artikel ilmiah
DESCRIPTION
artikelTRANSCRIPT
Tantangannya dalam era globalisasi
Dewasa ini globalisasi sudah menjadi hal yang umum bagi bangsa Indonesia.
Globalisasi menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, yang akan membawa dampak bagi
kehidupan bangsa ini. Dampak globalisasi meliputi dampak positif dan negatif diberbagai
aspek kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya, persatuan bangsa, dan juga
pendidikan, yang akan berpengaruh pada bangsa ini. Terlebih dengan hadirnya teknologi
informasi, akan mempercepat akselerasi proses globalisasi dan menjadikan dunia seakan
tanpa batas. Hal ini bisa menjadi tantangan jika kita bisa melihat peluangnya dan juga bisa
menjadi ancaman jika kita tidak bijak dan proporsional dalam menanggapinya. Semangat
nasionalisme merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki bangsa Indonesia dalam
menghadapi arus globalisasi. Karena dengan semangat inilah, kita bisa membawa bangsa ini
terus berkembang secara global tanpa meninggalkan budaya lokal.
Pastinya dalam arus globalisasi memiliki dampak bagi persatuan bangsa. Munculnya
sikap individualisme menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama warga. Masyarakat
merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah
makhluk sosial. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan
kehidupan berbangsa dan bernegara, yang menjadikan persatuan bangsa semakin terkikis.
Selain itu, pengaruh media masa yang juga faktor dari globalisasi, jika kita tidak proposional
akan menjadikan ajang adu domba diantara kita. Lihat saja ketika pilpres tahun 2014. Media
masa di Indonesia memberikan informasi yang berbeda-beda, terlihat sangat jelas bahwa
media masa ketika itu berafiliasi pada salah satu kandidat pilpres yang memberitakan sisi
negatif rivalnya. Padahal kedua calon presiden tersebut dari bangsa Indonesia sendiri, lantas
atas dasar apa kita menjatuhkan bangsa kita sendiri ? Dari salah satu kasus inilah, yang akan
memecah-belah persatuan kita. Tantangan kita untuk menjaga persatuan bangsa Indonesia
sangatlah besar, salah satu upaya dan strategi kita menjaga kearifan budaya baik yang sudah
ditanamkan sejak lama. Kita perlu mengingat kembali pedoman bangsa kita, yaitu pancasila.
Dengan itu, apapun arus globalisasi yang datang, kita bisa memilah mana pengaruh
globalisasi yang harus diambil dan mana yang harus dihindari.
Sebagai bagian dari budaya, bahasa juga rentan terpengaruh oleh globalisasi, terutama
dengan semakin mudahnya pembelajaran dan penggunaan bahasa. Dengan semakin
tergantungnya negara satu dengan negara yang lain, diperlukan satu bahasa umum agar
komunikasi dapat dilakukan lebih mudah. Bahasa Indonesia sendiri yang merupakan bahasa
persatuan bangsa Indonesia, sudah mulai terpengaruh oleh berbagai macam bahasa lain,
sudah mulai bergeser dengan pemakaian bahasa indonesia populer atau yang lebih dikenal
bahasa gaul.
Sebagai bagian dari budaya, bahasa juga rentan terpengaruh oleh globalisasi, terutama
dengan semakin mudahnya pembelajaran dan penggunaan bahasa. Hingga saat ini bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang digunakan sangat luas di media massa,
perguruan tinggi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapat dikatakan bahasa
Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia. Dengan arus globalisasi kita bisa
mengambil peluang untuk kemajuan bahasa Indonesia ini, salah satunya perkembangan
teknologi. Kita bisa belajar dari pembacaan berita yang disiarkan di stasiun TV nasional,
dengan itu masyarakat banyak mendengarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dewasa ini globalisasi sudah menjadi hal yang umum bagi bangsa Indonesia.
Globalisasi menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, yang akan membawa dampak bagi
kehidupan bangsa ini. Mulai dari aspek kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya,
persatuan bangsa, dan juga pendidikan, yang akan berpengaruh pada bangsa ini. Terlebih
dengan hadirnya teknologi informasi, akan mempercepat akselerasi proses globalisasi dan
menjadikan dunia seakan tanpa batas. Hal ini bisa menjadi tantangan jika kita bisa melihat
peluangnya dan juga bisa menjadi ancaman jika kita tidak bijak dan proporsional dalam
menanggapinya.
Sebagai bagian dari budaya, bahasa juga rentan terpengaruh oleh globalisasi. Negeri
ini memang sudah tidak terlalu diributkan oleh permasalah-permasalahan terdahulu seperti
kedatangan para pasukan tentara belanda, jepang, inggris untuk merebut kekuasaan di negeri
ini. Namun, saat ini kita memang tidak lagi berhadapan dengan perang fisik, namun perang
ideologi dan yang semakin kerap terjadi adalah perang budaya. Salah satu dampak yang dapat
kita rasakan adalah semakin menurunnya penggunaan bahasa pemersatu kita yaitu Bahasa
Indonesia pada kehidupan kita sehari-hari. Apakah ini karena kita tidak cinta ? Atau memang
Bahasa Indonesia yang memang sudah tertinggal sehingga kurang dapat melebur pada
aktivitas sehari-hari di masyarakat ? Kenapa banyak orang lebih memilih menggunakan
istilah berbahasa Inggris? Apakah karena kita tidak cinta Bahasa Indonesia? Tidak, saya rasa
bukan demikian. Memang pada bidang pendidikan terutama pada istilah teknologi, sebagian
besar orang lebih memilih menggunakan istilah aslinya (Bahasa Inggris) karena berbagai
alasan.
Lalu, apa yang menjadi permasalahan ? Mari coba kita lihat penggunaan istilah-
istilah teknologi dalam istilah aslinya (Bahasa Inggris) atau bahasa indonesia. Misalnya :
"Hard Disk" dalam bahas indonesia "Cakram Keras", "Browser" dalam bahasa indonesia
"Peramban", "Hotspot" dalam bahas indonesia "Area Bersinyal", "Mouse" dalam bahas
indonesia "Tetikus", "GPS" dalam bahas indonesia "Sistem Kedudukan Sejagat", "DVD
Rewriteable" dalam bahas indonesia "DVD Bisa Tulis Ulang". Saya rasa lebih dari 90%
orang di bidang teknologi di negeri ini akan merasa kesulitan mencerna maksud dari istilah-
istilah tersebut dalam bahasa indonesia. Sebagian besar dari mereka akan lebih memilih
untuk menggunakan istilah aslinya yaitu dalam bahasa inggris. Kenapa ? Alasannya
sederhana, karena mereka merasa istilah itu lebih mudah dipahami, maka istilah itulah yang
akan mereka gunakan. Dan juga memang istilah-istilah tersebut lahirnya juga dari bahasa
asing, maka kita sebagai warga Indonesia haruslah dengan bijak dalam menggunakannya.
Selain itu, tuntutan studi dan juga pekerjaan mengharuskan kita untuk mampu
berkomunikasi dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Disegala kesempatan
membutuhkan kemampuan berbahasa Inggris, mulai dari syarat mendaftar di suatu institusi
pendidikan hingga institusi pekerjaan. Apakah ini karena kita tidak cinta bahasa Indonesia ?
Jawabannya tidak. Dalam dunia pekerjaan, kita dituntut untuk profesional agar tetap
bertahan di dunia internasional. Dalam dunia bisnis, kita dituntut untuk mampu bersaing
secara global. Dengan itu semua, diperlukanlah satu bahasa umum agar komunikasi dapat
dilakukan lebih mudah.
Saat ini minat masyarakat dunia terhadap bahasa Indonesia mengalamai peningkatan
yang cukup signifikan. Bahasa Indonesia sudah diajarkan di 67 negara, khususnya di
perguruan tinggi. Bahkan bahasa Indonesia berpotensi untuk menjadi bahasa resmi ASEAN.
Bangsa Indoensia pada dasarnya sudah siap, bahkan sebelum percepatan globalisasi akibat
teknologi informasi. Kita sudah terbiasa untuk hidup dalam tatanan masyarakat yang
menggunakan lebih dari satu bahasa dalam percakapan sehari-hari, misal, percakapan bahasa
Indonesia yang diselipkan dengan bahasa daerah, maupun sebaliknya, tanpa kehilangan
kemampuan berbahasa Indonesia dan daerah. Kita lihat saja Haji Agus Salim, pahlawan
nasional kita, pendiri bangsa ini, yang hidup pada era penjajahan Belanda, yang menguasai
sembilan bahasa asing. Kepiawaian beliau dalam berbahasa asing tidak memudarkan rasa
nasionalismenya terhadap bangsa ini. Kecintaannya terhadap sastra Indonesia begitu tinggi,
beliau juga sebagai penerjemah dan penulis buku. Beliau telah menulis empat buku, salah
satunya berjudul ‘Riwayat datangan Islam di Indonesia’ dan ada tiga buku asing yang beliau
terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, salah satunya buku karangan Shakespeare. Jika kita
mampu untuk melakukan hal ini, lalu kenapa harus muncul kekhawatiran mengenai
hilangnya identitas kita? Sikap bijaklah yang harus kita tanamkan pada diri kita, kapan dan
dimana menggunakan bahasa asing sebaiknya dilakukan tanpa memudarkan rasa kecintaan
kita terhadap bahasa Indonesia sendiri.