artikel ilmiah

7
Tantangannya dalam era globalisasi Dewasa ini globalisasi sudah menjadi hal yang umum bagi bangsa Indonesia. Globalisasi menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, yang akan membawa dampak bagi kehidupan bangsa ini. Dampak globalisasi meliputi dampak positif dan negatif diberbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya, persatuan bangsa, dan juga pendidikan, yang akan berpengaruh pada bangsa ini. Terlebih dengan hadirnya teknologi informasi, akan mempercepat akselerasi proses globalisasi dan menjadikan dunia seakan tanpa batas. Hal ini bisa menjadi tantangan jika kita bisa melihat peluangnya dan juga bisa menjadi ancaman jika kita tidak bijak dan proporsional dalam menanggapinya. Semangat nasionalisme merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki bangsa Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi. Karena dengan semangat inilah, kita bisa membawa bangsa ini terus berkembang secara global tanpa meninggalkan budaya lokal. Pastinya dalam arus globalisasi memiliki dampak bagi persatuan bangsa. Munculnya sikap individualisme menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama warga. Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, yang menjadikan persatuan bangsa semakin terkikis. Selain itu, pengaruh media masa yang juga faktor dari globalisasi, jika kita tidak proposional akan menjadikan ajang adu domba diantara kita. Lihat saja ketika

Upload: edo-haidar

Post on 13-Feb-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

artikel

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Ilmiah

Tantangannya dalam era globalisasi

Dewasa ini globalisasi sudah menjadi hal yang umum bagi bangsa Indonesia.

Globalisasi menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, yang akan membawa dampak bagi

kehidupan bangsa ini. Dampak globalisasi meliputi dampak positif dan negatif diberbagai

aspek kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya, persatuan bangsa, dan juga

pendidikan, yang akan berpengaruh pada bangsa ini. Terlebih dengan hadirnya teknologi

informasi, akan mempercepat akselerasi proses globalisasi dan menjadikan dunia seakan

tanpa batas. Hal ini bisa menjadi tantangan jika kita bisa melihat peluangnya dan juga bisa

menjadi ancaman jika kita tidak bijak dan proporsional dalam menanggapinya. Semangat

nasionalisme merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki bangsa Indonesia dalam

menghadapi arus globalisasi. Karena dengan semangat inilah, kita bisa membawa bangsa ini

terus berkembang secara global tanpa meninggalkan budaya lokal.

Pastinya dalam arus globalisasi memiliki dampak bagi persatuan bangsa. Munculnya

sikap individualisme menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama warga. Masyarakat

merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi

membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah

makhluk sosial. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan

kehidupan berbangsa dan bernegara, yang menjadikan persatuan bangsa semakin terkikis.

Selain itu, pengaruh media masa yang juga faktor dari globalisasi, jika kita tidak proposional

akan menjadikan ajang adu domba diantara kita. Lihat saja ketika pilpres tahun 2014. Media

masa di Indonesia memberikan informasi yang berbeda-beda, terlihat sangat jelas bahwa

media masa ketika itu berafiliasi pada salah satu kandidat pilpres yang memberitakan sisi

negatif rivalnya. Padahal kedua calon presiden tersebut dari bangsa Indonesia sendiri, lantas

atas dasar apa kita menjatuhkan bangsa kita sendiri ? Dari salah satu kasus inilah, yang akan

memecah-belah persatuan kita. Tantangan kita untuk menjaga persatuan bangsa Indonesia

sangatlah besar, salah satu upaya dan strategi kita menjaga kearifan budaya baik yang sudah

ditanamkan sejak lama. Kita perlu mengingat kembali pedoman bangsa kita, yaitu pancasila.

Dengan itu, apapun arus globalisasi yang datang, kita bisa memilah mana pengaruh

globalisasi yang harus diambil dan mana yang harus dihindari.

Page 2: Artikel Ilmiah

Sebagai bagian dari budaya, bahasa juga rentan terpengaruh oleh globalisasi, terutama

dengan semakin mudahnya pembelajaran dan penggunaan bahasa. Dengan semakin

tergantungnya negara satu dengan negara yang lain, diperlukan satu bahasa umum agar

komunikasi dapat dilakukan lebih mudah. Bahasa Indonesia sendiri yang merupakan bahasa

persatuan bangsa Indonesia, sudah mulai terpengaruh oleh berbagai macam bahasa lain,

sudah mulai bergeser dengan pemakaian bahasa indonesia populer atau yang lebih dikenal

bahasa gaul.

Sebagai bagian dari budaya, bahasa juga rentan terpengaruh oleh globalisasi, terutama

dengan semakin mudahnya pembelajaran dan penggunaan bahasa. Hingga saat ini bahasa

Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang digunakan sangat luas di media massa,

perguruan tinggi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapat dikatakan bahasa

Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia. Dengan arus globalisasi kita bisa

mengambil peluang untuk kemajuan bahasa Indonesia ini, salah satunya perkembangan

teknologi. Kita bisa belajar dari pembacaan berita yang disiarkan di stasiun TV nasional,

dengan itu masyarakat banyak mendengarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Page 3: Artikel Ilmiah

Dewasa ini globalisasi sudah menjadi hal yang umum bagi bangsa Indonesia.

Globalisasi menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, yang akan membawa dampak bagi

kehidupan bangsa ini. Mulai dari aspek kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya,

persatuan bangsa, dan juga pendidikan, yang akan berpengaruh pada bangsa ini. Terlebih

dengan hadirnya teknologi informasi, akan mempercepat akselerasi proses globalisasi dan

menjadikan dunia seakan tanpa batas. Hal ini bisa menjadi tantangan jika kita bisa melihat

peluangnya dan juga bisa menjadi ancaman jika kita tidak bijak dan proporsional dalam

menanggapinya.

Sebagai bagian dari budaya, bahasa juga rentan terpengaruh oleh globalisasi. Negeri

ini memang sudah tidak terlalu diributkan oleh permasalah-permasalahan terdahulu seperti

kedatangan para pasukan tentara belanda, jepang, inggris untuk merebut kekuasaan di negeri

ini. Namun, saat ini kita memang tidak lagi berhadapan dengan perang fisik, namun perang

ideologi dan yang semakin kerap terjadi adalah perang budaya. Salah satu dampak yang dapat

kita rasakan adalah semakin menurunnya penggunaan bahasa pemersatu kita yaitu Bahasa

Indonesia pada kehidupan kita sehari-hari. Apakah ini karena kita tidak cinta ? Atau memang

Bahasa Indonesia yang memang sudah tertinggal sehingga kurang dapat melebur pada

aktivitas sehari-hari di masyarakat ? Kenapa banyak orang lebih memilih menggunakan

istilah berbahasa Inggris? Apakah karena kita tidak cinta Bahasa Indonesia? Tidak, saya rasa

bukan demikian. Memang pada bidang pendidikan terutama pada istilah teknologi, sebagian

besar orang lebih memilih menggunakan istilah aslinya (Bahasa Inggris) karena berbagai

alasan.

Lalu, apa yang menjadi permasalahan ? Mari coba kita lihat penggunaan istilah-

istilah teknologi dalam istilah aslinya (Bahasa Inggris) atau bahasa indonesia. Misalnya :

"Hard Disk" dalam bahas indonesia "Cakram Keras", "Browser" dalam bahasa indonesia

"Peramban", "Hotspot" dalam bahas indonesia "Area Bersinyal", "Mouse" dalam bahas

indonesia "Tetikus", "GPS" dalam bahas indonesia "Sistem Kedudukan Sejagat", "DVD

Rewriteable" dalam bahas indonesia "DVD Bisa Tulis Ulang". Saya rasa lebih dari 90%

orang di bidang teknologi di negeri ini akan merasa kesulitan mencerna maksud dari istilah-

istilah tersebut dalam bahasa indonesia. Sebagian besar dari mereka akan lebih memilih

untuk menggunakan istilah aslinya yaitu dalam bahasa inggris. Kenapa ? Alasannya

sederhana, karena mereka merasa istilah itu lebih mudah dipahami, maka istilah itulah yang

akan mereka gunakan. Dan juga memang istilah-istilah tersebut lahirnya juga dari bahasa

asing, maka kita sebagai warga Indonesia haruslah dengan bijak dalam menggunakannya.

Page 4: Artikel Ilmiah

Selain itu, tuntutan studi dan juga pekerjaan mengharuskan kita untuk mampu

berkomunikasi dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Disegala kesempatan

membutuhkan kemampuan berbahasa Inggris, mulai dari syarat mendaftar di suatu institusi

pendidikan hingga institusi pekerjaan. Apakah ini karena kita tidak cinta bahasa Indonesia ?

Jawabannya tidak. Dalam dunia pekerjaan, kita dituntut untuk profesional agar tetap

bertahan di dunia internasional. Dalam dunia bisnis, kita dituntut untuk mampu bersaing

secara global. Dengan itu semua, diperlukanlah satu bahasa umum agar komunikasi dapat

dilakukan lebih mudah.

Saat ini minat masyarakat dunia terhadap bahasa Indonesia mengalamai peningkatan

yang cukup signifikan. Bahasa Indonesia sudah diajarkan di 67 negara, khususnya di

perguruan tinggi. Bahkan bahasa Indonesia berpotensi untuk menjadi bahasa resmi ASEAN.

Bangsa Indoensia pada dasarnya sudah siap, bahkan sebelum percepatan globalisasi akibat

teknologi informasi. Kita sudah terbiasa untuk hidup dalam tatanan masyarakat yang

menggunakan lebih dari satu bahasa dalam percakapan sehari-hari, misal, percakapan bahasa

Indonesia yang diselipkan dengan bahasa daerah, maupun sebaliknya, tanpa kehilangan

kemampuan berbahasa Indonesia dan daerah. Kita lihat saja Haji Agus Salim, pahlawan

nasional kita, pendiri bangsa ini, yang hidup pada era penjajahan Belanda, yang menguasai

sembilan bahasa asing. Kepiawaian beliau dalam berbahasa asing tidak memudarkan rasa

nasionalismenya terhadap bangsa ini. Kecintaannya terhadap sastra Indonesia begitu tinggi,

beliau juga sebagai penerjemah dan penulis buku. Beliau telah menulis empat buku, salah

satunya berjudul ‘Riwayat datangan Islam di Indonesia’ dan ada tiga buku asing yang beliau

terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, salah satunya buku karangan Shakespeare. Jika kita

mampu untuk melakukan hal ini, lalu kenapa harus muncul kekhawatiran mengenai

hilangnya identitas kita? Sikap bijaklah yang harus kita tanamkan pada diri kita, kapan dan

dimana menggunakan bahasa asing sebaiknya dilakukan tanpa memudarkan rasa kecintaan

kita terhadap bahasa Indonesia sendiri.