artikel ilmiah meningkatkan keaktifan belajar siswa …

14
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 1 ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV SD NEGERI 198/1 PASAR BARU Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Diajukan Oleh : Ardi Pramana A1D114102 JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2018

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 1

ARTIKEL ILMIAH

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV

SD NEGERI 198/1 PASAR BARU

Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar

Diajukan Oleh :

Ardi Pramana

A1D114102

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

Page 2: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 2

MENINGKATKAN KEKATIFAN BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV SD NEGERI 198/ 1 PASAR

BARU

Diajukan oleh :

ARDI PRAMANA

A1D114102

PGSD FKIP UNIVERSITAS JAMBI

ABSTRAK

Pramana, Ardi. 2018. “Meningkatkatkan Keaktifan Belajar Siswa dengan

Menggunakan Model Numbered Head Together (NHT) Pada Mata

Pelajaran IPS di Kelas IV SD Negeri 198/1 Pasar Baru”. Skripsi.

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu

Pendidikan, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing : (I) Drs. Faizal

Chan, S.Pd. M.Si dan (II) Ahmad Hariandi, S.Pd.I, M.Ag

Kata kunci : Keaktifan Belajar, Model Numbered Head Together (NHT)

Berdasarkan observasi di kelas IV SD Negeri 198/1 Pasar Baru, peneliti

memperoleh data dari 27 siswa yang ada di dalam kelas hanya 5 orang yang

terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Bahwa kualitas keaktifan belajar siswa

masih kurang optimal, terlihat dari proses pembelajaran berlangsung, antusias

siswa masih kurang dan siswa kurang berani merespon dalam mengikuti proses

pembelajaran, siswa hanya mendengar dan memperhatikan.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui model Numbered Head

Together (NHT) dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tidakan

kelas, dimaksud untuk memperoleh informasi mengenai model Numbered Head

Together (NHT) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan model Numbered

Head Together (NHT) dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa berjalan

dengan baik dengan perbaikan-perbaikan pada tiap siklusya dan dapat mencapai

kriteria keberhasilan penelitian. Pada siklus ke 1 siswa langsung diberikan cara

belajar dengan menggunakan model Numbered Head Together (NHT) yaitu

dimana guru menunjuk seorang siswa berdasarkan nomor untuk mewakili

Page 3: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 3

kelompoknya sehingga menjamin keterlibatan total semua siswa. Pada saat

penelitian, pemberian treatment ini bertujuan agar siswa terbiasa dengan cara

belajar yang peneliti inginkan. Setelah penerapan model Numbered Head

Together (NHT) pada siklus dengan menggunakan mata pelajaran IPS belum

sepenuhnya siswa mencapai kriteria ketuntasan skor 65. Pada perbaikan siklus 2

model Numbered Head Together (NHT) berjalan dengan efektif. Dengan data

bahwa ketuntasan kelas mencapai angka 77%.

Terdapat peningkatan di setiap pertemuan siklus 1 dan 2 dengan jenjang,

60, 64, 71, dan 77. Terbukti terdapat peningkatan yang baik setelah diterapkan

model Numbered Head Together (NHT) di siklus 2 dengan mencapai kategori

“baik” dengan kriteria keberhasilan kelas 65. Maka tindakan dengan

menggunakan model Numbered Head Together (NHT) mampu meningkatkan

keaktifan belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutklak yang

harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil manusia

dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju. Pendidikan

dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan

yang sesuai prosedur pendidikan.

Pada dasarnya tujuan pendidikan adalah mengantarkan para siswa menuju

perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral dan sosial agar dapat

hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Di dalam dunia pendidikan

mengenal istilah pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas

melibatkan guru dan siswa, guru sebagai fasilitator dan siswa penerima

pengetahuan yang keduanya saling ketergantungan satu sama lain.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa

Dengan Menggunakan Model Numbered Head Together (NHT) Pada Mata

Pelajaran IPS Di Kelas IV SD Negeri 198/1 Pasar Baru.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan keaktifan belajar siswa

dengan menggunakan model numbered head together (NHT) pada mata pelajaran

IPS di kelas IV SD Negeri 198/1 Pasar Baru?”.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

Page 4: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 4

Numbered Head Together (NHT) pada mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri

198/1 Pasar Baru.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan peneliti ini adalah:

1. Bagi Siswa

a. Menambah pengetahuan dan pengalaman belajar siswa dalam

meningkatkan keaktifan belajar IPS.

2. Bagi Guru

a. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu pengajaran IPS

dengan pengajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

3. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran tentang model pembelajaran

Numbered Head Together (NHT) sebagai salah satu alternatif dalam

meningkatkan mutu pendidikan.

1.6 Defenisi Operasional

Adapun definisi operasional dari variabel-variabel pada penelitan ini yaitu:

1. Keaktifan belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental,

yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat

dipisahkan.

2. Ilmu pengetahuan sosial (IPS) memegang peranan yang sangat penting

dalam hubungannya dengan pembentukan sumber daya manusia

Indonesia yang berkualitas.

3. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) memiliki ciri khas

dimana guru hanya menunjuk seorang siswa untuk mewakili

kelompoknya sehingga menjamin keterlibatan total semua siswa.

BAB II Kajian Pustaka

2.1 Keaktifan Belajar

2.1.1 Definisi Keaktifan Belajar

Menurut Mc Keachie (Dimyati dan Mujiono, 2013:45) keaktifan merupakan

manusia belajar yang selalu ingin tahu. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya

keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan.

Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang

kearah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk

tumbuh suburnya keaktifan.

2.1.2 Kriteria Keaktifan Belajar

Menurut Uno dan Nurdin (2012:34) ciri- ciri siswa yang aktif antara lain:

1. Siswa akan terbiasa belajar teratur walaupun tidak ada

ulangan.

2. Siswa mahir memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada.

3. Siswa terbiasa melakukan sendiri kegiatan belajar tanpa

adanya perintah dari guru terlebih dahulu.

Page 5: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 5

4. Siswa mengerti bahwa guru bukan satu-satunya sumber

belajar.

2.1.3 Klasifikasi Keaktifan Belajar

Banyak jenis keaktifan yang dapat dilakukan oleh siswa disekolah.

Keaktifan siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat. Jenis-jenis keaktifan

belajar menurut Paul D. Dierich dalam (Aries dan Haryono, 2012:83) adalah

sebagai berikut:

1. Kegiatan visual seperti membaca, melihat gambar,

mengamati, eksperimen, demonstrasi pameran, dan

mengamati orang bermain atau bekerja.

2. Kegiatan lisan seperti mengemukakan suatu fakta atau

prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu

pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,

wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Kegiatan mendengarkan seperti mendengarkan penyajian

bahan, mendengarkan percakapan, atau diskusi kelompok,

mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4. Kegiatan menulis seperti menulis cerita, menulis laporan,

memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan

tes, dan mengisi angket.

5. Kegiatan menggambar seperti menggambar, membuat

grafik, chart, diagram, peta, dan pola.

6. Kegiatan metrik seperti melakukan percobaan,memilih alat-

alat, melaksanakan pameran, menari, dan berkebun.

7. Kegiatan mental seperti merenungkan, mengingatkan,

memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat

hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan emosional seperti minat, membedakan, berani,

dan lain-lain.

2.1.4 Prinsip-Prinsip Keaktifan Belajar

Menurut W. Gulo (2002: 76), prinsip–prinsip yang perlu diperhatikan dalam

usaha menciptakan kondisi belajar supaya siswa dapat mengoptimalkan

aktivitasnya dalam pembelajaran. Prinsip–prinsip tersebut adalah:

1. Prinsip motivasi, dimana guru berperan sebagai motivator yang

merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari

siswa dalam pembelajarannya.

2. Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru

dengan apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan

perolehan yang ada inilah siswa dapat memperoleh bahan baru.

3. Prinsip keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang

berhubung-hubungkan seluruh aspek pengajaran.

4. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintegrasikan

pengalaman dengan kegiatan fisik dan pengalaman dengan

kegiatan intelektual.

Page 6: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 6

5. Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kegiatan bahwa ada

perbedaan- perbedaan tertentu di dalam diri setiap siswa, sehingga

mereka tidak diperlakukan secara klasikal.

6. Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan

informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari

guru.

7. Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka

terhadap masalah dan mempunyai kegiatan utuk mampu

menyelesaikannya.

2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar siswa

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dirangsang dan

mengembangkan bakat yang dimilikinya. Terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne dan Brigss dalam (Martinis, 2007:84) faktor-faktor tersebut

diantaranya:

1. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga

mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan.

2. Menjelaskan tujuan intruksional.

3. Mengingatkan kompetensi belajar siswa.

4. Memberikan stimulus.

5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

7. Memberi umpan balek.

8. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga

kemampuan siswa terpantau.

9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir

pembelajaran.

2.1.6 Indikator Keaktifan Belajar

Menurut Sudjana (2006:61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

2. Terlibat dalam pemecahan masalah.

3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak

memahami persoalan yang dihadapinya.

4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

pemecahan masalah.

5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk

guru.

6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh

yang diperolehnya.

7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang

sejenis.

8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah

diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang

dihadapinya.

Page 7: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 7

2.1.7 Pentingnya Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar sangat penting dan perlu dipahami dan diterapkan dalam

proses pembelajaran oleh guru. Demikian pula harus diterapkan siswa dalam

setiap bentuk kegiatan belajar.

Gagne dan Briggs dalam (Martinis, 2007:83-84) menjelaskan rangkaian

kegiatan pembelajaran di kelas meliputi 9 aspek untuk menumbuhkan keaktifan

siswa di antaranya:

1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga

mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Menjelaskan tujuan dalam kegiatan instruksional kepada siswa.

3. Mengingatkan kompetensi prasyarat.

4. Memberikan stimulus yang akan dipelajari.

5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

7. Memberikan umpan balik.

8. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga

kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir

pembelajaran.

2.2 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

2.2.1 Pengertian IPS

Menurut Trianto (2010:171) “IPS atau studi sosial bagian dari kurikulum

sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial,

sosiologi, sejarah geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat dan

psikologi sosial”.

2.3 Model Pembelajaran

Menurut Joyce & Weil dalam (Rusman, 2010:133) “model pembelajaran

adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan

pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”.

2.4 Model Numbered Head Together (NHT)

2.4.1 Definisi Numbered Head Together (NHT)

Menurut Trianto (2009:82) “ Numbered Head Together (NHT) atau

penomoran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran tipe kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif

terhadap struktur kelas tradisional”.

2.5 Penelitian Relevan

Penelitian relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai

berikut:

Utami (2011) meneliti “peningkatan keaktifan siswa kelas IV A dalam

pembelajaran IPS dengan menggunakan model kooperatif teknik jigsaw di SD

Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang tahun pelajaran

2009/2010”. Penelitian tersebut berhasil dengan ditunjukkan adanya peningkatan

keaktifan siswa secara keseluruhan sebesar 75%, apabila dibandingkan kondisi

awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 54,2%.

Page 8: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 8

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri 198/1 Pasar baru.

Jumlah siswa pada kelas ini sebanyak 27 siswa 12 laki-laki dan 15 perempuan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 198/1 Pasar Baru pada semester

ganjil.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan beberapa siklus. Siklus akan dihentikan

apabila siswa sudah mengalami peningkatan keaktifan belajar, dengan kata lain

model numbered head together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan belajar

siswa.Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus, setiap siklus dilakukan 2 kali

pertemuan dalam alokasi waktu 2 X 35 menit setiap pertemuannya, setiap siklus

Tahap perencanan Penelitian ini menerapkan metode penelitian tindakan kelas

model Kemmis & McTaggart. Konsep pokok penelitian tindakan kelas Kemmis &

McTaggart.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Observasi

Menurut Sugiyono (2009:145) teknik pengumpulan data dengan observasi

dilakukan bila berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dilakukan

untuk mengumpulkan data mengenai keaktifan belajar siswa. Alat yang digunakan

dalam mengumpulkan data pada teknik observasi ini adalah lembar observasi

mengenai keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran di kelas.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis penelitian menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitaitf.

Analisis data kualitatif yaitu menggambarkan data dengan kalimat memperoleh

keterangan yang jelas dan terperinci. Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis peningkatan keaktifan belajar siswa menggunakan

model numbered head together (NHT).

1) Menghitung jumlah kriteria ketuntasan per-individu

Peneliti melakukan observasi keaktifan belajar siswa dengan menggunakan

rumus:

Persentase =

x 100

(Sumber Aries dan Haryono, 2012:95)

2) Menghitung jumlah kriteria ketuntasan kelas

Persentase =

x 100%

(Sumber Aries dan Haryono, 2012:95)

3) Keterlaksanaan RPP

Penilaian pada observasi guru didasarkan langkah-langkah dari model

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) itu sendiri. Untuk menghitung

presentasi keberhasilan tindakan tersebut dapat menggunakan rumus:

Persentase =

x 100%

Page 9: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 9

3.6 Kriteria Keberhasilan

Adapun rincian keberhasilan penelitian adalah: Adanya peningkatan

keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model Numbered Head Together

(NHT) di kelas IV SD Negeri 198/I Pasar Baru, dengan ketentuan keaktifan

belajar siswa dikatakan berhasil jika keaktifan belajar individu siswa mencapai

skala angka sekurang-kurangnya 65 dari jumlah siswa termasuk dalam kriteria

tinggi 100. Jika jumlah skor individu dibagi jumlah siswa dan hasilnya di atas 65

maka kriteria ketuntasan kelas dinyatakan lulus.

3.7 Matriks Metedologi Penelitian

Judul Penelitian: ”Meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan

menggunakan model Numbered Head Together pada

mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 198/I Pasar

Baru”

Nama Peneliti: Ardi Pramana

Tabel 3.7 Matriks Metode Penelitian

Rumusan

Masalah

Variabel

yang

diamati

Instrumen Sumber

data

Cara

Pengambilan

data

Analisis

Bagaimanakah

model

numbered

head together

dapat

meningkatkan

keaktifan

belajar siswa

pada mata

pelajaran IPS

di kelas IV SD

Negeri 198/I

Pasar Baru

Variabel

x

Keaktifan

belajar

Variabel

Y

Model

numbered

head

together

Lembar

Observasi/

Pengamatan

Siswa

kelas IV

SD

Negeri

198/I

Pasar

Baru

Observasi Kualitatif

dan

Kuantitatif

Page 10: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 10

3.8 Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 198/I Pasar Baru.

Tabel 3.8 Jadwal Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMABAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Peneliti telah melaksanakan penelitian yang dimulai tanggal 24 November

2017, dengan memberikan surat izin penelitian kepada Ibu Dwiyanti Marlina,

S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 198/1 Pasar Baru sekaligus melakukan

konsultasi dengan Ibu Emilda Yusuf, S.Pd. Sd selaku guru kelas IV. Dalam

pertemuan tersebut, peneliti menyampaikan tujuan untuk melaksanakan penelitian

di kelas IV mengenai peningkatan keaktifan belajar siswa.

4.2 Pembahasan Hasil Temuan

Berdasarkan hasil penelitian dari siklus 1 sampai siklus 2 terjadi

peningkatan pada keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model Numbered

Head Together (NHT) pada mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 198/I Pasar

Baru. Upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa dilakukan oleh guru

mempunyai empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

evaluasi. Dalam tahapan perencanaan disetiap siklus guru menyiapkan semua

perangkat pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan guru melakukan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dari model Numbered Head

No Kegiatan

Jadwal Pelaksanaan Keterangan

September November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

administrasi

penelitian

√ √

2 Pelaksanaan

observasi

3 Pelaksanaan

siklus I

√ √

4 Analisa dan

refleksi siklus I

5 Pelaksanaan

siklus II

√ √

6 Analisa dan

refleksi siklus II

Page 11: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 11

Together (NHT) yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Pada tahapan observasi guru melihat sejauh mana keaktifan belajar siswa

meningkat dengan cara mengisi lembar observasi sesuai dengan indikator

keaktifan belajar siswa. Melalui tahapan ini guru dapat mengetahui persentase dari

keaktifan belajar siswa disetiap siklus sehingga dapat terlihat apakah keaktifan

belajar siswa disetiap siklus sudah mencapai keberhasilan yang telah ditetapkan

peneliti. Persentase keberhasilan keaktifan belajar siswa pada siklus 1 mencapai

62% ada beberapa deskriptor yang belum tercapai. Oleh karena itu sepakat untuk

melanjutkan penelitian ke siklus 2. Tahapan terakhir adalah refleksi yaitu dengan

menganalisis hasil observasi dan mengidentifikasi ketetapan tindakan yang harus

dipertahankan, ditingkatkan atau diperbaiki dan ditiadakan atau di renovasi. Hasil

refleksi dari siklus 1 digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus

selanjutnya. Berdasarkan refleksi pada siklus 1 ada beberapa kendala yang

ditemukan pada siswa dan guru diantaranya siswa seperti susah mengkoordinir

keadaan kelas pada saat pembagian kelompok dan juga siswa banyak yang

bekerja individu dalam kelompok jadi guru, siswa juga cenderung pasif dan malu-

malu bertanya kepada guru serta menyimpulkan hasil pembelajaran, siswa juga

masih kurang spontan mengerjakan tugas atau perintah dari guru, siswa masih

kebanyakan bermain dan siswa juga mudah terpengaruh dengan situasi luar, siswa

masih belum berani tunjuk tangan untuk bertanya dan menyimpulkan hasil

pembelajaran karena masih malu-malu dan siswa lebih sering bertanya kepada

teman dari pada guru dan juga siswa kurang dapat memanfaatkan guru sebagai

fasilitator.

Adapun kegiatan yang harus dipertahankan dan diperbaiki diantaranya

kegiatan guru yang harus dipertahankan berdasarkan observasi selama dua kali

pertemuan di siklus 1 yaitu dalam melakukan apresisasi dan motivasi, serta cara

guru dalam membimbing siswa. Sedangkan kegiatan guru yang harus diperbaiki

yaitu penyampaian tujuan pembelajaran, pengaturan waktu, dan pemberian

kesempatan menyampaikan pendapat bagi siswa dan menanyakan kepahaman

siswa mengenai materi yang dipelajari.

Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus 1 dan

untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada siklus 2, dilakukan perbaikan-

perbaikan pada hal-hal berikut : guru tetap mempertahakan hal-hal yang baik pada

siklus 1, guru harus lebih terampil dalam menyampaikan pembelajaran, guru

harus lebih jelas dalam menyampaikan materi, guru harus lebih efektif dalam

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan,

guru harus sering melakukan tanya jawab tentang materi yang dipelajari, guru

juga harus membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari apa yang

dipelajari, membebaskan siswa untuk berpendapat agar mereka lebih leluasa

dalam berbicara sesuai dengan imajinasi mereka.

Pada siklus 2 peneliti melaksanakan tindakan melalui empat tahapan yaitu

perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi. Hasil observasi

pada siklus 2 menunjukkan persentase yang meningkat karena guru sudah

melakukan perbaikan-perbaikan melalui refleksi pada siklus sebelumnya dengan

mencapai persentase keberhasilan ketuntasan kelas sebesar 77% dan peneliti

mengkategorikan keaktifan belajar siswa berada pada predikat “baik”, pada siklus

Page 12: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 12

2 semua indikator sudah mencapai target keberhasilan, sehingga penelitian pada

siklus 2 dianggap berhasil.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas, yaitu menerapkan model Numbered

Head Together (NHT) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas IV SD

Negeri 198/1 Pasar Baru maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Setelah penerapan model Numbered Head Together pada siklus 1 dengan

menggunakan mata pelajaran IPS belum sepenuhnya siswa mencapai

kriteria ketuntasan dengan skor 65. Pada siklus 1 pertemuan ke 1 kriteria

ketuntasan yang dicapai peserta didik berada pada angka 60%, sedangkan

pada pertemuan ke 2 berada pada angka 64%.

2. Pada perbaikan di siklus ke 2 model Numbered Head Together (NHT)

dengan menggunakan mata pelajaran IPS berjalan dengan efektif. Pada

siklus ke 2 pertemuan ke 1 terdapat peningkatan yaitu 71% dan pertemuan

ke 2 terjadi peningkatan yang signifikan yaitu berada pada angka 77%.

Dengan data bahwa ketuntasan kelas mencapai angka 77%.

3. Terdapat peningkatan disetiap pertemuan siklus 1 dan 2 dengan jenjang

60, 64, 71 dan 77.

4. Terbukti terdapat peningkatan yang baik setelah diterapkan model

Numbered Head Together (NHT) di siklus 2 dengan mencapai kategori

“baik” dengan kriteria ketuntasan kelas 77. Maka tindakan dengan

menggunakan model Numbered Head Together (NHT) mampu

meningkatkan keaktifan belajar siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai

berikut :

1. Dalam melaksanakan model Numbered Head Together (NHT) dalam

pembelajaran sebaiknya menggunakan media yang paling dekat dengan

siswa dan berkaitan dengan materi yang akan diajarkan agar pembelajaran

lebih bermakna dan menarik.

2. Tujuan dan manfaat pembelajaran perlu dijelaskan denga lebih lugas.

3. Guru hendaknya mengajar dengan santai dan tidak perlu tegang pada saat

mengajar dan usahakan menggunakan reward verbal yang mendukung

siswa dalam berproses di kelas.

4. Pembelajaran dengan model Numbered Head Together (NHT) bisa

digunakan diseluruh mata pelajaran.

5. Bagi siswa diharapkan agar memiliki tingkat keaktifan belajar yang lebih

tinggi dan berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan model Numbered Head Together (NHT).

6. Bagi sekolah hendaknya dengan hasil penelitian ini dapat menentukan

kebijakan pelaksanaan pembelajaran agar kemampuan bertanya dasar

siswa dapat meningkat.

Page 13: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 13

DAFTAR PUSTAKA

Abu, Ahmadi. 2008. Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Annurahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Aries, Erna Febru dan Ari Dwi Haryono. 2012. Penelitian Tindakan Kelas Teori

dan Aplikasinya. Malang: Aditya Media Pubblishing.

Cahyo, N.Agus. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar.

Yogyakarta : DIVA Press.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Gunawan, I. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif: Teori Praktik. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Huda, Miftahul.2013. Model Model Pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Jalaluddin. 2015. Model-Model Pembelajaran dan Implemetasi Dalam RPP.

Palembang: PT Media Mutiara Lentera.

Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin. 2015. Ragam Pengembangan Model

Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalisme Guru. Jakarta: Kata

pena.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Sardjiyo. 2011. Pendidikan IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Silberman, Mel. 2013. Pembelajaran Aktif 101 Strategi Pembelajaran Aktif.

Jakarta: PT Indeks.

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriyadi. 2011. Strategi Belajar dan Mengajar. Yogyakarta: Jaya Ilmu.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif: Konsep,

Landasan,dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Group.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: PT Bumi Askara.

Uno, Hamzah B dan Mohamad, Nurdin. 2012. Belajar Dengan Pendekatan

PAIKEM:Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif,

Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.Yamin, Martinis. 2007 Profesionalisasi

Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Persada Press.

Page 14: ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA …

FKIP UNIVERSITAS JAMBI 14

Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan

Mandiri.