artikel sel surya
DESCRIPTION
tugas semikonduktor,dikumpul jumat 21 desember 2012TRANSCRIPT
ARTIKEL
SEL SURYA
DISUSUN OLEH:
BRIAN AFRI KUNCORO
(09306144008)
PROGRAM STUDI FISIKA
JURUSAN PENDIDIDKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
SEL SURYA DAN APLIKASINYA
Sel surya atau sel photovoltaic, adalah sebuah alat semikonduktor yang terdiri dari
sebuah wilayah-besar dioda p-n junction, di mana, dalam hadirnya cahaya matahari mampu
menciptakan energi listrik yang berguna. Pengubahan ini disebut efek photovoltaic. Bidang riset
berhubungan dengan sel surya dikenal sebagai photovoltaics. Sel surya memiliki banyak
aplikasi. Mereka terutama cocok untuk digunakan bila tenaga listrik dari grid tidak tersedia,
seperti di wilayah terpencil, satelit pengorbit bumi, kalkulator genggam, pompa air, dll. Sel surya
(dalam bentuk modul atau panel surya) dapat dipasang di atap gedung di mana mereka
berhubungan dengan inverter ke grid listrik dalam sebuah pengaturan net meterin. Listrik tenaga
surya diperoleh dengan melalui sistem photo-voltaic. Photo-voltaic terdiri dari photo dan voltaic.
Photo berasal dari kata Yunani phos yang berarti cahaya. Sedangkan voltaic diambil dari nama
Alessandro Volta (1745 – 1827), seorang pelopor dalam pengkajian mengenai listrik. Sehingga
photo-voltaic dapat berarti listrik-cahaya. Belakangan ini, photo-voltaic lebih sering disebut solar
cell atau sel surya, karena cahaya yang dijadikan energi listrik adalah sinar matahari.
Sel surya merupakan suatu pn junction dari silikon kristal tunggal. Dengan menggunakan
photo-electric effect dari bahan semikonduktor, sel surya dapat langsung mengkonversi sinar
matahari menjadi listrik searah (dc). Bila sel surya itu dikenakan pada sinar matahari, maka
timbul yang dinamakan elektron dan hole. Elektron-elektron dan hole-hole yang timbul di sekitar
pn junction bergerak berturut-turut ke arah lapisan n dan ke arah lapisan p. Sehingga pada saat
elektron-elektron dan hole-hole itu melintasi pn junction, timbul beda potensial pada kedua
ujung sel surya. Jika pada kedua ujung sel surya diberi beban maka timbul arus listrik yang
mengalir melalui beban. Aplikasinya pada kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada trafict light
dijalan raya yang mana dugunakan sumber dari energy sinar matahari.
Sistem sel surya menggunakan energi sinar matahari untuk menghasilkan listrik, tanpa
memerlukan bahan bakar. Tanpa ada bagian yang berputar, maka sistem sel surya hanya
memerlukan sedikit perawatan. Sehingga sistem sel surya itu boleh dibilang cost effective dan
cocok untuk stasiun telekomunikasi daerah terpencil, pelampung navigasi di tengah laut, alat
pemantau permukaan air bendungan, atau untuk penerangan rumah yang jauh dari jangkauan
jaringan PLN. Biaya operasional sistem sel surya jelas rendah.
SEL SURYA BUATAN INDONESIA
Kegagalan memproduksi sel surya di Indonesia, meski telah dilakukan penelitian sejak 28
tahun silam, bukan jalan buntu. Fisikawan dari Institut Teknologi Bandung, Wilson Walery
Wenas (44), menerobos kebuntuan itu dengan hasil penelitian sel surya generasi kedua yang
sudah dipatenkan untuk segera diproduksi di Indonesia.
Sel surya generasi kedua sering disebut teknologi nanosilikon,” tutur Kepala
Laboratorium Semikonduktor dan Listrik Tenaga Surya pada Departemen Fisika Institut
Teknologi Bandung (ITB) tersebut, Rabu (4/6).
Sel surya generasi pertama menggunakan silikon setebal 200 mikron meter (µm),
sedangkan sel surya generasi kedua dengan silikon 1 µm. Ukuran ini sama dengan 0,000001
(sepersejuta) meter.
Nanosilikon memperkecil kapasitas silikon sebagai bahan semikonduktor yang
menghasilkan arus listrik dari photon atau energi cahaya matahari. Pengecilan kapasitas silikon
ini menekan jumlah silikon yang dibutuhkan sehingga dapat menekan biaya produksi sel surya
generasi kedua. Wilson sudah membuktikan melalui penelitiannya. Titik terang?
Memang menjadi pertanyaan, bagaimana menjadikan silikon setebal 200 µm menjadi 1
µm? Jawab Wilson, caranya dengan mengubah silikon sebagai unsur padat (pada sel surya
generasi pertama) menjadi unsur gas (pada sel surya generasi kedua).
”Gas silikon dapat diperoleh di banyak lokasi pertambangan batu bara di Indonesia. Jadi,
bahannya sangat berlimpah,” kata Wilson yang meraih gelar doktor dari Tokyo Institute of
Technology, Jepang, pada 1994. Tahun 1992 dia meraih gelar S-2 di tempat yang sama setelah
tahun 1988 lulus dari ITB.
Menurut dia, kecilnya biaya produksi sel surya generasi kedua dengan menurunkan
komponen silikon sudah tahan uji.
Paten dari hasil penelitiannya mampu merangsang kegiatan komersialisasinya. Wilson
telah sukses menggandeng investor dari Amerika Serikat untuk menciptakan pabrik sel surya
generasi kedua di Indonesia.
Akankah industri sel surya dalam negeri menuju titik terang?
Menurut Wilson, harga sel surya generasi kedua mencapai 1 dollar AS per watt,
sedangkan sel surya generasi pertama kini masih bertengger dengan harga 4-5 dollar AS per
watt.
Berdasarkan penghitungan suplai energinya, bisa mencapai harga Rp 400 per
kilowattjam. Ini cukup kompetitif jika dibandingkan dengan harga listrik PLN yang sekarang
masih sekitar Rp 650 per kilowattjam.
Listrik dari sel surya generasi kedua ini menjadi kandidat listrik dengan harga termurah
saat ini. Di dunia, penelitian sel surya generasi pertama diawali pada tahun 1970-an, sedangkan
generasi kedua pada 1990-an. Pada tahun itu pula, saat gagasan sel surya generasi kedua terlahir,
Wilson mulai mencecap ilmunya di Jepang.
”Hasilnya sekarang sudah diuji coba penggunaan produktivitas sel surya generasi kedua
dibandingkan dengan generasi pertama di ITB. Kapasitas listrik generasi kedua hasil penelitian
saya lebih tinggi 15 persen,” kata Wilson.
Efektivitas pengubahan partikel cahaya matahari menjadi listrik pada sel surya generasi
kedua 7-9 persen. Menurut Wilson, itu memang di bawah sel surya generasi pertama, 12-14
persen. Tetapi, dengan ditunjang perbandingan kapasitas silikon 1:200, sel surya generasi kedua
tetap lebih unggul.
Apalagi harga 1 dollar AS per watt pada sel surya generasi kedua, ungkap Wilson, juga
akan lebih kompetitif jika dibandingkan dengan harga 4-5 dollar AS per watt pada generasi
pertama. Tunggu saja realisasi produksinya. ...
”Dalam waktu satu sampai dua bulan ini akan dicapai kesepakatan joint venture antara
investor AS dan investor dalam negeri. Investor AS itu maunya harus ada investasi dari
pengusaha dalam negeri juga,” kata Wilson.
Rendahnya Daya Beli
Setelah masalah dana teratasi, konstruksi pabrik akan dimulai. Menurut Wilson,
pengerjaan konstruksi pabrik dengan kapasitas produksi 10 megawatt (Mw) per tahun hanya
memakan waktu sembilan bulan. Investasi awal Rp 300 miliar.
”Untuk pemasaran hasil produksi, memang sekarang menghadapi tantangan, yaitu
rendahnya daya beli masyarakat. Tetapi, kalau memang daya beli masyarakat tetap tidak
menjangkau, sel surya generasi kedua ini akan diekspor,” kata Wilson.
Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman mengatakan, rencana
pembuatan industri sel surya generasi kedua sudah disampaikan kepadanya. Pemerintah
menyambut positif atas rencana tersebut. ”Akhirnya intuisi investor sampai pula untuk
memproduksi sel surya,” kata Kusmayanto.
Menurut dia, pemerintah tidak perlu menyampaikan jaminan pasar untuk pengembangan
industri sel surya. Begitu pula industri lainnya. Tetapi, intuisi investor itu sendiri yang akan
menentukan produk industrinya akan diterima pasar atau tidak.
Wilson bukan dengan sembunyi-sembunyi, tetapi dengan ketekunan meneliti, akhirnya
menyediakan jalan bagi produksi sel surya dalam negeri. Tidak tanggung-tanggung,
ketekunannya itu menjadi sebuah lompatan menyongsong era teknologi nanosilikon untuk sel
surya meski masih jauh dari harapan untuk menggapai swaenergi.
Menurut Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi pada Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Arya Rezavidi, pada 2025 kebijakan pemenuhan
bauran energi dari sel surya ditetapkan pemerintah sebesar 800 MW. Tahun ini sel surya baru
terpasang 10 MW.
Dalam 17 tahun ke depan, pemenuhan sel surya harus mencapai 790 MW—setiap tahun
dibutuhkan pemenuhan 46 MW dari sel surya. Pabrik sel surya Wilson, jika jadi berdiri,
berproduksi 10 MW per tahun.
Kiprah pemerintah sekarang tetap dinanti untuk mewujudkan swaenergi melalui produk
dalam negeri
LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT SEL SURYA
Untuk membuat sel surya sangat mudah. bahan yang diperlukan:
1. Lempeng tembaga
2. Kompor listrik dengan daya 1100watt/gas yang cukup panas
3. wadah bening dengan mulut cukup lebar
4. ammeter yang sensitif
5. jepit buaya
6. air keran
7. garam dapur
Langkah:
1. letakkan 1 lembar lempeng tembaga (ukuran disesuaikan dengan wadah) langsung di atas
kompor (tanpa alas) dan dibakar. bakar terus sampai muncul warna orange, ungu dan
kemerahan. semakin panas maka akan muncul lapisan berwarna hitam tapi nanti akan
lepas dengan sendirinya.
2. Biarkan terus terbakar sampai lapisan hitam yang muncul cukup tebal, sekitar setengah
jam. setelah setengah jam matikan kompor dan biarkan tembaga mendingin secara lambat
(biarkan di udara terbuka) karena jika pendinginannya terlalu cepat lapisan hitam akan
melekat kuat. biarkan sampai lapisan hitamnya lepas dengan sendirinya (jangan di
kerok).
3. setelah dingin biasanya lapisan hitam sebagian besar akan lepas. bersihkan dengan
lembut menggunakan tangan atau tisu, jangan terlalu keras menggosoknya.
4. siapkan lempeng tembaga yang lain (yang tidak dibakar) yang sudah disesuaikan
ukurannya. siapkan pula wadah yang berisi larutan garam dengan air keran.
5. masukkan kedua lempeng tembaga secara terpisah dan tidak bersentuhan satu dengan
yang lain ke dalam larutan garam, sebagian masuk ke dalam larutan dan sebagian lagi
tidak terendam, jepit bagian yang tidak terendam dengan jepit buaya dan hubungkan
dengan ammeter sensitif. (lihat gambar di atas)
6. jika ke dua tembaga disinari maka akan muncul arus listrik yang kecil, saat tidak disinari
maka tidak ada arus yang muncul. Jadi deh sel surya sederhana butan sendiri.
Percobaan Lebih Lanjut
1. coba perbesar luas tembaga yang digunakan, apakah arus yang muncul lebih besar
atau tidak
2. coba tambah konsentrasi larutan garam
3. coba ganti jenis garam yang dilarutkan
4. coba dengan warna sinar dan intensitas sinar yang berbeda..