artikel ppm siaga

13
1 PELATIHAN LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL BAGI GURU BK DI DIY UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN PSIKOLOGIS SISWA SMA SECARA DINI MENGHADAPI BENCANA ALAM Oleh Siti Rohmah Nurhaati! Karti"a Nur #athiah! Yulia Ari$a! Muh Nur%a&'it ABSTRAK Pelatihan dalam rangka kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diilatarbelakangi oleh keadaan Indonesia yang rawan bencana, sedang kan di sisi lai n kesiapsia gaa n ter hadap bencan a bel um di sosia li sas ikan secara luas termasu k di sek ol ah-se kolah. Peny ebabny a antara lain, guru BK yang seharusnya da pat membantu mempers iapkan siswa men gha dap i ben cana alam  belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan memadai dalam mempers iapkan siswa secara psi kol ogi s men gha dap i ben cana alam. Tuju an pelat ihan ini adalah meningk atkan pemah aman dan ketrampilan guru BK dalam melakukan layanan bimbingan  pribadi sosial untuk meningkatkan kesiapan psikologis siswa secara dini menghadapi bencana alam. Peserta pelatihan adalah 3 orang guru BK se !I". Kegiatan dilaksanakan selama # hari, yai tu ta ng ga l 3$ %uli , &,#, da n ' (gus tu s & $ di )u an g *erbag una (bdullah *igit +IP ". etod e yang digunak an adalah metode bra ins tor min g, cer amah, tany a jawa b, disk usi, simulasi, dan pelatihan. Pelatihan berlangsung cukup e/ekti/. 0al ini terbukti dari  jumlah peserta yang memenuhi batas minimal yang ditetapkan tim PP, adanya peningkatan skor tes pemahaman siaga bencana  pada saat postest sebesar $1,' point. *emula, rerata skor pretest adalah 21,3 akhirnya meningkat menjadi ''. !ari proses dapat diketahui bahwa peserta menunjukkan antusiasme dan motias tinggi untuk mengikuti pelatihan. *elain itu ada motiasi tinggi  peserta untuk menerapkan hasil pelatihan pada siswa. Kata Kunci 4 Pelatihan Kesiapan Psikologis, Bencana

Upload: wein-rawana

Post on 15-Oct-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PELATIHAN LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL BAGI GURU BK DI DIY UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN PSIKOLOGIS SISWA SMA SECARA DINI MENGHADAPI BENCANA ALAM

Oleh Siti Rohmah Nurhayati, Kartika Nur Fathiyah,

Yulia Ayriza, Muh NurwangitABSTRAK

Pelatihan dalam rangka kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diilatarbelakangi oleh keadaan Indonesia yang rawan bencana, sedangkan di sisi lain kesiapsiagaan terhadap bencana belum disosialisasikan secara luas termasuk di sekolah-sekolah. Penyebabnya antara lain, guru BK yang seharusnya dapat membantu mempersiapkan siswa menghadapi bencana alam belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan memadai dalam mempersiapkan siswa secara psikologis menghadapi bencana alam.

Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan pemahaman dan ketrampilan guru BK dalam melakukan layanan bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kesiapan psikologis siswa secara dini menghadapi bencana alam. Peserta pelatihan adalah 30 orang guru BK se DIY. Kegiatan dilaksanakan selama 4 hari, yaitu tanggal 31 Juli, 2,4, dan 7 Agustus 2010 di Ruang Serbaguna Abdullah Sigit FIP UNY. Metode yang digunakan adalah metode brainstorming, ceramah, tanya jawab, diskusi, simulasi, dan pelatihan.

Pelatihan berlangsung cukup efektif. Hal ini terbukti dari jumlah peserta yang memenuhi batas minimal yang ditetapkan tim PPM, adanya peningkatan skor tes pemahaman siaga bencana pada saat postest sebesar 18,7 point. Semula, rerata skor pretest adalah 58,3 akhirnya meningkat menjadi 77. Dari proses dapat diketahui bahwa peserta menunjukkan antusiasme dan motivas tinggi untuk mengikuti pelatihan. Selain itu ada motivasi tinggi peserta untuk menerapkan hasil pelatihan pada siswa.Kata Kunci : Pelatihan Kesiapan Psikologis, Bencana

PERSONAL AND SOCIAL GUDANCE SERVICE TRAINING FOR GUIDANCE AND COUNSELING TEACHERS IN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TO INCREASE THE EARLY STUDENTS PSYCHOLOGICAL PREPAREDNESS FACING DISASTER

By Siti Rohmah Nurhayati, Kartika Nur Fathiyah

Yulia Ayriza, Muh Nur Wangit

ABSTRACTThe background of this training is Indonesia's disaster-prone state, while on the other side of disaster preparedness has not been disseminated widely, including in schools. The causes include, BK teachers who should be able to help prepare students to deal with natural disasters do not have adequate knowledge and skills in preparing students psychologically to face natural disasters.The purpose of this training is to improve understanding and skills of teachers BK in doing personal counseling social services to improve the psychological preparedness of students early to face natural disasters. The trainees are 30 teachers DIY BK se. Activities carried out for 4 days, which is dated July 31, 2.4, and August 7, 2010 in the Multipurpose Room Abdullah Sigit FIP UNY. The method used is the method of brainstorming, lectures, question and answer, discussion, simulation, and training.

The training was quite effective. This is evident from the number of participants who meet the minimum limit established team of PPM, a comprehension test scores increase disaster preparedness at the time of posttest of 18.7 points. Initially, the mean pretest score was 58.3 at last risen to 77. From the process can be seen that the participants showed enthusiasm and high motivation for training. In addition there is high motivation of participants to apply the training results in students.

Key Word : Psychological Preparedness Training, DisasterPENDAHULUANSebagai negara kepulauan terbesar yang memiliki lebih dari 12.000 pulau, letak geografis Indonesia kurang menguntungkan dan rawan terhadap berbagai bencana. Tingkat kerawanan Indonesia terhadap bencana alam semakin meningkat dalam dua dekade terakhir ini (UNDP, 2006). DIY merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang cukup rawan terhadap bencana alam. Letak geografis DIY yang berada pada pertemuan 2 lempeng yaitu lempeng euro-asia dan lempeng australia potensial menimbulkan bencana alam gempa bumi dan tsunami karena DIY bagian selatan memiliki laut. Selain itu, DIY juga memiliki gunung berapi yaitu gunung Merapi yang aktif sepanjang tahun dan berpotensi menimbulkan bencana alam. Potensi kerawanan tersebut terbukti dari adanya bencana gempa bumi di DIY 27 Mei 2006. Tercatat 5048 orang meninggal dan lebih 150 ribu orang mengalami luka fisik atau cacat (Data Pemerintah Provinsi DIY tahun 2007 dalam Ismaji, 2007). Dahsyatnya akibat gempa bumi tersebut menempatkan bencana tersebut dalam peringkat keempat dari bencana terbesar dunia sepanjang tahun 2006 (Sumber: Asian Disaster Preparedness Center, Thailand; ECLAC, EM-DAT, Bank Dunia). Bencana tidak dapat dicegah, akan tetapi jatuhnya korban dapat diminimalisir apabila penduduk memiliki kesiapan psikologis dini terhadap bencana alam. Sekolah merupakan salah satu sumber transformasi pengetahuan mengenai strategi penyiapan psikologis dini terhadap bencana alam pada siswa. Di beberapa negara seperti Meksiko, Rumania, dan Selandia Baru, pengenalan tentang bencana diintegrasikan ke dalam materi-materi pelajaran. Demikian juga di Brasil, Venezuela, Kuba dan Jepang.(UNISDR, 2006).Negara seperti Indonesia yang memiliki kerawanan bencana sangat tinggi, kesiapsiagaan terhadap bencana belum ditempatkan sebagai subyek pembelajaran penting di sekolah-sekolah. Meskipun beberapa program terkait dengan pendidikan kesiapsiagaan bencana sudah dilakukan oleh berbagai pihak, namun program-program itu tidak berkelanjutan. Padahal pengurangan risiko bencana melalui penciptaan ketahanan sekolah terhadap bencana harus dilakukan secara terus- menerus.Sekolah, sebagai salah satu sumber transformasi pengetahuan merupakan salah satu ujung tombak pelaksanaan mitigasi bencana. Salah satu pihak yang berperan penting dalam penyiapan dini menghadapi bencana di sekolah adalah guru BK. Di sekolah guru BK bertanggung jawab dalam upaya membantu dan mendampingi siswa untuk pengembangan pribadi sosial, belajar, dan karir. Sebagai bagian dari tugas guru BK untuk membantu mendampingi siswa dalam pengembangan pribadi dan sosialnya, membangun kesiapan psikologis siswa secara dini menghadapi bencana alam mutlak harus dilakukan oleh guru BK.Kesiapan psikologis adalah suatu keadaan siap secara psikologis terhadap situasi atau peristiwa yang tidak dapat diprediksi, untuk menghindari atau mengurangi akibat negatif. Kesiapan psikologis meliputi kesiapan kognitif, kesiapan afektif, dan kesiapan, psikomotor. Kesiapan kognitif berbentuk pemahaman yang benar akan bencana alam yang mungkin dihadapi beserta strategi menghadapinya. Kesiapan afektif berupa kepekaan seseorang terhadap sesuatu hal dan penerimaan diri sebagai adanya sehingga fleksibel menghadapi perubahan keadaan. Sedangkan kesiapan psikomotorik berupa kesiapan individu untuk melakukan tindakan-tindakan penyelamatan diri pada saat bencana.Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa guru BK saat ini masih memiliki pengetahuan dan keterampilan yang terbatas dalam melakukan bimbingan pribadi dan sosial pada siswa sehingga memiliki kesiapan psikologis sejak dini menghadapi bencana alam. Berdasarkan curah pendapat guru-guru BK di Kabupaten Bantul pada forum Pelatihan Menyikapi Bencana untuk Guru ASPnet Bantul pada tanggal 27 Fabruari sampai 1 Maret 2007 terungkap kekurangmampuan guru BK dalam menghadapi permasalahan siswa pasca gempa bumi 27 Mei 2006. Selain itu, guru BK juga menyadari keterbatasan pemahaman dan keterampilan dalam membantu siswa membangun kesiapan psikologi dini menghadapi bencana alam. Hasil curah pendapat ini menunjukkan adanya kebutuhan guru BK yang mendesak untuk memiliki informasi yang memadai dalam mempersiapkan diri siswa menghadapi kemungkinan munculnya bencana alam sejak dini.

Penelitian Hibah Bersaing yang dilakukan Ayriza dkk (2008-2009) telah berhasil mengembangkan modul Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kesiapan Psikologis Siswa secara Dini Menghadapi Bencana Alam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan dapat meningkatkan kesiapan psikologis siswa SMA secara dini menghadapi bencana alam. Akan tetapi, hasil curah pendapat pada guru pembimbing SMA di DIY pada saat sosialisasi modul menunjukkan bahwa mereka masih memerlukan suatu kegiatan pelatihan untuk menerapkan berbagai layanan pribadi sosial untuk kesiapan psikologis siswa SMA menghadapi bencana alam. Berbagai petunjuk teknis dalam modul perlu diterapkan secara kongkrit melalui proses pelatihan sehingga dapat diterapkan secara langsung oleh guru pembimbing pada waktu memberikan layanan bimbingan pribadi sosial.

Berkaitan dengan latar belakang tersebut di atas, adanya pelatihan bagi guru pembimbing dalam memberikan layanan bimbingan pribadi sosial untuk mempersiapkan keadaan psikologis siswa SMA menghadapi bencana alam secara dini sangat urgen bagi guru BK.

METODE KEGIATAN

Metode kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan PPM ini adalah : curah pendapat , ceramah, tanya jawab, diskusi, simulasi, penugasan, dan praktik. Curah pendapat untuk menggali informasi tentang upaya guru BK dalam membantu siswa membangun kesiapan psikologis menghadapi bencana alam secara dini. Ceramah untuk menyampaikan informasi tentang bencana di Indonesia dan strategi kesiapan menghadapinya, serta strategi layanan bimbingan yang dapat dilakukan guru BK untuk meningkatkan kesiapan psikologis siswa secara dini menghadapi bencana alam.Tanya jawab untuk membangun hubungan dialogis pembicara dengan peserta sehingga materi yang disampaikan semakin jelas. Penugasan, dalam bentuk penugasan pada peserta untuk membuat satuan layanan bimbingan tentang kesiapan psikologis siswa menghadapi bencana alam melalui layanan bimbingan pribadi sosial. Diskusi untuk mendiskusikan satuan layanan yang disusun masing-masing peserta. Simulasi, untuk memainkan peran situasi darurat bencana dan bagaimana guru membimbing siswa menghadapi bencana. Sedangkan praktik diterapkan agar peserta pelatihan dapat menerapkan satuan layanan yang disusun pada siswa secara menarik.PELAKSANAAN PPM DAN PEMBAHASANKegiatan Pengabdian Pada Masyarakat telah dilaksanakan sesuai rencana. Kegiatan berlangsung selama 4 hari, yaitu Sabtu 31 Juli 2010, Senin, 2 Agustus 2010, Rabu, 4 Agustus 2010, dan Sabtu 7 Agustus 2010. Tempat kegiatan di Ruang Sidang Abdullah Sigit FIP UNY dan Ruang Sidang I FIP UNY. Jumlah peserta 30 orang guru BK se DIY.

Adapun rincian kegiatan adalah sebagai berikut. Pada hari pertama, yaitu Sabtu 31 Juli 2010 kegiatan diawali dengan pembukaan, sambutan-sambutan, dan pre test untuk mengetahui pemahaman awal peserta sebelum mengikuti pelatihan. Hasil skor pemahaman peserta dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Skor Pemahaman Peserta Sebelum Pelatihan

NoNama PesertaSkor Pemahaman

1.Dra Hidayah55

1. Parinem, S.Pd55

2. Drs Subroto50

3. Ria Pangestuti75

4. Lucia Dwi Utami55

5. Heni Widayati50

6. Rubini60

7. Dra Banar Rusanti70

8. Drs Agus SD55

9. Dra Brangtyamari65

10. Edi Supriyanto65

11. Dra Susilowati DH50

12. Wuri M, S.Pd70

13. Sumiyati45

14. Sukirno60

15. Nasabun55

16. Nur Ismiyanti45

17. Slamet Riyadi70

18. Isnan Rosyid50

19. Suratinah60

20. Rini Siswanti60

21. Padma Suryandari60

22. Yuni Heru K65

23. Tri Anjani, S,Pd55

24. Eny Maryani60

25. M.Dyah Retno S75

26. Retno Sih Wulan60

27. Nur Handayani60

28. Fita Yuli50

29. Sugeng Hastanta45

Jumlah total1750

Rerata58,3

Setelah pretest kegiatan dilanjutkan dengan pemberian materi. Ada 5 pokok materi yang disampaikan pada peserta pelatihan. Materi 1 tentang Bencana Alam di Indonesia, Materi 2 tentang Strategi Siaga Bencana dan simulasi Materi 3 tentang Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kesiapan psikologis Siswa Menghadapi Bencana Materi 4 tentang Perkembangan Remaja dan Strategi Bimbingannya, dan Materi 5 tentang Penerapan Modul Bimbingan pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kesiapan psikologis Siswa Menghadapi Bencana Alam.

Materi disampaikan oleh pakar terkait. Materi tentang bencana alam dan strategi kesiapan dini menghadapi bencana alam disampaikan oleh Bapak Makwan, MT pakar kebencanaan yang bertugas di Kantor Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Sleman. Sedangkan materi tentang strategi layanan bimbingan dalam mempersiapkan kondisi psikologis siswa menghadapi bencana alam disampaikan oleh pakar BK dan Psikolog yang kebetulan merupakan tim PPM.

Hasil observasi selama pemberian materi menunjukkan bahwa peserta sangat antusias mengikuti proses. Hal ini dapat ditunjukkan oleh banyaknya pertanyaan yang ditujukan kepada pemateri. Bahkan selama proses juga terjalin diskusi timbal balik antara pemateri dan peserta serta antara peserta dengan peserta. Melalui pemberian materi ini pula, menurut peserta pelatihan dalam forum diskusi, peserta merasa mendapat tambahan pengetahuan tentang strategi yang tepat dalam memberikan layanan BK untuk meningkatkan kesiapan psikologis siswa menghadapi bencana alam. Selama ini menurut para guru, pengetahuan tentang strategi pemberian layanan bimbingan untuk siaga dini menghadapi bencana alam belum pernah mereka dapatkan. Akibatnya, materi kesiapan psikologis menghadapi bencana alam selama ini sama sekali tidak disampaikan kepada siswa-siswanya. Padahal peserta mengakui pemberian layanan ini pada siswa sangat urgen Pemberian materi, tanya jawab dan diskusi ini diakhiri dengan informasi penugasan untuk kegiatan pada hari kedua dan ketiga pelatihan. Penugasan yang harus dilakukan peserta pada hari kedua adalah menyusun satuan layanan bimbingan pribadi sosial secara individual untuk kesiapan psikologis siswa menghadapi bencana alam. Selanjutnya pada hari ketiga peserta diminta mendiskusikan satuan layanan yang telah disusun pada forum kelompok yang terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan wilayah MGP, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, dan Gunung Kidul.

Sedangkan jenis bencana yang harus dituangkan dalam satuan layanan pada setiap peserta berbeda-beda tergantung karakteristik bencana yang paling banyak di wilayah tugas masing-masing. Untuk guru BK di wilayah Sleman menyusun satuan layanan dengan jenis bencana gunung meletus, guru BK di wilayah Kota dan Gunung Kidul bencananya adalah angin puting beliung, dan guru BK di wilayah Bantul serta Kulon Progo jenis bencananya adalah gempa bumi.

Hari kedua pelatihan dilaksanakan Senin 2 Agustus 2010. Bertempat di MGP Kabupaten/Kota. Kegiatan dalam bentuk penugasan yang dilakukan secara bertahap sesuai tahap-tahap penyusunan satuan layanan. Tahap-tahap penyusunan satuan layanan meliputi : penentuan topik dan jenis layanan, penyusunan materi layanan, penetapan metode dan strategi penyajian layanan, serta penyusunan evaluasi dan tindak lanjut. Masing-masing tahap dibimbing dan dipandu oleh tim PPM

Hari ketiga pelatihan dilaksanakan Rabu, 4 Agustus 2010 di MGP Kota atau Kabupaten masing-masing. Kegiatan selanjutnya adalah diskusi tentang satuan layanan yang telah tersusun sesuai dengan jenis bencana yang ditugaskan. Masing-masing guru mempresentasikan satuan layanan yang telah disusunnya pada forum diskusi kelompok sesuai dengan jenis bencana yang ditugaskan pada masing-masing guru BK. Pelaksanaan diskusi ini juga dipandu oleh tim PPM.

Hari keempat pelatihan dilaksanakan Sabtu, 7 Agustus 2010. Pelatihan hari ke-4 ini dilakukan dengan metode praktik. Mengingat keterbatasan waktu yang tersedia, tidak semua peserta mendapatkan kesempatan untuk melakukan praktik. Materi yang dipraktikkan adalah Satuan Layanan yang telah dibuat dan didiskusikan pada sesi sebelumnya. Sebelumnya para peserta telah dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan daerah asal dan jenis bencana. Kelompok yang terbentuk meliputi: Kelompok Kabupaten Bantul dan Kulon Progo untuk jenis bencana gempa bumi; kelompok Kabupaten Sleman untuk jenis bencana letusan Gunung Merapi; kelompok Kota Yogyakarta dan Gunung Kidul untuk jenis bencana putting beliung.

Sebelum praktik, terlebih dahulu dipaparkan satuan layanan bimbingan yang sudah dibuat dan dilanjutkan dengan praktik. Pemaparan satuan layanan bimbingan dilakukan untuk melakukan cross check apakah layanan yang diberikan sudah sesuai dengan satuan layanan yang telah dibuat. Aturan main dalam praktik ini adalah setiap satu peserta selesai praktik, maka peserta lain diharapkan memberi komentar, terutama masukan-masukan untuk perbaikan kualitas layanan selanjutnya.

Secara umum para peserta menunjukkan antusiasme dalam mengikuti pelatihan pada hari terakhir. Antusiasme tersebut terlihat dari partisipasi aktif mereka dalam kegiatan pelatihan. Pada saat diberi kesempatan untuk bertanya ataupun memberikan komentar dan saran bagi peserta lain yang sedang melakukan praktik, sebagian besar peserta menggunakan kesempatan tersebut dengan baik. Berbagai pertanyaan, komentar dan masukan muncul dalam forum, yang tentunya juga merupakan umpan balik yang sangat baik bagi peserta yang sedang melakukan praktik maupun peserta lain. Para peserta merasa dapat belajar dari pertanyaan, komentar, maupun masukan peserta lain sehingga diharapkan dapat memperbaiki kualitas layanan bimbingan pribadi sosial mereka masing-masing.

Praktik diakhiri dengan diskusi pleno mengupas seluruh tampilan sambil membahas kemungkinan pengembangan lebih lanjut kemudian diikuti posttest. Hasil posttes ada pada tabel 3 berikut.Tabel 3. Skor Pemahaman Peserta Sesudah Pelatihan

NoNama PesertaSkor Pemahaman

1. Dra Hidayah75

2. Parinem, S.Pd75

3. Drs Subroto80

4. Ria Pangestuti85

5. Lucia Dwi Utami75

6. Heni Widayati65

7. Rubini70

8. Dra Banar Rusanti75

9. Drs Agus SD75

10. Dra Brangtyamari75

11. Edi Supriyanto75

12. Dra Susilowati DH70

13. Wuri M, S.Pd90

14. Sumiyati85

15. Sukirno80

16. Nasabun70

17. Nur Ismiyanti75

18. Slamet Riyadi70

19. Isnan Rosyid90

20. Suratinah65

21. Rini Siswanti80

22. Padma Suryandari90

23. Yuni Heru K85

24. Tri Anjani, S,Pd85

25. Eny Maryani80

26. M.Dyah Retno S90

27. Retno Sih Wulan65

28. Nur Handayani75

29. Fita Yuli80

30. Sugeng Hastanta65

Jumlah total2315

Rerata77,2

PEMBAHASAN

Pengabdian pada masyarakat ini sesungguhnya merupakan implementasi hasil penelitian hibah bersaing tahun 2008-2009 tentang pengembangan modul bimbingan pribadi sosial untuk membentuk kesiapan psikologis siswa menghadapi bencana alam. Hasil akhir penelitian dalam bentuk modul ini selanjutkan disosialisasikan untuk dapat dimanfaatkan user yaitu guru BK di DIY dalam layanan bimbingannya. Dalam pelatihan ini, guru BK juga dilatih untuk menggunakan modul ini sebagai bahan acuan layanan bimbingan dan mengkombinasikannya dengan metode yang menarik sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik, yaitu remaja.

Secara kualitas maupun kuantitas, kegiatan PPM yang berlangsung selama 4 hari ini dapat dikatakan cukup berhasil. Adapun tolok ukur keberhasilan dapat dlihat dari 2 sisi, yaitu secara kuantitas maupun kualitas. Tolok ukur secara kuantitas yang pertama dapat dilihat dari jumlah peserta hadir, yaitu 30 orang. Jumlah ini dapat dikatakan sudah melebihi batas minimal peserta yang ditetapkan tim PPM, yaitu 25 orang peserta, dengan perincian 5 orang peserta di 5 kabupaten/Kota se DIY. Tolok ukur kuantitatif yang kedua ditinjau dari meningkatnya skor pemahaman kelompok peserta pelatihan selama pretest dan posttest. Hasil pelatihan menunjukkan adanya peningkatan skor pemahaman peserta tentang berbagai jenis bencana dan strategi layanan bimbingannya pada siswa sebesar 18,7 point. Semula, rerata skor pemahaman seluruh peserta dilihat dari hasil pretest sejumlah 58,3 dan akhirnya meningkat pada saat pengukuran sesudah pelatihan menjadi 77. Secara individual, masing-masing peserta menunjukkan peningkatan skor dengan jumlah peningkatan yang bervariasi.

Secara kualitas kegiatan PPM ini menunjukkan peningkatan motivasi, antusiasme dan partisipasi aktif peserta pada setiap tahap pelatihan. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya pertanyaan yang dilontarkan, hidupnya aktivitas diskusi, dan adanya motivasi tinggi peserta untuk mempersiapkan tampilan dalam memberikan layanan bimbingan pribadi sosial sebaik-baiknya.

.KESIMPULAN DAN SARANPelatihan Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Bagi Guru BK di DIY untuk Meningkatkan Kesiapan Psikologis Siswa SMA secara Dini Menghadapi Bencana Alam dapat berhasil dengan baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini terbukti dari jumlah peserta yang memadai, perbandingan hasil pretes dan postes, serta dari proses curah pendapat, ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan, dan praktik. Para peserta mengakui semakin termotivasi untuk menerapkan hasil pelatihan. Para peserta merasa memperoleh pemahaman, tambahan wawasan dan ketrampilan mengenai layanan bimbingan pribadi sosial untuk kesiapan psikologis siswa menghadapi bencana alam secara dini yang selama ini sama sekali belum diberikan pada siswa. Modul dan ketrampilan yang diberikan peserta pelatihan dirasa peserta memberi sumbangan yang berarti untuk diterapkan di sekolah masing-masing.Setelah pelatihan ini diharapkan peserta dapat meningkatkan layanan bimbingan di sekolah masing-masing baik secara individual maupun kelompok. Selain itu, pelatihan-pelatihan serupa pada guru-guru BK perlu dilakukan agar mereka juga mempunyai ketrampilan melakukan layanan bimbingan untuk mempersiapkan siswa secara psikologis menghadapi bencana alam. Adapun pelaksanaannya diharapkan tidak bersamaan dengan kegiatan penting sekolah, misalnya ujian, dan sebagainya sehingga jumlah peserta yang berpartisipasi dapat maksimal sesuai rencana. Selain itu, perlunya penyederhanaan format pelatihan sehingga tidak memakan waktu lama (sampai 4 hari seperti pada pelatihan ini) mengingat kesibukan guru pembimbing di sekolah.Penggandaan modul urgen dilakukan sehingga dapat disosialisasikan secara merata di setiap sekolah. Modul yang ada dapat dikirimkan di perpustakaan-perpustakaan sekolah untuk digunakan sebagai pegangan guru dalam layanan bimbingannya maupun digunakan siswa secara mandiri.

TINJAUAN PUSTAKA

UNDP. 2006. Kerangka Acuan Pelaksanaan Pelatihan Orientasi Pengurangan dan Manajemen Risiko Bencana. Paper. Tidak diterbitkan.

United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR).2006. Institutionalizing Integrated Disaster Risk Management At School. Paper. Tidak diterbitkanFakih, M, Topatimasang R, Rahardjo, T, dan Hendro. 2004. Pendidikan Partisipatoris: Panduan Pendidikan Metode Kritis dan Partisipatoris. Yogyakarta: Insist Press.

Hidayat,R. Model 3 Faktor untuk Analisis Kebutuhan dan Kerangka Penanganan Dampak Psikologis empa Bumi 27 Juni 2006 di Yogyakarta dan Sekitarnya. Makalah. Disampaikan dalam Pelatihan bagi Relawan Gempa Bumi 27 Mei di DIY tanggal 11-12 Juni 2006

HIVOS, 2006. Kerangka Acuan Pelatihan Orientasi Pengurangan dan Manajemen Risiko Bencana di Magelang 6-8 Desember 2006.

Paripurno, EK. Perencanaan Pembangunan Sensitif Bencana. Makalah. Disampaikan dalam Pelatihan Orientasi Pengurangan dan Manajemen Risiko Bencana di Magelang 6-8 Desember 2006.