artikel ilmiah keanekaragaman mikroalga di …repository.unja.ac.id/1419/1/artikel ilmiah.pdf ·...

11
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1 ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI KAWASAN DANAU LETANG JAYA MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI SEBAGAI PENGAYAAN PRAKTIKUM TAKSONOMI MONERA DAN PROTISTA OLEH KARTIWAN RRA1C413009 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JUNI 2017

Upload: vohanh

Post on 20-Mar-2019

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI …repository.unja.ac.id/1419/1/Artikel Ilmiah.pdf · diamati meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air, dan oksigen terlarut ... (suhu),

KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1

ARTIKEL ILMIAH

KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI KAWASAN DANAU LETANG JAYA

MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI SEBAGAI PENGAYAAN

PRAKTIKUM TAKSONOMI MONERA

DAN PROTISTA

OLEH

KARTIWAN

RRA1C413009

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

JUNI 2017

Page 2: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI …repository.unja.ac.id/1419/1/Artikel Ilmiah.pdf · diamati meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air, dan oksigen terlarut ... (suhu),

KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 2

KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI KAWASAN DANAU LETANG JAYA

MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI SEBAGAI PENGAYAAN

PRAKTIKUM TAKSONOMI MONERA DAN PROTISTA

Oleh:

Kartiwan), Harlis

2), Retni S. Budiarti

2)

1)Mahasiswa Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi

2)Dosen Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi Dosen

Email: 1)

[email protected]

ABSTRAK

Danau Letang Jaya Kabupaten Batanghari merupakan salah satu tempat objek

wisata yang ada di Muara Bulian Kabupaten Batanghari Kota Jambi. Danau ini

memiliki air yang warnanya kecokelatan yang dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai

tempat wisata dan tempat mencari ikan dengan menggunakan pancing, jala, dan

tangkul. Selain itu, warga juga memanfaatkan danau tersebut untuk budidaya ikan

dalam keramba apung. Kondisi ini dikhawatirkan akan semakin memburuk karena hal

ini dapat mencemari perairan yang berakibat pada kerusakan ekosistem dan biota yang

ada di dalam perairan tersebut, salah satunya mikroalga. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kuantitatif dan rancangan penelitian ini dilakukan secara purposive

sampling (penempatan titik sampel dengan tujuan tertentu). Lokasi pengambilan sampel

terdiri atas 3 tempat yaitu dibagian suplai keluarnya air dari danau, tengah danau (dekat

kerambah), dan tepi danau. Parameter yang diamati meliputi indeks keanekaragaman,

indeks kemerataan, indeks dominansi dan indeks kelimpahan. Faktor lingkungan yang

diamati meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air, dan oksigen terlarut (DO). Hasil

penelitian ini didapatkan 52 jenis mikroalga yang diidentifikasi termasuk kedalam 4

divisi yaitu Chrysophyta, Chlorophyta, Cyanophyta, dan Euglenophyta, dengan indeks

keanekaragaman tinggi sebesar 3,0876. Indeks kemerataan rendah sebesar 0,0140, dan

indek dominansi yaitu 0,0946, atau dengan kata lain tidak ada jenis yang

mendominansi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa indeks

keanekaragaman mikroalga di danau Letang Jaya Muara Bulian Kabupaten Batanghari

termasuk dalam kategori sedang. Dari hasil penelitian disarankan kepada masyarakat

sekitar untuk tetap menjaga kelestarian dari danau Letang Jaya Muara Bulian

Kabupaten Batanghari, agar ekosistem danau tersebut tetap terjaga dengan baik.

Kata Kunci : keanekaragaman jenis, mikroalga, danau letang jaya

Jambi, 2017

Mengetahui dan Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Harlis, M.Si Retni S. Budiarti S.Pd. M.Si

NIP 196211041991022001 NIP 196909171994032003

Page 3: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI …repository.unja.ac.id/1419/1/Artikel Ilmiah.pdf · diamati meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air, dan oksigen terlarut ... (suhu),

KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 3

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Danau Letang Jaya merupakan

salah satu keindahan alam dan tempat

wisata yang terdapat di Muara Bulian

Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi..

Danau Letang Jaya memiliki 4,5 hektar

dengan kedalaman 5-6 meter,

sedangkan vegetasi yang ada di dalam

danau Letang Jaya tersebut berupa

tumbuhan akasia dan sepang (Syofwan,

2007:86).

Mikroalga adalah suatu

organisme tumbuhan yang primitif

memiliki berukuran renik (seluler) yang

hidup diseluruh wilayah perairan, baik

di air tawar ataupun di air laut. Menurut

Kawaroe, dkk (2010:14) komunitas

mikroalga pada suatu perairan

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

perairan tersebut. Faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan mikroalga

yaitu temperatur (suhu), kualitas dan

kuantitas nutrien (unsur hara), intensitas

cahaya dan derajat keasaman (pH).

Berdasarkan uraian di atas dan

pentingnya mikroalga bagi ekosistem

suatu perairan, Selain itu hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai

pengayaan praktikum Taksonomi

Monera dan Protista, sehingga perlu

dilakukan penelitian dengan judul

“Keanekaragaman Mikroalga di

Kawasan Danau Letang Jaya Muara

Bulian Kabupaten Batanghari

Sebagai Pengayaan Praktikum

Taksonomi Monera Dan Protista”.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kuantitatif, dan

dengan teknik penentuan lokasi secara

purposive sampling (penempatan titik

sampel dengan tujuan tertentu). Lokasi

pengambilan sampel terdiri atas tiga

titik sampling yang mewakili dari

seluruh danau Letang Jaya Muara

Bulian Kabupaten Batanghari.

Alat yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi Sedgewick

Rafter, termometer raksa, bola hisap,

gelas ukur 100 ml, keping secchi,

meteran, botol, botol DO, pipet tetes,

pipet tetes ukuran 1 ml, pipet kolum

ukuran 10 ml, tabung erlenmeyer

ukuran 250 ml, plankton net dengan

ukuran 85μm, gelas ukur 500 ml, botol

sampel ukuran 300 ml, pensil, kamera,

GPS (Global Positioning System) dan

buku identifikasi Alga.

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sampel mikroalga

yang diambil secara langsung dari

danau Letang Jaya Muara Bulian

Kabupaten Batanghari, alumunium foil,

kertas label, formalin 4%, rafia, selotip

bening, kertas indikator pH, asam nitrat,

MnSO4, Alkali, H2SO4, Na2S2O3,

aquades, dan alkohol 70%.

Pengambilan sampel mikroalga

dilakukan tiga hari dalam selang waktu

yang berbeda-beda dan pada satu hari

pengambilan terdiri atas pagi (pukul

07.00 s/d 09.00), siang (11.00 s/d 13.00)

dan sore hari (15.00 s/d 17.00)

menggunakan plankton net berukuran

85 μm dengan jari-jari lingkaran 10 cm.

Pengambilan sampel dilakukan secara

vertikal, yaitu dengan cara menarik

jaring plankton net yang telah

ditenggelamkan dengan kedalaman 2 m

dari atas permukaan dan didiamkan

selama 5 menit. Selanjutnya sampel

dimasukkan ke dalam botol dan diberi

label, pada label diberi keterangan

tempat, tanggal dan waktu pengambilan

sampel. Sampel selanjutnya diawetkan

menggunakan formalin 4%.

Selanjutnya, sampel yang telah

diawetkan dibawa ke laboratorium

Kesehatan Ikan Balai Perikanan dan

Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai

Gelam untuk diidentifikasi.

Page 4: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI …repository.unja.ac.id/1419/1/Artikel Ilmiah.pdf · diamati meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air, dan oksigen terlarut ... (suhu),

KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 4

Prosedur Penelitian

Penetapan Lokasi Pengambilan

Sampel

Lokasi dalam pengamatan ini

terdiri dari 3 lokasi yang berbeda

dengan metode purposive sampling.

Pemilihan atau penetapan suatu lokasi

pengambilan sampel danau Letang Jaya

Muara Bulian Kabupaten Batanghari

dilakukan dengan melihat kondiri

perairan pada suplai keluar air dari

danau, tengah danau dekat kerambah

budidaya ikan, dan tepi danau yang

mewakili lokasi dari danau tersebut.

Titik pada tiap stasiun ini ditentukan

dengan menggunakan alat bantu GPS

(Global Positioning System).

Pengambilan Sampel Mikroalga

Pengambilan sampel mikroalga

dilakukan tiga hari dalam selang waktu

yang berbeda-beda dan pada satu hari

pengambilan terdiri atas pagi (pukul

07.00 s/d 09.00), siang (11.00 s/d 13.00)

dan sore hari (15.00 s/d 17.00)

menggunakan plankton net berukuran

85 μm dengan jari-jari lingkaran 10 cm.

Pengambilan sampel dilakukan secara

vertikal, yaitu dengan cara menarik

jaring plankton net yang telah

ditenggelamkan dengan kedalaman 2 m

dari atas permukaan dan didiamkan

selama 5 menit (Fachrul, 2012:94).

Selanjutnya sampel dimasukkan

ke dalam botol dan diberi label, pada

label diberi keterangan tempat, tanggal

dan waktu pengambilan sampel. Sampel

selanjutnya diawetkan menggunakan

formalin 4%. Selanjutnya, sampel yang

telah diawetkan dibawa ke laboratorium

Kesehatan Ikan Balai Perikanan dan

Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai

Gelam untuk diidentifikasi.

Identifikasi Mikroalga Sampel yang telah berhasil

diamati dicocokkan dengan buku

identifikasi mikroalga, yaitu “A

beginner’s guide to Freshwater Algae”

karangan Hilary Belcher dan Erica

Swale tahun 1976, “An illustrated guide

to River Phytoplankton" karangan

Hilary Belcher dan Erica Swale tahun

1979, “Illustrations of the Freshwater

Plankton of Japan” karangan Toshiihko

Mizuno tahun 1979, “Planktonologi”

karangan Johan Basmi tahun 2012, dan

“The Freshwater Algae” karangan

G.W. Prescott tahun 1954.

Analisis Data

Analisis Faktor Biologi

Menurut Fachrul (2012:91),

parameter biologi dapat diamati untuk

mengetahui banyaknya mikroalga yang

terdapat pada suatu perairan yaitu:

a) Kelimpahan, penentuan kelimpahan

mikroalga dilakukan berdasarkan

metode sapuan diatas objek glas

Sedgewick Rafter. Kelimpahan

mikroalga dinyatakan secara

kuantitatif dalam jumlah sel/liter atau

individu/liter.

b) Indeks kemerataan, indeks ini

menunjukkan pola sebaran, yaitu

merata atau tidak. Jika indeks

kemerataan relative tinggi maka

keberadaan setiap jenis biota

diperairan dalam kondisi merata.

c) Indeks keanekaragaman, merupakan

indeks yang digunakan untuk

mengetahui keanekaragaman jenis

biota perairan. Apabila indeks

relative tinggi, maka

keanekaragaman biota dalam kondisi

prima (stabil).

d) Indeks dominansi, digunakan untuk

mengetahui adanya dominansi jenis

tertentu di perairan. Jika nilai indeks

dominansi relatif tinggi, maka

terdapat spesies yang mendominansi

spesies lainnya.

Analisis Faktor Fisika dan Kimia

Analisis faktor lingkungan yang

dapat diamati dari penelitian ini

terutama dalam mempengaruhi

Page 5: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI …repository.unja.ac.id/1419/1/Artikel Ilmiah.pdf · diamati meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air, dan oksigen terlarut ... (suhu),

KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 5

keberadaan mikroalga faktor fisika

meliputi suhu, kecerahan, kedalaman,

bau air, warna air, dan cuaca.

Sedangkan faktor kimia meliputi

oksigen terlarut (DO) dan pH.

Analisis Data Mikroalga

A. Volume air yang disaring

Menurut Fachrul (2012:95)

untuk mengetahui volume air yang

masuk ke dalam jaring plankton net

dapat dihitung dengan rumus:

Vs = 𝜋 × 𝑟2 × t Keterangan:

π.r2

= Luas lingkaran jaring

plankton

t = panjang tarikan (m)

B. Kelimpahan Mikroalga

Penentuan kelimpahan plankton

berdasarkan metode sapuan di atas gelas

objek Sedgeick Rafter. Kelimpahan

plankton secara kuantitatif dapat

dihitung berdasarkan rumus (Fachrul,

2012:95):

N = n x (Vr/Vo) x (1/Vs)

Keterangan:

N = jumlah sel per liter (ind/L)

n = jumlah sel yang diamati

Vr = volume air tersaring

Vo = volume air yang diamati

(pada Sedgeick Rafter) (ml)

Vs = volume air yang disaring

(L)

C. Indeks keanekaragaman

Untuk menentukan indeks

keanekaragaman jenis dihitung dengan

menggunakan rumus Shannon &

Wiener (Fachrul, 2012:96):

𝐻′ = − ∑ 𝑃𝑖 ln 𝑃𝑖

𝑠

𝑖=1

Keterangan:

H’ =indeks keanekaragaman

S = jumlah jenis

Pi = 𝑛𝑖

𝑁 = peluang kepentingan

untuk tiap jenis

N = jumlah individu mikroalga

ni = jumlah individu tiap jenis

ke-i

Dengan kriteria sebagai berikut :

Jika H’ ≤ 1,5 maka

keanekaragaman jenis rendah.

Jika H’>1,5 dan < 3 maka

keanekaragaman sedang.

Jika H’ ≥ 3 maka

keanekaragaman tinggi.

D. Indeks kemerataan

Jika indeks kemerataan relatif

tinggi maka keberadaan setiap jenis

biota di perairan dalam kondisi merata

(Fachrul, 2012:95-96)

E = H′

H′maks

Keterangan:

E= indeks kemerataan

H’= indeks keanekaragaman

H’ maks = ln S (S adalah jumlah

spesies)

Nilai indeks berkisar antara 0-1

E ≈ 0, kemerataan antara spesies

rendah, artinya kekayaan individu yang

dimiliki masing-masing spesies sangat

jauh berbeda.

E = 1, kemerataan antar spesies relatif

merata atau jumlah individu masing-

masing spesies relatif sama.

E. Indek dominansi

Menurut Odum (1993:179)

Untuk menentukan indeks dominansi

dapat menggunakan rumus yaitu:

D = ∑ Pi2

Keterangan :

D = Indeks dominansi

pi = 𝑛𝑖

𝑁

Page 6: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI …repository.unja.ac.id/1419/1/Artikel Ilmiah.pdf · diamati meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air, dan oksigen terlarut ... (suhu),

KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 6

ni = Jumlah individu ke- i

N = Jumlah total individu

Dengan kriteria sebagai berikut:

Jika nilai D < 0,5 maka tidak ada jenis

yang mendominasi.

Jika nilai D > 0,5 maka ada jenis yang

mendominasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah dan Jenis Mikroalga

Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan di kawasan danau

Letang Jaya Muara Bulian Kabupaten

Batanghari dan dari proses identifikasi

di laboratoriun Kesehatan Ikan Balai

Perikanan Budidaya Air Tawar

(BPBAT) Sungai Gelam ditemukan

sebanyak 52 jenis mikroalga yang telah

teridentifikasi. Jenis mikroalga yang

diidentifikasi termasuk kedalam 4 divisi

yaitu Chrysophyta, Chlorophyta,

Cyanophyta, dan Euglenaphyta.

Berdasarkan divisi yang

ditemukan pada setiap stasiun penelitian

yaitu keluar dari air ke dalam danau

(stasiun I), tengah danau (stasiun II),

dan tepi danau (stasiun III) serta waktu

pengambilan sampel di lapangan yaitu

pada pagi hari (07.00 s/d 09.00), siang

hari (11.00 s/d 13.00), dan sore hari

(15.00 s/d 17.00) menggunakan

plankton net. Divisi yang paling banyak

ditemukan yaitu dari divisi Chlorophyta

sebanyak 35 jenis mikroalga.

Sedangkan divisi yang paling sedikit

ditemukan yaitu dari divisi Chrysophyta

yaitu sebanyak 5 jenis.

Kelimpahan Mikroalga

Berdasarkan hasil yang

diperoleh jenis mikroalga yang

ditemukan sebanyak 52 jenis mikroalga

yang terdiri atas 4 divisi antara lain

Chrysophyta (5,7%), Chlorophyta

(75,6%), Cyanophyta (9,6%), dan

Euglenophyta (9,1%).

Keanekaragaman, Kemerataan, dan

Dominansi Mikroalga

Hasil perhitungan

keanekaragaman, kemerataan dan

dominansi pada semua stasiun

pengambilan sampel dapat dilihat pada

Tabel 4.1 sebagai berikut. Tabel 4.1 Keanekaragaman, Kemerataan, dan Dominansi

Mikroalga pada Setiap Stasiun Penelitian

Parameter Stasiun Peneliian

Rata-rata I II III

Jumlah spesies 40 32 24

Indeks

Keanekaragaman

Jenis (H’)

3,0876 1,7751 2,6567 2,5065

Kriteria Keanekaragaman

Sedang sedang Sedang Sedang

Kemerataan (E) 0,0260 0,0140 0,0228 0,0209

Kriteria

Kemerataan Rendah Rendah Rendah Rendah

Dominansi (D) 0,0946 0,4124 0,1117 0,2062

Kriteria

Dominansi

Tidak

Ada

Tidak

ada

Tidak

Ada Tidak ada

Faktor Fisika dan Kimia di Danau

Letang Jaya Faktor fisika yang diamati

meliputi suhu, kecerahan, kedalaman,

warna air. Hasil pengukuran faktor

fisika disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Faktor fisika di danau Letang Jaya Muara Bulian

Kabupaten Batanghari

Perhitungan faktor kimia berupa derajad

keasaman (pH) dan oksigen terlarut

(DO) pada penelitian ini memiliki

kisaran yang berbeda-beda. Hasil

pengukuran pH dan oksigen terlarut

dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Parameter

Fisika Satuan

Stasiun Rata-

rata I II III

Kedalaman Cm 400 600 300 Cm

Kecerahan Cm 36 42 34 Cm

Warna air

- Cokel

at

kekun

ingan

Cokel

at

kekun

ingan

Cokel

at

kekun

ingan

-

Suhu 0C 26-32 26-32 26-30

0C

Page 7: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI …repository.unja.ac.id/1419/1/Artikel Ilmiah.pdf · diamati meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air, dan oksigen terlarut ... (suhu),

KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 7

Tabel 4.3 Faktor Kimia di danau Letang Jaya Muara Bulian Kabupaten Batanghari

PEMBAHASAN

Jumlah dan Jenis Mikroalga Berdasarkan identifikasi

mikroalga di kawasan danau Letang

Jaya Muara Bulian, ditemukan

sebanyak 52 jenis mikroalga yang

terdiri atas 4 divisi yaitu Euglenophyta,

Chlorophyta, Cyanophyta, dan

Chrysophyta. Untuk jenis yang paling

banyak ditemukan yaitu dari divisi

Chlorophyta sebanyak 34 jenis

mikroalga sedangkan divisi yang paling

sedikit ditemukan yaitu dari divisi

Chrysophyta sebanyak 5 jenis

mikroalga.

Menurut Gunawan (2011:26)

Chlorophyta adalah kelompok alga yang

paling banyak ditemukan di daerah

perairan, dikarenakan Chlorophyta

memiliki habitat yang luas dan

merupakan kelompok mikroalga yang

terbesar dibandingkan jenis mikroalga

yang lainnya. Hal ini juga disebutkan

oleh Bellinger dan Sligee (2009:17)

Chlorophyta merupakan divisi yang

paling banyak ditemukan

keanekaragaman jenisnya. Hal ini dapat

dilihat dari ciri morfologi mikroalga

dari divisi ini ada yang uniseluler,

koloni dan berbentuk filamen.

Pelczar (2010:855) menyatakan

bahwa mikroalga adalah

mikroorganisme fototrofik dikarenakan

produsen yang mampu berfotosintesis.

Hasil fotosintesis tersebut berupa

amilum yang tersimpan di dalam

pirenoid. Dari Gambar 4.1 dapat dilihat

contoh dari divisi Chlorophyta. Suminto

(2005:17) Chlorophyta merupakan

organisme prokariotik dan memiliki

kloroplas, DNA-nya berada dalam

sebuah nukleus, dan beberapa jenis dari

Chlorophyta memiliki flagella, serta

memiliki dinding sel sebagian besar

berupa sellulosa. Untuk pigmen yang

penyusun Chlorophyta yaitu berupa

klorofil a dan beberapa karotenoid dan

biasanya berwarna hijau rumput. Jenis

mikroalga dari divisi Chlorophyta dapat

dilihat pada Gambar 4.1 sebagai

berikut.

a b

Gambar 4.1 a. Pediastrum sp. b. Scenedesmus acuminatus (Lagerheim) Chodat

Perbesaran 10 x 10 (Dokumentasi pribadi, 2017)

Sedangkan jenis yang paling sedikit

ditemukan yaitu dari divisi Chrysophyta

sebanyak 5 jenis. Ditemukannya sedikit

jenis dari divisi Chrysophyta

dikarenakan divisi ini lebih banyak

ditemukan pada perairan dingin dan air

laut. Divisi ini biasanya ditemukan

dengan warna kuning, cokelat, dan

jingga (Pelczar, 2010:252). Selain itu

berdasarkan hasil penelitian Aida

(2013:6) divisi Crysophyta paling

sedikit ditemukan dikarenakan faktor

aliran air yang rendah sehingga spesies

mikroalga juga sulit untuk ditemukan.

Jenis mikroalga dari divisi Crysophyta

dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai

berikut.

a b

Gambar 4.1 a. Navicula sp. b. Nitzschia obtusa

Perbesaran 10 x 10 (Dokumentasi pribadi, 2017)

Parameter

Fisika

Stasiun

I II III

pH 5 6 5 Oksigen

Terlarut (DO)

5,5 mg/l 8 mg/l 5 mg/l

Page 8: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI …repository.unja.ac.id/1419/1/Artikel Ilmiah.pdf · diamati meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air, dan oksigen terlarut ... (suhu),

KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 8

Kelimpahan Mikroalga

Berdasarkan hasil identifikasi

jenis mikroalga yang ditemukan

sebanyak 52 jenis yang termasuk

kedalam 4 divisi yaitu Chrysophyta,

Chlorophyta, Cyanophyta dan

Euglenophyta. Kelimpahan jenis

mikroalga yang tertinggi dari penelitian

ini yaitu dari divisi Chlorophyta dengan

persentase sebesar 75,6%. Dengan

jumlah jenis yang ditemukan yaitu

sebanyak 35 jenis mikroalga, tetapi

jenis mikroalga yang paling banyak

ditemukan yaitu dari jenis Scenedesmus,

pediastrum, dan Chorella.

Divisi Chlorophyta sangat

bermanfaat bagi perairan selain sebagai

pakan ikan, Chlorophyta juga dapat

digunakan sebagai emisi gas CO2 di

daerah perairan. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian dari Arif, dkk (2011:69)

jenis Chlorella sp. Merupakan salah

satu dari divisi Chlorophyta yang

memiliki kemampuan cukup baik dalam

menyerap emisi gas dan juga dapat

sebagai agen pengolah limbah di suatu

perairan. Sehingga mikroalga ini dapat

membantu untuk mencegah pencemaran

di air, yang disebabkan oleh sampah,

limbah rumah tangga maupun pakan

ikan berupa pelet pada pembudidayaan

ikan dalam krambah.

Kelimpahan jenis mikroalga

yang terendah dari hasil penelitian ini

adalah pada divisi Chrysophyta dengan

hasil persentase berjumlah 5,7%. Hal ini

di dikarenakan divisi Chrysophyta ini

merupakan mikroalga yang hidup di

perairan dingin dan air laut Pelczar

(2010:252). Hal ini juga dinyatakan

oleh Kawaroe, dkk (2010:10)

Chrysophyta merupakan divisi yang

mendominasi jumlahnya pada habitat

yang baik yaitu di air laut, payau dan

ada juga pada air tawar.

Persentase kelimpahan jenis

mikroalga dari yang tertinggi hingga

yang terendah dari masing-masing

stasiun yaitu stasiun II sebanyak 239,22

ind/l, stasiun I sebanyak 140,13 ind/l,

dan stasiun III sebanyak 77,76 ind/l

(Tabel 4.3). Tingginya persentase

mikroalga yang terdapat pada stasiun II

dikarenakan faktor fisika dan faktor

kimia yang mendukung terhadap

kelangsungan hidup dari mikroalga

tersebut. Stasiun ini merupakan daerah

yang terdapat pada tengah danau,

sehingga kondisi ini membuat

mikroalga lebih melimpah.

Kelimpahan jenis mikroalga

yang paling terendah yaitu terdapat

pada stasiun III yang memiliki

kedalaman 300 cm (3 m) dan kecerahan

34 cm (0,34 m). Sedangkan suhu dan

pH pada stasiun ini yaitu hasil

pengukuran suhunya yaitu berkisar

antara 26-30 0C dan pH-nya yaitu 5. Hal

yang menyebabkan kurangnya

kecerahan pada stasiun ini dikarenakan

oleh banyaknya pepohonan yang

mengelilingi daerah stasiun tersebut.

Rendahnya cahaya yang masuk pada

stasiun ini dapat menyebabkan kurang

mendukungnya kelangsungan hidup

mikroalga pada daerah tersebut. Selain

itu menurut Pelczar (2010:133-207)

faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dari mikroalga yaitu

faktor fisika (suhu, kecerahan, warna

dan kedalaman) dan faktor kimia

(oksigen terlarut (DO) dan bahan

organik terlarut).

Indeks Keanekaragaman Mikroalga

Nilai indeks keanekaragaman

jenis dari masing-masing stasiun

disajikan dalam Tabel 4.4. Berdasarkan

hasil identifikasi untuk indeks

keanekaragaman mikroalga di kawasan

danau Letang Jaya untuk stasiun I yaitu

sebesar 3,0876, untuk stasiun II yaitu

sebesar 1,7751, dan stasiun III yaitu

sebesar 2,6567. Hal ini dijelaskan

Fachrul (2012:19) bahwa dalam suatu

penelitian, fitoplankton sering dijumpai

Page 9: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI …repository.unja.ac.id/1419/1/Artikel Ilmiah.pdf · diamati meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air, dan oksigen terlarut ... (suhu),

KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 9

perbedaan baik jumlah maupun jenisnya

pada daerah yang berdekatan, meskipun

pada massa air yang sama, hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor antara

lain seperti unsur hara, kedalaman, dan

aktivitas pemangsaan pada danau

tersebut.

Dari data terlihat nilai indeks

keanekaragaman jenis yang diperoleh

berkisar antara 1,7751 sampai 3,0876.

Unruk nilai tertinggi indeks

keanekaragaman terdapat pada stasiun I

yaitu sebesar 3,0876 dan nilai terendah

indeks keanekaragaman terdapat pada

stasiun II yaitu 1,7751 dengan kriteria

semua stasiun yaitu sedang. Sesuai

dengan pendapat Fahrul (2012:96) yang

menyatakan bahwa apabila indeks

keanekaragaman H’>1,5 dan < 3,5

maka daerah perairan tersebut

menunjukkan stabilitas komunitas biota

dalam kondisi yang sedang atau kualitas

air belum tercemar.

Indeks Kemerataan Mikroalga

Nilai indeks kemerataan dari

masing-masing stasiun disajikan dalam

Tabel 4.5. Berdasarkan hasil identifikasi

untuk indeks kemerataan mikroalga di

kawasan danau Letang Jaya untuk

stasiun I yaitu sebesar 0,0259, untuk

stasiun II yaitu sebesar 0,0140, dan

stasiun III yaitu sebesar 0,0228.

Indeks kemerataan pada semua

stasiun yaitu berkisar antara 0,0140 –

0,0259, hal ini menunjukkan

kemerataan mikroalga di kawasan

danau Letang Jaya Muara Bulian

Kabupaten Batanghari dalam kriteria

rendah. Untuk indeks kemerataan

mikroalga yang tertinggi terdapat pada

stasiun I yaitu 0,0259, sedangkan indeks

kemerataan yang terendah terdapat pada

stasiun II yaitu 0,0140. Fahrul

(2012:96) menyatakan bahwa apabila

kemerataan spesies E ≈ 0 dapat

dikatakan bahwa kemerataan antara

spesies rendah, artinya kekayaan

individu yang dimiliki masing-masing

spesies sangat jauh berbeda.

Ketidakmerataan pada setiap stasiun

diduga disebabkan oleh faktor fisika,

kimia, dan biologi.

Indeks Dominansi Mikroalga

Indeks dominansi masing-

masing stasiun dapat dilihat pada Tabel

4.6 yang menunjukkan bahwa di

kawasan danau Letang Jaya Muara

Bulian tidak ada jenis dari mikroalga

yang mendominansi, karena indeks

dominansi yang didapat pada masing-

masing stasiun antara lain, stasiun I

yaitu 0,0946, stasiun II yaitu 0,4124,

dan stasiun III yaitu 0,1117. Fahrul

(2012:96) menjelaskan bahwa nilai D <

0,5 maka tidak ada jenis yang

mendominasi. Selain itu tidak adanya

jenis mikroalga yang mendominansi

menunjukkan bahwa kondisi

lingkungan yang relatif baik.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di

kawasan danau Letang Jaya Muara

Bulian Kabupaten Batanghari dapat

disimpulkan bahwa kawasan tersebut

didapat 52 jenis mikroalga yang terdiri

atas 4 divisi yaitu Chrysophyta,

Chlorophyta, Cyanophyta, dan

Euglenophyta. Kelimpahan tertinggi

yaitu pada divisi Chlorophyta yaitu

sebesar 75,6%, sedangkan kelimpahan

jenis terendah pada divisi Chrysophyta

yaitu 5,7 %. Untuk indeks

keanekaragaman berkisar antara 1,7751-

3,0876 dengan kriteria sedang. Indeks

kemerataan berkisar antara 0,0140-

0,0259 dengan kriteria rendah, artinya

kekayaan individu yang dimiliki oleh

masing-masing jenis sangat jauh

berbeda. Sedangkan indeks dominansi

berkisar antara 0,0946-0,4124, sehingga

pada kawasan tersebut tidak ada jenis

mikroalga yang mendominansi

Page 10: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI …repository.unja.ac.id/1419/1/Artikel Ilmiah.pdf · diamati meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air, dan oksigen terlarut ... (suhu),

KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 10

menunjukkan kondisi perairan relative

baik.

Saran

Berdasarkan penelitian ini

disarankan kepada masyarakat sekitar

untuk tetap menjaga kelestarian dari

danau Letang Jaya Muara Bulian

kabupaten Batanghari, agar ekosistem

danau tersebut tetap terjaga dengan

baik, karena kawasan danau tersebut

merupakan salah satu tempat

perekonomian masyarakat dengan cara

budidaya ikan dalam kramba dan

sebagai tempat pariwisata masyarakat

luar daerah.

DAFTAR RUJUKAN Basmi J. 2012. Planktonologi:Metoda

Analisis Plankton. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB:

Bogor

Belcher H, Swale E, 1976. A beginner’s

guide to Freshwater Algae. Her

Majesty’s Stationery Office:

London.

Belcher H, Swale E, 1979. A illustrated

guide to River Phytoplankton. Her

Majesty’s Stationery Office:

London.

Bellinger, E.G, Sigee, D.C. 2010.

Identification and Use as

Bioindicator. Britiny: Jhon wiley

and Sons, Ltd.

Dwi A.S, Rahmania A.D, dan Joko P.S.

2011. Jurnal. Mikro Alga Untuk

Penyerapan Emisi CO2 dan

Pengolahan Limbah Cair di Lokasi

Industri. Jurnal Ilmu dan Teknologi

Kelautan Tropis. No. 2 Vol. 3 Hal.

62-70.

Fachrul M.F. 2012. Metode Sampling

Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Febri. Mikel, 2016. Keanekaragaman

Mikroalga Di Danau Lingkat

Kabupaten Kerinci. Skripsi.

Jurusan Pendidikan Biologi. FKIP:

Universitas Jambi.

Fitriah Aida dan Ahmad Munajib. 2013.

Identifikasi Jenis Mikroalga di

Perairan Coban Talun Kecamatan

Pujon Kabupaten Malang. Jurusan

Biologi. Fakultas Sains dan

Teknologi: UIN Maliki Malang.

Gunawan. 2011. Jurnal. Keragaman

Mokroalga di Lahan Bekas

Tambang Batu Bara, Cempaka.

BIOSCIENTAE. No. 2 Vol. 7 Hal.

23-27.

Kawaroe M, Prartono T, Sunundin A, Sari

DW, dan Augustine D. 2010.

Mikroalga Potensi dan

Pemanfaatan untuk Produksi Bio

Bahan Bakar. IPB Pers: Bogor.

Mandasari, N. 2010. Kanekaragaman

Fitoplankton di Danau Sipin Kota

Jambi Sebagai Bioindikator

Kualitas Air. Skripsi. Jurusan

Pendidikan Biologi. FKIP:

Universitas Jambi.

Mizuno, T. 1998. Ilustration of The Fresh

Water Plankton of Japan. Hoikusha

Publishing: Japan.

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi.

Gajdah Mada University Press.

Yogyakarta.

Pelczar J. Michael. 2010. Dasar-dasar

Mikrobiologi 1. UI press: Jakarta.

Purnama, Puja, 2016, Keanekaragaman

Mikroalga Di Danau Kaco

Kbupaten Kerinci,

Skripsi,Universitas Jambi.

Pratiwi T. Sylvia. 2008. Mikrobiologi

Farmasi. PT Gelora Aksara

Pratama: Jakarta.

Prescott G. W. 1970. The Freshwater

Algae. WM. C. Brown Company

Publishers: Dubuque, Lowa.

Purnomo B. 2005. Pengenalan Sifat-Sifat

Umum Mikrobiologi. PS. IHPT.

Faperta Unib.

Stainer Y. Roger, Edward A. Adelberg,

John L. Ingraham. 1982. Dunia

Mikrobe I. Bhratara Karya Aksara:

Jakarta.

Setiarto R.HB. 2011. Pemanfaatan

Mikroalga Untuk BBM.

http://www.biologi.lipi.go.id/bio_in

donesia/mTemplate.php?h=3&d_be

rita=303: Diakses pada tanggal 08-

02-2016.

Page 11: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI …repository.unja.ac.id/1419/1/Artikel Ilmiah.pdf · diamati meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air, dan oksigen terlarut ... (suhu),

KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 11

Suin, N.M. 1998. Metoda Ekologi.

Universitas Andalas: Jakarta

Suminto. 2005. Budidaya Pakan Alami

Mikroalgae dan Rotifer. Undip:

Semarang.

Syafputri E. 2012. Apa Itu Mikroalga.

http://www.antaranews.com/berita/

321543/apa-itu-mikroalga: Diakses

pada tanggal 15-02-2016.

Syofwan. 2007. Peta Perairan Umum

Kabupaten Batanghari. Dinas

Peternakan dan Perikanan:

Batanghari

Taufiqullah, 2015. Penyebab Warna Pada

Air.

https://www.tneutron.net/penyebab

-warna-pada-air: Diakses pada

tanggal 15-11-2016.

Widyaloka, Kiki. 2014, Keanekaragaman

Mikroalga Di Kawasan Percandian

Muaro Jambi, Skripsi,Universitas

Jambi.

Winahyu., DA., Anggriani.Y.,

Rustiati.E.L.,Master.J., Setiawan.A.

2013. Studi Pendahuluan Mengenai

Keanekaragaman Mikroalga di

Pusat Konservasi Gajah, Taman

Nasional Way Kambas. Prosiding

Semirata FMIPA Universitas

Lampung.

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi.

Gajdah Mada University

Press.Yogyakarta.

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi.

2003. SK Bupati Muaro Jambi

Tentang Penetapan Danau Arang

– Arang Kecamatan Kumpe Ulu

Sebagai Lokasi Reservat Ikan

(suaka perikanan)

Poerbondono, D.N, Djunasjah, E., 2012.

Survei Hidrografi. PT Refika

Aditama. Bandung.

Pratiwi,S.T.2008.Mikrobiologi Farmasi.

Gelora Aksara Pratama.

Purnomo, B. 2005. Pengenalan Sifat-

Sifat Umum Mikrobiologi. PS.

IHPT. Faperta Unib.

Pelczar,Jr. 2010. Dasar-dasar

Mikrobiologi 1. Ui press:

Jakarta.

Rifai, M. 2015, Keanekaragaman Jenis

Mikroalga Di Danau Kenali

Kota Jambi,Skripsi, Jurusan

Pendidikan Biologi. FKIP.

Universitas Jambi.

Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran

Lingkungan. Rineka Cipta.

Jakarta.

Saputra, D.S. 2012. Edisi bekarang

Muaro Jambi.Mira. Usaha

Kencana : Propinsi Jambi

Setiarto, R.H.B. 2011. Pemanfaatan Mi

kroalga Untuk BBM. http://www

.biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/

mTemplate.php?h=3&id_berita=

303: Diakses pada tanggal 16-

02-2016.

Soemarwoto I., Gandjar I., Guhadjar E.,

Nasoetion H,A. Soemartono

S,S,.SomadikataK,L.1980.Biolo

gi Umum II.Pt Gramedia

Jakarta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.

Alfabeta, Bandung.

Suin, Nurdin, M. 1998. Metoda Ekologi.

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Direktorat Jendral

Pendidik Tinggi.

Tjitrosomo. S.S. 984. Botani Umum 3.

Angkasa. Bandung.

Wahyu, P.P. 2009. Memahami Saling

KetergantunganDalam

Ekosistem. Pt Puri

Delco.Bandung.

Wolf,L.L. 1990. Ekologi Umum.Gadjah

Mada Universiti

Press.Yogjakarta.

Widyaloka, K. 2015, Keanekaragaman

Mikroalga Di Kawasan

Percandian Muaro Jambi,

Skripsi, Jurusan Pendidikan

Biologi. FKIP. Universitas

Jambi.