artikel ilmiah

Upload: auliakurniawan

Post on 01-Mar-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mchf

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP PENURUNAN

    KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN

    Muhammad Subkhan1, dr. Hendra Zufry, Sp. PD2, dr. Bustami, Sp.BS3

    ABSTRAK

    Ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) diduga mempunyai efek hipoglikemia karena mengandung flavonoid, alkaloid, saponin dan tannin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun pepaya terhadap kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post test with control group design. Penelitian ini menggunakan mencit jantan (Mus musculus L.) galur Swiss-Webster dewasa sebanyak 25 ekor yang dibagi ke dalam 5 kelompok secara random. Kelompok K- (kontrol negatif) diberi air suling; K+ (kontrol positif) diberi glibenklamid dengan dosis 0,65 mg/kgBB/hari; P1, P2 dan P3 diberi ekstrak etanol daun pepaya dengan dosis 0,5 gr/kgBB/hari; 1 gr/kgBB/hari; dan 2 gr/kgBB/hari. Penelitian ini dilaksanakan selama 14 hari. Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-0, ke-3, ke-7 dan ke-14 menggunakan glukometer. Kadar glukosa darah pada hari ke-0 menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok K- dengan K+, P1, P2 dan P3. Pada hari ke-3 ditemukan perbedaan yang signifikan antar kelompok K- dengan K+ dan P1. Pada hari ke-7 tidak ditemukan perbedaan yang sifnifikan antara kelompok perlakuan. Sedangkan pada hari ke-14 didapatkan kelompok perlakuan K+, P1 dan P2 lebih tinggi kadar glukosa darahnya dibandingkan dengan kadar glukosa darah pada kelompok K- dan P3. Terdapat perbedaan kadar glukosa darah antar kelompok pada uji ANOVA dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok K- dengan P3 yang ditunjukkan dengan uji Duncan. Ekstrak etanol daun pepaya yang diberikan pada mencit berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah.

    Kata kunci: Pepaya (Carica papaya L.), Kadar Gula Darah. Diabetes Mellitus

    ABSTRACT

    Ethanol extract of papayas leaf (Carica papaya L.) is presumed have hypoglycemia effect because it contains flavonoid, alkaloid, saponin and tannin. The study is aim to understand the effect administering ethanol extract of papayas leaf on blood glucose content of mouse that induced by aloksan. This study was experimental by posttest with control group design. It was use male mouse (Mus musculus L) the adult Swiss-Webster groove as many as 25 that divided into 5 groups randomly. K- Group (negative control) added distilled water; K+ (positive control) added glibenclamide by dose 0,65 mg/kgBW/day; 1 gr/kgBW/day; and 2 gr/kgBW/day. This study was conducted for 14 days. Examination for blood glucose content be done at 0, 3th, 7th, and 14th using glucometer. Blood glucose content in 0 day showed significant difference between group K- to K+, P1, P2 and P3. In 3th of day found the significant difference

  • between K- Group to K+ and P1. In 7th of day there was not found significant difference among of treatment groups. While in 14th of day obtained groups of treatment K+, P1 and P2 were higher for the blood glucose content than K-Group and P3. There was difference of blood glucose content between among of groups in ANOVA test and there was no significant difference between K-Group to P3 that have shown by Duncan test. The ethanol extract of papayas leaf that administered to mouse have effects on reduction of blood glucose content.

    Keywords: Papaya (Carica papaya L.), Blood Glucose Content, Diabetes Mellitus.

    PENDAHULUAN

    Diabetes Mellitus adalah penyakit yang terjadi akibat masalah dari produksi dan pasokan insulin dalam tubuh. Orang dengan diabetes mellitus memiliki glukosa darah yang tinggi atau "gula darah tinggi" yang disebut hiperglikemia. Secara umum gejala khas pada penderita diabetes mellitus berupa meningkatnya rasa lapar (polifagia), meningkatnya pengeluaran kemih (poliuria), timbul rasa haus (polidipsia), lemas dan berat badan turun. Hal ini terjadi karena adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang menyebabkan komplikasi kronis yang serius seperti penyakit mata, penyakit ginjal, penyakit syaraf, penyakit sistem sirkulasi dan amputasi yang bukan hasil dari kecelakaan (Tama et al., 2011). Ada dua tipe Diabetes Melitus yaitu tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Penderita diabetes mellitus tipe I mengalami ketergantungan terhadap insulin eksogen yang terjadi akibat akibat kekurangan insulin karena kerusakan dari sel beta pankreas (Adam, 2006). Pada Penderita diabetes mellitus tipe II ditandai oleh kombinasi dari resistensi insulin perifer dan sekresi insulin yang tidak memadai oleh sel beta pankreas (Inzucchi et al., 2012).

    Berdasarkan laporan statistik dari International Diabetes Federation (2006) dalam penelitian Kusniyah et al., (2011)

    menyebutkan bahwa saat ini terdapat sekitar 230 juta penderita diabetes mellitus di seluruh dunia. Angka ini akan terus bertambah hingga tiga persen atau sekitar tujuh juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah penderita diabetes mellitus diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025, 80% diantaranya terpusat di negara dengan tingkat penghasilan rendah dan menengah. Angka tersebut berada di wilayah Asia, terutama India, Cina, Pakistan dan Indonesia. Di Indonesia setiap tahunnnya ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes mellitus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2003) menyatakan kasus diabetes mellitus di Asia akan naik sampai 90% dalam 20 tahun ke depan. Secara umum gejala khas pada penderita diabetes mellitus berupa meningkatnya rasa lapar (polifagia), meningkatnya pengeluaran kemih (poliuria), timbul rasa haus (polidipsia), lemas dan berat badan turun. Hal ini terjadi karena adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang menyebabkan komplikasi kronis yang serius seperti penyakit mata, penyakit ginjal, penyakit syaraf, penyakit sistem sirkulasi dan amputasi yang bukan hasil dari kecelakaan (Tama et al., 2011). Obat Hipoglikemi Oral (OHO) mempunyai beberapa efek samping mulai dari yang ringan sampai yang berat, tergantung dari jenis obat dan mekanisme

  • kerja dari obat. Efek samping yang paling sering terjadi pada penggunaan obat ini berupa gangguan lambung dan usus (mual, anoreksia, sakit perut, diare) yang umumnya bersifat sementara. Gangguan yang lebih serius adalah asidosis asam laktat dan angiopati luas, terutama pada manula dan insufisiensi hati atau ginjal (Mycek et al., 2001). Penggunaan obat tradisional merupakan salah satu program pelayanan kesehatan dasar dan juga merupakan salah satu alternatif untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar pengobatan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar pengobatan tersebut maka perlu dilakukan upaya penelitian, pengujian, dan pengembangan khasiat, serta keamanan dalam mengkonsumsinya (Inawaty et al., 2006) Sebagai contoh tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat yaitu tanaman jenis pepaya (Carica papaya L.). Daun, akar dan kulit batang Carica papaya L. mengandung senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid, selain itu daun dan akar juga mengandung polifenol dan bijinya mengandung saponin (Hutapea, 1994). Muhlisah (2001) juga menyatakan bahwa daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpain, pseudo karpain, glikosida, karposid dan saponin. Khasiat dari tanaman pepaya sangat beragam diantaranya adalah sebagai anti inflamasi dari ekstrak etanol akar pepaya (Adjirni dan Saroni, 2006). Efek spermisid (antifertilitas) dari ekstrak biji pepaya, anti kanker dari ekstrak daun pepaya (Sukardiman dan Ekasari, 2000). Ekstrak etanol daun pepaya telah diteliti mampu meningkatkan kekebalan tubuh pada mencit jantan dan anti inflamasi (Adjirni dan Saroni, 2000) dan buah pepaya sebagai obat kerusakan hati (Hembing, 1996). Ekstrak ini juga dikenal memiliki sifat antioksidan (Nobuya et al., 1995). Beberapa bahan kimia seperti flavonoid, tannin, saponin dan alkaloid memiliki aktivitas hipoglikemik (Ivorra et al. 1989; Atsuchi et al., 1995). Pada studi empiris, masyarakat menggunakan daun

    pepaya sebagai obat diabetes mellitus dengan cara daun diblender kemudian diminumkan kepada penderita. Penggunaan daun pepaya secara tunggal tanpa di kombinasi obat antidiabetik perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan daun pepaya sebagai obat alternatif pada penyakit diabetes mellitus. Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa daun pepaya yang dikombinasi dengan metformin dapat merangsang penyerapan glukosa di dalam darah (Fakeye et al., 2007). Oke (1998) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa ekstrak Carica papaya L. menurunkan glukosa darah dengan cara yang mirip dengan klorpropamid. Kemampuan tanaman pepaya ini juga dibuktikan dengan penggunaan biji pepaya secara oral dengan dosis 100-400 mg/kg BB per hari setara dengan penggunaan glibenklamid 0,1 mg/kg BB per hari yang dilakukan pada tikus jantan selama 30 hari. Data menunjukkan pemberian biji pepaya menunjukkan hasil yang signifikan dengan semakin tinggi pemberian dosis biji pepaya semakin menurunkan kadar glukosa dalam darah. Mekanisme kerja biji pepaya melalui senyawa alkaloid, flavonoid, tannin dan khususnya saponin adalah dengan penurunan kadar kolesterol serum yang kemudian mengurangi sirkulasi enterohepatik asam empedu (Adeneye dan Olagonju, 2009).

    Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji pengaruh ekstrak etanol daun pepaya dengan melihat kadar glukosa darah pada mencit jantan yang diinduksi dengan aloksan. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini terbagi atas 5 kelompok eksperimen yaitu 3 kelompok perlakuan (ekstrak daun sirih merah dengan 3 konsentrasi yaitu 0,5 gr/kgBB, 1 gr/kgBB, 2 gr/kgBB dan 2 kelompok

  • kontrol (kontrol positif diberi glibenklamid 0,65mg/kgBB dan kontrol negatif diberi air suling) Masing-masing diulang sebanyak 4 kali. PROSEDUR PENELITIAN Penyiapan Alat dan Bahan

    Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah glukometer, sonde, spuit insulin, spuit, surgery minor set, blender, vacum rotary evaporator, tabung eppendorf, pengayak daun, kertas, kandang mencit, botol minun, wadah ransum.

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pepaya, aloksan monohidrat 5%, NaCl 0,9%, pelet 785, etanol p.a 70%, CMC 1% (Carboxil Methyl Cellulose), kloroform, aquades, alkohol 70%, kertas saring dan kapas. Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya

    Daun sirih merah sebanyak 2 kg dikering anginkan selama 3 hari, selanjutnya di blender menjadi serbuk. Serbuk tersebut diayak dengan pengayak serbuk ukuran 60 mesh. Serbuk daun sirih merah yang didapat dimaserasi menggunakan etanol p.a 70% sebanyak 1 liter. Ekstrak disaring menggunakan kapas dan kertas saring, kemudian filtrat yang diperoleh dikumpul dan diuapkan (dikentalkan) menggunakan alat penguap berputar (Vacuum rotary evaporator) yang dilengkapi penangas air dan pompa vakum. Didapatkan ekstrak murni berwarna hitam kehijauan dengan bau khas daun pepaya dan berkonsistensi kental. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) di bagi menjadi beberapa konsentrasi.

    Prosedur Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Dua setengah jam sebelum dan sesudah pemberian bahan uji, semua mencit diambil cuplikan darahnya pada hari ke-0, ke-3, ke-7 dan hari ke-14 setelah kondisi hiperglikemia pada masing-masing kelompok dan diukur kadar glukosa darahnya. Hari ke-0 adalah hari ke-7

    setelah diinduksi dengan aloksan tetrahidrat. Kadar glukosa darah mencit percobaan ditentukan dengan metode biosensor glukose oksidase, menggunakan alat Blood glucose Test Meter GlucoDrTMmodel AGM-2100 (diproduksi oleh Allmedicus Co Ltd., Korea). Darah diambil melalui ujung ekor tikus yang sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian diurut perlahan-lahan selanjutnya ujung ekor ditusuk dengan jarum kecil (syringe 1 cc). Darah yang keluar kemudian disentuhkan pada strip glukometer. Kadar glukosa darah akan terbaca di layar GlucoDrTM setelah 11 detik dan kadar glukosa darah dinyatakan dalam mg/dl.

    Analisis Data Setelah didapatkan kadar glukosa darah pada mencit di masing-masing kelompok, maka data dianalisa dengan cara: 1. Dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah populasi data terdistribusi normal atau tidak dan uji homogenitas untuk mengetahui apakah varian populasi data homogeny atau tidak. Jika didapatkan probabilitas uji homogenitas dan uji normalitas di atas 0,05, maka dilanjutkan dengan uji parametrik, yaitu uji one way ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95%. One way ANOVA betujuan untuk mengetahui apakah masing-masing perlakuan yang diberikan mempunyai pengaruh dalam mencegah peningkatan kadar glukosa darah mencit. 2. Selanjutnya dilakukan uji Least Significant Differences (LSD) dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji LSD bertujuan untuk mengetahui perbedaan dosis masing-masing perlakuan dalam mencegah peningkatan kadar glukosa darah mencit.

    HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala selama 14 hari menunjukkan

  • hasil rata-rata kadar glukosa darah mencit yang disajikan dalam tabel di bawah ini: 4.1.1 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

    Setelah Diberi Aloksan a. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah

    setelah diberi aloksan

    Tabel 4.1 Statistik deskriptif kadar glukosa darah (dalam mg/dl) Kelompok N Mean SD

    K- 5 118,6 29,3

    K+ 5 408,2 78,1

    P1 5 454,2 135,9

    P2 5 426 93,1

    P3 5 375,8 143,7

    Tabel 4.1 memperlihatkan nilai rerata (mean) kadar glukosa darah (dalam mg/dl) pada mecit. Kelompok K- digunakan sebagai nilai normal kadar glukosa darah yang dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dan uji Lavene menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal dan bervariansi homogen b. Analisa post-hoc test kadar glukosa

    darah setelah diberi aloksan. Berdasarkan pada tabel 4.1 dapat dijelaskan terdapat perbedaan yang signifikan antara perlakuan K- dengan K+, P1, P2 dan P3 yang mempunyai kadar gula darah lebih dari 200 mg/dl. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan K+, P1, P2 dan P3, setelah 7 hari diberikan aloksan 70 mg/kg BB.

    4.1.2 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Setelah 3 Hari Pemberian Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.)

    a. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah setelah 3 hari pemberian ekstrak etanol

    daun pepaya (Carica papaya L.)

    Tabel 4.2 Statistik deskriptif kadar glukosa darah (mg/dl)

    Kelompok N Mean SD

    K- 5 117,6 28,9

    K+ 5 322,6 118,7

    P1 5 373,6 180,8

    P2 5 250,4 54,8

    P3 5 192,4 188,4

    Tabel 4.2 memperlihatkan nilai rerata (mean) kadar glukosa darah pada mecit. Kelompok K- digunakan sebagai nilai normal kadar gula darah yang dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang signifikan antara masing-masing perlakuan. Selanjutnya perbedaan masing-masing kelompok perlakuan yang ada di analisis dengan uji Duncan pada taraf kritis 5%. Uji Duncan dipilih sebagai uji lanjutan jika koefisien kergaman >10% dan uji ini merupakan yang paling teliti.

    b. Analisa post-hoc test kadar glukosa darah setelah perlakuan

    Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan K- dengan K+. Hal ini menunjukkan bahwa K+ yang diberikan obat glibenklamid dosis 0,65 mg/kg BB belum mampu menurunkan kadar glukosa darah mencit secara optimal. Pada tabel 4.2 juga terlihat perbedaan yang nyata antara K- dengan P1 yang diberi ekstrak etanol daun pepaya 0,5 gr/kg BB. Pada pemeriksaan 3 hari setelah pemberian ekstrak etanol daun pepaya belum menunjukkan penurunan kadar glukosa darah pada mencit, berbeda dengan halnya dengan kelompok P2 yang diberi ekstrak etanol daun pepaya 1 gr/kg BB dan P3 yang diberi ekstrak etanol daun pepaya 2 gr/kg BB tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap

  • kelompok K- yang hanya diberi air suling. Hal ini menunjukkan pengaruh yang dihasilkan oleh kelompok P2 dan P3 dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit. 4.1.3 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

    Setelah 7 Hari Pemberian Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.)

    a. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah setelah 7 hari pemberian ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.)

    Tabel 4.3 Statistik deskriptif kadar glukosa darah (mg/dl)

    Tabel 4.3 memperlihatkan nilai rerata (mean) kadar gula darah pada mecit. Kelompok K- digunakan sebagai nilai normal kadar glukosa darah yang dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Uji ANOVA membuktikan bahwa ekstrak daun pepaya tidak memiliki pengaruh yang signifikan antara semua kelompok perlakuan terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit. Selanjutnya perbedaan masing-masing kelompok perlakuan yang ada di analisis dengan uji Duncan pada taraf kritis 5%. Uji Duncan dipilih sebagai uji lanjutan jika koefisien keragaman >10% dan uji ini merupakan yang paling teliti. b. Analisa post-hoc test kadar gula darah

    setelah perlakuan Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara kelompok K- dengan K+ dan P1. Hal ini membuktikan bahwa dosis glibenklamid

    0,65 mg/kg BB, ekstrak etanol daun pepaya 0,5 gr/kg BB yang diberikan pada 7 hari setelah pemberian perlakuan menunjukkan terjadinya penurunan kadar glukosa darah pada mencit. Hasil analisis melalui uji Duncan ditemukan perbedaan yang signifikan antara K- dengan P2 dan P3 dengan konsentrasi masing masing perlakuan yang diberi ekstrak etanol daun pepaya 1 gr/kg BB dan 2 gr/kg BB. Hasil ini berbanding terbalik dengan perlakuan hari ke 3 setelah pemberian ekstrak yang mengalami peningkatan kadar glukosa darah.

    4.1.4 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah setelah 14 Hari Pemberian Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.)

    a. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah setelah 14 hari pemberian ektsrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.)

    Tabel 4.4 Statistik deskriptif kadar glukosa darah (mg/dl)

    Kelompok N Mean SD

    K- 5 58,2 21,4

    K+ 5 108,8 31,3

    P1 5 148 43,9

    P2 5 110,6 40,6

    P3 5 90,6 24,7

    Tabel 4.4 memperlihatkan nilai rerata (mean) kadar glukosa darah (dalam mg/dl) pada mecit. Kelompok K- digunakan sebagai nilai normal kadar gula darah yang dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang signifikan antara masing-masing perlakuan. Selanjutnya perbedaan masing-masing kelompok perlakuan yang ada di analisis dengan uji Duncan pada taraf kritis 5%. Uji Duncan dipilih sebagai uji lanjutan jika koefisien keragaman >10% dan merupakan uji yang

    Kelompok N Mean SD

    K- 5 115 22,3

    K+ 5 207,8 85,9

    P1 5 180,4 89,9

    P1 5 306,2 178,5

    P3 5 278 127,4

  • paling teliti.

    b. Analisa post-hoc test kadar gula darah setelah perlakuan

    Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan terdapat perbedaan yang signifikan antara perlakuan K- dengan K+, P1 dan P2 yang mempunyai kadar glukosa darah kurang dari 200 mg/dl. Hasil ini menandakan adanya proses penurunan kadar gula darah yang optimal yang dihasilkan masing-masing kelompok perlakuan. Pada hasil uji lanjut tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara K- dengan P3, karena pada kelompok ini didapatkan kadar gula darah

  • keberadaan molekul-molekul antioksidan akan mengatur produksi NO (Nitrat Oksida) dalam menurunkan stres oksidatif. Beberapa studi telah melaporkan bahwa ekstrak tanaman obat memiliki flavonoid, saponin dan polyphenol yang dapat meningkatkan aktivitas sistem antioksidan (Aruoma et al., 2006; Carlstrom et al., 2010). Efek antioksidan dari ekstrak tumbuh-tumbuhan mengurangi stres oksidatif yang dihasilkan oleh diabetes mellitus. Keadaan hipoglikemia pada mencit juga disebabkan karena adanya kandungan zat aktif yang terdapat pada daun pepaya yaitu flavonoid, tannin, saponin dan alkaloid yang berperan sebagai efek hipoglikemia (Olapade, 1995). Selain itu, zat aktif yang terkandung dalam daun pepaya juga berperan merangsang pelepasan insulin dari sel beta pankreas, mengurangi clearance hati insulin, merangsang pelepasan somatostatin dan menekan sekresi glukagon (Davis dan Granner, 2001). Penelitian oleh Fakeye et al., (2007) menyatakan bahwa ekstrak mentah pepaya sangat efektif untuk pengobatan diabetes mellitus, karena pemberian ekstrak pepaya dapat menggangu proses glukoneogenesis hepatik yang kemudian akan menyebabkan hipoglikemia. Pernyataan yang sama juga dikatakan oleh Aadeneye dan Olagunju (2009) bahwa ekstrak pepaya dapat digunakan untuk mengontrol homeostasis glukosa pada penderita diabetes mellitus.

    Penelitian Jurez et al. (2012) menyatakan bahwa daun pepaya memiliki efek dalam menurunkan penyerapan glukosa usus (Hamden et al., 2011) atau peningkatan penggunaan glukosa perifer (Porchezhian et al., 2000; Gupta et al., 2012). Selain itu, penelitian Jurez et al., (2012) menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya meningkatkan produksi insulin, tanpa efek hipoglikemik yang signifikan pada tikus non-diabetes. Dalam hal ini, kerusakan pada pulau langerhans pada tikus diabetes mellitus diobati dengan

    ekstrak daun pepaya berkurang. Laporan lain juga menyatakan bahwa pada tikus diabetes mellitus, pemberian ekstrak daun pepaya dapat efektif dalam regenerasi sel dan pemulihan ukuran pulau langerhans, bahkan memproduksi hiperplasia sel. Ekstrak pepaya juga berperan dalam menurunkan glikogen hati pada tikus diabetes mellitus. Penurunan ini bukan karena dimediasi oleh insulin, karena kadar insulin tidak meningkat pada tikus diabetes yang diobati dengan pepaya. Diketahui bahwa pada tikus diabetes mellitus, pengaktifan enzim glukoneogenik juga mungkin karena keadaan defisiensi insulin yang terjadi. Selain itu, pepaya dikenal untuk menurunkan konsentrasi glukosa dalam darah, terutama dalam merangsang pengeluaran insulin dari sel beta pankreas dalam menanggapi masuknya makanan dan menyebabkan meningkatnya kepekaan sel tubuh terhadap insulin endogen, maka menyebabkan penurunan resistensi insulin (Fakeye et al., 2007). Penghambatan penyerapan glukosa usus bisa menyebabkan penurunan yang signifikan untuk glikogen hati. Namun, efek langsung dari ekstrak daun pepaya pada kegiatan enzim hati glukoneogenik tidak bisa diabaikan dan perlu penyelidikan lebih lanjut. Ditambahkan lagi, konsumsi ekstrak herbal pada tikus diabetes mellitus mengurangi kadar glukosa darah dan toleransi glukosa meningkat tidak hanya pada sensitivitas insulin, tetapi juga oleh aktivitas enzim-enzim hati pada tikus diabetes mellitus mendekati nilai normal, melalui mekanisme glukoneogenesis (Jurez et al., 2012).

    KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit diabetes mellitus yang diinduksi aloksan. Semakin tinggi dosis ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.)

  • maka penurunan kadar glukosa darah pada mencit jantan yang diinduksi aloksan akan semakin besar. Pemberian ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) dengan waktu 14 hari lebih efektif dibandingkan 3 hari atau 7 hari dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit (Mus musculus L.) diabetes mellitus yang diinduksi aloksan.

    SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) yang lebih bervariasi sehingga dapat diketahui dosis yang paling efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah pada mencit diabetes mellitus yang diinduksi aloksan. Selanjutnya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antidiabetes mellitus yang dimiliki ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) serta mencari kandungan senyawa aktif yang berkhasiat sebagai penurun kadar glukosa darah. DAFTAR PUSTAKA Aadeneye, A.A., Olagunju, J.A., 2009.

    Preliminary Hypoglycemic and Hypolipidemic Activities of the Aqueous Seed Extract of Carica Papaya Linn in Wistar Rats. Biology and Medicine, 1: 1-10.

    Adam, J.M.F., 2006. Obesitas dan Diabetes Mellitus Tipe 2 dalam: Obesitas dan Sindroma Metabolik. FK Univeritas Pajajaran. Bandung.

    Adjirni dan Saroni, 2000. Penelitian Anti

    Inflamasi dan Toksisitas Akut Ekstrak Akar Carica papaya L. pada Tikus Putih. Cermin Dunia Kedokteran 129.

    Afolayan, A.J., Sunmonu T.O., 2011.

    Artemisia afra Jacq. ameliorates oxidative stress in the pancreas of streptozotocin-induced diabetic Wistar rats. Biosci Biotechnol Biochem, 75:20832086.

    Aruoma, O.I., Colognato, R., Fontana, I., Gartlon, J., Migliore, L., Koike, K., Coecke, S., Lamy, E., Mersch-Sundermann, V., Laurenza, I., Benzi, L., Yoshino, F., Kobayashi, K., Lee, M.C., 2006. Molecular effects of fermented papaya preparation on oxidative damage, MAP kinase activation and modulation of the benzo[a]pyrene mediated genotoxicity. Biofactors, 26:147159.

    Atsuchi, M., Yamashita, C., Iwasaki Y.,

    1995. A Triterpenoid Saponin Ectraction there of and Use to treat or Prevent Diabetes Mellitus. Kowa Chemical Industries, EP063663.

    Baskaran, C., Ratha, bai V., Kanimozhi,

    D., Kumaran, K., 2012. The Efficacy of Carica Papaya Leaf Extract on Some Bacterial and Fungal Strain by Well Diffusion Method. International Journal of Research In Ayurveda and Phermacy, 2(1) : 129-137.

    Carlstrom, M., Larsen, F.J., Nystrm, T.,

    Hezel M., Borniquel S., Weitzberg E., Lundberg J.O, 2010. Dietary inorganic nitrat.e reverses features of metabolic syndrome in endothelial nitric oxide synthase-deficient mice. Proc Natl Acad Sci USA, 107:1771617720.

    Davis, S.N., Granner, D.K., 2001. Insulin

    Oral Hypoglycemic Agents and the Pharmacology of the Endocrine Pancreas. McGraw-Hill. New York.

    Fakeye, T.O., Oladipupo, T., Showande,

    O. and Ogunrem, Y., 2007. Effects of Coadministration of Extract of Carica papaya Linn (family Cariaceae) on Activity of Two Oral Hypoglycemic Agent. Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 6 (1): 671-678.

  • Gupta, R., Sharma, A.K., Sharma. M.C., Gupta, R.S, 2012. Antioxidant activity and protection of pancreatic -cells by Embelin in streptozotocin-induced diabetes. J Diabetes, 4:248256.

    Hamden, K., Jaouadi, B., Zara, N., Rebai,

    T., Carreau, S., Elfeki, A., 2011. Inhibitory effects of estrogens on digestive enzymes, insulin deficiency, and pancreas toxicity in diabetic rats. J Physiol Biochem, 67:121128.

    Hembing, W.H.M.S., Dalimantha dkk.,

    1996. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Pustaka Kartini. Jakarta.

    Hutapea, J.R., 1994. Inventaris Tanaman

    Obat Indonesia. Jilid III. Departemen Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

    Inawaty, S., Winarno, H., 2006. Pengaruh

    Ekstrak Daun Inai (lawsonia inermis Linn) terhadap Penurunan Kadar Glukosa, Kolesterol Total dan Trigliserida Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Kimia Indonesia, 1(2) :71-77.

    Inzucchi, S.E., Bergenstal, R.M., Buse,

    J.B., Diamant M., Ferrannini E., Nauck M. et al., 2012. Management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes a Patient-Centered Approach: Position Statement of the American Diabetes Association (ADA) and the European Association for the Study of Diabetes (EASD). Diabetes Care, 35(6): 1364-79.

    Ivora, M.D., Paya M., Villar A., 1989. A

    Review of Natural Products and Plants as Potent ant Diabetic Drugs. Journal Ethnopharmacol, 27:243-275.

    Jurez-Rojop I.E., Juan, C.D.Z., Jorge, L.B.C., Pedro, H.M.O., Andrs, E.C.R., Carlos, A.T.Z., Arturo, R.H., Hidemi, A.M., Teresa, R.F. and Deysi, Y.B.O., 2012. Hypoglycemic effect of Carica papaya leaves in streptozotocin-induced diabetic rats. BMC Complementary and Alternative Medicine, 12:236.

    Kusniyah, Y., Nursiswati, Rahayu, U.,

    2010. Hubungan Tingkat Self Care dengan Tingkat HbA1C pada Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, 1-23.

    Muhlisah, F., 2001. Tanaman Obat

    Keluarga (TOGA). Penebar Swadaya. Jakarta.

    Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C.,

    Fisher, B.D., 2001. Farmakologi: Ulasan Bergambar. Edisi 2. Widya Medika. Jakarta.

    Nobuya, H., Lucia, M., Rossella, D.,

    Liang-Jun, Yan-Hirotsugu, Kobuchi and Lester, P., 1995. Fermented Papaya Preparation Supplementation: Effect on Oxidative Stress to Isolated Rat Hearts. Biochem and Mol Biol Int, 36 (6): 1263-1268.

    Oke J.M., 1998. Antidiabetic Potency of

    Pawpaw. African Journal of Biomedical Research, 1: 31- 34.

    Pepato, M.T., Baviera, A.M., Vendramini,

    R.C., Brunetti, I.L., 2004. Evaluation of toxicity after one-month treatment with Bauhinia forficata decoction in streptozotocin-induced diabetic rats. BMC Complement Altern Med, 8:47.

    Porchezhian, E, Ansari, S.H., Shreedharan

    NK, 2000. Antihyperglycemic

  • activity of Euphrasia officinale leaves. Fitoterapia, 71:522526.

    Roberston, R.P., J. Harmon, P.O., Tran, Y.

    Tanaka and H. Takahashi, 2003. Glucose toxicity in beta-cells: type 2 diabetes, good radicals gone bad, and the glutathione connection. Diabetes Journal,, 52: 581-587.

    Sukardiman, Ekasari, W., Putri, H.P.,

    2006. Aktivitas Anti Kanker dan Induksi Apoptosis Fraksi Kloroform Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Kultur Sel Kanker Mieloma. Media Kedokteran Hewan, 22 (2).

    Tama, B.A., Rodiyatul F.S. and

    Hermansyah, 2011. An Early Detection Method of Type-2 Diabetes Mellitus in Public Hospital. Telkomnika, 9 (2): 287-294.