghasilkan satuan

unit lahan yang kemudian ditentukan

sampelnya dengan purposive sampling.

Purposive sampling yaitu sampel dipilih

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Page 3: Artikel_Evaluasi Lahan Untuk Tanaman Cengkeh

3

Penelitian survei ini didukung oleh

data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari pengamatan, pengukuran

langsung di lapangan, dan uji laboratorium

serta wawancara. Data sekunder diperoleh dari

Dinas atau Badan terkait. Analisis data yang

digunakan adalah pembandingan (matching)

antara karakteristik lahan dengan syarat

tumbuh tanaman cengkeh yang telah

ditentukan oleh Djaenudin (2003).

Subyek dan Objek Penelitian

1) Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah

kebun (1.311,71 Ha), tegalan (689,20 Ha), dan

semak belukar (18,86 Ha) di Kecamatan

Bareng Kabupaten Jombang.

2) Objek

Objek dalam penelitian ini ditentukan

dari hasil tumpang susun (overlay) tiga peta

yakni, peta jenis tanah, peta kemiringan

lereng, dan peta penggunaan lahan dengan

purposive sampling. Dalam penelitian ini,

diambil lima unit sampel dari 29 unit lahan

yang ada. Pengambilan lima sampel tersebut

didasarkan pada ketinggian tempat, suhu

udara, penggunaan lahan terutama kebun dan

tegalan, dan kemiringan lereng titik sampel.

Alat dan Bahan

Alat: Software ESRI ArcGIS 9.3 untuk

kegiatan digitasi dan overlay peta, GPS

(Global Positioning System) untuk mengetahui

posisi atau letak koordinat daerah tempat

penelitian, alat tulis, plastik, bor tanah dan

meteran, abney level, kamera, alat-alat

laboratorium untuk uji tanah: gelas ukur erlen

meyer 500 ml, botol kocok, ph meter,

timbangan tekstur, pipet, conductivity meter.

Bahan: K2CrO7 1N (kalium kromat), H2SO4

(asam sulfat), H3PO4 (asam fosfat), H2O2

(hydrogen peroksida) untuk mengukur

kandungan C-organik, KCl 1N dan H2O untuk

mengukur kandungan pH, NH4O (amoniak

hidroksida) pH 7, NH4Cl 1N (ammonium

klorida), H2SO4 1N (asam sulfat), NaOH

(natrium hidroksida) untuk mengukur

kandungan KTK dan Kejenuhan Basa.

Peta-peta: Peta Administrasi Kecamatan

Bareng (skala 1: 250.000), Peta Jenis Tanah

Kecamatan Bareng (skala 1: 250.000), Peta

Kemiringan Lereng Kecamatan Bareng (skala

1: 250.000), Peta Penggunaan Lahan

Kecamatan Bareng (skala 1: 250.000).

Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah data primer

(tingkat bahaya erosi, bahan kasar, kedalaman

efektif tanah, drainase, banjir, batuan di

permukaan, batuan tersingkap, kemiringan

lereng, tekstur tanah, KTK liat, kejenuhan

basa, pH, dan C-organik) dan sekunder (data

curah hujan, temperatur, kelembaban udara,

peta administrasi, peta jenis tanah, peta

kemiringan lereng, peta penggunaan lahan,

dan data-data lain yang dibutuhkan dalam

penelitian ini). Teknik Pengumpulan Data

meliputi observasi, dokumentasi, pengukuran

di lapangan, uji laboratorium, dan wawancara.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah menggunakan metode matching atau

pembandingan antara karakteristik lahan

dengan syarat tumbuh tanaman cengkeh yang

akan menghasilkan kelas kesesuaian lahan

beserta faktor pembatasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Satuan lahan diperoleh dari hasil

tumpang susun tiga peta yakni peta jenis tanah,

peta kemiringan lereng, dan peta penggunaan

lahan. Hasil overlay menunjukkan bahwa

terdapat 29 unit lahan di Kecamatan Bareng.

Unit lahan dapat dilihat pada Tabel 5.1

berikut:

Page 4: Artikel_Evaluasi Lahan Untuk Tanaman Cengkeh

4

Tabel 5.1 Unit Lahan Kecamatan Bareng

No Unit lahan Jenis tanah Kelerengan (%) Penggunaan lahan

1 A1k Alluvial Kelabu 0-2 Kebun

2 A1p Alluvial Kelabu 0-2 Pemukiman

3 A1s Alluvial Kelabu 0-2 Sawah irigasi

4 A2k Alluvial Kelabu 2-8 Kebun

5 A2l Alluvial Kelabu 2-8 Tanah Ladang

6 A2p Alluvial Kelabu 2-8 Pemukiman

7 A2s Alluvial Kelabu 2-8 Sawah irigasi

8 A2t Alluvial Kelabu 2-8 Sawah tadah hujan

9 A3b Alluvial Kelabu 8-25 Semak belukar

10 A3k Alluvial Kelabu 8-25 Kebun

11 A3l Alluvial Kelabu 8-25 Tanah Ladang

12 A3p Alluvial Kelabu 8-25 Pemukiman

13 A3s Alluvial Kelabu 8-25 Sawah irigasi

14 A3t Alluvial Kelabu 8-25 Sawah tadah hujan

15 A4b Alluvial Kelabu 25-40 Semak belukar

16 A4k Alluvial Kelabu 25-40 Kebun

17 A4l Alluvial Kelabu 25-40 Tanah Ladang

18 A4p Alluvial Kelabu 25-40 Pemukiman

19 A4s Alluvial Kelabu 25-40 Sawah irigasi

20 A4t Alluvial Kelabu 25-40 Sawah tadah hujan

21 B1k Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 0-2 Kebun

22 B1p Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 0-2 Pemukiman

23 B1s Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 0-2 Sawah irigasi

24 B1t Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 0-2 Sawah tadah hujan

25 B2k Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 2-8 Kebun

26 B2p Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 2-8 Pemukiman

27 B2s Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 2-8 Sawah irigasi

28 B2t Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 2-8 Sawah tadah hujan

29 B3s Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 8-25 Sawah irigasi

Sumber: Peta Unit lahan Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang

Satuan unit lahan yang diambil meliputi A3b,

A3k, A3l, A4k, dan A4l. Pengambilan sampel

ini didasarkan pada ketinggian tempat, suhu

udara, penggunaan lahan terutama kebun dan

tegalan, dan kemiringan lereng. Sampel ayng

diambil dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Sampel Unit Lahan Kecamatan Bareng

No Unit lahan Jenis tanah Kelerengan (%) Penggunaan lahan

1 A3b Alluvial Kelabu 8-25 Semak belukar

2 A3k Alluvial Kelabu 8-25 Kebun

3 A3l Alluvial Kelabu 8-25 Tanah Ladang

4 A4k Alluvial Kelabu 25-40 Kebun

5 A4l Alluvial Kelabu 25-40 Tanah Ladang

Karakteristik Lahan di Kecamatan Bareng

Karakteristik satuan lahan di Kecamatan

Bareng diuraikan sebagai berikut:

Page 5: Artikel_Evaluasi Lahan Untuk Tanaman Cengkeh

5

Tabel 5.2 Karakteristik Lahan Daerah Penelitian

No Persyaratan penggunaan/

karakteristik lahan

Kelas Kesesuaian Lahan

A3b A3k A3l A4k A4l

1 Temperatur (tc)

Temperatur rerata 27 25,1 26,7 25 25,9

2 Ketersediaan Air (wa)

Curah hujan (mm)

Lamanya masa kering (bulan)

1.785,4

3,8

1.785,4

3,8

1.785,4

3,8

1.785,4

3,8

1.785,4

3,8

Kelembaban Udara 80,05 80,05 80,05 80,05 80,05

3 Ketersediaan Oksigen (oa)

Drainase Agak Baik Agak Baik Agak Baik Agak Baik Agak Baik

4 Keadaan Perakaran (rc)

Tekstur Halus Halus Agak halus Halus Halus

Bahan Kasar 0,876 0 0,00008 0 0

Kedalaman Efektif Tanah 75 110 75 105 90

5 Retensi Hara (nr)

KTK liat (cmol) 58,70 30,71 28,64 26,25 25,82

Kejenuhan Basa (%) 39 23 38 30 31

pH H2O 6,7 6,6 6,6 6,2 6,3

C-Organik (%) 0,35 0,07 0,19 0,27 0,59

6 Bahaya Erosi (eh)

Lereng (%) 30 15 24 16 16

Bahaya Erosi Sedang Sangat

Ringan

Sedang Ringan Ringan

7 Bahaya Banjir (fh)

Banjir F0 F0 F0 F0 F0

8 Penyiapan Lahan (lp)

Batuan di Permukaan (%) 0 3 1 0 0

Batuan Tersingkap (%) 4 0 0 0 2

Kelas Kesesuaian Lahan S3 S3 S3 S3 S3

Subkelas Kesesuaian Lahan S3wa, S3eh, S3wa, S3nr S3wa, S3eh S3wa, S3nr S3wa, S3nr

Sumber: Analisis Data 2012

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Cengkeh di Kecamatan Bareng Kabupaten

Jombang

Berdasarkan data karakteristik lahan di atas maka untuk lebih jelasnya akan dilakukan

pengklasifikasian tingkat kesesuaian lahan yakni termasuk kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai

(S2), sesuai marginal (S3) atau tidak sesuai (N). Metode yang digunakan adalah matching atau

pembandingan nilai kelas kesesuaian lahan didasarkan pada nilai terendah sebagai faktor

pembatas evaluasi kesesuaian lahan. Data mengenai hasil evaluasi kesesuaian masing-masing

lahan bisa dilihat pada Tabel 5.3.

Page 6: Artikel_Evaluasi Lahan Untuk Tanaman Cengkeh

6

Tabel 5.3 Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Daerah Penelitian

No Persyaratan penggunaan/

karakteristik lahan

Kelas Kesesuaian Lahan

A3b A3k A3l A4k A4l

1 Temperatur (tc)

Temperatur rerata S1 S1 S1 S1 S1

2 Ketersediaan Air (wa)

Curah hujan (mm)

Lamanya masa kering (bulan)

S1

S3

S1

S3

S1

S3

S1

S3

S1

S3

Kelembaban Udara S2 S2 S2 S2 S2

3 Ketersediaan Oksigen (oa)

Drainase S1 S1 S1 S1 S1

4 Keadaan Perakaran (rc)

Tekstur S1 S1 S1 S1 S1

Bahan Kasar S1 S1 S1 S1 S1

Kedalaman Efektif Tanah S2 S1 S2 S1 S2

5 Retensi Hara (nr)

KTK liat (cmol) S1 S1 S1 S1 S1

Kejenuhan Basa (%) S2 S3 S2 S3 S3

pH H2O S1 S1 S1 S1 S1

C-Organik (%) S2 S2 S2 S2 S2

6 Bahaya Erosi (eh)

Lereng (%) S3 S2 S3 S2 S2

Bahaya Erosi S2 S1 S2 S2 S2

7 Bahaya Banjir (fh)

Banjir S1 S1 S1 S1 S1

8 Penyiapan Lahan (lp)

Batuan di Permukaan (%) S1 S1 S1 S1 S1

Batuan Tersingkap (%) S1 S1 S1 S1 S1

Kelas Kesesuaian Lahan S3 S3 S3 S3 S3

Subkelas Kesesuaian Lahan S3wa,

S3eh,

S3wa,

S3nr

S3wa,

S3eh

S3wa,

S3nr

S3wa,

S3nr

Sumber: Analisis Data 2012

Berdasarkan Tabel 5.3, maka diperoleh

hasil sebagai berikut: Karakteristik lahan di

Kecamatan Bareng adalah memiliki

temperatur rata-rata 25,9°C, curah hujan

1.785,4 mm, lamanya masa kering 3,8 bulan,

kelembaban udara 80,05%, drainase agak baik,

tekstur tanah halus (liat) dan agak halus

(lempung berliat), bahan kasar <15%,

kedalaman efektif tanah 75-110 cm, KTK liat

>16, kejenuhan basa 23-39%, pH H2O 6,2-6,7,

C-organik <0,8%, lereng 15-30%, bahaya erosi

sangat ringan sampai sedang, tidak ada banjir,

batuan di permukaan <5%, dan batuan

tersingkap <5%.

Kesesuaian lahan untuk pengembangan

cengkeh di Kecamatan Bareng tergolong

sesuai marginal (S3) pada semua lahan,

perbedaannya terletak pada faktor pembatas

masing-masing lahan.

a. Satuan lahan I (A3b) dengan faktor

pembatas ketersediaan air (S3wa) berupa

lamanya masa kering dan faktor pembatas

bahaya erosi (S3eh) berupa lereng dan

bahaya erosi.

b. Satuan lahan II (A3k) dengan faktor

pembatas ketersediaan air (S3wa) berupa

lamanya masa kering dan faktor pembatas

retensi hara (S3nr) berupa kejenuhan basa.

c. Satuan lahan III (A3l) dengan faktor

pembatas ketersediaan air (S3wa) berupa

lamanya masa kering dan faktor pembatas

bahaya erosi (S3eh) berupa lereng.

Page 7: Artikel_Evaluasi Lahan Untuk Tanaman Cengkeh

7

d. Satuan lahan IV (A4k) dengan faktor

pembatas ketersediaan air (S3wa) berupa

lamanya masa kering dan faktor pembatas

retensi hara (S3nr) berupa kejenuhan basa.

e. Satuan lahan V (A4l) dengan faktor

pembatas ketersediaan air (S3wa) berupa

lamanya masa kering dan faktor pembatas

retensi hara (S3nr) berupa kejenuhan basa.

Faktor pembatas yang mempengaruhi

kelas kesesuaian lahan di atas diuraikan

sebagai berikut:

Ketersediaan air Muljana (2002) menjelaskan bahwa

tanaman cengkeh membutuhkan curah hujan

yang merata untuk setiap tahunnya. Hal ini

disebabkan karena pohon cengkeh tidak kuat

terhadap musim kemarau yang panjang, untuk

bisa tumbuh dan berkembang tanaman

cengkeh memerlukan curah hujan atau air

antara 60-80 mm tiap bulannya pada musim

kering.

Permasalahan yang dihadapi semua

lahan adalah lamanya masa kering yang terlalu

panjang yakni 3,8 bulan. Kecamatan Bareng

memiliki curah hujan 1.785,4 mm/tahun

dengan bulan basah 6,2 bulan. Artinya

Ketersediaan air untuk tanaman cengkeh di

Kecamatan Bareng tergolong rendah, bahkan

pada bulan Juni-Oktober besarnya curah hujan

tiap bulan <60 mm.

Sebagaimana dijelaskan oleh Indranada

(1986) bahwa produktivitas tanaman akan

tumbuh normal dan memberikan hasil yang

baik apabila ketersediaan air cukup.

Penyediaan air untuk tanaman harus sesuai

dengan jumlah air yang dibutuhkan tanaman.

Apabila kekurangan air, maka tanaman akan

mengalami kekeringan sedangkan apabila

kadar air terlalu berlebihan mengakibatkan

hilangnya unsur hara yang terlarut.

Faktor Pembatas Bahaya Erosi (eh)

Bahaya erosi merupakan faktor

pembatas berat karena merupakan suatu

bentuk alami dari topografi. Pada lahan A3b

dan A3l memiliki faktor pembatas bahaya

erosi. Kemiringan lereng pada satuan lahan

A3b dan A3l termasuk kelas sesuai marginal

(S3) artinya butuh penanganan dan modal yang

besar untuk menjadikannya sesuai untuk

pengembangan tanaman cengkeh.

Menurut Djaenudin (2003), tanaman

cengkeh untuk bisa tumbuh dengan baik pada

kemiringan lereng <8%. Kondisi di lapangan

pada semua satuan lahan kemiringan lereng

>8% bahkan ada yang berada pada kemiringan

lereng 30%. Pada satuan lahan A3b dan A3l

dengan besar kemiringan lereng 30% dan 24%

memiliki bahaya erosi sedang, sedangkan pada

satuan lahan A3k, A4k, dan A4l dengan besar

kemiringan lereng berturut-turut 15%, 16%,

dan 16% bahaya erosi tergolong sangat ringan

sampai ringan. Hal ini disebabkan karena

kemiringan lereng satuan lahan A3b dan A3l

lebih besar daripada kemiringan lereng satuan

lahan A4k, dan A4l. Faktor lain adalah

penutup lahan, pada satuan lahan A3b tidak

terdapat banyak jenis rerumputan sementara

pada satuan lahan A3k, A4k, dan A4l terdapat

jenis rerumputan dan variasi tanaman yang

dapat mengurangi pukulan air hujan dan

memperlambat aliran permukaan sehingga

bahaya erosi menjadi berkurang.

Pada satuan lahan A3b dan A3l

panjang lereng lebih besar dibandingkan

satuan lahan A3k, A4k, dan A4l. Panjang

lereng satuan lahan A3b dan A3l adalah

masing-masing 10 meter sedangkan panjang

lereng A3k , A4k, dan A4l masing-masing

sebesar 5 meter. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa pada satuan lahan A3b dan A3l dengan

kemiringan 30% dan 24% bahaya erosi

sedang, sedangkan pada satuan lahan A3k,

A4k, dan A4l bahaya erosi sangat ringan,

ringan, dan ringan. Sebagaimana yang

dijelaskan oleh Suripin (2000) bahwa secara

umum bahaya erosi akan meningkat dengan

meningkatnya kemiringan dan panjang lereng.

Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi

erosi antara lain adalah tekstur, struktur, dan

bahan organik, sifat lapisan bawah, dan tingkat

Page 8: Artikel_Evaluasi Lahan Untuk Tanaman Cengkeh

8

kesuburan tanah. Tanah bertekstur kasar

memiliki kapasitas infiltrasi kecil, sehingga

curah hujan yang cukup rendah akan

menimbulkan limpasan permukaan

(Rahim:2000:33). Pada tanah bertekstur liat

atau halus yakni pada semua satuan lahan

memiliki daya rekat yang kuat sehingga tahan

terhadap erosi. Tekstur tanah yang paling peka

terhadap erosi adalah debu dan pasir sangat

halus. Sebagaimana diungkapkan oleh Rahim

(2000) bahwa jenis tanah pada daerah

penelitian yaitu Alluvial Kelabu tidak peka

terhadap erosi.

Faktor Pembatas Retensi Hara (nr)

Pada satuan lahan A3k, A4k, dan A4l

masing-masing memiliki tingkat kesesuaian

lahan sesuai marginal (S3) pada faktor

pembatas retensi hara dengan karakteristik

kejenuhan basa. Menurut Djaenudin (2003)

kejenuhan basa yang sesuai untuk

pengembangan tanaman cengkeh adalah

>50%. Kondisi di lapangan, kejenuhan basa

pada satuan lahan A3k, A4k, dan A4l masing-

masing sebesar 23%, 30%, dan 31%. Nilai

tersebut menandakan bahwa kejenuhan basa

pada masing-masing lahan tergolong rendah.

Kejenuhan basa merupakan salah satu

indikator kesuburan kimia tanah. Tanah yang

subur adalah tanah dengan kejenuhan basa

tinggi sebab belum terjadi pencucian tanah

yang serius. Sebaliknya, tanah dengan

kejenuhan basa rendah menandakan tanah

tersebut asam sehingga menghambat

penyerapan unsur hara oleh akar tanaman

(Indranada, 1986).

Selain karakteristik lahan kejenuhan

basa, semua satuan lahan di daerah penelitian

memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai

(S2) pada C-organik. Bahan organik tanah

mengandung semua hara termasuk humus

yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan

tanaman. Peran bahan organik terhadap

ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas

dengan proses mineralisasi yang merupakan

tahap akhir dari proses perombakan bahan

organik. Bahan organik memiliki peranan

kimia dalam menyediakan N, P, dan S untuk

tanaman.

Tanaman cengkeh membutuhkan

kandungan bahan C-organik >0,8%, namun

hasil uji laboratorium menunjukkan

kandungan C-organik yang rendah. Hal ini

terkait dengan daerah penelitian yang berjenis

tanah Alluvial di mana tanah ini mengalami

pencucian selama bertahun-tahun yang dapat

mengangkut unsur hara pada tanah. Untuk

mengatasi hal ini diperlukan tindakan

penambahan bahan organik seperti pemakaian

mulsa (sisa-sisa tanaman), pupuk hijau, pupuk

kandang, dan kompos (Indranada, 1986:82).

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan

Air. Bogor: IPB Press.

Djaenuddin, Marwan H., H. Subagyo,

Mulyani, Anny, Suharta. 2003. Kriteria

Kesesuaian Lahan untuk Komoditas

Pertanian. Jakarta: Pusat Penelitian Tanah

dan Agroklimat, Balai Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.

FAO. 1976. A Framework for Land

Evaluation. Soil Resources Management

and Conservation Service Land and Water

Development Division. FAO Soil Bulletin

No.32. FAO-UNO, Rome.

Foth, Henry D. 1995. Dasar-dasar Ilmu

Tanah. Terjemahan Oleh Endang

Dwi Purbayanti, Dwi Retno Lukiwati,

Rahayuning Trimulatsih,

Editor Sri Andayani B. Hudoyo. Gadjah

Mada University Press, Edisi

ketujuh,781pp.

Hadiwijaya, Toyib. 1983. Cengkeh, Data dan

Petunjuk ke Arah Swasembada. Jakarta:

Gunung Agung.

Hardjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi

Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: CV

Akademika Pressindo.

Page 9: Artikel_Evaluasi Lahan Untuk Tanaman Cengkeh

9

Indranada, Henry K. 1986. Pengelolaan

Kesuburan Tanah. Jakarta: PT Bina

Aksara.

Muljana, Wahyu. 2002. Bercocok Tanam

Cengkeh. Semarang: Aneka Ilmu.

Rahim, S. E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah

Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan

Hidup. Jakarta: Bumi Aksara.

Rayes, M. Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi

Sumber Daya Lahan. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Ritung S, Wahyunto, Agus F, Hidayat H.

2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian

Lahan dengan Contoh Peta Arahan

Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh

Barat. Balai Penelitian Tanah dan World

Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor,

Indonesia.

Sitorus, Santun. 1985. Evaluasi Sumber Daya

Lahan. Bandung: Penerbit Tarsito.

Wiratama, Erland Altis. 2010. Cengkeh

(Syzygium aromaticum), (online),

(http://management01.wordpress.com/201

0/10/29/mengenal-tanaman-cengkeh/),

diakses 05 Maret 2012.